Sunday, August 15, 2021

Hikmah Ning

 


Nuning wanita yang saya kenal tahun 1987. Kali pertama mengenalnya waktu dia buka warung kopi di dekat pabrik saya. Kemudian saya usulkan agar dia buka warung itu di dalam lingkungan pabrik. Dia berasal dari Bojonegoro Jawa timur. Dalam usia 20 tahun dia sudah menjanda dengan 1 putri balita. Menurut cerita, dia sedari balita sudah yatim. Diasuh oleh juragan kaya. Setelah remaja dia dinikahi oleh juragan itu. Itu tujuannya agar dia tidak diganggu oleh anak anak juragan itu. Setahun menikah juragan itu meninggal. Dia dijadikan pembentu oleh anak anak juragan. 


Belakangan dia hamil. Orang kampung bergunjing. Karena tidak tahu siapa ayah anak yang sedang di kandungnya. Setelah anak lahir, dia diasingkan orang kampung. Dia terpaksa pergi merantau ke Jakarta. Anak balita itu dibawanya serta. Sempat jadi pengemis di jakarta sebelum bertemu dengan orang baik hati menampungnya. Dia bekerja di lokalisasi Tanjung Priok. Kerjaannya mencuci pakaian wanita PSK. Dibayar sesuai jumlah baju yang dicuci. Berita dia kerja di lokalisasi tersiar di kampunya. Semakin sulit dia untuk pulang kampung.


Setahun kerja di rumah pelacuran, dia sudah punya cukup uang. Temannya memberi peluang buka warung kopi di dekat pabrik. Dia keluar dari lokalisasi. Alasannya memikirkan keselamatan putrinya. Setahun buka warung dekat pabrik dia saya tawari buka warung di lingkungan pabrik. Sempat tiga tahun dagang. Tahun 1990 pabrik saya jual. Dia diusir oleh pemilik pabrik yang baru. Belakangan saya tahu dia kembali buka Warung di luar pabrik.


Tahun 1999 saya beli pabrik bata di kerawang kerjasama dengan teman dari Taiwan . Saya dapat kontrak off taker dengan BUMN kontruksi. Tahun itu juga kebetulan Nuning telp saya. Anaknya, Tika harus masuk rumah sakit. Dia tidak punya uang. Saya bantu membawa anaknya ke rumah sakit Bekasi. Setelah itu saya tawarkan dia tinggal di Mess pabrik bata di kerawang. Tugasnya jadi ART untuk mitra saya orang Taiwan yang tinggal di Mess itu. Dia senang sekali. Karena anaknya bisa ikut dia. Di pabrik dia juga buka kantin untuk karyawan.


Tahun 2002 pabrik itu saya jual karena mitra saya orang Taiwan itu meninggal. Nuning terpaksa harus pindah. Waktu dia cerita mau buka usaha buat kantong kertas. Saya beri dia modal dan uang sewa rumah setahun. Tahun itu juga  saya dapat kabar dari Nuning. Tika diterima di PTN . Saya jadikan anaknya sebagai anak asuh dengan menanggung uang kuliahnya.


Barulah saat itu saya beranikan bertanya soal ayah Tika. “ Boleh tahu Ning. Siapa ayah Tika ?


Nuning lama terdiam. Akhirnya dia berkata “ ayah Tika adalah anak juragan itu mas. Dia perkosa saya. Setelah itu dia lari ke kota”


“ Kenapa kamu tidak cerita kepada orang kampung soal itu?


“ Dari balita saya diasuh oleh juragan dan setelah Remaja kehormatan saya dijaganya. Walau saya menikah dengan juragan tetapi dia tidak pernah perlakukan saya dengan kasar. Hutang budi kepada juragan saya bawa mati. Kezoliman anaknya biarlah saya tanggung seumur hidup.” Kata nuning berlinang air mata.


Tahun 2007 Tika lulus sarjana akuntansi. Dia dapat kerjaan sebagai junior akuntan di konsultan keuangan. Ning ikut Tika tinggal di jakarta. 2008 Tika pindah kerja ke perusahaan tambang batubara di kalimantan. Ning juga ikut. Menurut Ning, setelah Tika menikah, mantunya sangat hormat dengannya. 


Moral cerita. Kita tidak bisa menilai dan menghakimi orang dengan apa yang kita tahu tentang dia.  Tidak ada orang baik. Kalau orang nampak baik itu karena Tuhan sembunyikan aibnya. Tidak ada aib tersibak yang tak sudah. Selalu ada cara Tuhan menutupinya kembali asalkan kita bersabar atas itu. Tika sumber aib dan fitnah bagi Ning, tapi Tika juga yang mengangkat derajat Ning.***


1 comment:

ASKOT said...

Alhamdulillah selalu jadi 'bacaanku' nuwon pak ERI

Jalan menemukan rizki...

  “ Ale, bosoboklah kita” kata Mardi lewat SMS kemarin. Walau kami jarang sekali bertemu. Mungkin setahun belum tentu ketemu. Kami saling ma...