Saturday, March 16, 2024

HIkmah prahara

 




Pucuk pohon sudah merunduk menyongsong malam.  Sudah dua jam aku menanti Suci datang. Tetapi dia tidak datang ke taman ini. “ Mas, sebaiknya tidak usah datang ke rumah. Selama mas di penjara, mas contoh yang buruk bagi anak anak. Mereka tidak lagi merindukan mas.” katanya tadi sore lewat telp setelah berjanji akan menemuiku di Monas. Tidak jauh dari tempaku mencangkung ada istana Megah.  Di balik pagar itu ada kekuasaan. Ada gelap dan terang. Gelap karena semua niat buruk dicitrakan menjadi cahaya bagi rakyat yang bodoh. AKu tahu itu. Karena aku pernah menjadi bagian dari aparatur negara yang selalu berminyak wajah dan mentertawakan kemiskinan orang lain. Uci tidak salah. Dia istri keduaku. Pernikahan kapitalis.


Istri pertamaku yang mengantarku sampai ke puncak karir memilih bercerai setelah tahu aku selingkuh dengan sekretaris salah satu korporate yang biasa memanjakanku.  Dari istri pertamaku, aku punya anak dua. Mereka tinggal di luar negeri. Kuliah disana. Saat tahu aku di penjara karena kasus korupsi. Mereka kehilangan sumber uang. Namun selama aku di penjara. Si Sulung sempat datang ke penjara. Dia tidak prihatin dengan keadaanku. Dia hanya ingin memperlihatkan ketidak sukaannya di depanku. Aku maklum karena provokasi ibunya membuat dia membenciku. Biarlah. Ini hukum kausalitas. Mereka punya alasan membenci. Soal moral aku sebagai ayah yang patut dihormati, itu terlalu naif aku harap. Karena saat aku tergila gila dengan wanita kedua, aku tidak pernah memikirkan perasaannya.


Aku ingat. Setahun sejak kasus tercium oleh KPK, pengacara mengatakan bahwa sprindik sudah disiapkan untuk menangkapku. Itu artinya KPK sudah punya dua alat bukti. Namun aku berupaya untuk bisa bebas sebelum sprindik ditanda tangani. “Mana ada di Indonesia yang tidak bisa diatur. Dengan uang semua beres” Kata pengacaraku. Sejak aku berupaya menghapus sprindik itu, entah darimana tahunya. Ada saja orang menawarakan jasa membantuku. Dari anggota Dewan sampai tokoh LSM dan ormas. Namun tidak ada yang gratis. Karena itu tidak sedikit uangku keluar. Satu demi satu harta yang kukumpulkan terjual, setelah tabungan sirna. Akhirnya tetap saja aku jadi pesakitan. 


Harta terakhirku, yang sebenarnya kuniatkan untuk anak sulungku yang perempuan. Untuk bekal dia. Itupun hilang. Uci datang menemuiku di Penjara. Karena bujuk rayu Uci, yang katanya akan membantu aku bisa nyaman di penjara dan mudah dapatkan remisi. Nyatanya setelah Uci dapatkan harta itu, dia tidak pernah datang lagi ke penjara. 


Aku keluar dari Monas. Jalan entah kemana. Ingin pulang kampung. Tidak ada ongkos. Apa iya keluargaku di kampung masih mau menerimaku. Karena saat aku jaya, aku tidak pernah anggap mereka ada. Ayahku sudah lama meninggal. Saat aku masih anak anak. Aku dibesarkan oleh ibuku. Namun karena mendengar aku masuk penjara, ibuku kena serangan jantung. Dia meninggal saat aku di penjara. Kakak-ku sudah tua. Dia justru menumpang dengan anaknya di Solo.  Karena ulahku. Aku menjadi sebatang kara dan miskin di usia menuaku.


Aku melangkah ke arah Masjid Istiqlal. Ya hanya rumah Tuhan yang masih menerimaku. Di depan Masjid. Ada pedagang bakso. Dia sempat menatapku agak lama. Aku cepat berlalu “ Pak Surya..” teriak orang memanggal namaku. Aku menghentikan langkah. Menoleh ke belakang. Tukang bakso itu mendekatiku. “ Masih ingat saya pak ? Katanya. Aku masih bingung. Pastinya tidak ingat. “ Saya Dulah. Pernah jadi supir bapak. Saya bapak pecat karena terlambat jemput bapak di lobi hotel. Saat itu bulan puasa. Saya ngantuk di tempat parkir. Bapak tidak peduli dengan alasan saya. Tetap pecat saya. “ kata Dulah. 


Seperti membuka kaset rekaman rusak.  Aku harus bicara apa. Dia berhak mentertawakan nasipku. Aku hanya senyum. “ Karena itu saya dagang bakso dari uang pesangon yang bapak beri” Lanjutnya. “  Dulu saya baca berita kasus bapak. Bapak sudah bebas sekarang?


“ Ya baru hari ini saya bebas. “ Kataku cepat dan berbalik langkah ke arah masjid. Usai sholat isya. Aku keluar  dari Masjid. Aku duduk di halte bus. Tidak tahu harus kemana. Mungkin malam ini aku tidur di halte in. Dulah datang lagi menegurku. “ Bapak engga pulang ? Tegurnya. Aku menggeleng. " Saya tidak punya rumah untuk pulang.."Kataku begitu saja.  “ Saya tidak ada tempat tinggal. Tidak ada uang “ Kataku cepat. Silahkan kalau mau tertawakan nasipku. Aku sudah terbiasa selama di penjaran direndahkan. 


“ Oh kalu gitu. Bapak ikut saya aja. Tinggal di rumah saya. “ Kata Dulah. AKu terperanjat. Tidak ada kesan Dulah dendam dengan sikapku dulu. Dia sepertinya sudah melupakan semua. Dan kembali ke jati dirinya orang kebanyakan. Selalu ada cara berbagi. Aku mengangguk. Aku kalah. “ Ya terimakasih nak Dulah “ Kataku menunduk.


Malam dalam kesendirian. Aku tidur di ruang tamu Dulah. Karena rumahnya hanya ada satu kamar. Ini rumah kontrakan orang kebanyakan. Tadi saat aku datang. istri Dulah menyambutkan dengan ramah. Mereka punya dua anak. Mereka tidak akan paham. Bahwa kemiskinan itu karena sistem negara yang brengsek. Negara yang kaya SDA dijarah oleh para koruptor dan komprador. 


Namun walau hidup mereka bersehaja dan harus menghadapi harga harga yang terus melambung. Mereka tetap berprasangka baik kepada kehidupan. Berusaha survival dengan struggle dan tawakal. Mungkin orang miskin seperti Dulah tidak bisa protes. Karena mereka tidak paham. Kalaupun ada yang paham, mereka tidak berani melawan pemerinntah yang dikawal TNI dan Polri. Tetapi mereka ada Tuhan yang menjaga mereka. Karena itu mereka baik baik saja. Dan hanya masalah waktu mereka yang berkuasa akan mendapatkan karmanya. Seperti aku ini.


Aku teringat dengan teman lamaku. Teman yang kukenal era Soeharto. Saat itu aku baru masuk kuliah dan dia jadi mentorku dalam pelatihan pengkaderan P4. Sejak aku jadi pejabat. Dia tidak pernah datang menemuiku. ALasanya dia tidak ingin menganggukku. Padahal dia pengusaha. Tapi usahanya lebih banyak di luar negeri. Dia datang ke penjara menemuiku. Dia satu satunya sahabat yang mau menjengukku di penjara. 


 “ Sur, lue sedang dapat pesan cinta dari Tuhan. Nikmati prahara itu sebagai cara lue kembali kepada Tuhan. Sabar. Kalau bisa sabar, Tuhan akan sangat dekat dengan lue. Tidak perlu malu dengan dosa kita. Semua manusia punya sisi gelap. Dan Tuhan maha pengasih dan lagi penyayang. “ Katanya yang tidak pernah aku lupa. 


Besok paginya  aku minta izin telp temanku itu. Dulah meminjakan hapenya. Tapi aku lupa nomor telp temanku itu. Ya aku hanya tahu rumahnya. Dulah beri aku ongkos untuk menemui temanku itu. Sampai aku di rumah temanku itu.Dia peluk aku dengan hangat. Ale tersenyum ramah menyambutku di ruang tamunya. “ Sehat Sur” katanya. Aku menangis. 


“Ale, seruku dengan mengusap air mata. Aku ceritakan keadaanku kepada Ale. Juga sejak aku keluar dari penjara. Ale menyimak dengan senyuman. Dia tidak meresponse apapun. 


“ Disaat aku terpuruk. Aku merasa sendirian. Aku merasa semua orang menyalahkanku. “ kataku.


“ Disaat seperti itulah kamu sangat dekat dengan Tuhan. Dan sangat berharap pada pertolongan Tuhan, ya kan” Kata ALe. " Istana kesombongan yang memenjarakanmu selama ini telah membuatmu berjarak dengan Tuhan. Karena kasus itu, istana itu hancur berkeping keping. Kamu kembali kepada Tuhan dengan penuh kerendahan hati. " Sambung ALe.


“ Ya. “ Kataku mengangguk. 


Kemudian Ale mengajakku makan siang. Hidangan sudah disiapkan istrinya di ruang makan. Aku perhatikan. Kehidupan Ale sangat sederhana. Tapi dia bahagia dan menua bersama dengan istrinya. Di rumahnya ada cucu perempuannya. Itulah pelangkap bahagia masa tuanya.  Padahal dulu aku sempat mengatakan kepada Ale “ Bagaimana kamu bisa diakui sebagai pengusaha kalau tinggal di kawasan orang kebanyakan. Pindahlah ke kawasan real estate. Seperti Pondok Indah atau Simpruk.”  Ale hanya senyum. Dia tidak terpengaruh dengan provokasiku yang terkesan merendahkannya.


Usai makan siang. Ale ajakku keluar rumahnya dengan ojol. Walau di rumahnya ada kendaraan terpangkir di grasinya. Ale memilih angkutan umum. Kami sampai di perkantoran di jalan Sudirman. Kami masuk lift menuju kantor. Tertera depan resepsionis nama perusahaan asing. Ale masuk kantor itu dan mereka semua yang di kantor itu menaruh hormat.


“Sur, Kamu mau kerja di kantor ini? Kata Ale menawarkan diri. Seperti too good to  be true. Baru dua hari aku kehilangan arah. Kini cahaya itu datang menghapiriku. “ Lue kerja jadi assisten  direktur untuk liaison officer. Tugas lue bantu direksi untuk mengorganisir hubungan dengan pejabat dan elite politik. Tugas lue hanya sebatas peran PR aja.” Kata Ale sebelum aku bertanya apa kerjaanku. itu sesuai dengan pendidikanku,  S3 bidang ekonomi dan pengalaman network.


“ Terimakasih Ale” kataku dengan airmata berlinang.


“ Janga terimakasih kepadaku. Tetapi terimakasih kepada Tuhan. Saya bantu kamu karena Tuhan. “ Kata Ale.


“ Sur, seru Ale “ Kalau ada pejabat atau politisi bilang dia orang baik dan jujur itu pasti bohong. Bahkan sayapun tidak bisa mengatakan saya oang baik. Karena sistem dan struktur bangun negeri kita ini memang power oriented, bukan people oriented.  Makanya Power tends to corrupt; absolute power corrupts absolutely. Kalau ada yang ketangkap KPK atau Jaksa, itu bukan karena yang lain tidak bersalah. Tapi karena sistem memang memangsa yang lemah dan tidak berguna. Antar elite memang adu cerdas dan antar mereka siilent war tanpa jeda.” sambung Ale. Ale benar. Kehidupan personalku memang selama ini membuat aku tidak focus sehingga nabrak batas diriku. Ya kena kasus lah. Aku memang kurang cerdas.

Nah, Lanjut Ale “  kebetulan kamu lemah dan dianggap tidak penting lagi dalam lingkaran kekuasaan, ya kamu kena. Jadi sudahilah menghakimi diri sendir. Cukup. Jadikan saja masa lalu itu hikmah. Dan selanjutnya kamu harus melangkah di antara gelap dan terang. Hitam dan putih. Lalui itu dengan kecerdasaran spiritual. Kamu akan baik baik saja “ Kata Ale dengan bijak.

Friday, March 15, 2024

Pelanggaran dan legitimasi.

 



Akhirnya Mei datang juga ke Jakarta. “ B, I'm on a business trip in Jakarta. Hope to meet you. Is it possible ? Katanya via email. Aku langsung telp. “ Kamu ada dimana say?

“ Di Ritz. “ 

“ Kapan free ?

“ Jam 4 sore. “

“ Ok saya kesana. “ Kataku dan matikan telp.


Mei kali pertama kukenal di New York tahun 2012. Dia berkeja pada perusahaan Consultant. Profesinya akuntan. Dia pemilik gelar CPA. Usai meeting di kantornya. Aku iseng mengajaknya makan siang. Dia senang. Cantik. Dari ceritanya, Ayahnya dari Korea tapi ibunya dari China.  Sejak itu kami bersahabat. Setidaknya dia jadi mata dan telingaku dalam bisnis LBO.


Hanya menanti tidak lebih 5 menit. Aku lihat Mei sudah datang ke Lounge. Dia mengenakan Blezer hitam dan rok warna merah.  Dia langsung memelukku.” I missed you” katanya berbisik. Dia perhatikan kepalaku yang sudah dipenuhi uban. “ Semakin menua kamu semakin seksi. Apalagi dengan style yang humble seperti sekarang ini. “ Katanya. Aku diamkan saja “ Kalau lihat kamu sekarang, diusia menua ini, engga kebayang jumlah wanita yang pernah dalam dekapan kamu dan akhirnya harus menerima kalah terlupakan begitu saja.” Sambungnya dengan tertawa. Gigi putihnya yang rata membuat kecantikannya semakin sempurna.


“ Mengapa datang pas menjelang Weekend? Kataku abaikan celotehnya.


“ Sengaja.” Katanya memagut lenganku. “ Sekalian  melihat lihat Jakarta. Ternyata kota besar ya Jakarta itu”. Duduk disebalahku. AKu tidak mau tanya apa bisnisnya di Jakarta. Dia sahabatku. Namun dia menganggapku sebagai mentornya. Padahal dia tidak pernah berbisnis denganku. Namun dia tidak pelit memberikan informasi apapun yang aku perlukan. Terakhir yang aku tahu dia  resign dari kerjaannya di perusahaan konsultan. Setelah itu dia terjun ke bisnis. Belakangan dia memang sukses mendirikan Asset Management. Lewat SPAC dia sukses melakukan berkali kali akuisisi lewat bursa. 


“ B, Aku mau diskusi. Boleh ? tanyanya.

“ Ya apa ?


Dia perlihatkan dokumen dari Notepad nya.  “ Ini dokumen rekening bank milik korporat. Underlying dana ini berasal dari depletion Account asset tambang. Walau depletion account itu intangible cost yang setiap tahun dicatat sebagai cost amortisasi aset. Mengurangi laba tentunya.  Namun dananya disisihkan dan ditempatkan disatu rekening.  Ketentuan amortisasi sesuai dengan aturan pajak. Jadi clean.” katanya. Aku tahu dia sedang provokasiku. Pasti ada masalah nih.


“ But..” Kataku menyela. Dia tertawa. “ Kamu tahu aja. Aku ada masalah. “ Katanya.  Nah kan benar ada masalah.


“ Pemilik rekening punya masalah. Mereka tidak bisa cairkan dana itu. Karena perusahaannya kena kasus hukum. Smelter mereka menerima material dari penambang ilegal. Belum lagi masalah lingkungan hidup akibat kerusahakan penambangan ilegal itu. Katanya. 


“ Kamu kan tahu. Saat sekarang APTask Force sedang gencar gencarnya memburu rekening ilegal mining. Jaringan APTask Force  luas sekali. Seluruh negara anggota OECD. Tidak ada  otoritas  Jasa keuangan negara berani macem macem. Harus follow mereka dan harus dukung standar kepatuhan APtask force ” Kataku.


“ Ya aku paham. “Katanya seraya merapatkan pahanya ke pahaku. “ Bantulah gimana solusinya. Kamu cukup arahkan aku. Selanjutnya urusanku “ Katanya menggoda. Aku tatap dia dari samping. Dia tersenyum membalikan wajah ke arahku. “ Bantu solusi ya” kejarnya.


“ Kalaupun aku beritahu caranya, kamu tidak akan bisa jalankan. ini masalah sangat rumit dan perlu trust tinggi untuk utilze institusi yang high rating sebagai channeling dan endorsement. “ Kataku mengibaskan tangan.


“ Oh artinya kita perlu institusi AAA rate untuk endors agar bisa menjadi agent channeling cairkan uang ini? Katanya. Duh cepat banget dia pahami. Dia memang cerdas.


“ Dan kita perlu create transaksi untuk layering dana itu. Nah dengan uang sebanyak itu, engga mudah create transaksi yang legitimate dan dipercaya oleh mereka.” Kataku. Dia terdiam. Mungkin mikir atau bingung. “ Ya pasti lah transaksi hedge fund. Hanya itu yang mungkin.” Katanya lagi. Memang cerdas dia. Aku tersenyum. 


“ Jadi engga mungkin kamu rekomendasikan saya deal dengan AAA rate financial institution. Itu closing circuit. Hanya member high financial community saja yang bisa lakukan. Engga bisa diwakilkan kepadaku saja yang urus.” Katanya menyimpulkan. Dia terdiam dan sepertinya memikirkan sesuatu. Aku biarkan saja dia dengan pikirannya.


“ Gimana kalau kita makan malam. “ Kataku kemudian memecah keheninngan


“ Di kamarku aja. Pakai layanan room service. Pesan wine sekalian” Katanya. Aku langsung berdiri. “ Ikut aku aja. Ada tempat di Jakarta yang enak untuk dinner dan dating “ kataku. Dia ikuti langkahku. “ Pelit amat “ Katanya mencubit lenganku. “ Diajak dating ke kamar engga mau. “  Aku tersenyum seraya melingkarkan tangan di pinggangnya." Nanti setelah dinner kita lanjut bicara detail di kamar kamu. " Kataku. Mei senang seraya pagut lenganku saat menuju lobi menanti kendaraan datang menjemput.


***

Aku menggunakan kendaraan punya Florence, Maybach. Aku minta driver antar kami ke Kawasan Kota tua, Chiness restoran. Mei senang sekali. Itu terihat saat dalam kendaraan. Lengket terus  .


“Terakhir kita ketemu di San Marino ya tahun 2013. Saat itu usiaku 35 tahun. Sekarang usiaku 46 tahun. Kamu tetap tidah berubah.” Kata Mei saat menati hidangan.


“ Kamu engga lihat rambutku yang sudah memutih?


“ Tadi aku pagut lenganmu. Masih tetap kekar. Sama seperti 11 tahun lalu. Engga berubah. “ katanya dengan wajah sendu. “ Sedangkan aku keliatan tua dan pasti tidak lagi menarik. “ 


“ Duh Mei, itu hanya perasaan kamu aja. “ kataku cepat.


“ Ya kan! Matanya melotot. “ aku semakin tua. Sampai makan malam di kamarku aja kamu ogah “ Air matanya mengambang.


“ Kamu juga tetap tidak berubah.“ kataku cepat. Mataku terarah ke susunya. Aku sentuh susunya dengan cepat dan tersenyum” Tuh kan masih keras. Engga lembek. Ah sudah lah. Kamu pintar banget drama” Kataku tertawa. Dia ikut tertawa tapi menahan tawa dengan menutup mulutnya.


“ Clients ku di Jakarta punya bisnis tambang. Mereka tajir banget. “ Kata Mei kemudian. Aku tahu dia memang jago lobi bisnis. Tentu dia gunakan pihak ketiga agar dipercaya oleh clients nya. Kalau sampai client nya mau menyerahkan bukti rekening koran bernilai miliaran dollar. Itu trust yang sangat luar biasa. Dengan akses sumber daya keuangan sebanyak itu, dia bisa create story ambil uang mudah dari pemain hedge fund pemula. Tetapi dia memilih datang  kepadaku. Tentu bisnis sambil belajar.


“ Sekarang ini ada istilah  state capture. Apa sih itu ? tanya Mei. 


“ Kenapa kamu tanyakan itu ? 


“ Tadi clients ku cerita kalau uang itu milik banyak pihak yang punya banyak kepentingan. Maklum itu uang dari state capture, katanya.”


“ Oh state capture itu korupsi yang bukan sekedar suap atau korupsi tradisional, tetapi sudah TSM atau terstruktur, sistematis dan massive “ Kataku. “ Maksudnya TSM itu apa ? Mei mengerutkan kening.


“ Negara itu kan design nya Konstitusi dan UU. Dilaksanakan oleh aturan pemerintah. Apa jadinya bila UU dibuat Parlemen untuk kepentingan oligarki dan pemerintah membuat aturan memudahkan oligarki menguasai sumber daya negara. Ya  yang terjadi adalah korupsi terstruktur secara legal. Sistematis karena melibat semua institusi terkait dan massive, terjadi meluas di semua level kekuasaan” Kataku.


“ Dalam  buku How Democracies Die. “ kata Mei secara terpelajar.” Ancaman terbesar bagi demokrasi kontemporer adalah erosi norma atau etika. Norma itu kan aturan dan konvensi tak terucapkan sebagai nilai nilai demokrasi. Jadi UU dan aturan itu hanya formalitas saja tetapi esensinya adalah etika moral atau norma yang dijaga oleh semua orang. Bukan hanya elite politik tetapi juga oleh rakyat. Runtuh etika maka runtuhlah demokrasi.


Nah, bila ada yang berkata dengan argumen retorik seperti, kalau memang presiden salah, silahkan buktikan di pengadilan. Kalau memang pemilu curang silahkan bawa ke pengadilan. Kalau memang calon tidak berkualitas buktikan saja dalam pemilu langsung. Menurutku, itu naif.  Apa yang bisa diharapkan kalau institusi demokrasi berdiri hanya untuk stempel kepentingan penguasa.  itu sudah semacam state capture, ya. Sejarah AS dipenuhi dengan contoh-contoh perilaku politik yang konstitusional dan legitimate, tapi tidak demokratis. 


Rezim di Amerika selatan selama ini juga begitu. Terjadi di Venezuela, Argentina, Nikaragua dan lain lain. Konstitusi dibonsai oleh prilaku premanisme brutal penguasa mempermainkan nilai nilai demokrasi. Civil society dikriminalisasi dan di-intimidasi, sementara para anggota parlemen duduk diam dan berminyak wajah saat membahas RUU. Karena setiap RUU ada uang dibaliknya. Agenda korporat yang dijalankan.


Contoh. di Afrika dan Amerika latin. Untuk dapatkan IUP kan perlu AMDAL. Nah syarat AMDAL itu dibuat sederhana aturannya. Bisa saja aturan menteri dalam bentuk Permen atau Perpres, Sehingga memudahkan korporat  dapatkan izin. Padahal AMDAL itu sangat significant mengawal keadilan dan kelestarian  lingkungan. Rakyat yang protes, dikriminalisasi atas nama  UU dan hukum “ Kata Mei. Aku senyum aja.


“ Kamu tahu.” Lanjut Mei, “ Di Amerika latin dan Afrika, state capture itu dijadikan skema bisnis yang grey area. Misal, BUMN mendapatkan konsesi tambang dari negara. Kemudian BUMN bekerja sama dengan konsorsium swasta mengelola konsesi tambang itu. Pihak konsorsiunm swasta menunjuk kontraktor swasta melakukan exploitasi dan ekstraksi. Perhatikan skema bisnisnya, BUMN hanya vehicle untuk melegitimasi skema bisnis dari konsorsium swasta menjarah SDA. Sehingga para kontraktor kerja bebas merusak lingkungan. Batasan legal dan ilegal tidak jelas lagi. Dari skema ini state capture yang kamu maksudkan terjadi. “ Sambung Mei. Aku jadi ingat modus bisnis  tambang Timah di Bangka yang sudah berlangsung sejak tahun 2015 dan baru tahun 2024 dijadikan kasus.


Gila ya. Pasti dominasi korporate itu karena uang, Engga mungkin mereka bisa atur kekuasaan tanpa uang. “  Kata Mei. Aku senyum aja. “ Kalaupun UU itu dbuat dengan draft dari korporat, kan  rakyat bisa ajukan class action. “ Sambung Mei.


“ Ya benar. Seperti di Indonesia ada MK sebagai saluran class action atas penyimpangan konstitusi oleh pemerintah. Tetapi apa sih yang engga bisa dibayar. Apalagi menyangkut kepentingan bisnis ? kataku


“ MK juga dibayar korporat?. “ Tanya Mei melotot. Sepertinyad ia tidak percaya.“ Ternyata Indonesia sama saja dengan negara di Afrika, Pakistan, Venezuela Argentina. Ya mindset negara berkembang memang begitu. Karena kebodohan, miskin literasi , miskin struktural, sehingga rakyat mudah jadi korban penguasa. . Mereka tadinya makmur tetapi by process dan by time, mereka akhirnya menjadi negara gagal dan rakyat eksodus keluar negeri. Karena tidak ada lagi hope di negaranya.” Sambung Mei.


***

Usai makan malam, jam 7 aku antar Mei kembali ke Hotel..“ Mei, kamu temui perusahaan ini” Kataku menyerahkan kartu nama Tom. “ Ini perusahaan Asset Management Group. Rating nya AAA. Mereka punya mitra global first class bank dan investment banker world class.” Kataku. “ Kamu serahkan aja urusan ke mereka. Selanjutnya kamu focus menggunakan uang itu sesuai dengan kepentingan clients kamu” sambungku.


“ Skemanya gimana ? Tanya Mei.

“ Kita tidak cairkan dana itu secara langsung. Karena pasti tidak mungkin kita melanggar hukum. Tetapi lewat skema SPV, kita jadikan dana itu sebagai entity penjamin credit default swap untuk penerbitan obligasi terstruktur atau Credit Link Note. Dari skema ini sumber dana sudah tersamarkan atau layering lewat obigasi yang dilegitimasi oleh pengelola bursa. Dalam 10 tahun, dana itu akan habis seiring adanya  redemption  obligasi.” Kataku. Mei senang sekali. Aku hanya senyum. Tanpa disadari dia telah menyerahkan kelinci ke Srigala. Dia tentu sadar pemain hedge fund adalah srigala. Mei memeluk erat lenganku saat di dalam kendaraan. Dan terus lengket sampai kamar hotel. Dia tidak risih berteman dengan Srigala…

Monday, March 11, 2024

Save Jellian

 



Jam dua dini hari. Telp Safenet saya bergetar di meja lampu tidur. Saya segera ambil dan liat pesan masuk dari Moscow “ Save Jellian”  Saya segera telp. “ Ada apa Victor?

“ Orang columbia sandera jellian.” kata Victor dengan suara bergetar. “ Maafkan saya B.” 


“ Sekarang, jam ini juga kamu terbang ke Bangkok. Temui saya disana.” kata saya segera matikan telp. Saya lirik istri sedang tidur pulas. Saya masuk kamar kerja. Saya termenung lama. Ada apa ini? mengapa pertahanan Victor bisa jebol sehingga orang lain tahu posisi Jellian. Semua profile dari pihak yang terlibat dalam bisnis senjata ini bukanlah gangster. Proses bisnis berjalan sesuai dengan standar kepatuhan legal dan melibatkan institusi formal. Kami ada kontrak dengan pihak pembeli. Resmi. Kami juga ada kontrak dengan pabrik senjata Resmi. Aliran dana jual dan beli legal. Soal kemana senjata itu dikirim dan untuk apa, itu bukan urusan kami. Kami hanya pedagang


Saya sangat percaya dengan Jellian. Tidak mungkin dia melakukan tugas diluar SOP yang sudah saya tetapkan. Saya juga percaya dengan team Victor yang bertugas melakukan operasi lapangan. Jadi siapa yang membocorkan sampai posisi Jellian terancam ? Gelap. Kalau saya tidak tahu, saya tidak akan tahu dimana Jellian disandera. Columbia luas. Dan jaringan gangster juga bersel sel. Tidak mudah menentukan dari kelompok siapa. Kalau saya buka negosiasi dengan penyandera, itu hanya akan membuat semua operasi saya terbuka. Saya akan kehilangan bisnis  senjata. Dan belum tentu Jelian akan selamat.  


Saya harus focus bagaimana menyelamatkan Jellian. Dia percaya kepada saya dan saya harus melindunginya.  Tak terasa jam subuh sudah masuk. Saya sholat subuh dan mengenakan pakain untuk berangkat. “ Mah, izin mau ke luar negeri. Ada urusan penting” Kata saya berbisik kepada istri yang masih mengenakan mukena. Istri saya menatap saya dengan seksama. “ Ya pergilah. Hati hati.” Kata istri. Segera dia pergi ambil tas koper saya yang memang selalu dalam keadaan terisi pakaian lengkap. Dengan taksi saya berangkat ke Bandara. Tujuan saya ke Kamboja dulu. 


***


Saya temui EN di Phnom Penh. Dia menguasai bisnis underground. Dari Narkoba, human trafficking, pemerasan, penipuan, penyeludupan dan judi ilegal. Organisasi nya hebat dan sangat cerdas mengelolanya. Di dukung profesional trading, lawyer, akuntan dan tentu hacker IT. Punya jaringan international. EN punya banyak proxy yang mengelola asset dari uang haramnya. Dari kalangan celeb sampai pengusaha ada dalam jaringan proxy nya. Mereka mengelola property, tempat hiburan, tambang dan rekanan pemerintah pada proyek rente. Karenanya koneksinya dengan pemerintah sangat kuat dan luas. 


Perkenalan saya dengan EN saat dia merampok rekening casino Steven dengan cara hack rekening private banking. Rekening itu bisa saya kuasai kembali dan setelah itu EN jadi sahabat saya. “ Kamu kenal gank Columbia yang beroperasi di Eropa ? tanya saya saat makan di kaki lima di Jalan 123 di Phnom Penh yang terkenal dengan Tusuk Sate Ayam Panggang Yakitori. Walau kami hanya makan berdua tetapi pengawal EN ada 8 orang tidak jauh dari kami.


EN menatap saya sejurus. “ B, kamu ada masalah? ajak saya. Kita selesaikan sama sama. Bukankah kita bersaudara.” Kata EN.


“ Terimakasih. “ saya memeluknya. Senang akan empati persahabatannya “ Kenal ? Tanya saya focus kepada informasi yang saya perlukan. 


“ Yang saya tahu, orang Columbia tidak pernah beroperasi di luar kandang mereka. Tetapi mereka punya group outsourcing yang kapan saja bisa mereka call untuk beroperasi. “ Kata EN. “ Group Italia dan Spanyol” lanjut EN. 


“ Apakah mereka juga bisa di kontrak oleh pihak  lain ?


“ Tentu. Siapapun yang bisa bayar. “ Kata EN dengan tetap menaruh hormat kepada saya.


“ Apakah saya bisa tahu siapa saja clients nya ? tanya saya dengan harap.


“ Wah engga mungkin saya punya informasi itu. Tapi kalau diperlukan, saya punya cara mudah dapatkan informasi itu. Ya melalui banker dia. Saya tahu siapa banker nya” Kata EN. Saya senang. Ada titik terang.  


Saya tatap lama EN. Dia sampai salah tingkah. Seperti berusaha membaca pikiran saya “ Ok sekarang saya telp orang saya di Eropa. Mereka akan dapatkan data clients yang kamu minta” Kata EN. Dia segera telp melangkah menjauh dari saya. Tak berapa lama dia kembali ke saya. “ B. beri waktu 2 jam “ kata EN. Saya mengangguk, Selama menanti berita dari Eropa, saya dan EN asik makan sate. Dia cerita banyak tentang intrik politik di Kamboja dan peran China yang semakin significant. Sebagai pendukung setia Kamboja, Tiongkok mengalokasikan dana ekonomi, dukungan politik, dan banyak bantuan, khususnya dalam bidang keamanan. Dukungan komprehensif Tiongkok selaras dengan apa yang diinginkan Phnom Penh. Namun Kambodia tidak ingin bermusuhan dengan AS. 


Setelah makan siang. EN ajak saya ke Angkor Spa center. Kami hanya ngobrol di lounge. Tidak sauna dan juga tidak massage. Tak berapa lama sudah lewat 2 jam. EN dapat telp dari luar. Dia bicara sebentar. Dia buka file lewat Hape.  “ Ini B, daftar client mereka” Kata EN. Saya tidak mau tahu bagaimana sampai banker itu mau membuka data yang sangat strictly confidential itu. 


Hanya ada empat Clients. Dari empat itu. Hanya satu yang saya percaya terlibat dalam penculikan Jellian. Alasan tepat. Karena mereka ingin menghapus jejak transaksi senjata dan sekaligus merampok akumulasi dana yang ada di rekening cross border. Saya kecewa dengan mitra saya di Dubai tetapi saya bisa maklum. Resiko itu dari awal sudah saya duga. Makanya saya ciptakan layering transaksi dengan rumit. Engga mungkin mereka bisa deteksi keberadaan Jellian. Tetapi dengan menculik Jellian keadaan menjadi lain.


“Saya perlu informasi tentang orang ini ” Kata saya menunjukan nama salah satu dari empat clients banker itu. “ Saya perlu semua hal kebiasaan dia. Dimana dia tinggal. Dimana dia biasa nongkrong dan apa saja tentang dia.” kata saya. 


“ Bisa. “ kata En tegas. “ Saya punya teman di Iran dan mereka  berkantor di Dubai. Networking mereka kuat. Tidak sulit dapatkan info  tentang orang itu”


“ Lakukan itu. Saya perlu “ kata saya tegas.


“ OK saya akan koordinasikan segera “ kata EN. Dia telp cukup lama. Saya perhatikan dari jauh dia bicara. Setelah selesai. “ Mereka minta waktu sampai besok. Apakah mungkin? Kata EN. Saya mengangguk…Dari tempat Sauna, EN antar saya ke Paninsula Hotel. Dia tempatkan dua pengawal di hotel itu. Saya senyum aja atas hospitality nya “ B. ingat, kita bersaudara. Masalah kamu, masalah saya juga. Jangan sungkan. Apapun akan saya lakukan untuk kamu” Katanya. Saya sampaikan misi saya. Dia menyimak. Dia akan standby. Siap bergerak saat dapat telp dari Victor. 


***


Setelah dapatkan informasi dari EN. Saya terbang ke Bangkok. Di Bandara, Victor sudah menanti saya. “Hubungi Pilot kamu. Kita terbang ke Dubai sekarang “Kata saya. Victor telp pilot private jet nya untuk siapkan keberangkatan kami. 


“ B..” kata victor saat di dalam pesawat. Dia seperti masih merasa bersalah karena gagal melindungi Jellian.


“ Engga usah kawatir. Jellian itu terlatih sebagai prajurit para komando. Dia bisa mengelola rasa sakit kalaupun disiksa. Engga mungkin dia berkhianat. Kalaupun dia akhirnya menyerah, dia juga tidak tahu apa apa soal rekening itu.” Kata saya menenangkan Victor. 


“ Apa rencana kamu ? tanya victor.


“ Kita akan paksa orang ini memberi tahu dimana jellian disandera”  Kata saya memberikan profile orang yang dimaksud. “ B, hanya kita berdua ?  Victor mengerutkan kening. Dia mungkin tidak percaya. Karena ini misi berhaya.


“ Ya, Kenapa ? 


“ Ok. Siap “ Kata victor. Selama penerbangan itu saya tidur setelah sholat qhodo. Saat terbangun. Saya dapatin Victor masih terjaga. Dia tersenyum kepada saya. “Kamu benar benar pulas tidur. Seperti tidak ada masalah apapun” Kata Victor.


“ Masalah itu adalah dalam pikiran. Semua hal di dunia ini hanya ilusi. Permainan akal saja. Jadi kalau tidur ya nikmati kesendirian bersama Tuhan saja. Iklas saja” Kata saya. Victor mengacungkan jempol. 


***

Kami check in ke Hotel Burj Al Arab Jumeirah. Victor pergi ke kamar membawa tas saya. Sementara saya tunggu di bawah. Hanya 10 menit dia udah kembali bersama saya. Kami ke Dolphinarium, keindahan Suzgai Dubai dan pantai dengan latar belakang Burj al Arab. Saya melirik jam. Saya tatap Victor. “ Kamu tetap di sini. Dalam 30 menit saya tidak kembali. Kamu Telp EN. Dia akan lakukan Plan B. Team pemukul kamu yang ada di Moscow pastikan bergabung dengan team EN.“ Kata saya. Victor  mengangguk. 


Saya terus jalan melewati pasar-pasar, museum, konsulat, Taman Air Wild Wadi. Saat di pasar Madinat Jumeirah. Pria berkepala bulat dengan tinggi sekitar 180 bertubuh tambur tepat berjalan di depan saya. Dia diapit oleh dua pengawal bertubuh kekar. Saya keluarkan dua credit card dari dompet saya. Saya pindahkan ke kantong depan. Ini akan jadi senjata kalau kepepet. Setelah melewati Pria itu  dan berbalik “ alsalam ealaykum 'akhi , Abdul“ Saya menegur dengan bahasa Arab. Dia terkejut. Salah satu pengawalnya mendorong tubuh saya. Tetapi dengan cepat saya kunci tangannya dan sepak belakang betisnya. Pengawal itu berlutut sambil menyeringai menahan sakit. Saya tidak lepaskan kuncian tangannya. Segera Abdul teriak kepada pengawalnya untuk mundur. Keadaan itu cepat sekali. Saya tetap tersenyum seraya melepas kuncian tangan pengawalnya. 


Abdul tentu tidak percaya saya bisa ada di depannya. Dia tentu terkejut. Karena saya bisa tahu posisi dia dalam situasi terlemah dia.  Saya menyalaminya dengan membungkuk.  “ B, lama tidak ketemu. Ada apa ke Dubai.? ” Katanya dalam bahasa Arab. 


“ Saya baru datang tadi sejam lalu. Saya khusus untuk bertemu kamu. “ Kata saya tersenyum. Memang antara saya dan dia sudah saling kenal. Dialah yang menuntun saya berbisnis senjata yang dibiayai oleh keluarga kerajaan. 


“ Abdul, saya bukan musuh atau orang yang kamu kawatirkan. Kamu bisa check nama saya di UNF dan ICF. Saya pernah jadi director ASIA. Sampai kini saya honoris member mereka. Tanpa dukungan mereka mana mungkin saya bisa delivery senjata ke Suriah dan Irak, Mana mungkin saya bisa libatkan militer Turki dan Rusia untuk operasi itu. Apakah itu kurang cukup membuktikan bahwa transaksi saya dengan anda atas sepengetahuan mereka. Dan tentu kerahasiaan jadi standar kita” Kata saya dengan tetap tenang dan tersenyum.  Dia tertegun dan akhirnya mengangguk saat saya menyerahkan dokumen sebagai bukti bahwa saya bagian dari ICF.


Setelah meliat dokumen ICF itu dia menelpone dengan gelisah. Saya diamkan saja. Tak berapa lama kemudian, “ B, Jelian ada di Palma. Saya pastikan dalam 10 menit sudah ada di hotel “ kata Abdul. Saya tersenyum.  Dan pergi meninggalkan dia. Saya kembali menemui Victor.  Saat meliat saya dari jauh, Victor berlari ke arah saya. “ B, barusan saja Jellian telp saya. Dia sudah di hotel. Team saya di Valencia segera menjemput dia.”Kata victor terengah engah. Dia peluk saya. Saya senyum aja. Kami kembali ke Hotel. Keesokannya Victor antar saya pulang ke Jakarta dengan private jet. 


“ Rasa hormat saya tidak akan pernah hilang untuk kamu, B.” kata Victor saat di dalam pesawat. Saya menghentikan membaca buku“ Anda boss dan mentor kami. Lebih 10 tahun kami menjadi anggota team anda. Anda selalu lead kami dan selalu ada disaat tersulit kami. Dan tidak pernah ragu mengambil resiko untuk melindungi kami. Itu sebab kami tidak pernah ragu dalam melaksanakan perintah anda “ Sambung Victor. 


“ Nah sekarang cobalah tidur. “Kata saya. Victor mengangguk. Tak lama dia sudah larut dalam mimpinya. Saya lanjutkan membaca buku.


***

Seminggu kemudian saya ke Singapore. Jellian temui saya di Hotel Mandarin sands Singapore. Dia peluk saya dengan air mata berlinang. “ Kamu baik baik saja kan” Kata saya. 


“ Baik. Tidak ada kurang satupun. “ Katanya merentangkan kedua tangannya. Saya lihat tidak jauh dari table kami ada 2 orang pengawal. Itu team Victor. 


Kami duduk santai di cafe. Saat terdengar lagu diatas panggung. “i stand by you “ Jellian menangis dan menyandarkan kepalanya di pundak saya. Saya belai kepalanya.  “ Kalau kamu ingin berhenti, engga apa apa. Saya akan siapkan uang pensiun untuk kamu” Kata saya. Jellian menggeleng gelengkan kepala. “ Team sudah seperti saudara kandung saya. Kami seperti keluarga. Engga mungkin saya jauh dari mereka. “ Katanya 

I'll stand by you, I'll stand by you

Won't let nobody hurt you

I'll stand by you

Kami berdua tersenyum.



Bertemu lagi.

  Siska menemukan nomor telp dan email saya dari sosial media. Lewat telp dia memberi tahu bahwa papanya Danil, mau bertemu saya. Sejak tahu...