Dalam diam bayanganku tetap kepada papa. Aku kangen Papa.. Berulang ulang kucoba untuk merangkai kalimat demi kalimat pada buku harianku. Namun kalimat itu tidak pernah selesai. Pandanganku tertuju pada sebingkai photo seseorang yang sangat kuhargai dan kucintai. Dua puluh tahun sejak aku dijemput di panti asuhan oleh papa dan mama, waktu berjalan tak terasa. Allah membuatku menjadi yatim dan piatu dalam usia kanak. Karna kasih Allah maka akupun mendapat belaian kasih sayang dari orang tua angkatku. Walau mereka kristen, namun mereka juga yang menjaga keislamanku sejak lahir.
Bila air pegunungan mengalir dengan begitu beningnya dan terus hanyut menebarkan kehidupan disetiap alirannya maka begitulah perumpamaan tentang kemuliaan orang tua angkatku. Kuusap photo itu dengan halus. “ Papa terlalu baik , terlalu baik. Mudahkan rezeki dan panjangkan umurnya , ya Allah ”. Mataku melirik kesamping , dimana suamiku tidur dengan lelapnya. Dua orang pria yang hadir dalam hidupku. Aku tidak bisa menyesali takdir bila akhirnya mendapatkan suami yang tidak seperti papa.. Inilah kehendak Allah.
Suamiku memang pekerja keras namun juga tidak stabil emosinya. Ketika awal aku berumah tangga kehidupan begitu bahagianya. Namun kini prahara itu datang. Pria yang kini menjadi suaminku butuh pertolongan. Sejak di PHK sikap suamiku tidak lagi hangat seperti dulu. Mudah sekali tersinggung dan kadang membuat anakku Tika takut. Hal yang kecil dapat menimbulkan pertengkaran. Tidak banyak yang kuharapkannya dari suamiku kecuali sabar menerima kenyataan. Tapi hal ini pulalah yang sulit bagi suamiku. Walau aku sendiri punya penghasilan dari pekerjaan sebagai bidan.
Memanglah andai ada catatan statistic tentang angka perceraian yang disebabkan oleh PHK tentu jumlahnya sangat besar di negeri ini. Tak terbilang gelombang PHK terjadi setiap hari nya. Pemerintah memang memberikan peluang dimana saja, bagi siapa saja. Namun kehidupan yang berkompetisi kadang membuat orang putus asa. Aku sebagai istri harus tetap di samping suamiku untuk mendorong tidak kalah dalam kompetisi. Bagaimanapun dia adalah imamku.
Kusudahi niat untuk menulis buku harian setelah menggores kalimat singkat “ Maafkan aku papa …“
Mas, aku kangen papa “ kataku ketika sarapan pagi. Suamiku hanya menatapku sekilas dan tanpa menjawab seakan tidak peduli dengan kerinduanku.. Entah mengapa saat sekarang aku sangat merindukan papa.
“ Sudah dua kali ulang tahun papa, kita tidak datang. Mengapa Mas ? Bukankah papa selama ini selalu baik dengan kita ? “ Kataku.
“ Aku engga mau datang. Lagian apa peduli mu?. Bukankah mereka adalah orang tua angkatmu. Kafir lagi.”
“ Mas ..! “ Seruku tersekat dan menahan keterkejutan mendengar kata kata itu ..” Tolong jangan pernah keluar lagi kata kata seperti itu. Bagiku walau papa dan mana orang kristen namun mereka adalah orang tuaku.” Dan akupun menangis.
“ Kamu tahukan.? Kita sedang dalam keadaan sulit dan mereka tidak peduli.”
“ Mereka peduli “ jawabku seketika.
“ Mengapa mereka tidak bantu kita ?“
“ Karena aku memang tidak mau membebani mereka. Ini adalah rumah tangga kita dan kitalah yang harus menyelesaikannya. “
“ Itulah karena kamu memang bukan anak kandung mereka. Kamu muslim dan mereka kristen. Beda dengan Mbak Meri, Linda dan Bobi. Mereka hidupnya senang karena orang tuanya selalu membantu mereka “ kata suamiku dengan sinis.
“ Mas..” Aku tak bisa menahan tangin. “ Dari kecil aku dipungut papa dan mama. Namun Papa dan Mama tidak pernah membedakan kami satu sama lain. Mbak Linda dan Meri, Mas Bobi memang hidup mereka mapan. Mereka dapat menyelesaikan pendidikannya sampai tuntas dan mendapatkan pekerjaan yang baik.. Hanya aku yang tidak. Karena otakku tidak seencer mereka.” Kataku dengan terisak. Suamiku terdiam. Dia mungkin tidak mau aku terluka dengan kata katanya barusan.
“ Aku hanya ingin kita hadir dalam acara ulang tahun papa ini. Tolonglah mengerti Mas perasaan ku “Suamiku tidak mengubris dan segera menyudahi sarapan pagi sebelum waktunya dan . langsung pergi meninggalkanku seorang diri di meja makan.
Sejak menikah , aku diboyong oleh suamiku pindah kekota lain. Sudah lebih dua tahun sejak suamiku di PHK , aku tidak menghadiri acara ulang tahun yang selalu diadakan oleh papa dan mama. Walau mereka tidak pernah berharap ulang tahunnya dirayakan oleh anak anaknya namun mereka tidak bisa menolak bila acara itu diadakan. Apalagi usulan ini awalnya datang dariku. Kini dua kali acara ulang tahun itu terlewatkan begitu saja. Aku tidak ingin untuk kali ini akan sama dengan yang sebelumnya
.“ Dian , ““ Ya Papa ? Kataku ,setengah terkejut mengangkat telp genggamku
.“ Kamu jadi datang. ?“
“ Eeeh ya, ya pa. ? Jawabku bingung
“ Ada apa , dengan kamu.? Kedengaran sepertinya kamu lagi ada masalah. “
“ Tidak ada masalah Pa..”
“ Katakan dengan papa. Kamu adalah anak tersayang papa. Kamu akan salalu jadi anak bungsu papa. Katakan , sayang” Kata papa dengan lembut dan bijak.
“ Mas, Ton , tidak mau datang. “ Entah mengapa kata kata itu terlontar begitu saja. Tidak seperti sebelumnya dimana aku selalu pandai merangkai cerita bohong agar papa tidak kecewa dengan ketidak hadiranku
.“ Kenapa ? ada masalah apa dengan dia ?”
“ Dia malu datang ka Jakarta.”
“ Kenapa harus malu. Bukankah kami adalah orang tua kalian. “
“ Ya Papa. Sebetulnya sudah dua tahun Mas Ton tidak lagi bekerja. Kami memang lagi sulit. Tapi papa engga usah kawatir. Kami baik baik saja. Hanya Mas Ton malu dengan keadaanya yang tidak lagi bekerja. Dia malu dengan Mbak Linda, Mbak MEri dan Mas Bobi. Dia minder. “ Akirnya akupun tidak bisa lagi menyembunyikan rahasia yang seharusnya kujaga agar papa tidak mengetahui.
“ Oh begitu masalahnya. Katakan dengan suamimu, datanglah karena kami sangat mengharapkan kedatangan kalian. Terutama dengan mamamu Dia sangat merindukanmu. Sebetulnya kalau papa engga sibuk pengen sekali ke Kalimantan menemui kalian. “ Kata papa dengan lembut “Juga papa sudah kangen dengan Tika, cucu papa” Sambung papa. Tika memang dekat sekali dengan opanya. Pernah dua kali diajak papa keluar negeri ketika usianya masih berumur lima tahun. Padahal papa keluar negeri untuk urusan dinas..
“ Ya. Pa “ Kataku terisak.
Sehari sebelum acara ulang tahun, suamiku berubah pikiran. Suamiku setuju untuk datang ke Jakarta.“ Kita jadi berangkat ke Jakarta. “
“ Benar ya Mas.” Kataku setengah beteriak riang . “ Tapi acaranya besok. “ sambungku bingung
“ Ya. Sekarang kita langsung ke Airport. Kita jemput Tika kesekolah dan langsung ke Jakarta. “ kata suamiku.
“ Terimakasih ya Mas, Sudah mengerti perasaan aku “ kupeluk suamiku.
“ Ada lagi yang harus kamu ketahui” Kata suamiku lagi sebelum hilang keceriaan karena jadi berangkat.
.“ Apa itu? “
“ Aku tidak perlu malu lagi dengan keluargamu. Karena sekarang aku sudah dapat kerjaan. Aku sudah diterima bekerja. Aku tidak lagi nganggur sekarang. “ Kata suamiku beruntun sambil mengangkat tubuhku tinggi tinggi dan menggendongku dengan berputar putar. Itulah sifat suamiku yang memang terlahir sebagai anak bungsu dan selalu manja.“ Oh Ya Mas .Alhamdulillah,..” kubalas pelukan suamiku dengan air mata berlinang
.“ Maafkan aku bila selama ini sering membuat kamu tersinggung dengan sikapku yang kasar. Aku memeng depresi melihat kamu terus bekerja sementara aku hanya di rumah. AKu sayang kamu. Aku tidak mau kamu menderita hidup bersamaku. “ kata suamiku..
Kedatanganku dan suami serta anakku Tika disambut oleh papa dan mama dengan gembira. Juga oleh seluruh keluarga besar yang ikut datang jauh jauh hanya ingin menghadiri ulang tahun papa yang ke 56. Ditengah acara pesta itu , papa menarik tanganku untuk dikenalkan dengan seseorang“ Pak Robet. Ini anak saya. “
“ Oh Ini toh anakmu yang suaminya akan bekerja di cabang perusahaan kami di Surabaya. “ kata pria yang dipanggil Robet itu. Aku terkejut dan tidak mengerti maksud dari kata pria itu
“ Betul. Pak. Tolong didik suaminya. Saya serahkan kepada Pak Robet lah. Anggap dia seperti anak sendiri.” Kata papa dengan angkrap kepada pria itu.
“ Tentu! Tentu!, Pak. Mantu bapak juga mantu saya. Tidak usah kawatir. Dan lagi hasil test memang mantu bapak pantas diterima diperusahaan kami. “ Kata pria itu. Sementara aku bengong. Ternyata papalah dibalik suksesnya suamiku diterima bekerja.
Kemudian Papa berbisik kepadaku “ Jangan pernah cerita kepada suamimu bahwa dia bekerja karena rekomendasi papa. Pak Robet itu pemegang saham di perusahan. Kebetulan suamimu pernah masukin lamaran dikantornya setahun yang lalu. Jadi , sampai sekarang suamimu hanya tahu dia diterima bekerja karena dia pernah mengirim lamaran. “
“ Mengapa papa harus rahasiakan “ Tanyaku haru.
“ Anakku , “kata papa sambil merangkul pundakku. “ Semua pria sama. Pekerjaan adalah harga diri bagi mereka. Bukan masalah berapa penghasilan yang akan didapat tapi kehormatan dihadapan orang lainpun penting. Jadi selagi suamimu merasa malu karena tidak bekerja itu pertanda kamu mendapatkan suami yang benar benar sebagai laki laki. Jadi membuat ini tetap menjadi rahasia adalah lebih baik agar suamimu dapat menjadi lelaki yang sesungguhnya untuk membuktikan diri kepada siapapun bahwa dia pantas dihormati dan dihargai.” Kata papa.
Aku tak bisa menahan tangis. Aku bersyukur mendapatkan papa sebaik ini. Yang selalu menjadi pelindungku dan selalu bijak.
“ Apakah mama tahu tentang ini, Pa ? “ tanyaku lagi
“ Mamamu tidak tahu. Juga kakak kakamu. “ Kata papa dengan tersenyum.” Untung kamu beritahu keadaan suamimu hingga papa dapat berbuat sesuatu untuk kalian. “
“ Makasih ya Pa. “ kupeluk papa dengan linangan airmata
“ Jangan menangis Anak papa jelek kalau nangis” Kata papa sambil memegang daguku. Dari kejauhan nampak suamiku memperhatikan kami dan melangkah mendekat. Segera kuusap airmataku.
“ Pa, mulai minggu depan aku sudah diangkat sebagai kepala cabang di Surabaya. Kami mohon doa restu semoga didaerah baru ini kami dapat sukses. “ Kata suamiku dengan wajah yang nampak percaya diri.
“ Oh ya. Jadi engga di Kalimantan lagi? “ Kata papa dengan roman agak terkejut.
"Tidak pa. Aku udah pindah keperusahaan lain. Sekarang jabatan baruku sebagai kepala cabang disurabaya. “ Lagi lagi nampak suara suamiku terdengar membanggakan diri.
“ Hebat kamu. Papa bangga sekali. Jaga diri kalian baik baik di tempat baru.. “ Kata papa sambil memeluk suamiku.
“ Ya. Pa. “ Kata suamiku sambil melirik kearahku dengan bangganya.
No comments:
Post a Comment