Friday, June 14, 2024

Hipokrit tersembunyi

 




“ Sebaiknya tunda aja dulu kepergian ke Pyongyang” Kata Chang. “ Korea Utara salah satu negara yang paling tertutup di dunia. Mereka menganut sistem politik satu-partai di bawah front penyatuan yang dipimpin oleh Partai Buruh Korea dengan ideologi Juche, yang digagas oleh Kim Il-sung..” Sambung Chang seakan mengingatkan saya untuk tunda pergi sendirian. Sebaiknya pergi bersama rombongan yang sudah diatur oleh CWDP


“ Saya harus datang lebih dulu sebelum team dari CWDP datang.” Tegas saya. Saya tidak anggap saran Chang itu sesuatu  serius. Apalagi, kunjungan ini sangat penting sebagai lobi. Membujuk otoritas Korut agar memenuhi standar kepatuhan program pembiayaan dibawah Housing development program untuk rakyat miskin. Ini sangat sensitip dibicarakan secara formal. Kedatangan saya informal tentunya. 


“ Ok lah.” Kata Chang sepertinya menyerah. Dia tahu saya dipercaya sebagai lead dalam proyek ini, tentu saya inginkan semua rencana berjalan dengan baik. “ Saya akan atur kamu masuk Pyongyang. “ Sambung Chang dengan tersenyum. Saya tahu Chang punya koneksi luas di Korut, terutama kalangan politik. Politik Korea Utara terhubung dengan China yang menjadi undertaker politik, miiter, ekonomi dan sosial. Sistem kekuasaan hanya menjalankan agenda China saja, yang didukung oleh 10 orang super elite, yang tidak ada dalam daftar pejabat formal, namun sangat menentukan. Dalam situasi itulah, para elite dengan mudah mengamankan agenda China, yaitu menjadikan Korut halaman belakang, backyard  yang kokoh dari infiltrasi AS.


Pada tahun 2008 pagi hari dari Beijing dengan pesawat saya terbang  ke Shandong, sebuah kota di Timur Laut China yang berbatasan dengan Korea Utara. Perjalanan memakan waktu 1,5 jam. Sampai di Shandong, ada orang menjemput saya di Bandara. Dia bekerja di konsulat Korea Utara di Shandong. Dia memang ditugaskan oleh Chang untuk mempersiapkan keberangkatan saya ke Pyongyang. Saya harus menanti semalam di Shandong untuk dapatkan Visa masuk. 


Dengan pesawat tua buatan Rusia, saya terbang ke Pyongyang. Di dalam pesawat para penumpang sebagian besar adalah pria Korea Utara dan mereka termasuk high class yang populasinya di Korut sebesar 0,001%. Kebanyakan mereka mengenakan jas dengan pin warna merah. Setelah mengamati lebih dekat saya baru menyadari bahwa pin itu bergambar wajah mendiang Kim Il Song, presiden pertama Korea Utara yang mendapat julukan ‘Bapak Korea’. Pin merah yang disematkan pada baju hanya contoh kecil bagaimana Kim Il Song dan putranya Kim Jong Il menguasai rakyat Korea Utara.


Butuh waktu 1,5 jam penerbangan. Setiba diPyongyang Sunan International Airport angin sejuk membelai wajah saya. Petugas bandara mengambil telepon seluler saya untuk diperiksa. Mereka memeriksa semua isi tas dan menyita buku-buku atau barang-barang yang dianggap tidak pantas dibawa masuk ke negeri itu. Keluar dari gate , ada poster bertuliskan nama saya dari seorang wanita cantik berpenampilan sederhana. Saya melambaikan tangan. Dia membalas tersenyum. 


“ Kenalkan, nama saya Mss. Myung” Katanya memperkenalkan diri “ Saya ditugaskan oleh atasan saya untuk mendampingi anda selama kunjungan. Selamat datang di Pyongyang” sambungnya. Bahasa inggris nya bagus. Saya sadar bahwa Myung walau nampak ramah dan cantik, tetaplah dia bagian dari Militer Korea utara.

Saya tinggal di Sosan hotel, ini hotel bintang 4 dan termasuk modern. Chang memang tidak menyediakan akomodasi hotel bintang 5 di Pyongyang. Karena akupasinya rendah dan pasti engga bersih. Dalam perundingan dengan elite partai dan pejabat kementerian di hotel. Mereka tidak begitu mengerti segala protokol kepatuhan pendanaan proyek. Namun apapun mereka tanda tangani selagi tidak ada asing terlibat dalam proyek. Semua harus dikerjakan oleh perusahaan Korea Utara. Soal pengawasan, mereka hanya setuju bila itu dilakukan oleh China, bukan negara lain. Pembicaraan cepat sekali berlangsung. Mereka tandatangani disclaimer akan kepatuhan standar bantuan pembiayaan proyek.


Pejabat korut mengajak saya meninjau kawasan yang akan dijadikan proyek perumahan. Di sela sela waktu kunjungan itu, saya sempatkan melihat lihat dari dekat kota Pyongyang. Kota ini memang berkembang sebagai kota metropolitan. Banyak gedung pencakar langit bergaya retro-futuristik, dengan kurva dan kaca. Bangunan-bangunan yang lebih tua telah dicat ulang dengan corak permen berwarna merah, seafoam hijau dan biru langit. Kalau dari udara memang kelihatan indah. Cara terbaik menyembunyikan ketimpangan kaya dan miskin. 


Tak lupa Ms Myung ajak saya ke Bukit Mansudae, yang berisi patung perunggu Kim Il-Sung dan Kim Jong-Il setinggi 22 meter.  Di pintu stasiun kota ada The Arch of Triumph, sebuah monumen besar dan mengesankan yang dibangun pada tahun 1952 untuk memperingati perlawanan Korea terhadap Jepang. Myung menceritakan dengan detail kisah perang melawan Jepang itu. Saya tahu itu propaganda hapalan. Setelah itu, kami mengunjungi Lapangan Kim Il-Sung, alun alun yang biasa diadakan pawai. Kesannya tidak meriah. Sepi aja.


Berkesempatan mengunjungi demilitarization zone, yaitu sebidang tanah yang membentang di sepanjang Semenanjung Korea. Ini digunakan sebagai zona penyangga antara Korea Utara dan Selatan, dan memiliki panjang 160 mil dan lebar 2,5 mil. Kami secara khusus mengunjungi Joint Security Area, yang terletak di desa Panmunjom; di dalam area itu terdapat deretan bangunan yang digunakan untuk pertemuan antara Korea Utara dan Selatan.


MRT mereka hebat. 90% orang pyongyang menggunakan angkutan umum. Taksi juga ada. Orang kaya boleh punya kendaraan pribadi. Tetapi itu harus benar benar kaya dan dekat dengan elite kekuasaan. Di trotoar orang berjalan tidak nampak tergesa gesa seperti di Jepang atau Hong Kong. Penampilan mereka terkesan konservatif. Hampir tidak pernah melihat wanita berpakaian modis.

Selama kunjungan di Pyongyang, walau Guide dan pejabat pemerintah berusaha menggambarkan kemajuan Korea Utara dengan menjadikan Pyongyang sebagai tolok ukur modernisasi Korea Utara yang bergerak menjadi negara makmur, namun ketika melihat Mall yang besar sepi pengunjung dengan SPG yang kaku, tempat wisata yang bersih dan hebat namun sepi pengunjung kecuali hari libur, itupun 80% adalah keluarga tentara. Apa yang mereka katakan itu hanyalah propaganda dan menjadikan Pyongyang sebagai panggung teater kebohongan, dimana para elite penguasa tinggal di istana megah di tengah rakyat yang miskin.


Sebenarnya menurut Chang, walau yang berkuasa adalah elite namun mereka menjadikan presiden sebagai wayang. Ya semacam oligarki. Para oligarki itu menjauhkan Presiden dari informasi terupdate.  Menjauhkan presiden dari buku buku. Bahkan sejak remaja sudah ditanamkan sifat ambisius ayahnya dan tentu kalau sudah ambisius cenderung psikopat, yang salah satu tabiat buruknya adalah megalomania. Ingin terus dipuja dan engga mau disalahkan. Bergaya apa saja minta dipuja. Anggaran biaya program pemujaan Presiden mencapai 30% dari APBN, termasuk pengadaan rumah gratis, RS dan bansos agar rakyat terus memujanya.


Kita tidak bisa menyimpulkan kemegahan kota metropolitan di Pyongyang dengan kehidupan malamnya sebagai indikator makmur dan kekuatan ideologi seperti billboard Kim di setiap sudut kota. Semua nampak kaku dan sepi serta gelap. Banyak gedung tinggi namun tidak terawat dengan baik. Satu satunya yang menarik adalah wanitanya, seperti Myung. Kulitnya putih dan halus. Exciting.


 “ Seumur hidup, saya tidak akan bisa menabung untuk dapatkan uang sebanyak ini.. “ Kata Myung  saat menerima uang 10.000 yuan dari saya di bandara keberangkatan. Kebersamaan selama 5 hari ternyata membuat dia menjatuhkan airmata saat akan  berpisah dengan saya. “ saya akan selalu merindukan anda “ katanya berbisik. Saya tak akan berjanji yang tak mungkin saya tunaikan. Tak ingin lagu “ nizen me shuo” terjadi padaku. 


***


Sampai di Beijing saya di jemput Chang di Bandara. “ Saya dengar misi anda sukses. “ Katanya tersenyum. “ Apa kesan anda terhadap Pyongyang? tanyanya.


“ Pembangunan fisik oklah walaupun terkesan hipokrit. Tetapi disana tidak ada pembangunan peradaban. Politik isolasi merupakan cara penguasa memperoleh kekuasaan mutlak atas rakyatnya” Kata saya.


“ Mereka para elite itu terjebak dengan penyakit mental ambisius. Presiden dan para elite meracuni anak anaknya dengan budaya hedonis dan gila pujian. Kelak mereka akan melanjutkan kekuasaan itu dengan cara ambisius juga. Ya semacam politik dinasti. Dan karenanya negara itu tidak akan pernah bergerak kemana mana.  “ kata Chang dengan sambil lalu. 


Saya tersentak. Ambisi? Sebenarnya ambisi itu bagus kalau dibekali dengan pengetahuan mumpuni dan good attitude. Karena dalam hidupnya. Tak perlu motivasi dari orang lain, tak perlu situasi yang membuatnya terpaksa melakukan sesuatu, ambisi dalam dirinya akan membuatnya terus bergerak dan berkembang melewati segala  hambatan dan tantangan. One of the amazing things about someone with ambitions is the optimism. Sikap otimis tersebut bisa berakar dari rasa percaya diri yang tinggi atau pengetahuan yang dimilikinya.


Namun kalau orang ambisi tanpa pengetahuan dan spiritual yang cukup, maka ia disebut orang ambisius. Pastinya tidak tahu diri. Dia selalu percaya dengan saran dan pendapat yang memungkinkan dia bisa memuaskan keinginannya. Tidak peduli bagaimanapun caranya. Dalam hal Politik Korea utara, presiden dan elite tidak merasa risih hanya jadi alat kepentingan Beijing. Mereka menindas ke bawah, ke kiri dan kanan namun menjilat keatas, dalam hal ini ke China. Saya melirik ke Chang yang duduk bersama saya dalam kendaraan ke hotel. Sebelah saya inilah predator sebenarnya. Dan para elite korut adalah hipokrit yang tersembunyi.


***

Walau awalnya lancar tetapi selanjutnya tidak mudah meyakinkan pemerintah agar mereka setuju dengan standar kepatuhan dana Hibah, yaitu program berkelanjutan untuk lingkungan sehat seperti pendidikan, kesehatan, sarana ekonomi mandiri. Saya perlu waktu 2 tahun meyakinkan pemerintah Korut. Mungkin karena kegigihan saya meyakinkan mereka. Sampai akhirnya pejabat Korut luluh hati. Karena saya tidak pernah menyangkal setiap sikap mereka yang sangat paranoid terhadap bantuan asing. Saya hanya meluruskan saja. Itupun dengan hati hati. Selama proses negosiasi itu, saya ditemani  Myung yang bertindak sebagai asisten dan juga translator. 


Barulah tahun 2011 bisa disetujui proposal proyek itu. Saat proyek dibangun saya tidak lagi aktif sebagai volunteer karena kesibukan bisnis. Ternyata setelah proyek di Samjiyon selesai. Mulai mengalir deras dana NGO ke Korea Utara. Mereka copy paste dengan program yang saya buat. Jalan kemanusiaan bagi rakyat miskin korut terbuka sudah.


Tahun 2013 saya dapat kabar dari sahabat saya di UNF kalau Myung masuk program isolasi di kamp kerja pertanian. Saya putuskan untuk rescue dia. Akses politik ke China terpaksa saya gunakan untuk membebaskan Myung. Dan dia bisa kembali ke keluarganya setelah  setahun lebih dalam isolasi. Bahkan dia dapat kehormatan dengan jabatan bagus. 


“ Saya tadinya tidak yakin akan bertemu lagi dengan kamu. Ternyata kamu yang jemput saya dari kamp isolasi. Padahal saya sudah hopeless, tinggal menunggu ajal“ Kata Myung menangis saat saya jemput dari kamp isolasi. 


“ Awalnya tidak ada NGO Filantropi yang mau terlibat. Tetapi setelah kamu memulai, jalan untuk kemanusiaan bagi rakyat miskin Korut tercipta.“Kata Myung berusaha melupakan deritanya dengan melihat kenyataan proyek itu menjadi inspirasi bagi NGO lain. Saya berusaha tidak baper. Saya hanya ingin jadi sahabatnya saja.

Saturday, June 08, 2024

Irama sumbang

 





Terdengar suara tangis setiap hari. Suaranya seperti ratapan yang tertahan sedu sedan. Hujan deras, suara tangisan itu tetap terdengar. Tak lagi indah suara rintik rintik hujan karenanya. Malam yang damai di desa seharusnya memberikan kenyamanan mengantar tidur. Kini suara tangis itu membuat dada sesak dan gelisah. Menyimpulkan melankolis dan dramatis. Suara tangis itu seperti mengingatkan pada banyak kesedihan akibat ketidak adilan diatas harapan janji pemilu yang tak pernah ditunaikan. 


”Siapa sih yang terus-terusan menangis begitu?!” tanya warga desa


”Siapa ? ” jawaban warga yang balik bertanya bingung. 


”Darimana sumber suara tangisan itu ?  tanya warga lainnya.


”Entahlah. Mungkin dari balik bukit kampung sebelah yang sebagian besar penduduknya punya anak stunting. Ataukah dari penduduk desa sebelahnya lagi yang lahannya digusur untuk kebun besar sawit korporat. Penduduknya dikriminalisasi karena bertahan tidak mau digusur. Bahkan ada yang terpaksa mencuri buah sawit untuk bertahan hidup dan terbunuh oleh amok massa buruh kebun. ” ujar seorang peronda yang dianggap tetua desa. ” Mereka pasti masih sedih karena derita yang tak terucapkan lagi.”


Orang-orang terdiam. Mereka saling tatap di antara mereka. Karena mereka juga adalah korban dari dugaan sumber tangisan itu. Hanya saja mereka percaya dengan Pak lurah yang menjanjikan banyak hal. Tapi nyatanya mereka hanya tahu pada akhirnya Pak lurah dan teman temannya semakin kaya berkat dana desa itu. Sementara mereka pura pura bahagia atas pilihan sikapnya. Menumpang tawa ditempat ramai dan menjerit tangis dalam kesendirian.


Tangis itu terus mengambang di udara entah berasal dari mana. Kadang tangis itu terdengar seperti suara tangis bayi yang rewel kelaparan. Kadang seperti suara perempuan terisak setelah ditampar suaminya yang bokek. Kadang terisak panjang seperti mahasiswa yang gagal masuk universitas karena kemiskinan. Kadang seperti keluhan pegawai honorer yang upahnya sebulan setara 6 cangkir kopi starbucks. Kadang seperti orang sekarat, yang putus asa karena bangkrut akibat judi online dan investasi bodong. Kadang seperti sayatan panjang yang mengiris malam seperti PSK kena garuk Petugas.


Berhari-hari tangisan itu terdengar timbul-tenggelam menyiratkan kesedihan yang paling memilukan. Hidup sudah sedemikian penuh kesedihan kenapa pula mesti ditambah-tambahi mendengarkan tangisan yang begitu menyedihkan sepanjang hari seperti itu?  Lalu kompak, warga sepakat mengadu pada Pak RT.


Tak ingin terjadi hal-hal yang makin meresahkan, Pak RT segera menghubungi Ketua RW, karena barangkali yang terus-terusan menangis itu dari kampung sebelah. Seminggu lalu memang ada warga kampung dekat pembuangan sampah yang mati gantung diri setelah membunuh istri dan empat anaknya yang masih kecil. Dimanakah harapan? Siapa yang menggantungkan politik pada harapan akhirnya hanya akan terpekur, karena harapan selalu samar. Lebih baik mati daripada hidup kelaparan adalah putus asa dalam kekalahan, kehilangan harapan. Suara tangis pun semakin membumbung ke langit. 

Pada hari berikutnya, suara tangis itu terdengar makin panjang dan menyedihkan.  Masuk ke ruang politik.  Parlemen, pengadilan, polisi, kejaksaan, dan media nyaris jadi sederet bordello, di mana si kaya bisa membeli apa saja. Suara rakyat yang diberikan kepada sang presiden seakan-akan sia-sia. Kini para mahasiswa tak hendak mencoba mengulang heroisme angkatan sebelumnya. Para tokoh agama juga terhalang oleh nafsunya membela kebenaran. Apalagi dapat jatah IUP. 


Pada hari berikutnya, seluruh kota sudah digelisahkan tangisan itu. Para Lurah segera melapor Pak Camat. Tapi karena tak juga menemukan gerangan siapakah yang terus-terusan menangis, Pak Camat pun segera melapor pada Walikota, yang rupanya juga sudah mengganggu kenyamanan kelas Menengah dan Atas pembayar pajak. Tangis itu makin terdengar ganjil ketika menyusup di TikTok dan Twitter. 


”Mungkin itu tangisan buruh yang terpaksa menerima upah dibawah UMR karena lapangan kerja semakin sulit. …”


”Mungkin itu tangisan buruh yang baru terkena PHK.”


”Mungkin itu tangisan si miskin  yang menjerit akan harga harga sembako yang terus naik”


”Barangkali itu tangisan petani yang semakin loyo bertani karena pupuk sulit didapat di pasar, kalaupun ada harganya naik lebih cepat dari kenaikan harga gabah…”


”Barangkali itu tangisan pedagang tradisional yang tergerus pasarnya karena adanya e commerce dan marketplace dari unicorn”


Hingga hari berikutnya,  tangisan itu makin terdengar penuh kesedihan dan membuat Walikota segera menghadap Gubernur. Ternyata Gubernur sudah tahu. Tangisan itu bagai mengalir sepanjang jalan sepanjang sungai sepanjang hari sepanjang malam, melintasi perbukitan kering, merayap di hamparan sawah yang tergenang banjir dan terdengar gemanya yang panjang hingga ngarai dan lembah yang kelabu sampai ke dusun-dusun paling jauh di pedalaman.

Pada hari berikutnya, para menteri berkumpul membahas laporan para Gubernur perihal tangis yang telah terdengar ke seluruh negeri. Tangis itu bahkan terdengar begitu memelas ketika melintasi kampung kumuh di Ibu Kota. Terdengar terisak-isak serak bagai riak yang mengapung di gemerlap cahaya lampu gedung- gedung menjulang hingga setiap orang yang mendengar sekan diiris-iris kesedihan.


”Apakah kita mesti melaporkan hal ini pada Presiden?” kata seorang Menteri.


Menteri yang lain hanya diam.


Pada hari hari berikutnya, tangis itu sampai juga ke kediaman Presiden yang asri dan megah. Tangis itu menyusup lewat celah jendela, dan membuat Presiden tergeragap dari kantuknya. Ia menyangka itu tangis cucunya yang kelak diharapkan jadi presiden juga. Ternyata bukan. Pastinya bukan dari putranya yang dari walikota akan menjadi wapres. Pastinya bukan dari putranya ketua Partai. Tentu bukan dari menantunya yang akan jadi gubernur.  Lalu siapa yang menangis? Seperti terdengar dari luar sana. Pelan Presiden membuka jendela, tapi yang tampak hanya bayangan nun jauh di sana istana baru sedang dibangun yang menguras uang APBN hampir Rp. 100 triliun.


Mendadak istrinya sudah di sampingnya. ”Ada apa?”


”Saya seperti mendengar suara tangis…” kata presiden

”Siapa?” Kata istrinya.” Aku hanya mendengar euforia dari 78 % rakyat yang puas akan kepemimpinan mu. 58% yang suka kepada putra kita sebagai wapres.” Sambung istrinya.

”Begitu kata survey..Begitu kata MK dan KPU. Entahlah…” Suara presiden lirih

”Sudah, tidur saja. Besok bagikan sedekah Bansos, agar tangisan itu berhenti atau dilupakan” kata istrinya. Presiden hanya tersenyum. Tetap berusaha tampak anggun dan tenang. Lalu menutup jendela.


Sementara tangisan itu terus mengalun sehingga menjadi pelengkap irama kehidupan negeri yang hipokrit, bersanding dengan suara jeritan euforia kaum pemburu rente dan oligarki. Antara tangis dan euforia, bersaut sautan dibalik  kekumuhan dan kemewahan. Di balik angka Ratio GINI yang timpang. Di negeri ini, Negara adalah sebuah paradoks: ia irrasional dan sekaligus rentan dan ceroboh. Negara adalah juga politisi yang punya mind corruption, yang dengan produktif mengeluarkan UU yang transaksional. Kekuasaan sebagai amanat publik telah diperdagangkan sebagai milik pribadi, dan akibatnya ia hanya merepotkan, tapi tanpa kewibawaan.


Haruskah kita terus berjuang dalam politik untuk perubahan, ketika hampir semua hal sudah diucapkan secara terbuka, tapi negeri ini hanya berubah beberapa senti? Kalaupun akal budi tak kunjung menang, seperti dicitakan Hegel, tak berarti manusia takluk. Kalaupun kebebasan  tidak lagi bebas, seperti diperhitungkan Marx, tak berarti ia tak layak diperjuangkan. Apakah kamu juga  dengar tangisan itu? Atau hanya mendengar jeritan euforia? 


Saturday, June 01, 2024

Emas dan pencucian uang

 



  B, saya ada di Hong Kong. Saya yakin kamu disini. Apa bisa kita ketemu. Saya menginap di Shangri La Hotel, Central HK “ Email dari Amy yang masuk jam 3 sore namun baru saya baca jam 9 malam setelah sampai di Apartemen. Saya tidak perlu balas emailnya. Saya langsung telp Amy. Dia senang sekali karena saya akan menemuinya malam ini. Kami janjian di Bar yang ada di Hotel nya. Saya keluar dari Apartemen. Cuaca Hong Kong bulan januari memang dingin. Saya kenakan jacket Armany hitam.


Saya kenal Amy kali pertama pada kegiatan Seminar di London. Dia profesional di London Bullion Market. Saya praktisi keuangan. Tentu nyambung bicara. Uang dan Emas sulit membedakannya. Karenanya kami mudah sekali akrab. Saat itu tahun 2007. Usianya 34 tahun.  Saya lebih tua 10 tahun dari dia. Namun dari segi wawasan akademis dia lebih hebat dari saya.  Maklum dia lulusan Cambridge university. Saya hanya tamatan SMA. Walau dia cantik dan terpelajar, dia tidak sombong. Bahkan menurut saya dia tipe wanita yang charming. Enak diajak bicara. Setelah pertemuan itu, hubungan kami  berlanjut lewat email. Dia rajin mengirim News dan literatur tentang business Gold. Saya beruntung bisa belajar banyak dari dia.


Amy melambaikan tangan saat saya masuk ke dalam Bar. Saya segera menghampiri table nya. “ B, long time no see “ Katanya menyambut hangat pelukan saya. ‘ Kali pertama ketemu tahun 2007 dan kini tahun 2010. Tiga tahun bukan waktu sebentar untuk kita bisa bertemu lagi.” Sambungnya. Kami pesan Wine satu botol dan cemilan. 


“ Saya merasa tidak pernah jauh dari kamu. Setiap minggu saya pasti dapat email dari kamu. Semua file yang kamu kirim saya tempatkan pada folder khusus. Sepertinya saya sedang kursus jarak jauh dari seorang mentor profesional di Bullion Market. “ Kata saya. 


“ Oh ya. Saya juga sempat paranoid. ” Katanya dengan airmata berlinang” Saya menduga kamu bosan dengan email saya karena hanya direspon oleh fitur  automatic response email. Apakah pria kalau sudah tiduri wanita akan cepat melupakan wanita itu" Sambung nya.


“ Tidak bosan! “ Saya kibas tangan. “ Kenapa bosan? You were always in my mind" Saya segera rangkul pundaknya yang duduk disamping saya. Untuk menentramkan nya. " Justru saya mendapatkan pengetahuan gratis dari kamu. Saya jadi paham ternyata sebagian pasar emas berada di Contango. Investasi future yang tidak pernah tekor. Harga emas kan dari tahun ketahun terus naik seiring dengan tren inflasi. Bahkan selama masa-masa sulit, emas tetap menjadi pilihan utama untuk perdagangan komoditas. Itu karena likuiditas nya lebih tinggi dibandingkan komoditi lainnya. Menjadikan emas sebagai mata uang global yang tidak kena pajak kekayaan kecuali PPN.


Berbeda dengan transaksi financial instrument, yang sangat ketat standar kepatuhannya. Emas punya standar kepatuhan perdagangan yang longgar. Di banyak negara, tidak ada penyampaian Laporan Transaksi Mencurigakan terhadap emas. Emas luput dari perhatian regulator. Kalaupun perlu pengawasan, akan timbul pertanyaan 'Siapa yang akan mengatur emas?’ Transaksi emas mudah namun sophisticated untuk diawasi secara langsung. Emas dapat dijual di mana saja secara Over the Counter dan tidak dikendalikan oleh bursa mana pun. Makanya bukan rahasia umum orang menggunakan Emas untuk Pencucian Uang.” Kata saya. 


“ Sekarang saya percaya kamu baca semua email saya” Kata Amy acungkan jempol ke saya setelah mendengar wawasan saya soal emas. Saya tersenyum seraya menuangkan wine ke dalam gelasnya. “ Ada apa ke Hong Kong? tanya saya sambil lalu. Tak berharap dia jawab.  Saya hanya mau jamu dia malam ini. Karena besok saya akan sibuk. Khawatir tidak ada waktu ketemu dia.


“ Saya punya teman di Afrika. Mereka mau jual emas. Apakah kamu tertarik ? Katanya. Saya menyandar di kursi. Amy menyerahkan selembar kertas dari dalam tasnya. Dia perlihatkan skema transaksi.


“ Jadi penjualnya perusahaan cangkang. Sementara emas dari Afrika. “ Kata saya. Amy mengangguk. Saya tahu ini bisnis pencucian uang. Emas dapat digunakan dalam semua 3 layering Pencucian Uang. Baik itu Placement atau layering , atau Integrasi. Yang punya emas pasti penguasa di Afrika.


“ Kalau kamu punya akses kepada pembeli di Dubai. Tugas kamu deal dengan pembeli itu dan selanjutnya jual lagi ke saya lewat Bullion market secara OTC. “


“ Bagaimana yakinkan pembeli saya kalau dia pasti untung dari reseler ke Bullion market ? tanya saya.


“ Saya akan berikan bukti offering trade OTC. Itu bukti kuat untuk dia pasti untung sebesar 10% dari harga jual.” Kata Amy perlihatkan screen short bullion market yang sudah berkali kali dia lakukan. Pengalamannya tidak perlu dilakukan untuk transaksi semacam ini.


***

Seminggu kemudian setelah bertemu Amy, saya terbang ke Dubai.  Saya tidak akan bertindak sebagai broker. Engga mungkin saya dapat uang kalau hanya menghubungkan pembeli dan penjual. Emas sama dengan uang. Dalam bisnis ini hubungan pertemanan  tidak menjamin kita dapat uang. Kalau kita tidak ada posisi kuat dan legitimate, jangan berharap dapat uang.


Saya awali dengan mendirikan perusahaan khusus perdagangan emas di Dubai. Dapatkan izin di UEA sangat mudah. Engga banyak document compliance. Misalnya, tidak diwajibkan kita menyerahkan asal usul emas. Tidak perlu ada certificate origin dan audit surveyor pihak ketiga. Pembeli dan penjual selalu ada. Dengan dokumen BL/ Air Bill saja udah jadi uang. 


Tapi tidak mudah meyakin seller untuk deal. Mereka selalu minta bukti financial capability.. Saya Create credit enhancement dalam bentuk bank draft dari Bank di DMCC (Dubai Multi Commodity Center) atas nama Ale investment Corp.  ini perusahaan Cangkang  yang terdaftar di Hongaria, yang sengaja saya dirikan sebagai standby buyer. Setelah seller verifikasi bank draft itu. Valid. Kontrak ditandatangani. Selanjutnya saya harus yakinkan buyer di Dubai. Mereka punya sumber dana besar dari operasi pencucian uang lewat emas. Tidak mudah meyakinkan mereka. Tetapi berkat bukti offering trade OTC dari Amy yang terverifikasi, mereka percaya tanda tangani kontrak.


Bagaimana transaksinya? Sederhana saja. Emas dikirim dengan pesawat kargo yang saya tunjuk. Air-bill saya kirim via email kepada pembeli di Dubai. Dengan Air-bill itu saya dapat uang tunai. Setelah Cargo sampai di Dubai, saya bayar emas itu kepada penjual di Afrika ke rekening di bebas pajak. Saya dapat untung. Pada waktu bersamaan Pembeli saya di Dubai langsung lakukan OTC dengan Amy lewat bullion market.  Modus itu saya lakukan berkali kali selama dua tahun.


Sampai akhirnya saya dapat informasi dari George,  team saya di London. “ B, Dubai masuk dalam radar The Financial Action Task Force International. Cepat keluar! “ Kata George. Operasi Ale Investment di Dubai, saya tutup. Ya tahu diri. Kan engga mungkin perang dengan pemerintah. 


Setelah itu Amy tawarkan lagi bisnis emas di salah satu negara di ASIA. Tapi saya tolak. Karena dia deal dengan penambang ilegal yang ingin menjual emas lewat pasar OTC. Walau dia beri saya akses lewat member LBMA untuk dapatkan register LBMA atas produk emas tambang ilegal itu dan juga memberikan akses uang haram hasil korupsi yang bisa dicuci,  namun tetap saya tolak. Pernah juga ditawari skema impor emas untuk diolah dan kemudian diekspor lagi lewat LBMA. Itupun saya tolak. Saya pemain profesional. Saya tidak bermain secara ilegal. 


Dulu pada usia emas, saya menghadapi dilema. Saya berusaha Idealis. Saya sudah buktikan selama 15 tahun dengan empat kali bangkrut. Saya tidak ingin melanggar idealisme. Tapi saya juga tidak mau jadi pecundang. Tidak ada aturan yang ketat di atas akal yang licin. Bukan ngakali tapi kehidupan memang sudah dari sononya brengsek. Engga bisa polos polos amat. Ya gunakan akal dan iman. Yang penting tidak menipu dan tidak mencuri. Kalau dilarang oleh aturan ya berhenti. 


" Tadinya sebelum mengenal mu, hidupku memang terperangkap dengan uang mudah, tetapi menjadi sahabatmu, aku lepas dari perangkap itu. Kini aku memilih jadi dosen saja." Kata Amy terakhir bertemu di London tahun 2017.  Walau dia  berkata " Lupakan aku. AKu akan baik baik saja " Sampai kini saya tetap berteman dengan Amy. Sampai usia 50 dia tidak pernah menikah. 

Thursday, May 23, 2024

Menentukan pilihan...

 



Tahun 1984, selesai briefing team sales di kantor. Kami segera bergerak menuju target pasar. Kantor kami di Ratu Plaza. Di lobi Aling nampak wajahnya kusut. “ Ada apa lue Ubi?


“ Mamak gua sakit. Mana gua engga ada duit. Honor dan komisi sales bulan kemarin habis untuk bayar kos. Ibu kos minta bayaran 3 bulan. Gimana ya. “ Katanya menahan tangis. Saya sadar bagi anak rantau kalau dengar orang tua sakit, itu benar benar berat kalau engga ada uang.


“ Ah tenang saja. “ kata saya. “ Yuk ikut gua.” kata saya. Kami pergi ke daerah Pinangsia. Saya datang ke salah satu ruko yang tertutup. Tak berapa lama setelah saya gedor. Pintu terbuka. 


“ Ada stok usang ” kata saya ke penjaga gudang tekstil.


“ Ada koh.”


“ Apa ?


“ Borkat dan tetoron putih. 


“ Berapa piece ?


“ 40 piece.” 


“ Mana, sampel barang “ Kata saya, Tak berapa lama dia memberi sampel barang. Aling memperhatikan saja. 


“ Nah, sekarang kita pergi ke tanah abang” Kata saya kepada Aling. Sampai di Tanah Abang saya datangi beberapa pedagang grosir tekstil “ Harga miring 5% dari harga pasar pagi.” Kata saya menawarkan barang. Setelah keliling pasar dapatkan juga pembeli tapi bayarnya utang. Giro 3 bulan. Saya senyum melihat Aling bengong. “ Nah sekarang kita pergi ke Sawah Besar.” Kata saya. 


Terus kami berangkat. Sampai di sawah besar. Saya datangi toko koh Aming. “ Eh padang jelek. Ada apa lo kemari” Kata koh Aming.


“ cari kantau koh.” kata saya.

“ Lue jual stok lama gua dah. Ada di gudang” katanya. Padahal tadi pagi yang saya udah lihat barangnya di Gudang dan sudah saya tawarkan ke pembeli di Tanah abang.


“ Siap koh. “


“ Lue ambil satu pience Rp.10.000.” Katanya.


“ Bayarnya pakai giro 3 bulan, Mau? Kata saya


“ Engga ada masalah. Yang penting pastikan Koh Hendra terima gironya.” Katanya.


“ Siap”


Saya pergi ke gudang untuk antar barang ke pembeli di Tanah Abang. Pedagang itu beri giro 3 bulan. Saya terima karena Koh Hendra setuju cairka giro itu dengan potongan 2 % sebulan. Uang pencairan giro itu saya serahkan ke Koh Aming. Saya dapat komisi Rp. 400.000. 


Kemudian saya kembali ke pedagang tanah abang yang tadi beli 40 piece tekstil. “ Gua perlu uang kontan untuk bayar tukang jahit. Lue jual 20 piece aja. “ Kata pedagang itu.


“ Mau diskon 40%.”Kata saya.


“ Terserah aja.” kata pedagang. Terus saya pergi ke Melawai. Jual ke grosir tekstil dengan harga tunai diskon 30%. Saya untung 10%.


***


“ ini uang untuk mamak kamu berobat. “ Saya berikan uang komisi dan keuntungan itu kepada Aling


“ Ale, gimana kalau tiga bulan lagi, giro itu ditolak bank karena engga ada isinya”


“ Engga usah dipikir. Itu urusan mereka.” kata saya.


“ Tapi kan mereka rugi.” Aling kelihatan bingung.


“ Pedagang tanah abang itu perlu modal, Ya dia beli barang pakai giro 3 bulan. Terus ada koh hendra yang mau uangkan giro itu karena pedagang itu punya kios. Koh hendra dapat fee. Koh Aming itu mau uangkan stok yang engga laku laku. Dia jual dengan harga diskon. Terus ada grosir melawai yang beli tunai dengan harga diskon. Semua mereka sudah berpikir kalkulasi dan resiko. Itu udah biasa.” Kata saya.


“ Tetapi pasti nanti ada masalah kalau Giro itu tidak cair.”


“ Mereka itu tidak pernah mikir soal nanti. Mereka hanya mikir sekarang. Nah, Lue mau terus mikirin mereka atau lue mau selamatkan mamak lue. Ingat, engga ada orang kaya di jakarta mau dengar keluhan soal mamak lue sakit. Cepat lupakan mereka. Kirimlah uang ke Medan.“ Kata saya.


“ Lue kok ngerti banget. Apal semua jalan dan tempat. ? Tanya Aling tersenyum.


“ Gua pernah hidup di jalanan. Tapi itu hanya untuk survival aja” Kata saya.


“ Tetapi kerjaan ini kan gede cuannya. Kenapa lue tinggalin. Malah jadi Sales. Yang engga jelas dapat uangnya. “


“ Ini memang mudah dapat uang. Namun kalau gua terus hidup disini gua engga akan berubah jadi lebih baik. Beda dengan jadi Sales di perusahaan asing. Kita di-training, diajarkan pengetahuan untuk berkembang. Setiap hari kita dapat briefing oleh supervisor. Itu mahal sekali nilainya untuk orang kampung seperti kita. Usia kita masih muda. Masa depan kita masih panjang dan masih banyak pilihan. “ kata saya. Aling bisa paham.


Tahun 1985

Saya mengundurkan diri sebagai salesman di perusahaan Asing. Saat tahu saya mengundurkan diri, Aling terkejut “ Kamu kan top salesman. Udah banyak clients. Komisi juga besar diterima setiap bulan. Hampir sejuta. Kenapa harus berhenti” tanyanya dengan mengerutkan kening. 


“ Kerja di PMA. Engga mungkin saya jadi manager, apalagi direktur.  Saya hanya tamatan SMA. Saya tahu diri. Kalau saya tetap bertahan engga mungkin saya bisa berubah lebih baik kecuali hanya dapat uang. Engga bisa terlena dengan income yang besar. Saya harus pindah ke tempat yang cocok untuk saya berkembag. “ Kata saya. Saat itu Aling tetap tidak mengerti sikap jalan hdup saya. Apalagi setelah itu saya tidak bekerja di perusahaan yang lebih besar tetapi malah berwirausaha. Buka pabrik amplas yang bangunannya sewa.


Setahun setelah saya resign, Aling juga resign dari perusahaan. Dia bersama David melanjutkan ke universitas di Singapore. Saat itu saya sadar, Aling  berpikir pragmatis. Dia setuju tunangan dengan David, karena dia memang punya ambisi kuliah di luar negeri.  Dengan saya, dia tidak melihat ada harapan. David ada, karena orang tuanya kaya raya. Setelah Aling pergi, saya perlu tongkat disaat saya lemah. Dan papa saya bijak menyuruh saya menikah dengan ponakannya. Dia tahu pilihan hidup saya sebagai pengusaha, yang kapan saja bangkrut. Saya perlu tongkat.


Selama 15  tahun bisnis sejak tahun 1985, saya bangkrut 4 kali. Itu tidak saya sesali karena memilih jalan wirausaha. Tidak. Saya sadar bahwa saya tidak terpelajar dan tidak punya mentor yang selalu ada menjaga saya. Tentu saya harus melewati proses learning by doing. Selama 15 tahun saya mengikuti berbagai kursus keterampilan bisnis. Dari akuntansi, managemen, product knowledge, metode riset, international trading, menyusun feasibility study dan financial quantitative. Jadi walau saya bangkrut dan kesibukan tentunya berkurang, tetapi saya tetap sibuk, ya sibuk belajar lewat kursus. Disaat saya bangkit lagi saya bisa naik kelas.


Tahun 2004.
Saya punya uang kurang lebih USD 2 juta dan perusahaan di Indonesia yang sedang berkembang. Tetapi saya tidak memilih hidup menikmati bunga dari tabungan dan menjalankan bisnis yang ada. Saya  justru memutuskan hijrah ke China. Mengapa? Tanya David. Dia tidak habis pikir dengan sikap saya. Dia anggap saya tolol dan terlalu berani ambil resiko di wilayah yang tidak saya kuasai. "Keadaan ekonomi Indonesia sedang berjuang keluar dari krismon. Walau sudah masuk era reformasi, tetap saja rente. Sulit untuk orang seperti saya bisa terus bertahan tanpa terlibat rente. Apalagi modal terbatas. Saya tahu diri." Kata saya kepada David.


Belum setahun di China, uang USD 2 juta itu habis. ” Pah, uang tabungan yang mama pegang udah habis.Yang tersisa hanya perhiasan. Kalau mau dijual ya mama jual semua. “ Kata Istri saya. Saya terkejut. Dia tidak menyesali keputusan saya hijrah sehingga membuat uang habis. Dia tetap yakin saya bisa sukses melewati hambatan.  Tetapi belum sempat jual perhiasan itu, saya bisa berhasil ekspor perdana dari China ke Eropa lewat bisnis maklon (management supply chain service ).  Dari sukses perdana ekspor itu membuat semua jadi mudah. Saya kerja keras siang malam. Mengunjungi banyak negara untuk pemasaran. Dalam 3 tahun Perusahaan saya di China bisa kumpulkan laba puluhan jutaan dollar.

Sebenarnya dengan uang sebanyak itu saya bisa pensiun dan menikmati hidup dalam kelapangan financial. Tetapi justru saya pindah dari maklon ke investment holding, khusus mengembangkan produk yang mendukung bisnis supply chain industry berskala global. Sahabat saya Esther di Hong Kong yang banker, sempat marah ke saya. " Kamu  tolol dan tidak tahu mengukur kemampuan diri. Mending laba itu bawa pulang ke Indonesia. Nikmati untuk bekal masa tua " Katanya.


" Kalau saya tetap berbisnis maklon, saya hanya dapat uang. Tidak ada value untuk pembangunan peradaban. Tidak ada nilai tambah create angkatan kerja dan kesejahteraan. Hanya uang. Saya tidak hidup untuk uang. Dan lagi tanpa organisasi bisnis sendiri untuk produksi, sulit untuk bisa sustain walau uang banyak gimana pun. Hanya masalah waktu akan collapse ditelan perubahan." Kata saya.


Selama tahun tahun awal membangun investment holding, begitu sulit dapatkan trust dari investor. Apalagi saya sebagai pendatang baru. Saya kerja keras siang malam dan travelling ke jantung financial center dunia, London, Dubai, Swiss, Frankfurt, New York, Boston. Merekrut tenaga profesional berkelas banker dan investment banker.  Karena itu sempat uang dari hasil maklon terkuras hampir habis sampai akhirnya investment holding yang saya dirikan bisa established. 


Tahun 2024.

Saya bertemu dengan ALing dan David, juga teman teman saya saat masih jadi salesman tahun 80an. Sebagian besar mereka menjelma menjadi pengusaha yang tangguh. Mereka semua sudah menua.  Usia mereka sama dengan saya diatas 60 tahun. David punya pabrik minuman ringan. Akhiat punya pabrik gula refinery dan makanan.  Aling jadi CEO perwakilan Yuan di Indonesia, yang juga bagian dari portofolio Bisnis saya di luar negeri. Masa tua mereka memang happy.


“ Ale, mengapa kamu memilih pensiun dan cukup sebagai mentor pada perusahaan yang kamu dirikan dengan susah payah?.Tanya David. 


“ Itu pilihan saya di usia menua ini. “ kata saya dengan tersenyum. Mereka semua saling pandang.


“ Ya ..” kata Aling. “ Ale selalu menentukan pilihan yang sulit kita pahami. Itu dia lakukan sejak muda, yang membuat kita bingung.  Dia berani sekali. Terbukti  setelah semua kabut berlalu, semua pilihannya benar dan kita yang salah. Kita terlalu nyaman dengan status quo”


“ Ya mengapa pensiun ? kejar David.


“ Saya sudah selesai. “ Tegas saya.


“ Artinya kamu sudah puas diri.” Tanya Akhiat.


“ Puas itu kan kalau orang cenderung mengejar pride. Saya engga begitu. Saya tidak punya kembanggaan apapun, kalian kan tahu bagaimana saya sejak muda." Kata saya. "  kecuali rasa syukur kepada Tuhan, bahwa saya bisa melewati jalan hidup yang saya pilih sendiri tanpa provokasi siapapun. Tanpa pertolongan Tuhan, tidak mungkin saya bisa lewati semua hambatan. Bagi saya hidup ini adalah jalan spiritual untuk senantiasa rendah hati. Doa saya selalu yang terbaik untuk kalian. “ Lanjut saya tersenyum. Mereka terhenyak.



Jalan menemukan rizki...

  “ Ale, bosoboklah kita” kata Mardi lewat SMS kemarin. Walau kami jarang sekali bertemu. Mungkin setahun belum tentu ketemu. Kami saling ma...