Saturday, April 01, 2023

Uang haram di lingkaran pejabat

 




“ We shall meet “ Pesan datang dari aplikasi SafeNet. Saya tahu ini ada masalah serius yang harus dibicarakan Steven kepada saya. Tepatnya lebih dari serius. Berkaitan dengan acaman terhadap masalah dia, dan tentu kepada saya juga.  Saat pesan itu masuk saya sedang di KL. “ Saya akan datang dengan private jet ke  KL. Kita bicara nanti di pesawat dalam penerbangan ke Hong Kong.” Pesan Steven  berikutnya. Saya menyanggupi. Sore hari saya sudah di bandara KL international. Steven mengajak saya ke tempat parkir private jet. Kami terbang ke Hong Kong. Di dalam pesawat hanya ada kami berdua.


Lona hilang.  Di tempat kerjanya semua anak buah dan pengawalnya tewas. Mereka dilumat oleh cairan asam. Engga ada jejak siapa pembunuhnya dan korban tidak terindifikasi. Polisi Kamboja nyatakan cased closed. “ kata Steven dengan nada datar. Dia seperti stress. Bukan seperti tapi benar benar stress.  Saya berusaha tenang. Teringat setahun lalu saya bertemu dengan Lona di Singapore. Sepertinya dia tidak ada masalah. Business jasa aplikasi judi dan game online nya bagus bagus saja. Bahkan berkembang pesat. Karena ada izin dari club bola di Eropa tapi diatur oleh yayasan yang terdaftar di Malta. Negara bebas pajak.


“ Masalahnya B, Lona ternyata terjebak pencucian uang yang dilakukan sindikat di Kamboja. Ini terhubung dengan sindikat di Taipeh. Mereka semua boronan pemerintah China. Tinggal di Kamboja dengan passpor palsu. Kebanyakan mereka gunakan passport Indonesia. “ Kata steven kemudian. Dia pelihatkan photo lewat gadget nya. Saya terkejut ketika meliat photo itu. Lona sedang bersama pria di Cafe di London.  Saya kenal pria itu. Namun nama pastinya tidak tahu. Dunia bawah tanah menyebut Eagle Nam atau disingkat EN. 


“ Kapan kamu dapat photo ini ? Tanya saya dengan raut keras.


“ Setelah Lona menghilang. Saya dapat dari jaringan saya di Hong Kong. “  Kata Steven lesu.


Saya terdiam. Berpikir keras. Masalah yang dihadapi Steven terlalu besar. Sangat besar. EN memang anggota kartel Narkoba Golden Triangle. Menyentuhnya sama saja menghadapi boss Golden Triangle. Itu  bukan hanya menghadapi mereka tetapi juga menghadapi aparat polisi, militer dan pejabat yang melindungi mereka.


“ B, apa yang harus saya lakukan” kata Steven dengan wajah tak berdaya. 


“ Kamu tenang. “ Kata saya. “ Mari hitung masalah yang kita hadapi. Sebutkan apa saja.”


“ Hanya satu.” 


“ Apa ?


“ USD 15 miliar yang ada di rekening offshore telah lenyap terkuras. Itu dana sebagian besar milik  sindikat Golden Triangle, dan Lona menghilang. Kini saya jadi target terbuka. Saya tidak bisa sembunyi. Karena perusahaan Lona itu pemegang saham mayoritas adalah  saya. Belum lagi …”  Kata Steven terhenti. Dia mengusap kepalanya.


“ Apa?


“ Asosiasi bola juga dapat bagian fee dari aliran dana haram ini. Karena izin game online mereka yang keluarkan “ Kata steven menunduk. 


“ Duh Steven. Artinya dari awal kamu yang merancang semua. Dan Lona hanya jadi pion kamu. Bodoh sekali kamu !” Kata saya setengah teriak. “  Maafkan saya B..” Suara steven terdengar lirih. 


“ Ya udah kamu tenang aja. Saya akan urus ini. Janji setelah ini jangan pernah sentuh lagi bisnis ini.” Kata saya dengan mimik keras memperingatkan Steven. 


“ Ya janji B. Kalaulah dari awal saya dengar nasehat kamu, tentu ini tidak akan terjadi.” 


Saya telp Victor di Moscow “ Bawa team kamu ke Macau”

“ Apakah itu termasuk team pemukul juga ?” Kata victor menegaskan. 

“ Ya. “  kata saya singkat dan menatap Steven. “ War begins now “ Kata saya lambat dengan mata marah. Steven mengirim semua file account via safenet. Saya forward via safenet ke Victor dengan catatan. “ Atur rencana. Save Steven.”


***

Keesokannya saya bertemu dengan Victor di kamar panthouse hotel milik Steven. “ Atur EN ketemu saya. Dimanapun. Saya siap. “ kata saya setelah breifing Victor soal detail rencana  operasi.  


“ Siap B.” Kata Victor. Saya segera minta Victor keluar dari kamar saya.  Steven gandakan pengawalnya di tempat tinggal dan di hotelnya. Kemanapun dia pergi harus dapat izin dari team Victor. Steven setuju. 


***

30 hari kemudian saya dapat kabar dari Victor. “ B, udah terkonfirmasi EN mau bertemu dengan anda. Dia pilih wilayah netral di boarder kamboja.” Kata Viktor. 

“ OK. Kapan ?

“ Besok.”

“ OK.

“ Kita terbang ke Malaysia dan terus naik kendaraan ke boarder. “ Kata victor. 


Pertemuan itu sudah direncanakan dengan baik oleh Victor. Terutama soal keamanan saya. Termasuk jalur evakuasai kalau terjadi kontak senjata.  Dikuridor hotel dia akan tempatkan 4 orang pengawal. Dia juga sudah tempatkan satu Sniper untuk melindungi kami dari serangan tak terduga. " B, bagaimanapun pertemuan ini beresiko besar. EN belum sepenuhnya bisa kita lumpuhkan. Mereka terlalu kuat. Dapat backing dari aparat. Kamu sabar bisa engga sampai bulan depan, Saat itu dia sudah bisa kita lumpuhkan. " Kata Victor. 


" Saya harus ketemu dia dan sekaligus hentikan perang. " Kata saya berkeras hati.

" Tapi B, dia tidak ingin kamu datang dengan pengawalan. " Kata Victor dengan kawatir.

" Ya engga ada masalah. Saya datang sendiri." Kata saya.

" Ok, saya akan siapkan pengawalan dengan parameter 100 M. " kata Victor.  


Saya mengangguk. 


" B, saya pernah liat kamu di Dubai. Bisa menjadikan apa saja senjata. Bahkan air minum kamu lempar ke orang,  itu bisa mematikan. Semburannya tajam sama seperti silet. Tapi saya kawatir B. " Kata VIctor. Saya tepuk bahu dia. " Kamu tahu, kata saya. " Yang paling ditakuti oleh EN itu adalah kemiskinan. Saya datang dengan solusi. Engga  mungkin dia mau bunuh saya. "


Malam hari keesokannya saya bertemu dengan EN. Kesan saya dia gentelman. Engga ada kesan dia gangster. Setelah jas nya mahal. 


“ B, saya orang bisnis. Saya engga suka perang. Bukan eranya lagi. “ katanya. Saya tahu team victor berhasil lumpuhkan anak buahnya selama 30 hari perang di London, Taipeh, dan Thailand, Kamboja. 


“ Pulihkan rekening uang saya dan saya bebaskan Lona “ Katanya kemudian dengan nada dingin. Saya diam saja dan tersenyum. Saya tahu, Team Victor di London berhasil lacak lalu lintas uangnya dan kerjasama dengan jaringan financial di NY untuk hack  rekeningnya lewat request file compliance 3310.  Selama dia tidak jawab, selama itu juga uang dibekukan oleh otoritas AS. Engga mungkin dia jawab. Lah origin fund nya ilegal transaksi.  Apabila lewat seminggu dia tidak jawab, power dari 3310 akan menggedor otoritas dimana saja aliran uang itu ada. Ini akan jadi skandal politik. Maklum uang itu dicuci berkat konspirasi dengan otoritas. Dan pemerintah akan kena ban international kalau tidak menyelesaikan kasus itu. Akan banyak elite politik yang kena kasus. Badai tsunam politik terjadi. Menyapu siapa saja yang terlibat. EN tahu soal time line itu  dan karenanya dia ingin bertemu saya.


“ Saya datang tidak untuk negosiasi. Kembalikan dana steven dan bebaskan Lona. Setelah itu permintaan kamu saya penuhi. Dan kasus tidak akan disclosed. Kalaupun disclosed team di AS akan bisa buat situasi Obscure. Network anda dilingkaran politik dan pemerintah aman. “ Kata saya dengan tenang.


EN terdiam. Kami berada dilantai 8 hotel. Menghadap ke laut. Dari jarak 1 mill ada kapal pesiar lego jangkar. Team  victor dalam kedaan standby di kapal. EN memang tidak mau saya datang dengan pengawal. Sementara dia bersama teamnya ada 4 orang di kamar itu. 


Saya melirik ke arah botol champagne. Terlihat gerakan dari anak buah EN di belakang saya. Dengan replek saya lempar  batu es yang ada di dalam bejana champagn. Tepat mengenai matanya. Batu es itu terbenam sampai ke otaknya. Dia tersungkur. Dengan capat saya salto ke belakang seraya mengambil senjata dari pengawal yang tersungkur. Kejadian cepat sekali. Namun dengan cepat EN teriak agar anak buahnya menghentikan serangan. EN tahu  bahwa apabila 10 menit saya tidak keluar dari kamar hotel, team serbu saya akan masuk. Dan dipastikan semua pintu keluar EN sudah dikepung oleh team Victor. Saya tenang saja namun tetap waspada. 


“ B, saya setuju dengan usul kamu “ katanya. Dia buka komputer dan melakukan pengiriman uang lewat API ke rekening steven di Malta.  Tak lebih 3 menit Steven kirim message via SafeNet.” uang sudah masuk” 


Saya melangkah ke arah pintu keluar kamar. “ Dalam 10 menit. Uang kamu akan unblock. Kita closed file “ kata saya. 


“ Lona ada di bangkok.  Saya pastikan kamu akan temui dia di Sheraton grande. Orang saya akan kirim dia kesana sekarang” Kata EN mengatar saya sampai pintu kamar.


“ Pertahanan kamu memang hebat, tapi dalam hal operation financial kamu lemah. “ Kata saya menatapnya saat sudah diluar  pintu kamar. “ Sekali kamu ganggu Steven, saya pastikan kamu miskin dan semua jaringan kamu akan diburu oleh aparat. Ingat, tidak semua aparat yang bisa kamu beli. Masih ada banyak yang bersih. “ Kata saya mengingatkan. Dia tahu resikonya. Karena sejak saya bisa block aliran dananya, bagi dia itu lebih menakutkan dari gangster bersenjata api atau bersenjata tajam. Dia menganguk dan membungkuk depan saya.


Di kuridor kamar,  victor dan angota teamnya mengawal saya masuk lift dan turun ke lobi. Kami terus ke Bangkok.


***

Saat saya masuk kamar Sheraton Grande, Lona sedang duduk dikelilingi 4 orang team Steven. Steven mendekati saya. “ Terimakasih. Urusan selesai.  Saya diam saja. Tapi saya minta semua keluar.  Tinggal Lona dan saya. Lona sujud depan saya. “ kamu sampah. Begitu rendahnya kamu hargai trust dari Steven. Kamu pikir kami bodoh. Mengapa kamu tega korbankan anak buah kamu demi uang. ? 


“ B, saya jatuh cinta dengan EN. Saya tidak tahu kalau dia anggota kartel. Tapi setelah dia tahu semua informasi dari saya. Dia berubah jadi monster. EN paksa saya pindahkan uang ke rekening dia dan anak buah saya semua dibunuh dia. Saya ditahan dia untuk jadi budaknya merampok aliran dana judi online dan menyalurkan dana haramnya.” Kata Lona dengan menangis. “ Kasihani saya, B. Saya lahir dari keluaga miskin. Saya capek jadi keset kaki orang kaya.  “ Lanjut Lona dengan terisak isak. 


Saya diam saja. Bagi saya sampah tetap sampah. Lona terus sujud dengan tangis terisak isak.


“ Kamu pulang ke Manila. Jangan pernah kembali lagi. Sekali saya tahu kamu main lagi. Saya akan buru kamu” Kata saya. 


“ Berdiri dan pergi keluar.” Kata saya membentaknya. Dia berdiri namun tidak juga keluar. “ B, maafkan saya. Saya tidak punya skill apapun untuk survival. Tidak ada tempat bagi saya dimanapun. Saya salah. Maafkan saya.” Kata Lona kembali berlutut. Saya diamkan saja. Lona masih berlutut.  Dia memang salah. Tapi terlalu sombong saya harus membuangnya begitu saja. Dan lagi dia hanya korban dari kebodohannya. Tidak akan ada pengaruhnya terhadap masa depan bisnis Steven. Dihadapan EN diapun dianggap sampah. Kalau saya tidak maafkan, tentu saya yang salah." Kemari kamu. “ Kata saya. Lona menatap aneh. Antara percaya dan tidak mendengar panggilan saya. 


Dia berdiri dan melangkah lambat. Ketika saya membentangkan kedua tangan. Dia menghambur dalam pelukan saya. “ Saya maafkan kamu. Mulailah hidup baru. Selalu ada kesempatan untuk kamu jadi orang baik. “ Kata saya. Saya serahkan uang yang sebelumnya Victor serahkan ke saya. “ Ini uang untuk kamu mulai hidup baru” Kata saya menyerahkan amplop.  Lona mengangguk. Steven printahkan anak buahnya antar lona ke Bandara.


***

" B, mengapa kamu biarkan Lona bebas begitu saja. Seharusnya kirim dia ke Tuhan. Karena kesalahannya sangat fatal. Perang selama 30 hari ongkosnya mahal sekali. Dia pantas mati." kata Steven dengan nada kesal karena saya bebaskan Lona. Kami berbicara di kamar hotel Sheraton. 


" Sumber masalah itu ada pada kamu, Stev. " kata saya dengan nada datar. " Kamu pikir hanya dengan bisnis aplikasi judi dan gamaonline kamu bisa kaya raya memanfaatkan modus pencucian uang. Kamu tidak sadar kalau itu semua ada ongkosnya. Mereka yang jadi mitra Lona itu semua orang gila. Mereka menjadikan Uang sebagai Tuhan. Dan karena itu mereka bisa berlaku seperti Tuhan. Membunuh dan menghabisi orang yang menghalangi bisnisnya, bahkan membeli kekuasaan untuk melancarkan operasi kejahatan. Kita engga berbisnis seperti itu. Kita memang bukan orang baik tetapi kita bukan monster." kata saya.


" Seharusnya kamu lebih dekat kepada Lona. Sehingga dia bisa terbuka kepada kamu, boss nya. Mengelola proxy itu tidak hanya dengan gaji dan fasilitas tetapi juga dengan perhatian dan cinta. Contoh supir pribadi kamu. Dia itu proxy kendaraan kamu. Kalau dia berniat jahat mudah sekali dia bunuh kamu. Cukup dia tabrakan kendaraan atau dia masuk jurang. Mati kamu. Jadi jaga anak buah dengan cinta. Dalam tugas ya arahkan mereka disiplin, Tetapi pendekatan kemanusiaan tidak bisa diabaikan. Saya punya banyak proxy. Mereka loyal dengan saya bukan karena gaji dan fasiltas, tetapi attention personal saya juga besar. Dan itu tulus tanpa ada kesan saya membangun cintra dihadapan mereka. " Kata saya. Steven menyimak.


" Masalah Lona selesai. Itu keputusan saya. Dan kamu lupakan bisnis ini. Paham!


"Siap B!




Disclaimer. Name and place, just a fiction.

Tuesday, March 28, 2023

Doniku...

 




“ Goblok kamu ya…” Kata Suamiku sambil melemparkan buku lapor sekolah Doni. Kulihat suamiku berdiri dari tempat duduknya dan kemudian dia menarik kuping Doni dengan keras. Doni meringis Tak berapa lama Suamiku pergi kekamar dan keluar kembali membawa penepuk nyamuk.  Penepuk nyamuk itu diarahkan kekaki, kemudian ke punggung dan terus , terus. Doni menangis “ Ampun, ayah ..ampun ayah..” Katanya dengan suara terisak isak. Wajahnya memancarkan rasa takut. Dia tidak meraung. Doniku tegar dengan siksaan itu. Tapi matanya memandangku. Dia membutuhkan perlindunganku. Tapi aku tak sanggup karena aku tahu betul sifat suamiku.


“Lihat adik adikmu. Mereka semua pintar pintar sekolah. Mereka rajin belajar. Ini kamu anak tertua malah malas dan tolol. Mau jadi apa kamu nanti ?. Mau jadi beban adik adik kamu ya…he! “ Kata suamiku dengan suara terengah engah kelelahan memukul Doni. Suamiku terduduk di korsi. Matanya kosong memandang kearah Doni dan kemudian melirik kearah ku “ Kamu ajarin dia. Aku tidak mau lagi lihat lapor sekolahnya buruk. Dengar itu. “ Kata suamiku kepadaku sambil berdiri dan masuk kekamar tidur.


Kupeluk Doni. Matanya memudar. Aku tahu dengan nilai lapor buruk dan tidak naik kelas saja dia sudah malu, apalagi dimaki maki dan dimarahi di depan adik adiknya. Dia malu sebagai anak tertua. Kembali matanya memandangku. Kulihat dia butuh dukunganku. Kupeluk Doni dengan erat “ Anak bunda, tidak tolol. Anak bunda pintar kok. Besok ya rajin ya belajarnya”


“ Doni udah belajar sungguh sungguh, bunda. Bunda kan lihat sendiri. Tapi Doni memang engga pintar seperti Ruli dan Rini. Kenapa ya Bunda” Wajah lugunya membuatku terenyuh.. Aku menangis “ Doni, pintar kok. Doni kan anak ayah. Ayah Doni pintar tentu Doni juga pintar. “


“ Doni bukan anak ayah.” Katanya dengan mata tertunduk “ Doni telah mengecewakan Ayah, ya bunda “


Malamnya , adiknya Ruli yang sekamar dengannya membangunkan kami karena ketakutan melihat Doni menggigau terus. Aku dan suamiku berhamburan kekamar Doni. Kurasakan badannya panas. Kupeluk Doni dengan sekuat jiwaku untuk menenangkannya. Matanya melotot kearah kosong. Kurasakan badannya panas. Segera kukompres kepalanya dan suamiku segera menghubungi dokter keluarga. Doni tak lepas dari pelukanku “ Anak bunda, buah hati bunda, kenapa sayang. Ini bunda,..” Kataku sambil terus membelai kepalanya. Tak berapa lama matanya mulai redup dan terkulai. Dia mulai sadar. Doni membalas pelukanku. ‘ Bunda, temani Doni tidur ya." Katanya sayup sayup. Suamiku hanya menghelap nafas. Aku tahu suamiku merasa bersalah karena kejadian siang tadi.


Doni adalah putra tertua kami. Dia lahir memang ketika keadaan keluarga kami sadang sulit. Suamiku ketika itu masih kuliah dan bekerja serabutan untuk membiayai kuliah dan rumah tangga. Ketika itulah aku hamil Doni. Mungkin karena kurang gizi selama kehamilan tidak membuat janinku tumbuh dengan sempurna. Kemudian, ketika Doni lahir kehidupan kami masih sangat sederhana. Masa balita Doni pun tidak sebaik anak anak lain. Diapun kurang gizi. 


Tapi ketika usianya dua tahun, kehidupan kami mulai membaik seiring usainya kuliah suamiku dan mendapatkan karir yang bagus di BUMN. Setelah itu aku kembali hamil dan Ruli lahir., juga laki laki dan dua tahu setelah itu, Rini lahir, adik perempuannya. Kedua putra putriku yang lahir setelah Doni mendapatkan lingkungan yang baik dan gizi yang baik pula. Makanya mereka di sekolah pintar pintar. Makanya aku tahu betul bahwa kemajuan generasi ditentukan oleh ketersediaan gizi yang cukup dan lingkungan yang baik.


Tapi keadaan ini tidak pernah mau diterima oleh Suamiku. Dia punya standard yang tinggi terhadap anak anaknya. Dia ingin semua anaknya seperti dia. Pintar dan cerdas. “ Masalah Doni bukannya dia tolol, Tapi dia malas. Itu saja. “ Kata suamiku berkali kali. Seakan dia ingin menepis tesis tentang ketersediaan gizi sebagai pendukung anak jadi cerdas. “ Aku ini dari keluarga miskin. Manapula aku ada gizi cukup. Mana pula orang tuaku ngerti soal gizi. Tapi nyatanya aku berhasil. “ Aku tak bisa berkata banyak untuk mempertahankan tesisku itu.


Seminggu setelah itu, suamiku memutuskan untuk mengirim Doni kepesantren. AKu tersentak.


“ Apa alasan Mas mengirim Doni ke Pondok Pesantren “


“ Biar dia bisa dididik dengan benar”


“ Apakah dirumah dia tidak mendapatkan itu”


“ Ini sudah keputusanku, Titik.


“ tapi kenapa , Mas” AKu berusaha ingin tahu alasan dibalik itu.


Suamiku hanya diam. Aku tahu alasannya.Dia tidak ingin ada pengaruh buruk kepada kedua putra putri kami. Dia malu dengan tidak naik kelasnya Doni. Suamiku ingin memisahkan Doni dari adik adiknya agar jelas mana yang bisa diandalkannya dan mana yang harus dibuangnya. Mungkinkah itu alasannya. Bagaimanapun , bagiku Doni akan tetap putraku dan aku akan selalu ada untuknya. Aku tak berdaya. Suamiku terlalu pintar bila diajak berdebat.


Ketika Doni mengetahui dia akan dikirim ke Pondok Pesantren, dia memandangku. Dia nanpak bingung. Dia terlalu dekat denganku dan tak ingin berpisah dariku.


Dia peluk aku “ Doni engga mau jauh jauh dari bunda” Katanya.


Tapi seketika itu juga suamiku membentaknya “ Kamu ini laki laki. TIdak boleh cengeng. Tidak boleh hidup dibawah ketika ibumu. Ngerti. Kamu harus ikut kata Ayah. Besok Ayah akan urus kepindahan kamu ke Pondok Pesantren. “


Setelah Doni berada di Pondok Pesantren setiap hari aku merindukan buah hatiku. Tapi suamiku nampak tidak peduli. “ Kamu tidak boleh mengunjunginya di pondok. Dia harus diajarkan mandiri. Tunggu saja kalau liburan dia akan pulang” Kata suamiku tegas seakan membaca kerinduanku untuk mengunjungi Doni.


Tak terasa Doni kini sudah kelas 3 Madrasa Aliyah atau setingkat SMU. Ruli kelas 1 SMU dan Rini kelas 2 SLP. Suamiku tidak pernah bertanya soal Raport sekolahnya. Tapi aku tahu raport sekolahnya tak begitu bagus tapi juga tidak begitu buruk. Bila liburan Doni pulang kerumah, Doni lebih banyak diam. Dia makan tak pernah berlebihan dan tak pernah bersuara selagi makan sementara adiknya bercerita banyak soal disekolah dan suamiku menanggapi dengan tangkas untuk mencerahkan. Walau dia satu kamar dengan adiknya namun kamar itu selalu dibersihkannya setelah bangun tidur. Tengah malam dia bangun dan sholat tahajud dan berzikir sampai sholat subuh.


Kuperhatikan tahun demi tahu perubahan Doni setelah mondok. Dia berubah dan berbeda dengan adik adiknya. Dia sangat mandiri dan hemat berbicara. Setiap hendak pergi keluar rumah, dia selalu mencium tanganku dan setelah itu memelukku. Beda sekali dengan adik adiknya yang serba cuek dengan gaya hidup modern didikan suamiku.


Setamat Madrasa Aliyah, Doni kembali tinggal di rumah. Suamiku tidak menyuruhnya melanjutkan ke Universitas. “ Nilai rapor dan kemampuannya tak bisa masuk universitas. Sudahlah. Aku tidak bisa mikir soal masa depan dia. Kalau dipaksa juga masuk universitas akan menambah beban mentalnya. “ Demikian alasan suamiku. Aku dapat memaklumi itu. Namun suamiku tak pernah berpikir apa yang harus diperbuat Doni setelah lulus dari pondok. Donipun tidak pernah bertanya. Dia hanya menanti dengan sabar.


Selama setahun setelah Doni tamat dari mondok, waktunya lebih banyak dihabiskan di Masjid. Dia terpilih sebagai ketua Remaja Islam Masjid. Doni tidak memilih Masjid yang berada di komplek kami, tapi dia memilih masjid diperkampungan yang berada di belakang komplek. Mungkin karena inilah suamiku semakin kesal dengan Doni karena dia bergaul dengan orang kebanyakan. Suamiku sangat menjaga reputasinya dan tak ingin sedikitpun tercemar. Mungkin karena dia malu dengan cemoohan dari tetangga maka dia kadang marah tanpa alasan yang jelas kepada Doni. Tapi Doni tetap diam. Tak sedikitpun dia membela diri.


Suatu hari yang tak pernah kulupakan adalah ketika polisi datang kerumahku. Polisi mencurigai Doni dan teman temannya mencuri di rumah yang ada di komplek kami. Aku tersentak. Benarkah itu. Doni sujud di kaki ku sambil berkata “ Doni tidak mencuri , Bunda. Tidak, Bunda percaya kan dengan Doni. Kami memang sering menghabiskan malam di masjid tapi tidak pernah keluar untuk mencuri.” 


Aku meraung ketika Doni dibawa kekantor polisi. Suamiku dengan segala daya dan upaya membela Doni. Alhamdulilah Doni dan teman temannya terbebaskan dari tuntutan itu. Karena memang tidak ada bukti sama sekali. Mungkin ini akibat kekesalan penghuni komplek oleh ulah Doni dan kawan kawan yang selalu berzikir dimalam hari dan menggangu ketenangan tidur.


Tapi akibat kejadian itu, suamiku mengusir Doni dari rumah. Doni tidak protes. Dia hanya diam dan menerima keputusan itu. Sebelum pergi dia rangkul aku ” Bunda , Maafkanku. Doni belum bisa berbuat apapun untuk membahagiakan bunda dan Ayah. Maafkan Doni “ Pesanya. Diapun memandang adiknya satu satu. Dia peluk mereka satu persatu “ Jaga bunda ya. Mulailah sholat dan jangan tinggalkan sholat. Kalian sudah besar .” demikian pesan Doni. Suamiku nampak tegar dengan sikapnya untuk mengusir Doni dari rumah.


“ Mas, Dimana Doni akan tinggal. “ Kataku dengan batas kekuatan terakhirku membela Doni.


“ Itu bukan urusanku. Dia sudah dewasa. Dia harus belajar bertanggung jawab dengan hidupnya sendiri.


***

Tak terasa sudah enam tahun Doni pergi dari Rumah. Setiap bulan dia selalu mengirim surat kepadaku. Dari suratnya kutahu Doni berpindah pindah kota. Pernah di Bandung, Jakarta, Surabaya dan tiga tahun lalu dia berangkat ke Luar negeri. Bila membayangkan masa kanak kanaknya kadang aku menangis. Aku merindukan putra sulungku. Setiap hari kami menikmati fasilitas hidup yang berkecukupan. Ruli kuliah dengan kendaraan bagus dan ATM yang berisi penuh. Rinipun sama. 


Karir suamiku semakin tinggi. Lingkungan social kami semakin berkelas. Tapi, satu putra kami pergi dari kami. Entah bagaimana kehidupannya. Apakah dia lapar. Apakah dia kebasahan ketika hujan karena tidak ada tempat bernaung. Namun dari surat Doni , aku tahu dia baik baik saja. Dia selalu menitipkan pesan kepada kami, “ Jangan tinggalkan sholat. Dekatlah kepada Allah maka Allah akan menjaga kita siang dan malam. “


***


Prahara datang kepada keluarga kami. Suamiku tersangkut kasus Korupsi. Selama proses pemeriksaan itu suamiku tidak dibenarkan masuk kantor. Dia dinonaktifkan. Selama proses itupula suamiku nampak murung. Kesehatannya mulai terganggu. Suamiku mengidap hipertensii. Dan puncaknya , adalah ketika Polisi menjemput suamiku di rumah. Suamiku terbukti melakukan tindak pidana korupsi. Rumah dan semua harta yang selama ini dikumpulkan disita oleh negara. 


Media massa memberitakan itu setiap hari. Reputasi yang selalu dijaga oleh suamiku selama ini ternyata dengan mudah hancur berkeping keping. Harta yang dikumpul, sirna seketika. Kami sekeluarga menjadi pesakitan. Ruli malas untuk terus keliah karena malu dengan teman temannya. Rini juga sama yang tak ingin terus kuliah.


Kini suamiku dipenjara dan anak anak jadi bebanku di rumah kontrakan. Ya walau mereka sudah dewasa namun mereka menjadi bebanku. Mereka tak mampu untuk menolongku. Baru kutahu bahwa selama ini kemanjaan yang diberikan oleh suamiku telah membuat mereka lemah untuk survival dengan segala kekurangan. Maka jadilah mereka bebanku ditengah prahara kehidupan kami. 


Pada saat inilah aku sangat merindukan putra sulungku. Satu hari aku melihat sosok pria gagah berdiri di depan pintu rumah. Doniku ada di depanku dengan senyuman khasnya. Dia menghambur kedalam pelukanku. “ Maafkan aku bunda, Aku baru sempat datang sekarang sejak aku mendapat surat dari bunda tentang keadaan ayah. “ katanya. Dari wajahnya kutahu dia sangat merindukanku. Rini dan Ruli juga segera memeluk Doni. Mereka juga merindukan kakaknya. Hari itu, kami berempat saling berpelukan untuk meyakinkan kami akan selalu bersama sama.


Kehadiran Doni di rumah telah membuat suasana menjadi lain. Dengan bekal tabungannya selama bekerja diluar negeri, Doni membuka usaha percetakan dan reklame. Aku tahu betul sedari kecil dia suka sekali menggambar namun hobi ini selalu dicemoohkan oleh ayahnya. Doni mengambil alih peran ayahnya untuk melindungi kami. 


Tak lebih setahun setelah itu, Ruli kembali kuliah dan tak pernah meninggalkan sholat dan juga Rini. Setiap maghrib dan subuh Doni menjadi imam kami sholat berjamaah dirumah. Seusai sholat berjaman Doni tak lupa duduk bersilah dihadapan kami dan berbicara dengan bahasa yang sangat halus , beda sekali dengan gaya ayahnya


“ Hidup ini bukan mencari rasa hormat di hadapan manusia. Hidup ini mecari ridho Allah. Harta dunia, pangkat dan jabatan adalah cobaan terberat dalam hidup dan cara menghadapinya hanya satu yaitu rendah hati dan berbagi. Kita harus berjalan dengan cara yang benar menurut Allah agar kita sampai kepada jalan sebenarnya. Dekatlah kepada Allah. Jangan pernah sekalipun tinggalkan sholat. Kalau kita dekat kepada Allah, maka Allah akan menjaga kita siang dan malam.   Apakah ada yang lebih hebat menjaga kita di dunia ini selain Allah.? Apapun yang hllang selalu ada gantinya, tetapi kalau Tuhan hilang dari hati kita, maka itu tidak ada gantinya. Kita akan menjadi korban kehidupan yang akan menjadi sesal tak berujung. “


“ Apa yang menimpa keluarga kita sekarang bukanlan azab dari Allah. Ini pesan cinta dari Tuhan. Kita semua punya peran hingga membuat ayah terpidana koruptor. Allah sedang berdialogh dengan kita tentang sabar dan ikhlas. Tentang hakikat kehidupan, kehormatan. Kita harus mengambil hikmah dari ini semua untuk kembali kepada Allah dalam sesal dan taubat. Agar bila besok ajal menjemput kita, tak ada lagi yang harus disesalkan.  Kembali dalam keadaan husnul khatimah. " Kata Doni. Aku menangis. Doniku memelukku dengan segenap cintanya. 


Tuhan memang tidak memberiku putra yang pintar dan terpelajar. Tapi Tuhan mengajarinya untuk hidup berakal  dan dia mendapatkan itu untuk menjadi cerdas dalam keimanan. Doniku cerdas secara spiritual dan cerdas secara intelektual. Dia mandiri dan bertanggung jawab kepada ayah dan ibunya, serta adik adiknya.  Doniku menuntun kami dalam taubah. Ini jugalah yang mempengaruhi sikap suamiku di penjara. Kesehatannya membaik. Darah tingginya tak lagi sering naik. Dia ikhlas dan sabar , dan tentu karena dia semakin dekat kepada Allah. Tak pernah tinggal sholat sekalipun. Zikir dan linangan airmata sesal akan dosanya telah membuat jiwanya tentram.  Kalau ada harta terindah maka itu adalah anak yang sholeh, Mahasuci Allah.

Saturday, March 25, 2023

Dia naif

 



Tahun 2010 saya datang ke Bangkok untuk bertemu dengan relasi saya, Aroon.. Pagi datang. Rencana malamnya saya kembali ke Hong Kong dengan pesawat terakhir.  Janji makan siang di grand millenium hotel Bangkok. Dari bandara saya langsung ke Hotel. Jam 12.45 saya sudah di hotel. Aroon sudah menanti. Kedatangan saya untuk bertemu face to face dengan dia sekedar meyakinkan bahwa deal yang dilakukan Wenny adalah tanggung jawab saya. Dia tidak perlu ragu soal sikap Wenny. 


“ Terimakasih B, saya senang. Perubahan kontrak untuk supply nafta ke petrokimia kami tidak ada agenda lain, justru memperkuat posisi kami sebagai produsen downstream oil. Kami akan patuhi SOP supply chain dari Yuan. Termasuk standa sumber daya keuangan. Wah kami benar benar punya mitra solution provider. One stop service dan transfaran “ Kata Aroon.


Aroon tidak bisa lama lama. Dia harus kembali ke kantor. Tapi dia sediakan supir dan asistennya mendamping saya selama di Bangkok. Setidaknya sampai Sore. Ingat pesanan istri untuk beli lukisan tenun Thailand. “ Dimana saya dapat lukisan tangan dengan teknik tenun.” Tanya saya kepada asisten Aroon. Wanita. Usia mungkin belum tiga puluhan. Namanya Achara.  


Dia menunjuk ke dinding cafe. ” Seperti itu ya “ 


“ Ya.” Kata saya melirik ke arah lukisan di tempel di dinding.


“ Anda tunggu saja di sini. Dalam 20 menit saya akan bawakan lukisan itu. “ Kata Achara.  Dia langsung berlalu. Saya tunggu aja sambil minum kopi dan baca news lewat laptop ukuran portable. Benarlah tak lebih 20 menit dia sudah datang dengan bukusan panjang. Dia perlihatkan isi bungkusan itu. Gambar gajah dengan benang tenun emas.  Halus sekali. “ Berapa harganya ? Kata saya. Mau ganti uangnya. 


“ Engga perlu pak.  Boss saya yang bayar” Kata Achara. 


“ Wah jadi merepotkan. “ 


“ Kami tidak tahu harus memberi apa hadiah untuk anda. Apalagi anda tidak suka hiburan ala bangkok. Waktu anda juga sempit. “ kata Achara. Saya menangguk dan tersenyum “ terimakasih”. Kata saya dan terus asik dengan komputer.  Achara tetap berdiri sedikit menjauh dari table saya. Namun dia siap untuk melaksanakan kebutuhan saya.


“ Pak, ..” Seru Achara.

Saya mendongak beralih dari komputer kepada Achara. “ Ada apa ?


“ Maaf, kalau terkesan naif.  Saya..”


“ Ya silahkan bicara. Engga usah sungkan” Kata saya melambaikan tangan “ Duduk di sini sajalah “ kata saya memintanya duduk disamping saya. Dia melangkah dengan santun. Setelah duduk dia masih diam.


“ Ada apa? Bicaralah “tanya saya dan berusaha tersenyum agar dia bisa relak. 


“ Saya punya keluarga di kampung. “ Katanya mulai berani bicara. “ Kami punya kebun jahe merah. Tapi bingung memasarkannya. Selama ini jual lokal dan ada juga ekspor dalam keadaan mentah ke Malaysia, India, dan China. Nilai tambahnya kecil. Apa mungkin kami dapat jalan bangun pabrik minyak jahe dan dapat dukungan sebagai supply chain industri.” Kata Achara. Saya membuka kacamata baca saya. Sempat berpiki sejenak. Saya sudah pengalaman di Indonesia. Yang paling sulit mendidik petani agar bekerja sesuai standar indusri.


“ Sudah produksi minyak jahe ? tanya saya.


“ Udah pak. Tapi dengan tekhnologi sederhana.”


“ Bisa saya dapat contohnya.” 


“ Bisa pak. “ 


“ Ya udah. Kamu kirim ke alamat saya di Hong Kong.” Kata saya memberikan kartu nama. Dia senang.


***

Seminggu kemudian, sekretaris saya memberikan paket dari bangkok. Saya buka paket itu. Isinya sampel minyak jahe dalam botol. Saya hirup aromanya. Tidak begitu kuat. Memang home industri untuk pengolahan hasil pertanian tidak aplicable untuk spek kebutuhan industri minuman atau industri pharmasi. Saya ignore saja. Ini buang waktu untu di follow up. 


Dua hari kemudian, datang pria muda datang ke kantor saya. Dia menyebut nama Achara. Saya izinkan dia masuk ke kamar kerja saya. “ Saya tidak bisa bantu pasarkan produk minyak jahe kalian. Maaf. Sampaikan ke Achara.” Kata saya to the point.


“ Bisa tahu sebabnya.?


Saya ambiil file spec minyak jahe yang diperlukan industri pharmacy dan industri minuman. “ Kamu test minyak jahe ini di lab dan bandingkan dengan spec requirement untuk bahan baku industri minuman dan pharmacy.” kata saya. Dia mengangguk. Dengan tersenyum dia berkata akan segera mempelajari spec requirement dari saya.


***

Setahun kemudian, Achara telp saya.” Bapak saya Achara. Apakah anda masih ingat setahun lalu di Bangkok” Terdengar suaranya di seberang.

“ Ya ada apa?

“ Boleh ketemu anda ?

“ Loh anda kan kerja di Petrokimia.”

“ Saya udah berhenti. Saya ingin membantu bisnis keluarga” 

“ Oh ok.”

“ BIsa pak?

“ Saya sedang di Ho Chin Minh. Datanglah kemari.”

“ Siap pak,  terimakasih.”


Sore harinya dia sudah  ada di Hotel saya. Saya terima dia di lounge executive. Dia perlihatkan gambar lahan pertanian. Proses tanam dan panen. Pengolahan secara sederhana. Saya lihat satu persatu photo itu.” Maaf. Saya berharap bapak bisa meninjau lahan pertanian kami. “


Saya tatap lama wajah Achara. Ini wanita naif. Dia pikir siapa. Seenaknya provokasi saya untuk bisnis yang engga jelas. Saya senyum aja. Kesan saya tidak bisa ditutupi bahwa saya tidak tertarik masuk terlalu jauh dengan obsesinya. Terlalu banyak di dunia ini orang punya impian. Bisanya hanya mengeluh dan berharap too good to be true. Telp masuk dari luar.  Saya bicara cukup lama. Usai, saya kembai ke Achara. “ Nanti saya pikirkan. Tapi saya tidak janji apapun.” Kata saya cepat.  Achara menganguk. Dia maklum. Karena saya terus sibuk terima telp. Dia pamit. Saya mengangguk seraya menerima uluran tanganya untuk salaman.


***

Malam hari saya pergi makan di kawasan distrik 2 Ho Chin Minh. Sekretaris saya dampingi saya. Saat akan masuk ke dalam kendaraan, di luar lobi ada Achara. Dia tersenyum kepada saya.  Saya dekati. “ kamu engga pulang ? Dia terdiam. Wajahnya keliatan lelah dan muram. Artinya dia sudah lebih 5 jam menanti di luar lobi. Pertarungan yang tidak mudah diatas harapan yang sangat kecil.


“ Mau temanin saya makan malam ? tanya saya. 

“ Terimakasih pak..tapi “ dia keliatan ragu.

“ Ayolah..” Kata saya mempesilahkan pintu terbuka duduk di belakang dengan saya. Sekretaris saya duduk didepan bersama supir. Akhirnya dia mau juga masuk ke dalam kendaraan.


“ Pak..Serunya saat dalam kendaraan “  beri saya peluang. Arahkan saya apa sebaiknya yang harus saya lakukan. Itu aja saya harapkan dari bapak. Maaf pak. Mungkin saya terlalu naif.” kata Achara dengan mata berlinang. Mungkin dia sangat berharap dan kehilangan cara untuk memprovokasi saya. Saya termenung.  Sepertinya saya membaca pesan cinta dari Tuhan dari sikap naif nya itu. Tapi saya tidak bisa memberikan too good to be true. Bagaimanapun pertimbangan bisnis yang utama. 


“ Pak, kami usahakan ekspor 200 liter minyak jahe ke pabrik yang jadi member supply chain anda. Proses produksi sesuai dengan spec requirement. Saya akan bangun mini industri untuk proses sesuai standar industri supply chain. Mesin itu memastikan proses 80% tidak ada human touch. Higines dan nol kontaminasi sejak dari pencucian dan penggilingan, pemecahan sel, sampai destilasi uap. Destilasi uap itu cara efektif sebagai separator menghasilkan minyak atsiri. “ Kata Achara saat sampai di restoran. Saya terkesima. Penguasaan tekhnis luar biasa.  “ Pak, saya perlu USD 100.000 beli mesin minin industri “ Kata Achara dengan ragu ragu. Naif memang. 


Saya tatap lama dia. Sampai dia salah tingkah.” Saya akan sediakan USD 100,000. “ Kata saya akhirnya membuat keputusan.. “ Nah seebelumnya kamu harus ajukan quotation kepada divisi trading saya untuk kontrak 200 liter. Setelah kontrak, kamu akan dapat uang dari saya secara personal “ kata saya. Achara langsung berlutut depan saya. Dengan merapatkan kedua telapak di dadanya , dia mengucapkan terimakasih. 


***




Tiga bulan kemudian saya dapat kabar dari Divisi trading Yuan, bahwa Achara sukses delivery ke pabrik minuman di Korea. Memuaskan. Setahun kemudian, Achara menyanggupi  long term kontrak sesuai standar supply chain global kami. Saya udah lupakan. Itu sudah urusan management Yuan. Soal uang USD 100,000 tidak lagi saya pikirkan. Karena dua tahun kemudian, berkat dukungan supply minyak jahe itu kami berpeluang melakukan ekspansi kapasitas pabrik minuman ginger ale. Sebagian lagi memenuhi kebutuhan pabrik pharmacy di China.


***

Tahun 2015, saya bertemu dengan Achara di KL. Dia tetap seperti dulu. Rendah hati dan terkesan inferior di hadapan saya. “ Pak, ini laporan keuangan perusahaan saya” Katanya menyerahkan map berisi lembaran kertas. Saya baca laporan keuangannya. Aset USD 12 juta. Hutang bank USD 5 juta. Laba ditahan 7 juta. Modal disetor USD 100,000. Saya tatap lama Achara. “ Apa maksud kamu dengan laporan keuangan ini? 


“ Perusahaan saya bisa berkembang berkat dukungan Yuan. Saya dapat akses ke lembaga keuangan untuk investasi dan modal kerja. Saya juga dapat training product knowledge dari devisi supply chain Yuan. Sehingga produk saya bisa masuk ke downstream lebih luas. Hampir semua jenis minyak Nabati sudah saya produksi. Value makin tinggi dengan menggunakan tekhnologi SFE. Nah, ini perusahaan bapak. Saya hanya kerja. Yang penting keluarga saya dapat jaminan market dengan harga yang tidak terpengaruh dengan musiman. Harga sesuai dengan pasar international” katanya menunduk. 


“ Saya siap ubah akte perusahaan untuk melepas semua saham kepada bapak.” Katanya lagi. “ terimalah saya bagian dari visi bapak “ Dia menunduk tanpa ada keberanian menatap saya.


“ Kemari ! “ kata saya meminta Achara mendekat saya. Saya peluk dia. “ kenapa kamu terlalu terbawa perasaan. Ini hanya soal bisnis. Saya berjudi setiap hari. Kadang kalah, kadang menang. Biasa saja. Berkat kerja keras kamu, pabrik minuman saya di korea bisa berkembang dan pabrik herbal saya di china mendapatkan bahan baku yang berkualitas. Kamu telah menjadi mitra sejajar dengan saya. Tidak usah terlalu merendahkan diri. Lupakan soal transfer saham kepada saya. Kelola aja bisnis itu dengan baik. Paham ya sayang.” kata saya dan kemudian melepas pelukan saya. Tapi dia semakin mempererat pelukannya. Tanpa bersuara. Saya tahu Achara menangis.


“ Pak..” Katanya setelah melepas pelukannya. “ Saya sebenarnya anak yatim. Saya dibesarkan orang tua angkat. Mereka sekolahkan saya sampai jadi sarjana. Walau saya sudah mapan bekerja di perusahaan negara bidang Petrokimia, tapi saya tetap merasa berhutang kepada keluarga orang tua angkat saya. Makanya saya putuskan berhenti kerja. Saya ingin manfaatkan ilmu sarjana kimia  saya untuk  membantu mereka medapatkan keadilan atas sumber daya yang mereka punya. Tanpa sains tidak mungkin mereka bisa berkembang. Tapi saya tidak ada jalan dapatkan modal. Saya berdoa siang malam kepada Tuhan agar dapat jalan. Entah mengapa saat pertama bertemu bapak, seperti ada cahaya. Saya yakin. itu tanda dari Tuhan atas doa saya selama ini.” Katanya. Saya senyum aja. 


Tahun 2018, Achara sudah membangun refinery ginger oil dengan mesin modern. Omzet nya kini pertahun sudah mencapai USD 150 juta atau hampir Rp. 2 triliun. Tahun 2022 saya bertemu dengannya di Bangkok. “ menikahlah, Usia kamu udah 35 tahun. Kapan lagi mau menikah” Kata saya saat bertandang ke rumahnya.


“ Belum ada jodoh. “Katanya tersenyum. 


Saya minta izin sholat. Dia persilahkan sholat di Kamar nya yang bersih. Di dalam kamar itu ada photo saya dengan dia tahun 2010 saat saya menerima lukisan bahan tenun. Ada tulisan dibawah photo itu. You've opened my eyes. And showed me how to be smart and unselfishly.  Saya terhenyak. 

Jangan melewati batas..

  Tahun 2013 september, Holding Company yang aku dirikan sejak tahun 2006 berada dibawah pengawasan dari pihak yang ditunjuk oleh konsorsium...