Saturday, October 12, 2024

Jalan menemukan rizki...

 



“ Ale, bosoboklah kita” kata Mardi lewat SMS kemarin. Walau kami jarang sekali bertemu. Mungkin setahun belum tentu ketemu. Kami saling maklum aja. Dia sibuk sebagai pengusaha yang punya banyak bisnis di Indonesia dan tanah jiran.  Saya juga sejak hijrah ke China, sangat sibuk. Namun nomor hape nya tetap saya simpan. 


Kali pertama mengenal Mardi tahun 84. Saat itu dia bekerja pada pusat Grosir di Pasar pagi, Jakarta. Sekolahnya hanya tamat SMP di Padang.  Dia taat beribadah. Tubuhnya kekar. “ Di kampung aku sering ke rimba ambil hasil hutan untuk di jual ke pasar.” Katanya. Dia sahabat saya. Kami sangat dekat dalam rentang waktu dari 83 sampai tahun 1990. Namun banyak hal tentang Mardi yang menjadi inspirasi hidup saya. Usianya lebih tua 5 tahun dari saya. 


***

Tahun 1983. Mardi segera terbangun pukul 4 pagi. Saur. Makan nasi berlauk kan tahu goreng dan sambal yang dia beli tadi sore di warteg. Usai itu dia merokok sambil menanti waktu subuh datang.  Dengan malas dia melangkah ke Toilet umum dekat kali. Belum banyak orang antri. Dia mandi dan berwudhu. Usai sholat subuh dia sudah siap siap untuk berangkat ke kawasan kota bekerja di pusat grosir. Jarak tempuh dari tempat tinggalnya di kawasan timur jakarta ke kota cukup jauh.  Pemilik rumah kontrakan datang kepadanya.  “ Nak Mardi, sebaiknya kosongkan kontrakan ini. Ada yang mau isi. Dia berani bayar lebih. “ 


“ Ya bu. “ kata Mardi. Melipat pakaiannya yang hanya tiga setel. Dia masukan kedalam ransel. Pergi meninggalkan tempat kontrakanya.


Dia duduk di halte menati buss datang. Saat itu ada wanita bersama anak balita. Matanya terpejam. Sementara balita terus menangis. Seakan wanita itu tidak peduli dengan tangisan balitanya. Ada empati mengetuk hati Mardi.


 “ Bu, itu bayinya terus nangis.” Katanya menegur lembut. 


“ Ya Bang. Saya dari tadi malam di halte ini. Saya diusir dari rumah kontrakan. Saya mau pulang ke Cianjur. Tidak ada ongkos.” 


“ Suami ibu dimana?


“ Pergi ke kalimantan. Sebulan tidak ada kabar. Pas ada kabar, dia bilang, sudah menikah lagi di Kalimantan. Katanya janji akan kirimin uang. Ini sudah tiga bulan tidak kirim uang bayar kontrakan. Saya diusir. “ Kata wanita itu menangis.


“ Bu, saya ada uang Rp. 100 ribu cukup untuk pulang ke Cianjur dan modal awal ibu bertahan di kampung. “ Kata Mardi menyerahkan uang  kepada wanita itu.


“ Terimakasih bang “ Wanita itu menangis menerima uang dari Mardi. Bus datang. Mardi permisi kepada ibu itu untuk pergi.


Di dalam bus. Mardi teringat surat dari ibunya“ Kalau kau tidak ada uang, tak usah pulang lebaran nanti. Ibu maklum. Doa ibu selalu untuk kau, anakku. Si Mijah sudah menikah dengan pria dari kota. Dia sepertinya sudah lupa dengan kau, anakku. Jangan kecil hati. Itu artinya bukan jodoh kau. Yang penting sesulit apapun kau, jangan pernah tinggalkan sholat. Semua bisa hilang tapi Tuhan tidak boleh hilang dalam kalbumu. “ 


Mijah adalah kekasih Mardi yang pernah berjanji akan menanti Mardi pulang melamarnya. Hidup memang berubah. Jembatan biasa lapuk. Janji biasa mungkir. Mijah tidak salah dengan sikapnya. Mardi  sangat maklum.


Seharian dia sibuk kerja mengepak dan memanggul barang. Hari itu dia terima upah mingguan sebesar Rp. 10.000. Dari uang sebanyak itulah dia harus bayar kosan Rp. 10 ribu sebulan dan sisanya untuk makan. Praktis dia tidak pernah bisa menabung. Tapi dia tetap yakin Tuhan akan membuka jalan untuknya. Dia bercita cita membuka pangkalan minuman teh botol untuk dipasarkan oleh pedagang asongan. 


Hari sudah pukul 9 malam ketika dia sampai di kontrakan temannya. Tapi dia tidak bisa masuk. Karena istri temannya datang dari kampung.” Aku mau cari kontrakan. Ya Rp. 8.000 sebulan lah. “ Kata Mardi. Temannya janji akan carikan rumah untuk mardi. Namun minta maaf tidak bisa menampung Mardi tinggal sementara.


Jam 10 malam Mardi turun di stasiun kereta Tanah Abang. Dia berjalan keluar dari stasiun tanpa tahu kemana arah yang akan dituju. Dia duduk di warung kopi. Berkali kali pelacur jalanan datang menegurnya, dia hanya tersenyum. Jam 2 pagi dia berjalan ke arah istiqlal. Lebih baik tafakur di Masjid sambil menanti waktu sahur. Di dekat pom bensin Abdul Muis kebon sirih dia melihat ada tas tergeletak di jalan. Isi tas itu, uang dollar dan dompet berisi uang pecahan Rp. 10.000.


Dia teringat doanya sehabis sholat agar Tuhan mudahkan rezeki untuknya. Nah , itulah janji Allah kepadamu. Gunakan uang itu untuk modal usaha. Itulah janji Allah.  Itu rezeki anak sholeh.” Suara bisikan datang. Namun saat itu juga terbayang wajah ibunya di kampung “ Jangan kau ambil harta orang. Apalagi orang itu tidak mengenalmu, tidak tahu apakah dia ikhlas atau memaafkanmu. Kalau dia tidak memaafkanmu, tidak mungkin pintu sorga terbuka untukmu.”  Itu nasehat ibunya saat dia akan pergi merantau.


Akhirnya Mardi putuskan juga untuk menyerahkan uang itu kepada pemiliknya. Dia lihat KTP yang ada di dompet untuk tahu alamat pemilik tas itu. 


***

Sebelum sampai di istiqlal dia melihat ada kendaraan sedan berhenti di jalan veteran. Dari dalam kendaraan itu ada wanita keluar dengan hampir terjatuh. Sepertinya didorong oleh penumpang yang ada di dalam. Dia dekati wanita itu, yang terduduk di trotoar.


“ Ada apa mbak.? Tanya Mardi.


“ Mereka udah engga bayar, kasarin saya lagi. “ kata Wanita itu. Wajahnya ada lebam. Tapi wanita itu tidak menangis. “ Mau bayar saya berapa saja saya mau. Yang penting ada ongkos pulang. Mau ? 


“ Berapa ongkos pulang?


“ Rp. 2  ribu aja.”


Mardi beri wanita itu uang. Dan dia melangkah menjauh dari wanita itu menuju istiqlal. 


Seuai sahur dan sholat subuh. Dia berdoa kepada Tuhan. “ Terimakasih Tuhan. Hari ini aku kehilangan tempat tinggal. Hari ini aku dapat kabar kekasihku menikah dengan pria lain. Tapi hari ini engkau tunjukan kepadaku cobaan tentang kerakusan dan ketidak berdayaan. Dan empatiku tetap hidup walau aku tidak tahu bagaimana nasipku besok. Yang penting hari ini aku tetap di jalanmu dan selalu bersukur akan kehadiranmu di hatiku.” 


***

Setelah matahari naik.  Mardi pergi ke alamat yang ada di KTP itu. Dia berniat ingin mengembalikan uang itu. Kebetulan rumahnya tidak jauh dari Istiqlah. Daerah Gunung Sahari.


" Anda siapa ? Kata seseorang saat pintu gerbang rumah besar tersibak.


" Saya menemukan tas di jalan. Saya tahu alamat ini dari KTP yang ada dalam dompet.  Ini saya mau antar kepemiliknya.”


Seseorang itu pergi ke dalam rumah. Mardi menanti di teras. Tak berapa lama keluar wanita etnis Tionghoa. 


“ Dimana ketemunya tas saya ini” Kata wanita itu setelah menerima tas dari Mardi.


" Dekat pom bensin Abdul muis”


Wanita itu tersenyum puas setelah memeriksa tas itu " Terimakasih ya " Kata wanita itu. Wanita itu mengundang Mardi masuk ke dalam rumah. Mardi ditawari kerja di perusahaan wanita itu. Bisnis wanita itu agent dan distributor Mesin jahit dari Jepang. Kantornya di bilangan kota tua. Sejak itu Mardi kerja sebagai sales. Dia di training how to sell dan product knowledge. Dia cepat sekali belajar. Dia memang cerdas.  Berlalunya waktu akhirnya dia dipercaya sebagai direktur oleh wanita itu.


Tahun 98 terjadi chaos menjelang kejatuhan Soeharto. Saat kantor  dibakar oleh massa. Mardi berhasil menyelamatkan wanita itu berserta keluarganya ke Bandara dan terus ke Singapore. Tahun 2000 Mardi hijrah ke Malaysia. Dia dipercaya mengembangkan bisnis wanita itu di Malaysia.


***

“ Ale “ Seru Mardi seraya memeluk saya saat bertemu di hotel kempinski Jakarta.


“ Gimana kabar Encik Yohana” Tanya saya. Yohana adalah induk semangnya yang membinanya sejak muda.


“ Encik udah meninggal tahun 2013. Tetapi anak anak nya tetap percayakan bisnis untuk aku kelola. Mereka beri aku saham 20% atas group perusahaan yang terdiri dari Kebun Sawit. Pabrik downstream CPO, pabrik sparepart kendaraan. Pabrik gula  dan lain lain. “ Katanya dengan tersenyum. Mardi hanya tamatan SMP. Tidak ada yang bisa dia perbuat untuk bisa sukses kecuali kejujuran dan kesetiaan menjaga amanah.


“ Hasil survey tingkat kepuasan terhadap pemerintahan Jokowi diatas 70%. “  Kata Mardi kemudian.  Kami ngobrol santai.


“  Data OECD tahun 2023, 62,1% penduduk Indonesia lulusan SLTP. Sisanya lulusan SMU dan universitas. Lulusan S1 hanya 4,25%. Nah, kalau lebih 90 % populasi berpendidikan SD, SLTP, SMU, maka hanya 1 dan 100 responden survey yang melek politik.  Kamu yakin hasilnya objectif? Mana mereka paham soal indicator ekonomi dan capaian pemerintah. Mereka hanya menjawab survey atas dasar perasaan. Ya wajar. Karena  mereka dapat program Bansos. Tapi kita semua tahu, bansos itu toxin peradaban dalam jangka panjag. “ kata saya.


“ Tapi baca berita dari media mainstream, luar biasa sekali kinerja Jokowi. Terutama dalam membangun infrastruktur ekonomi. Bangun jalan tol. Jalan nasional. Jalan desa, Irigasi, Bendungan, Bandara, Pelabuhan, bahkan pembangun desa terluar. “ Kata Mardi, Saya senyum aja. Saya tahu dia ingin bicara banyak dengan saya. Kami saling merindukan. Lama tak jumpa


“ Itu hanya berita. Orang hanya tahu dari pemberitaan. Semakin sering berita itu ada semakin nampak dia bekerja.  Apalagi Jokowi sangat pintar sebagai media darling. Pada setiap moment peresmian proyek dia menghadiri. Kan di Japang ata China atau Korea tidak mungkin presiden menghadiri peresmian proyek Tol. Apalagi sekedar ekspansi Pelabuhan atau penambahan bendungan.Itu cukup diwakilkan Menteri atau direktur BUMN yang kelola proyek itu.  


Mengapa saya katakan itu? Karena faktanya Belanja modal tetap rendah, kurang lebih 1,33% dari PDB. Tidak ada yang bisa diperbuat. Kecuali semakin besar sumber dana dari non APBN. Kalau dana non APBN itu berasal dari FDI kan bagus. Memperkuat devisa. Tetapi ini berasal dari utang dalam negeri. Dan itu utang kepada bank BUMN juga. Yang kalau ada masalah, terpaksa negara bailout. Dan semua bermasalah.” Kata saya.


“ Mengapa ?


“ Bukan rahasia umum bahwa pembangunan infrastruktur lewat PINA itu menimbulkan moral hazard. Itu bisa dilihat dari ICOR kita diatas 6. Sangat tidak efisien. Index Korupsi yang memburuk. Tahun 2024 Index korupsi  sama dengan tahun awal Jokowi berkuasa. Yang tentu berkorelasi dengan memburuknya Index demokrasi. Menurut freedom House menyebut indeks demokrasi Indonesia turun dari 62 poin ke 53 poin pada 2019-2023. Kan menyedihkan “ kata kata saya.


“ Jadi apa pendapat kamu secara objektif terhadap kineerja Jokowi selama jadi presiden” Tanya Mardi.


“ Kita kan pengusaha. Apa ukuran penilaian terhadap kinerja CEO perusahaan? Kan pendapatan. Sehebat apapun CEO itu dengan programnya, pada akhirnya kalau trend pendapatan loyo, ya itu sudah dianggap sampah, yang harus segera dibuang ke tong sampah. Nah di era Jokowi, rasio pendapatan terhadap PDB menurun.  Bila tahun 2015 tax ratio 10,8%, diperkirakan 2024 tax ratio hanya 10,1%. Turun. Kalau dirata ratakan selama era Jokowi tax ratio dibawah 2 digit atau 9,9%. Kalah dengan era SBY yang rata rata tax ratio 11,7% terhadap PDB.


Upaya Jokowi untuk meningkatkan tax ratio sangat luar biasa. Tetapi itu hanya kebijakan menjaring wajib pajak yang ada lewat tax amnesti 1&2. Tidak ada upaya serius meningkatkan pertumbuhan  sektor real agar menciptakan multiplier effect yang salah satunya bertambahnya wajib pajak yang mampu bayar. Setidaknya dari 65 juta UMKM bisa naik kelas menengah 10% saja, itu sangat significant meningkatkan tax ratio. “ Kata saya.


“ Karena penerimaan loyo dan belanja amburadul pengelolaannya. Lantas darimana Jokowi dapatkan dana begitu besar untuk mempertahankan pertumbuhan diatas 5% ? tanya Mardi


“ Ya dari utang. Prinsip money  follow program telah mengakibatkan beban utang terus bertambah untuk menutupi defisit anggaran. Sudah bisa dipastikan ini berujung kepada bertambah nya utang negara. Terhitung sejak tahun 2014, outstanding utang sebesar Rp2.608 triliun yang kemudian meningkat signifikan menjadi Rp7855,53 triliun per Juli 2023 atau mengalami penambahan utang 201% dibandingkan total utang 6 presiden sebelumnya. Angka itu lebih besar lagi tahun 2024


Ini sudah sama seperti berada dalam kubangan lumpur utang. Sangat memberatkan bagi presiden berikutnya dan kalau ini terus dilanjutkan tanpa perbaikan dan perubahan, maka sebelum ulang tahun indonesia emas 2045, kita sudah jadi negara gagal seperti Venezuela. Mungkin lebih buruk dengan pecahnya NKRI.” Kata saya. 


Mardi tertegun. 


“ Keliatannya semua baik baik saja. Tidak ada masalah dengan likuiditas dan pasokan barang. Berapapun likuiditas tersedia. Mau pinjam berapapun ada uang. Mau barang apapun tersedia di pasar. Tapi masalahnya, berani bayar bunga tinggi engga? Berani bayar harga naik engga? Sementara pertumbuhan ekonomi masih positif, IDR menguat,  Angka indicator ekonomi makro ekonomi cerah. Kalau katanya ekonomi kita tidak baik baik saja, salahnya dimana ? tanya  Mardi. Sepertinya dia masih bingung dengan penjelasan saya. Maklum dia kelas atas. Wajar saja.


“ Sebagai masyarakat kelas atas yang hidup dari rente, kamu tentu akan bingung dengan situasi ekonomi sekarang. Apalagi DPK perbankan diatas Rp. 5 miliar untuk nasabah seperti kamu jumlahnya terus bertambah. Makanya setiap kritik terkesan anomaly. Jarak kamu dengan kelas bawah semakin jauh. Karena kini DPK perbankan dari nasabah dibawah Rp 100 juta, jumlahnya  terus berkurang. Dan itu tentu  membuat semakin jauh empati kamu. “ kata saya.


“ Coba cerahkan saya. Tapi jangan opini sabun. Berusahalah objectif berdasarkan data. “ Pinta Mardi   Saya segera buka file ekonomi makro di hape saya. Agar apa yang saya jelaskan sesuai data.


“ Mesin ekonomi suatu negara itu terdiri dari Belanja domestic, produksi dan investasi.  Nah perhatikan fakta dan data. Lebih 50% PDB kita disumbang oleh belanja domestic. Daya beli melemah dengan ditandai oleh lebih banyak barang daripada uang di pasar, itu artinya deplasi. Dalam 38 tahun terakhir situasi deplasi hanya terjadi pada pada 1999 saat kita dilanda Krismon dan, 2020 saat ada pandemi COVID. Kalau kini terjadi deflasi 4 bulan beruntun, itu artinya kita sedang dalam pusaran krisis. Itu dirasakan kelas bawah. Bukan kamu.


Kemudian sector produksi drop. Itu ditandai dengan kontraksi nya index PMI Manufaktur. Kontraksi dua bulan beruntun yakni pada Juli (49,3) dan Agustus. Posisi PMI Manufaktur saat ini juga merupakan yang terendah sejak Agustus 2021. Peran bank sebagai channeling fund stuck. Undisbursed loan perbankan mencapai Rp 2.152,19 triliun. Padahal sector produksi penyumbang kedua terbesar terhadap PDB. Kamu tidak akan merasakan. Karena yang merasakan rakyat kecil dengan adanya gelombang PHK dan pengurangan kapasitas produksi sehingga banyak supplier UKM yang jatuh bangkrut.


Investasi lebih banyak ke sector moneter. BI rakus banget serap dana di pasar lewat kenaikan suku bunga. Makanya devisa kita meningkat. IDR menguat. Bukan karena surplus NPI tetapi karena hutang. Menkeu juga kerek bunga SBN. Rebutan likuiditas dengan BI dan perbankan.  Makanya bunga perbankan juga naik. Sementara LDR perbankan sudah diatas 86%. Memang tidak dirasakan oleh kamu yang kelas Atas. Kamu justru happy dengan suku bunga tinggi. Bisa dapat pasif income dari bunga SBN, SRBI, SVBI dan deposito. Tetapi tidak berlaku  bagi kelas menengah dan bawah, yang income nya terpenggal karena angsuran KPR naik, harga harga naik.” Kata saya.


“ Ah apa iya begitu. Kan PDB kita positif. “  Kata Mardi. 


“ Ya jangan melihat PDB dari luar. Tetapi lihat ke dalam PDB. Mari kita lihat data. Ya data BPS aja. Biar tidak terkesan oposisi. Kelas menengah di Indonesia turun kasta sejak masa krisis Pandemi Covid-19. Pada 2019 jumlah kelas menengah di Indonesia 57,33 juta orang atau setara 21,45% dari total penduduk. Lalu, pada 2024 hanya tersisa 47,85 juta orang atau setara 17,13%. Artinya ada sebanyak 9,48 juta warga kelas menengah yang turun kelas. 


Nah 9,48 juta itu menjadi aspiring middle class. Kelas yang mendekati miskin. Data membuktikan aspiring middle class bertambah, dari 2019 hanya sebanyak 128,85 juta atau 48,20% dari total penduduk, menjadi 137,50 juta orang atau 49,22%. Sementara angka kelompok masyarakat rentan miskin ikut nambah juga. Dari 2019 sebanyak 54,97 juta orang atau 20,56%, menjadi 67,69 juta orang atau 24,23%. 


Artinya, PDB itu merugikan kelas menengah dan bawah. Sementara kelas atas bertambah. Bukan jumlahnya bertambah tetapi hartanya yang bertambah. Lihat data DPK perbankan. Nasabah  yang memiliki tabungan di atas Rp5 miliar justru cenderung mengalami peningkatan yang signifikan. Pada Juli 2016 hingga Juli 2019 tercatat mengalami kenaikan sebesar 29,7% dan pada Juli 2021 hingga Juli 2024 kembali bertumbuh bahkan lebih tinggi yakni sebesar 33,9%. “ Kata saya.


“ Apakah Jokowi tahu soal ini? Tanya Mardi. 


" Justru Jokowi sudah ingatkan sejak tahun 2023. Dia ingatkan kepada BI dan Menkeu soal kekawatirannya dengan pertumbuhan ekonomi 5% tetapi likuiditas terganggu. Karena dampaknya bisa menekan daya beli dan produksi yang pada gilirannya ekspansi sector real melambat. Tetapi tidak ada team relawan Jokowi yang bantu ingatkan ini dan ring 1 nya juga tidak peduli. Euforia engga jelas. Sementara pihak luar yang mengingatkan malah dituduh membenci dan nyinyir. Kan kasihan Jokowi jadi keliatan dungu dia. “ kata saya.


“ Emang salah? Kaya miskin itu kan soal pilihan dan lagi orang kaya emang mudah. Ada kerja keras, kerja kreatif, dan tentu struggle. Jangan salahkan pemerintah kalau ekonomi justru merugikan orang miskin. “ Kata mardi. 


“ Saya katakan, setiap kebijakan ekonomi adalah juga kebijakan politik. Tentu tidak mungkin memuaskan semua orang. Tetapi tentu juga tidak boleh hanya memuaskan segelintir orang. Rakyat engga maksa keadilan ekonomi seperti paham komunisme. Rakyat hanya butuh keadilan sosial atau keadilan proporsional.  Nah kalau itu tidak bisa di delivery pemerintah, ya resikonya bukan ekonomi tetapi politik. Rakyat akan menggulungnya. Di mana mana ya begitu. Old story… “ Kata saya. Mardi terdiam. Saya diamkan juga. Moga dia paham. Dan lagi ini hanya pembicaraan diatas sahabat.


***

“ Ale, Seru Mardi " Tahun 2023 aku ketemu dengan Risa di Bandara Changi “ Kata Mardi tersenyum. “ Dia cerita kalau dia kerja sama kau dan tidak pernah menikah” 


“ Kok masih ingat dengan Risa. ? Tanya saya mengerutkan kening.


“ Dulu kan waktu ambil ijazah SMA, aku dan dia satu kelas di sekolah malam di Senen” Jawabnya. 


“ Oh gitu. “ Saya baru tahu. Karena Risa tidak pernah cerita.


“ Ale…Seru Mardi. Sepertinya ada yang hendak dia katakan. Saya siap mendengar. “ Istri aku meniggal karena COVID. Anak ku hanya 1. Sudah berkeluarga. Aku dapat cucu 2 dari dia.” Kata Mardi. Dia terdiam lagi.


“ Sebenarnya cinta pertama-ku adalah Risa. Tetapi aku tidak berani mengatakannya. Dia cantik kali. Amoy lagi. Awak apalah. Hanya oang kampung. Tak pula berupa. “Kata Mardi. “Aku akan sangat berterima kasih bila kau bisa bantu aku menjadikan dia sebagai istriku. “ Kata Mardi dengan suara lambat. 


“ Ale..” Lanjut Mardi. “ Aku janji akan membahagiakan Risa. Aku juga udah cerita ke anakku tentang Risa. Dia sangat mendukungku. 


 “ Ya Mardi. “ Saya menghela napas. “ Aku engga bisa bantu namun aku mendukung kalau kau bisa menikah dengan Risa. Aku beri aja nomor telp dan alamat dia. Silahkan kau pendekatan dengan dia.” Kata saya.


“ Terimakasih Ale. Doakan ya” katanya. Saya mengangguk dan tentu mendoakannya dengan setulus tulusnya, mereka  sahabat saya.


Saya termenung. Risa sahabat saya dan Mardi juga sahabat saya. Yang jadi masalah, dari awal emosi cinta Risa hanya untuk saya. Saya bertemu lagi dengan Risa, setelah saya menikah. Bagi saya, Risa adalah masa lalu. Dan tidak mungkin menikahinya. Dan kini Mardi mau menikahinya. Bagaimanapun Risa perlu tempat bersandar di masa tuanya. Apalagi usianya 56 tahun.


4 comments:

Anonymous said...

Sangat inspiratif. Mencari orang berintegritas memang tidak mudah

Anonymous said...

Masyaallah ..

Anonymous said...

Terimakasih

Anonymous said...

aduh tulisan terkhir kenapa menyedihkan saat dibaca

Jalan menemukan rizki...

  “ Ale, bosoboklah kita” kata Mardi lewat SMS kemarin. Walau kami jarang sekali bertemu. Mungkin setahun belum tentu ketemu. Kami saling ma...