Friday, December 31, 2021

Di Gambir itu...

 



 


Saya dari pasar ikan dengan kendaraan Yuni menuju jalan Thamrin. Di jalan Jayakarta saya mampir beli rokok di Indomaret. Selesai beli rokok, di pinggir jalan depan Indomaret ada pedagang grobakan. Saya dengar  pria itu sedang marah kepada wanita yang gendong bayi.  Keta katanya sangat kasar. Sepertinya pria itu suaminya. Marah karena istrinya datang dari kampung menyusulnya.


Wanita itu didorong oleh pria itu. Terjatuh bersama Balita. Entah mengapa saya spontan mendekati wanita itu. Menggendong balitanya. Balita itu menangis. Saya dekap dekatkan ke dada saya. Balita itu berhenti menangis. Dan wanita itu segera berdiri. Kembali dia mau mendekati pria itu. Tetapi dibentak dan dihujat dengan kata tak senonoh. Wanita itu terdiam. Di menoleh ke belakang meliat saya gerdong balitanya. Dia ambil balitanya dari saya. Airmatanya berlinang. Dia pergi.  


Saya terhenyak. Saya mematung meliat wanita itu berjalan menjauh dari suaminya. Saya kembali ke kendaraan Yuni. Ketika kendaraan mau jalan “ jangan jalan dulu.” sentak saya.

Saya berpikir keras. “ Apa yang harus saya lakukan. Apakah saya temui suaminya. Atau istrinya “ kata saya.\.

“ Uda, udah dech. Anggap saja ini cobaan mereka berdua. Biarkan mereka menyelesaikannya. Kita jalan aja. Doakan mereka. “

“ Ya tetapi ini terjadi di depan saya. Pasti ada pesan dari Tuhan untuk saya. Ini engga kebetulan. “ kata saya termenung.


“ Ya udah. Jalan “ kata saya akhirnya 


Setelah jalan beberapa menit saya liat wanita itu berjalan kaki sambil menggendong balitanya. Saya tak sanggup lihat dia jalan kelelahan. Setelah melewati wanita itu “ Yun berhentikan kendaraan. “ kata saya dan keluar kendaraan. Saya berlari mendekati wanita itu.


“ Ibu mau kemana? Tanya saya.


“ Mau ke gambir pulang. Naik kereta”


“ Mari saya antar ke gambir ya. “ kata saya dengan tersenyum. “ engga usah pak. 


“ Engga apa apa. Itu kendaraan saya” 


Dia mengangguk. Saya ambil balita dari gendongannya. Dia ikuti saya ke tenpat kendaraan parkir. Yuni buka pintu belakang. Wanita itu duduk di belakang bersama balitanya.


“ Saya yang salah pak. “ kata wanit itu. Suami saya harus bayar lapak ke preman dan bayar hutang ke rentenir untuk modal. Saya bingung ditagih terus sama rentenir. Suami saya engga pulang pulang” kata wanita itu.


“ Berapa suami ibu hutang ke rentenir “


“ Rp 8 juta. Tadinya hanya 6 juta. Itu udah sama bunga” 


“ Yun, kamu ada uang rupiah. Saya hanya ada dollar. “ kata saya. Yuni keluarkan uang dari tasnya satu ikatan Rp 10 juta pecahan Rp 100 ribu. Saya serahkan kepada wanita itu setelah sampai di Gambir. Wanita itu terkejut. Dia menangis sambil memeluk balitanya. Dia menggelengkan kepala seakan menolak. Namun saya paksa dia terima. “ Terimakasih pak.


“ Simpan yang rapi uangnya ya bu. “ kata saya. Dia masukan dibalik bajunya. 


Saya lanjut ke Thamrin. Di dalam kendaraan Yuni menangis. Duh kenapa semua menangis. Wanita sama saja 


“ ada apa kamu nangis !


“ Ingat 18 tahun lalu. Yuni diusir oleh suami karena Yuni engga bisa bayar hutang rentenir. Yuni keluar rumah malam malam. Gendong Yuli. Engga tahu kemana lagi minta tolong. Semua teman menolak. Orang tua di medan juga miskin. Akhirnya Yuni telp Uda. Pas uda bilang di Hongkong. Yuni rasanya habis harapan. Tetapi uda bilang akan kirim orang bantu YunI. Yuni tunggu di halte gambir 4 jam. Mana Yuli rewel terus nangis. Lapar dia. Akhirnya orang uda datang juga. Jam 1 pagi. Setelah itu hidup Yuni berubah. Ya ini tempat sangat bersejarah. Menjadi kenangan yang tak akan bisa hilang. “‘Kata Yuni. Saya genggam jemarinya.


“ Bertahun tahun Yuni selalu bertanya. Apa motive uda bantu Yuni. Yuni baru kenal udah 2 bulan. Itupun kenal karena Yuni Sales asuransi.  Yuni waktu telp dan ceritakan masalah Yuni ke uda. Itu tidak yakin akan dapat respon baik. Tetapi malah uda jawab singkat dan terbukti janji akan kirim orang itu bukan sekedar ngomong. Kini, dengan peristiwa barusan, barulah Yuni dapat jawaban tentang uda.”


“ Orang tua saya menasehati. Apabila kita melapangkan orang karana terlilit hutang, maka Tuhan akan lapangkan urusan kita. Tentu hutang untuk bertahan hidup, bukan hutang bisnis atau konsumerisme. Tapi karena nasehat itu dari ibu saya. Maka selalu saya jaga dan laksanakan. “


3 comments:

Unknown said...

Inspiratif.

Anonymous said...

Kisah penuh pesan.. kalimat :
“ Ya tetapi ini terjadi di depan saya. Pasti ada pesan dari Tuhan untuk saya. Ini engga kebetulan. “ kalimat ini mengandung maknanya yg dalem banget.

Anonymous said...

Sangat dalam pesan yg Babo sampaikan, sampai terharu 🙏👍🏾

Hijrah dari atmosfir kemiskinan

  ” Udah tembus 16 ribu rupiah harga beras sekilo. Gula juga udah tembus 17 ribu rupiah. Cepat sekali berubah harga. Sebentar lagi listrik j...