Friday, December 31, 2021

Hutang...

 




Tadi malam Nazwa ke rumah tantenya untuk menikmati detik detik menjelang tahun baru. Jadi saya dan oma di rumah berdua aja. Saya baca lewat notepad di kamar kerja. Oma sedang merajut buat sweater. Dia tahu saya akan pergi lagi ke China. Sweater itu lapisan  pakain luar penahan dingin. Oma mendekati saya.” Papa sedang ngapain?


“ Ini papa lagi desk riset. Baca pendapat para ahli dan praktisi soal peluang investasi dan ancaman inflasi tahun 2022.”


“ Kenapa harus tahu pendapat mereka”


“ Bisnis kan harus terus bergerak ke depan. Itu perlu hutang. “


“ Apa kaitannya dengan inflasi?


“ Kan kalau inflasi tinggi, akan memaksa pemerintah menarik uang beredar dengan menaikan suku bunga. Dan otomatis uang perbankan pindah ke surat berharga yang diterbitkan bank sentral. Termasuk dana pensiun juga pindahkan dananya ke surat hutang negara. Akibatnya susah kita mau investasi. Karena uang nongkrong ditempat aman.”


“ Kan hutang itu gampang.Asalkan ada jaminan ya bank beri kredit. Engga ada resiko.”


“ Benar. Itu namanya mortgage. Kan engga semua hutang dalam bentuk mortgage” 


“ Mortgage itu apa?


“ Ya semacam KPR atau pinjaman dengan collateral aset.”


“ Emang ada bank atau lembaga mau beri pinjaman tanpa collteral aset ?


“ 90% hutang itu tanpa collateral” Kata saya tersenyum. Oma nampak mikir.


“Pah kenapa mereka mau beri hutang tanpa collateral?


“Itu ukurannya adalah bisnis yang dijalankan layak. Harus menguntungkan dan aman. Tidak memberi pinjaman kepada pemegang saham. Biaya tetap rendah, termasuk tunjangan direksi wajar atau tidak berlebihan.  Secara moral perusahaan dikelola dengan akuntable dan transparan tanpa ada nepotisme. Pendirinya dipercaya. ”

 

“ Oh gitu.  Engga ngerti mama. Terus gimana tahunya ukuran itu semua. Kan bisa aja diatur atur biar kelihatan hebat”


“ Kreditur itu engga bego. Gampang kok mengetahuinya.  Kalau perusahaan kesulitan uang untuk operasi hari hari. Nah itu artinya  ada masalah. Walau perusahaan keliatan  hebat, tetapi bagi kreditur itu dianggap sampah. Engga akan dapat pinjaman.” 


“ Contohnya ? kata Oma masih belum paham.


“ Garuda itu modalnya kurang lebih 10% dari total hartanya. Sisanya adalah hutang. Itu artinya dia bisa leverage 10 kali dari modal.  Pastilah dia hutang tanpa collateral. Kan collateralnya hanya ada 10%. “ 


“ Tetapi kan Garuda rugi. Kenapa masih bisa dapat hutang tanpa collateral?


“ Itu karena trust kepada pemerintah sebagai pendiri perusahaan. Jadi walau perusahaan rugi, kreditur tetap percaya selagi NKRI tetap berdiri. Tentu harus ada jaminan dari pemerintah. Nah baru ada masalah kalau pemerintah lepas tangan.  “ Kata saya. “ Contoh lagi, mama tahu kan bank? Lanjut saya


“ Ya tahulah.”


“ Nah bank itu, sesuai aturan modal minimal 10% dari total harta BAnk. Sisanya  atau 90 % harta berasal dari uang masyarakat. Itu kan sama saja dengan hutang. Kalau kita nabung dan deposit di bank, kita hanya dapat kertas selembar saja. Engga ada collateral bank berikan kalau dia hutang ke kita. Sampai disini paham ya mah”


“ Nah itu paham. Perusahaan Yuni itu hutang begitu juga?


“ Ya. Modal hanya Rp 50 miliar. Tetapi aset perusahaan Rp. 500 miliar. Sisanya Rp, 450  miliar hutang.  Itu artinya Yuni bisa leverage 9 kali dari modal yang ada.”


“ Di Hong kong juga?


“ Ya sama. Holding hanya punya modal 5% dari total harta. 95% dari hutang semua.


“ Kalau engga bisa bayar gimana”?


“ Sifat utang itu kan unsecure. Artinya penyelesaianya melalui pengadilan. Bukan sita jaminan. Kalau dalam proses pengadilan, perusahaan tidak salah, ya pihak kreditur tidak bisa paksa suruh kita bayar. Justru tugas kreditur harus memberikan solusi. Agar hutang bisa dibayar. Biasanya jarang berujung ke pengadilan. Kreditur lebih memilih jalan damai lewat restruktur hutang, seperti penjadwalan hutang, pemotongan bunga. dll "


“ Wah enak banget.”


“ Ya engga juga enak. Karena untuk memastikan kita engga melakukan kesalahan itu pekerjaan berat. Itu soal sikap mental pendiri perusahaan. Harus anti nepotisme. Harus patuh kepada hukum perseroan. Tidak boleh anggap perusahan itu milik sendiri. Tetapi milik orang banyak. Jujur itu penting. Sama juga pemerintah bisa gampang hutang. Itu karena management APBN bagus dan dunia tahu, secara personal Jokowi itu orang jujur dan tidak nepostime. Walau APBN terus defisit, orang tetap aja percaya beri negara hutangan. Padahal itu hutang unsecure. Tanpa ada sovereign atau jaminan negara.


“ Nah kalau sampai kita engga bisa bayar hutang dan dianggap bukan kesalahan kita. Kenapa ?


“ Itu bisa saja karena faktor ekternal, seperti tingginya suku bunga, infasi tinggi, aturan negara yang menyulitkan, pasar lesu..dan lain lain. “Kata saya tersenyum. Oma manggut manggut. 


“ Papa kan engga pernah nepotisme. Engga pernah hutang kepada perusahaan. Engga pernah korupsi. Mama tahu itu. Hidup kita sederhana saja kok.”


“ Ya enggalah. Emang siapa papa?. Hanya mantan pedagang kaki lima. Kalau orang mau beri hutang kepada perusahaan dan holding,  itu karena sikap mental papa doang. Lain itu ya management harus akuntabel dan transparan dan dilaksanakan secara profesional.” 


“ Mantan pedagang kaki lima, dagangannya sempak lagi” Kata oma tertawa. Saya senyum aja.  “ Nih sweater sudah jadi. Coba dipakai. Mama mau lihat. “ Kata Oma. Saya kenakan. 


Oma tersenyum senang lihat saya kenakan sweater.


" Alhamdulilah berkurang jelek suami gua..” Kata oma lihat saya  pakai sweater buah karya tangan dia sendiri.


***


“ Pah, itu pengusaha batubara tajir banget ya. Mereka punya private jet. Mobil mewahnya di dalam grasi puluhan. Engga pernah mereka pusing keliatannya dengan bisnis. “ 


“ Itu sama dengan contoh. Mama dapat izin dari lurah kelola tanah. Kemudian tanah itu mama suruh orang lain olah. Setiap hasil dari tanah itu, mama dapat bagian keuntungan. Mama engga keluar ringat dan modal, uang masuk. Dari bagi hasil itu, mama bagi dech lurah. “


“ Wah enak banget. Makanya mereka engga pusing ya. Paham. Tapi cerita sebenarnya gimana?“ Oma memang punya mindset business. Dia selalu punya rasa ingin tahu besar kalau bicara uang dan bisnis.


“ Mereka dapat konsesi batubara dari pemerintah. Untuk mengolah tambang itu kan perlu modal. Nah mereka minta kotranktor mengolahnya. Untuk ekspor kan perlu bayar pajak daerah dan pajak ekspor. Uang untuk  bayar pajak  itu berasal dari kontraktor juga. Biasanya kontraktor dapat bayaran dari pemilik konsesi berdasarkan jumlah produksi batubara. Kalau engga salah. Kontraktor dapat USD 20 per ton. Nah kalau harga jual batubara diatas USD 100. Hitung aja berapa dia untung.” Kata saya. Oma menyimak.


“ Terus kalau engga ada pembeli batubara gimana ?


“ Ya kontraktor yang beli sendiri.”


“ Siapa kontraktor itu?


“ Biasanya perusahaan logistik yang punya alat berat dan truk, seperti TU, Charterpilar dll. Atau  ada juga perusahaan asing yang jadi kontraktor merangkap pembeli” Kata saya tersenyum.


“ Wah enak banget. Hanya punya konsesi uang masuk. Tanpa resiko segala. Pantas aja mereka bisa terus bergaya. Karena engga mikirin resiko apapun.” Kata Oma.

 

“ Dapatkan konsesi itu sulit engga ?


“Engga juga.”


“ Gimana caranya?


“ Ya elus telor pejabat, gubernur, kepala daerah, menteri,  TNI/POLRI, termasuk Politisi dan Ormas.   Itu aja.” 


“ Telor?? Oma melotot kearah saya. Saya tersenyum menatapnya. Oma langsung ngakak. “ Kok istrinya izinkan sih suaminya kerja elus telor orang. “ 


“ Itulah pria mah. Para ayah itu menjadikan istri sebagai ratu dan anak sebagai raja, sementara di luar dia jadi budak. Elus telor orang. Tetapi para ayah menutup itu semua dengan uang melimpah demi kebahagiaan anak dan istrinya. Kalau salah biarkan untuk ayah saja. “ Kata saya tersenyum.


“ Untung papa engga bisnis begitu” Kata Oma. Dia genggam jemari saya. Ditatapnya mata saya. “ Dengar ya pah. Dari awal kita menikah, mama tidak melihat papa punya harta atau tidak. Ingat engga. Mama pernah bilang, Mama engga mau papa korbankan iman hanya karena ingin membahagiakan keluarga. Yakinlah engga akan berkah. Jadi engga apa papa capek dan beresiko. Engga apa tidak kaya seperti mereka.. Engga apa harus bisnis di luar negeri.  Engga apa apa. Kita lalui saja selagi halal. Karena itu maunya Tuhan. Barugi makonyo balabo. Bakaringek makonya mendapek.” 


“ Ya mah.”


“ ya udah. “


Kami terdiam. Seakan berpikir dengan diri kami sendiri. Tak berapa lama Oma, berkata “ Pah, ini soal Yuni..” Duh seperti petir menerjang. “ Ya mah”


“ Kenapa papa terlalu memanfaatkan dia. Berkali kali papa suruh dia mengerjakan pekerjaan yang rumit. Sampai ke luar negeri. Dia pernah lama di Vietnam dan di AS. Belum lagi di China. Bertahun  tahun dia engga ada waktu untuk anaknya. Kini setelah ada cucu, diapun engga ada waktu ketemu cucunya. Usianya engga muda lagi. Sebaiknya biarkan dia menikmati masa tuanya di Jakarta. Biarkan dia Focus ke bisnis dia di jakarta aja. Jangan lagi suruh dia untuk urusan pribadi papa. Dan lagi sudah sepantasnya dia menikmati masa tuanya karena masa mudanya melewati banyak kesulitan membesarkan perusahaan. “


“ Ya mah. Papa akan pikirkan”


" Jangan zolim sama orang. Mentang mentang orang butuh" 


" Ya mah.”

Oma terdiam.  Di balik sikapnya yang keras, hatinya lebih lembut dari saya. Lebih kaya iman. Sangat tahu diri. “ Tuhan, sabarkan aku untuk terus belajar dari kesalahanku, dan menerima sikap istri yang kadang bikin aku pening



1 comment:

Unknown said...

Istri yg melengkapi. Salut dan hormat.

Mengapa Hijrah ke China.

  Sore itu saya makan malam dengan Florence dan Yuni. Kebetulan Yuni ada business trip dari Hong Kong ke Jakarta. Yuni kini CFO Yuan Holding...