Friday, March 17, 2023

Transformasi BUMN

 






2022, di Club Oriental, Mandarin Singapore. Saya duduk sambil menikmati teh sore hari. Dari arah pintu masuk, Florence melangkah kearah saya. Dia tersenyum saat saya menggeser kursi untuk dia duduk dengan nyaman. “ Wenny udah datang ?Tanya Florence.


“ Sedang on the way “ kata saya.


Dia letakan buku diatas meja. Saya lirik buku itu. Judulnya Fulfilling the Sustainable Development Goals. “ Sekedar killing time selama dalam perjalanan dari London. Membaca memang pilihan yang tepat. Apalagi usia seperti kita, sulit tidur dalam perjalanan “ Katanya. 


“ Apa menariknya buku itu” Tanya saya berkerut kening melirik buku diatas meja tiu. Bagi saya usia seperti sekarang tidak suka membaca buku sampai habis. Biasanya dari kata pendahuluan sudah dapat menyimpulkan hal esensi dari buku itu. Tapi florence memang bukan tipe orang yang hanya focus kepada hal esensi. Dia suka membaca jalan pikiran orang lewat tulisan. 


Ya, kata Florence. Buku ini mengurai secara terperinci bagaimana mengimplementasikan agenda pembangunan berkelanjutan agar bisa diterapkan oleh negara maju, negara berkembang, dan negara terbelakang. Tujuan dari pembanguna berkelanjutan adalah meningkatkan kesejahteraan manusia. Pada waktu bersamaan melindungi planet dan alam dari kerusakan lingkungan. Yang jadi peradox selama ini adalah dengan alasan mengejar pertumbuhan ekonomi, manusia terjebak melakukan apa saja. Yang rusak bukan hanya lingkungan alam, tetapi juga lingkungan sosial, yang ditandai rasio GINI terus melebar.


Makanya perlu paradigma baru mengatasi berbagai masalah di bidang pendidikan, kesehatan, perlindungan sosial, dan memerangi perubahan iklim.  Caranya tentu dengan meningkatkan teknologi dan memperluas infrastruktur untuk menyediakan layanan yang berkelanjutan untuk semua orang. Mempromosikan ekonomi kreatif dan inklusif, yang berbasis kepada tekhnologi tepat guna dan tersedianya sumber daya berkelanjutan, ya semacam Green Economy.


Dunia memang sedang berubah. Orientasi bisnis tidak bisa lagi bertujuan penguasaan modal saja. Tetapi lebih penting lagi bagaimana bisnis bisa ambil bagian dalam program Sustainable Development Goals. Termasuk didalamnya kepatuhan terhadap ESG. Dengan itu business model juga berkembang, yang lebih utamakan kolaborasi dalam bentuk supply chain global. Demikian uraian Florence. Yang membuat suasana minum teh sore hari terasa nikmat. Florence adalah sahabat dan juga mitra bisnis saya. Dia Komut pada salah satu anak perusahaan Yuan Holding di Jakarta. 


“ Saya dapat informasi NBL Holding itu Chaiman nya Wenny Poh. Padahal Wenny poh kan juga CEO dari Yuan Holding. Benar ? Tanya Florence. Memang benar. Pikiran saya ke beberapa tahun lalu. Dari tahun 2014 saya terobsesi akuisisi Holding company yang punya unit business khusus supplya chain Pertanian. Itu mencakup biji bijian, pakan ternak, minyak goreng, beras dan benih, kapas, karet, trade finaning, logistik, industri pengolahan, Industri pupuk dan limbah pertanian, stockis, perkapalan. Holding ini menguasai market share di India, Amerika latin, Afrika dan Indonesia, yang merupakan negara pertanian.


Lebih 5 tahun saya jajaki untuk akuisisi bisnis ini tetapi selalu gagal didekati. Maklum mereka bukan hanya kuasai ekosistem bisnis agri tetapi juga mereka ramah dengan oligarki politik di setiap negara mereka beroperasi. “ Lue engga ada kelas untuk kuasai target itu” Kata Esther teman saya di Hong Kong. “ Itu perusahaan berdirii udah lebih 100 tahun. Mereka sangat konservatif mengelola bisnisnya. “ Lanjutnya.


Saya tetap yakin bisa. Saya penasaran. Tapi jangankan deal dengan pemilik, bicara aja saya engga punya akses. Bahkan saya gunakan pengaruh politik, tetap aja saya dianggap nothing.  Tahun 2021 saya dapat kabar dari teman trader di Singapore. Perusahaan target itu menghadapi tekanan cut-loss gigantik karena kalah transaksi hedging. Saya langsung create skenario untuk jadi penyelamat. Tapi kalau too good to be true pasti saya di kick out.


Caranya gimana ? Melalui banker di Singapore saya minta diatur bertemu dengan pemegang saham pengendali perusahaan target. Seminggu kemudian saya dapat kabar dari banker, dia bersedia bertemu dengan saya. Segera saya terbang ke London. Saat kali pertama pertemu di kantornya yang megah. Saya tetap pertahankan budaya asia. Saya membungkuk sebelum menyalaminya. Dia menjabat tangan saya dengan erat. Penampilannya terkesan aristokrat. Tinggi mungkin lebih 170 CM. 


Ketika dipersilahkan duduk, saya buka kancing jas saya karena ada jas rompi dan tetap sikap sempurna tanpa menyilangkan kaki. Dia duduk santai dengan menyilangkan kaki. “ Kamu teman Felix ya.”

Saya mengangguk.

“ Tadinya saya tidak yakin orang Asia bisa lakukan seperti kami lakukan. Tapi tadi barusan Felix telp saya. Nah saya mau keluar dari bisnis itu. “ Katanya tersenyum. Saya mengangguk. Dia langsung menyebut angka. Saya berpikir sejenak dan tetap tersenyum. Saya sanggupi. Hanya berlangsung 10 menit meeting. Selesai. Proses selanjutnya tugas Wenny lakukan tahapan akuisisi, termasuk audit legal dan akutansi.


***

Awal januari 2022, saya meeting di Singapore dengan salah satu keluarga kerajaan Arab. Pertemuan terjadi setelah lebih 4 bulan Yuan holding ajukan proposal kemitraan. Saya membungkuk sebelum menjabat tangannya. 


“ Saya mau masuk asalkan resiko saya kamu tanggung. “ Katanya dengan nada datar.


“ Apa jaminannya? tanya saya.


“ MTN yang unsecure dengan underwrite full commitment dari lembaga keuangan AAA rate. “


“ OK. Ada lagi?


“ Yield pertahun diatas 3 % dari bunga Libor.”


Saya terdiam. Di hadapan saya ini benar benar predator.


“ Dan, B, “ serunya.


“ Ya yang mulia.”


“ Akuisisi tetap menggunakan bendera kami. Artinya masuk dalam portfolion SWF kami.”


Nah kan, Lengkaplah sudah. Mau invest tapi engga mau resiko dan tetap saja bendera dia punya. Dengan bendera dia pegang, dia bisa kamuplase SWF nya untuk di leverege di market.


“ OK ada lagi? tanya saya.


“ Hanya itu.”


Saya terdiam dan mikir.


“ Ok, deal.” Kata saya.


“ Seberapa cepat kamu bisa lakukan?


“ Seberapa cepat anda bisa alokasi dana untuk saya lakukan akuisisi?


“ Ok, paling lambat 7 hari kerja bank setelah financial closing” Katanya. Saya perintahkan Wenny di Hong kong untuk proses itu semua.  


Bulan juni tahun 2022 saya lunasi hutang ke Arab. Karena berkat perang Rusia-Ukrania rantai pasokan produk pertanian naik significant.  Tidak sulit saya lakukan refinancing. Kalau tadinya Yuan sebagai special assignee si Arab tapi kini tiga Fund manager International saya tunjuk sebagai Special assignee pemegang saham mewakili Yuan. Berkat kesabaran, saya berhasil kuasai  NBL holding yang punya 300 kantor di 30 negara. Berpengalaman lebih 100 tahun dalam international business agriculture, refinery pupuk dan pestisida, mesin pertanian, stockis dan lain lain, dengan total karyawan lebih 300.000. 


Apa yang terjadi kemudian? Si Arab sue saya karena tuduh saya trap dia sebagai Purpose Vehicle. Pemilik perusahaan di London sebagai pemegang saham pengendali juga sue saya. Karena dia tuduh saya dibalik kerugiannya dalam transaksi hedging. Saya hadapi somasi itu. Hanya satu kali hearing di pengadilan. Menang saya. Saya senyum saja. Salah saya dimana? Bukankah mereka kaya raya dan terpelajar. Kan mereka tidak bodoh untuk dipecundangi pedagang sempak.


***


" Kenapa melamun. Ada apa ? Tanya Florence membuyarkan lamunan saya. 


" Ya" Kata saya 


“ Kok kamu tidak pernah beri tahu saya ?


“ Tidak semua harus kamu tahu. Kadang saya juga tidak tahu detailnya ” Kata saya tersenyum.


“ Apa beda NBL Holding degnan Yuan Holding ?


“ Beda bisnis model dan partner nya aja.”


“ Engga ngerti saya. Kita berteman dari sejak remaja, soal bisnis banyak hal yang kamu tidak pernah ceritakan. "


“ Apanya engga ngerti ? Kata saya.


“ Itu NBL kan raksasa. Dia menguasai ekosistem bisnis pertanian.  Apa beda skemanya dengan Yuan? Tanya Florence.


“ Yuan itu bisnis model nya penguasaan Pasar lewat penguasaan sumber daya. Seperti skema offtake market, PI dan couter trade. Sedangkan NBL, bisnis model nya penguasaan pasar  lewat kepemilikan saham pada supply chain pertanian. Keduanya berkembang karena collaboration dengan visi sustainable growth . " Kata saya mencoba menjelaskan secara sederhana.


“ Engga ngerti gua” Kata FLorence. Saya senyum aja.  Wenny datang ka club. Saya memang datang ke singapore untuk meeting dengan Wenny. Kebetulan Florence ada bisnis trip dari London dan mampir di Singapore semalam. 


“ Maaf bu Wenny.” Seru Florence “ Tadi saya tanya ke Mr. B apa hubungan NBL dengan Yuan holding. Mengapa dalam portfolio Yuan holding tidak ada nama NBL holding ? Tanya FLorence.


“ Oh NBL memang bukan milik Yuan. Tapi Yuan mengontrol bisnisnya. “ Kata Florence


“ Kok bisa begitu ?


“ Yuan Holding kan punya business service provider untuk menjamin supply chain bidang pertanian, pertambangan, oil and gas. Nah NBL itu kan bisnisnya dibidang supply chain pertanian. Awalnya dapat dukungan Sovereign wealth fund negara Arab untuk akuisisi NBL melalui penyediaan jaminan resiko jangka panjang. Ya otomatis kita jadi S/A atau special assignee dari investor. Tapi setelah itu kita refinancing utang ke Arab dan menggantinya dengan 3 fund manager global. Kini tiga fund manager itu sebagai special assignee dari Yuan “ Kata Wenny tersenyum


“ Ok, saya focus kepada Wenny. Ini saatnya saya bicara bisnis dengan Wenny. " Kata saya.  Florence tahu diri. Dia menyimak saja. Rencana usai meeting kami langsung pulang ke Jakarta.


“ Wen, kamu paham tentang Circular Economy dan Sustainability untuk Industri Kimia. “ Tanya saya mengawali meeting.


“ Ya paham. Itu mendorong penerapan metode produksi close-the-loop untuk meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya, memodifikasi proses kimia, dan meningkatkan umur produk dan material. Itu bagian dari Agenda PBB 2030 untuk Pembangunan Berkelanjutan. Dari 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan itu,  14 di antaranya menyerukan penerapan konsep dan pola Green Chemical yang tepat. “


“ Artinya, peran kimia dalam peralihan menuju model yang lebih berkelanjutan sangat penting, ya “ Kata saya.


“ Tentu. Itu sebagai dasar untuk produk baru yang terbuat dari bahan baku terbarukan dan dirancang untuk digunakan kembali, didaur ulang, atau dipulihkan dengan persyaratan energi minimum. Kata Wenny.


“ Ok. Good. “ Saya tersenyum puas. Artinya engga perlu briefing lagi soal product knowledge. “ Wen,   NBL punya saham di Industri Petrokimia di China. Kamu tawarkan kerjasama dengan dia untuk bangun pabrik metanol dari limbah Petrokimia nya. Proyek ini akan menjadi yang pertama di dunia. Menggunakan proses Carbon Capture Utilization di tingkat industri. Mengubah emisi karbon dioksida dari operasi Petrokimia, bersama dengan biogas dan hidrogen terbarukan untuk menciptakan metanol yang berkelanjutan. “ Kata saya.


“ OK. Tapi B..” kata Wenny dengan jidat berkerut. “ Industri ini memerlukan banyak disiplin ilmu dan keahlian bidang organic chemistry, catalysis, biocatalysis, polymer chemistry, analytical chemistry. Ini berkaitan erat dengan fermentation technology, molecular biology, biomass pretreatment technology, separation technology and process modelling” 


“ Ya paham saya. Itu sebabnya kamu harus akuisisi perusahaan yang punya tekhnologi itu. “ Kata saya seraya mengirim file dokumen via smartphone ke email Wenny. “ Baca itu “ Kata saya. Wenny buka smartphone nya. Dia membaca dokumen itu dengan seksama. 


“ B, seru Wenny “ Bagaimana akuisisi perusahaan ini? Tanya wenny setelah baca file yang saya kirim.


“ Perusahaan itu tahun lalu diakuissi oleh holding company Petrokimia. Tapi tahun ini Holding Company itu, menghadapi masalah financial. Salah satu unit business yang mau mereka lepas adalah bisnis yang kembangkan tekhnologi Carbon Capture Utilization. Bulan lalu saya udah tugaskan George di London untuk nego dengan holding company tersebut. Mereka sudah setuju melepas 100% saham. Hubungi George di London. Dia akan jadi team kamu untuk proyek ini.” 


“ Wah…” seru Wenny. “ Project ini akan mengganti semua metanol fosil sebagai bahan baku produk kimia dengan metanol berkelanjutan. Menggunakan CO2 sebagai bahan baku dalam proses Carbon Capture & Utilization  yang dikombinasikan dengan gasifikasi biometana dan aliran residu, terintegrasi dengan unit elektrolisis skala dunia menggunakan air limbah yang dimurnikan dan listrik terbarukan. Kalau proyek ini sukses, kita akan kembangkan bisnis model, yaitu bisnis jasa pengolahan limbah industri untuk menghasilkan produk kimia yang ramah lingkungan ” Lanjut Wenny. 


 “ Dananya darimana ? tanya wenny.


“ Tahap awal kamu pakai skema green bank. Setelah itu kita exit lewat GCFund. Saya udah dapat allocated fund dari BBG sebesar USD 500 juta. Kalau kurang saya bisa minta tambah. Paham ya. Kerjakan dengan baik” 


“ Siap B “ Kata weeny tersenyum cerah. 


" Maaf." seru Florence. " Boleh tanya ?


Saya mengangguk. 


" Bagaimana dengan bisnis DME atau Dimethyl Ether dari batubara ? Tanya Florence.


“ Secara bisnis tidak layak. “ Kata saya tersenyum. Sulit jelaskan ke Florence. Karena tekhnis sekali.


“ Mengapa ? Tanya FLorence. 


Saya milirik ke Wenny. Agar dia jelaskan.

“ Karena harga batu bara  yang mahal. Dan lagi untuk tekhnologi teknologi Carbon Capture and Storage  menangkap karbon investasinya sangat mahal. Kalau negara kerjakan sih Ok. Tetapi ini juga beresiko dalam jangka panjang. Karena negara harus terus subsidi. Maklum biaya produksnya jauh lebih mahal daripada LPG. Makanya lebih feasible gunakan limbah petrokimia. Jelas sangat murah daripada batubara.” Kata Wenny.


“ Ya udah. Saya harus kembali ke Jakarta. Karena saya tidak pamit ke istri ke luar negeri. Saya harus pulang hari. “ Kata saya berdiri  dan berlalu diikuti oleh Florence dan Wenny " Kamu langsung pulang ke Hong kong ? tanya saya ke Wenny.

" Engga. Besok sore pulang. Paginya mau rapat dengan direksi NBL" Kata Wenny. Wenny antar saya sampai lobi.


***


“ Jadi sebenarnya bisnis lue memang berbasis kepada kontrol komoditi dan service. Tidak saling mematikan pesaing tetapi mendorong terjadinya sinergi untuk terjadinya sustainable growth bersama sama” Kata Florence saat kami di dalam pesawat menuju Jakarta. 


“ Ya kira kita begitu. Itulah international holding company. Kerjanya memang begitu. Bukan berbisnis ala konglomerat yang hegemoni dari hulu ke hilir." Kata saya.


 " Mengapa negara tidak terapkan itu pada BUMN ?


“ Di China dan Singapore mereka sudah terapkan itu pada BUMN.  BUMN tidak lagi hanya pelaksana PSO, tetapi bertugas mengembangkan business model dengan paradigm baru. Mereka jadi agent of developtment untuk melaksanakan 17 program dari Sustainable Development Goals yang dicanangkan PBB. Indonesia harusnya bisa juga BUMN seperti itu."


" Mungkinkah  BUMN kita bisa seperti itu?


" Kita itu negara kaya akan SDA. Kata saya dan diam termenung " Apapun kita punya. Itu rahmat Allah. Kita punya populasi besar. Demographi kita sebagian besar kaum muda. Kaum produktif.  Tapi sejak era Soeharto, kita belum mampu melakukan transformasi ekonomi dari cara tradisional, jual SDA doang ke cara modern berbasis industri.  " Kata saya kemudian..


" Apa pasal.? Florence berkerut kening.


"Saya akan jelaskan secara sederhana. Indonesia itu kultur nya memang masyarakatnya terikat dengan hubungan patron dan clients. itu sudah terbentuk sejak sebelum kita merdeka. Ukuran kita bukan pemerintah atau penguasa, tetapi tokoh  atau patron yang terdekat dengan kita. Ya kalau bahasa pedagang sempak namanya feodalisme.  Makanya walau 350 tahun kita katanya dijajah Belanda, kita biasa saja. Itu karena hubungan yang sangat dekat,  ibarat lepet, daun dengan pisang,  antara patron dan rakyat (clients). Dan kita memilih merdeka, bukan karena kehendak rakyat. Tetapi kehendak Patron. Perang rakyat semesta itu karena adanya fatwa ulama ( Patron agama), yang bisa bersinergi dengan semua golongan dan agama.


Ketika merdeka, pendekatan pembangunan itu lepas dari ikatan Patron-clients. Yang terjadi adalah patron dengan penguasa.   Pemodal mempengarui patron untuk dapatkan konsesi politik kekuasaan.  Padahal design bapak pendiri bangsa ini. Engga begitu. Dalam UUD 45 ada pasal 33 udah dijelaskan bahwa ekonomi kita kerakyat. Negara tidak memilik sumber daya, tetapi menguasai. Menguasai berarti mengatur distribusi sumber daya. Mengatur ini bukan bagi bagi kaveling ekonomi, tetapi bagaimana menciptakan indonesia incorporate yang mampu meleverage SDA dan pasar domestik menjagi magnit bagi modal dan tekhnologi.


Ada tiga cluster ekonomi. Yaitu, BUMN, SWASTA dan Koperasi. BUMN itu berfungsi sebagai agent of development. Ia menjadi katalisator, dinamisator, inovator antar cluster swasta dan Koperasi. Bukan predator. Artinya BUMN melaksanakan design pembangunan patron-clients dengan tujuan mengoptimalkan sumber daya yang dikuasai negara untuk tujuan nation intereset. Soal untung rugi, bukan tujuan. Tujuan utamanya adalah menjadi patron bagi swasta dan Koperasi. Ya pemerintah harus lead sebagai top Patron secara nasional.


Contoh, BUMN punya pusat logistik untuk Pangan ( PT. BULOG) dan BBM ( Pertamina.). Keberadaan BULOG dan Pertamina itu ada pada kekuatan logistiknya yang menjangkau seluruh Indonesia dengan penguasaan pasar lebih besar dari Eropa Barat, atau lebih besar dari ASEAN. Bayangkan, kalau kekuatan pasar domestik ini dikelola dengan baik, tidak sulit membangun industri down stream Crude oil dan Gas secara luas sampai ke petrokimia level 36. Tidak sulit membangun agro industri berkelas dunia. Pasar ada kok. "


" Dari mana uang bangunnya. Darimana tekhnologinya ? 


" Duh sayang, modal dan tekhnologi akan follow market. Dimanapun begitu. " Kata saya tersenyum." Hidup itu harus cerdas."


" Tetapi apa yang terjadi?  Kata Florence. " Bulog jadi pedagang beras, Pertamina jadi pedagang minyak. Jadilah kita importir pangan dan BBM. Kan bego. Nguntungi asing. " Lanjutnya.


" Nah, kalau BUMN direstruktur sesuai dengan keunggulan komparatif kita, saya yakin transformasi ekonomi akan terjadi dengan cepat dan mudah. Tapi itu tidak diinginkan oleh Patron yang sudah terlanjur seperti dulu mereka bersenggama dengan kolonial. " Kata saya. Florence termenung.


" Ya, “ lanjut saya. Florence menoleh kesaya. “ BUMN yang ada sekarang harus direstruktur ulang dalam satu platform yang bertumpu kepada keunggulan SDA, demographi, lingkungan strategis. Nah sumber daya yang kita miliki itu bisa  menjadi magnit besar menarik sumber daya financial, tekhnologi. Sehingga terbentuk sinergi berkelas dunia. Dengan itu, tujuan sustainable growth bisa tercapai. Walau platform nya terkesan state of capitalism tetapi visinya adalah humanitarian of capitalism. Sepertinya pemerintah tidak punya visi yang konkrit seperti itu. Orientasi BUMN sekarang lebih pragmatis. Ukurannya laba, bukan optimal sumber daya dan daya saing. Aset BUMN kita terbesar di ASEAN tapi value terendah di ASEAN." kata saya dan Florence berwajah sedih. 

Saturday, March 11, 2023

Pesan mandeh..

 


Dulu tahun 82 saya merantau di Jakarta. “ Bermurah hatilah dengan induk semang. Perbanyak sabar menghadapinya. Bahkan sampai batas tak tertanggungkan. Terus ringankan melangkah. Jangan berhenti. Mungkin kau gagal di satu tempat. Jangan sedih. Itu artinya kau harus pindah ke tempat lain. Rezeki itu luas seluas bumi dibentangkan Tuhan. Bangunlah lebih dulu dari ayam. Jangan tinggalkan sholat dalam situasi apapun. “ Nasehat mandeh saya.


Saya hanya tamatan SMA. Di Jakarta hanya seminggu. Saya langsung cari kerjaan. Saya keliling pasar Tanah Abang dan Senen cari kerjaan. “ Saya dari kampung. Saya bisa menjahit dan masak” Kata saya ke setiap kios. Bukan ijazah yang saya sodorkan. Baru sejam datangi kios kios. Saya sudah dapat kerjaan sebagai pejahit kompeksi dan plus tempat tinggal. Alhamdulilah. Saya tidak tanya berapa upah saya. Barulah belakangan saya tahu, honor saya Rp. 500/kodi.


Hari minggu libur. Engga kerja. Ya saya keliling ke rumah makan padang.Bukan mau makan. Tapi tawarkan diri jadi tukang masak. Dapat lagi kerjaan sambilan selain penjahit kompeksi. Saya kerja dari jam 11 malam samapai pagi. Honornya Rp. 2000. Sebagai pendatang baru punya income dari menjahit dan masak, seminggu Rp. 7.000. Ya Alhamdulilah. Sebagai indikator. Harga emas dulu 1 gram Rp. 7800.


Dari uang itu saya tabung sebagian untuk kursus pembukuan Bond A dan B. Setahun kerja di konveksi, saya mulai berani mandiri di jalanan. Saat itu saya jadi calo tekstil. Menghubungkan pedagang di Kota dengan Tanah abang dan Mayestik. Ya namanya hidup di jalanan. Bukan hanya calo tekstil, apapun peluang saya kerjakan. Yang penting dapat uang. Kadang saya jadi guide tourist asing di Pelabuhan SUnda kelapa.


Hari minggu saya pergi ke Pelabuhan Sunda Kelapa. Tujuan saya jadi guide tourist. Ya hanya itu kerja yang tidak perlu melamar dan tidak perlu modal. Yang penting bisa bahasa Inggris. Biasanya saya duduk depan pos Pelabuhan. Kalau ada tourist datang. Saya berusaha mendekati dan menyapanya. Kalau disambut. Ya saya bantu temanin dia selama melihat objeck wisata Kapal Phinisi. 


Dengan bekal brosur dari dinas Pariwista DKI, saya punya referensi cukup tentang sejarah pelabuhan Sunda kelapa, berserta perahu Phinisi. Umumnya tourist dari Eropa dan AS. Dari Asia jarang kecuali dari Jepang. Mereka senang mendengar uraian sejarah saya itu. Setiap pertanyaan mereka saya bisa jawab dengan lugas. Kalau mereka mau membeli souvenir, saya arahkan ke pasar ikan, di kota Tua. Setelah selesai, kadang mereka hanya mengucapkan terima kasih. Tanpa membayar. Saya senyum aja. Kadang ada yang memberi Rp. 1000. Suka suka mereka aja.


Ada tourist Jepang. Wanita. Usianya sekitar 30an. Dia datang sendirian ke Palabuan Sunda Kelapa. Katanya, dia terpisah dengan teman temannya yang pergi ke Museum. Saya antar melihat object wisata.  Dia minta saya antar ke kota tua. Ya saya antar. Engga mau naik taksi. Maunya jalan kaki. Ya saya ikuti kemauannya. Dari pagi saya belum makan. Ini sudah jam 4 sore. Lapar minta ampun. Saya minta izin sholat di masjid. Dia malah mau nungguin saya sholat. Usai sholat lanjutkan perjalanan ke kota tua. Depan museum BI, saya ceritakan sejarah tentang uang rupiah. 


Saat itu perut sudah lapar. Badan keringat dingin. Sementara uang di kantong hanya Rp. 200. Untunglah dia katakan mau kembali ke Hotel. Jadi tugas saya selesai. Dia pergi begitu saja. Tidak beri saya uang satusen pun. Saya pergi kewarung pinggir jalan. Beli bubur kacang ijo. Tapi belum sempat masuk warung. Ada wanita dan anak kecil keluar dari stasiun. Balitanya digeletakan begitu saja di pinggir jalan beralaskan kain. Ternyata kelaparan. Saya beli bubur kacang ijo dan serahkan ke wanita itu. 


" Kamu sendiri engga pesan bubur ? Tanya yang dagang saat saya bayar bubur Rp. 200.


" Saya tidak punya uang lagi pak" kata saya.


" Lue bego. Udah tahu miskin mau aja berbagi makan sama orang miskin. Kamu pasti dari kampung ya"


" Ya pak."


" Ini Jakata. Kejam lebih kejam dari ibu tiri. Apapun orang jual untuk makan. " 


Saya diam saja. Saya belai kepala anak balita itu. " Lindungi anak ini ya Tuhanku." Kata saya dalam hati. Nasehat ibu saya, kalau kamu tidak cukup membantu orang, berdoalah kepada Tuhan. Tuhan akan sempurnakan kebaikan kamu.


Saya tetap lapar. Engga ada ongkos untuk pulang ke Tanah Abang. " Sabar kan hatiku ya Tuhan. Tetapkan hatiku kepada Mu selalu." Hanya doa itu cara saya bertahan dari lapar.


Saya sholat maghrib di jalan Lada, kota tua. Tetap di masjid sampai isha datang. Di masjid itu saya bertemu dengan seseorang yang mengenal  saya. “ Kamu kan yang sering bawa tourist ke tempat dagang saya.” Katanya.


“ Ya Pak ” Kata saya. Karena memang saya sering lihat dia kalau antar tourist beli souvenir.  Setelah sholat isha, dia beri saya uang Rp. 5000. “ Ini uang komisi kamu antar tourist ke tempat saya. Maaf kalau kurang. Mohon di ikhlaskan. “Katanya.


“ Wah ini sudah alhamduillah pak. Saya engga ngarep dapat komisi.” Kata saya. Dia senyum aja.


Saya keluar dari masjid itu dan terus melangkah ke stasiun kota.  Depan Kantor BNI, saya naik metro mini jurusan Tanah Abang. 


Sampai di tempat kos, saya tulis surat ke ibu saya. “ Nasehat amak selalu aku ingat. Sholat tak pernah kutinggalkan. Kapanpun kalau pesan Tuhan datang kepadaku untuk kuberbagi, aku laksanakan. Walau aku harus kelaparan. Ternyata benar kata amak. Kalau kita dekat kepada Tuhan, dan murah berbagi karena Tuhan, maka Tuhan yang akan jaga hidup kita. Terimakasih amak. Doakan ananda selalu.


***


Ale, sedang apa kau ? Tanya Midan saat datang ke tempat kos saya.


“ Aku mau kirim lamaran kerja di perusahaan ini “ Kata saya memperlihatkan iklan koran seperempat halaman. Midan perhatikan iklan itu. “ Tak paham aku Ale. INi bahasa inggris. Emangnya kau paham bahasa inggris?.” Tanya Midan.z


Berkat ijazah Pembukuan Bond A/B. Saya diterima kerja di perusahaan jepang. Bukan sebagai book keeper tapi sebagai salesman. Ya alhamduilah. Harapan saya bisa belajar bagaimana menjual secara modern. Tahu tentang produks, pasar dan menagement. Saya datang dengan sepatu karet. Celana dril dan baju putih yang sudah kusam. Hanya itu yang saya punya. Jam test 12.40 Siang. Saya  datang terlambat 10 menit karena harus sholat jumat.  Di dalam ruangan. Ada empat orang pelamar yang menghadap petugas wawancara. Dia tidak marah saya terlambat. Malah tersenyum.


“ Anda tahu bahwa interview ini untuk pekerjaan marketing atau salesman. Yang lulus akan ikut training?.” Kata yang wawancarai dalam bahasa inggris.  Mereka semua mengangguk. Saya duduk menyamping dari pewawancara itu. Yang lain duduk berhadapan dengan pewawancara itu. Selanjutnya wawancara semua dalam bahasa inggris.


“ Pertanyaan sederhana saja. Dengarkan baik baik. “ Kata pewawancara seraya memperhatikan kami berempat.


“ Mana lebih dulu bijaksana atau kepintaran? Silahkan jawab. Terserah siapa yang mau jawab duluan“ Kata Pewawancara itu.


“ Menurut saya, bijaksana adalah hasil dari kepintaran. Kan engga mungkin orang bodoh bisa bijaksana. Jadi pintar lebih dulu daripada bijaksana.” Kata salah satu pelamar.


“ Kamu, salah. Keluar dari ruangan ini. Dan jangan kembali lagi. Kamu gagal. “ kata pewawancara itu. Pelamar itu keluar dengan wajah lesu.


“ Menurut saya, “ kata pelamar lainnya “ Harusnya pintar lebih dulu agar bisa bersikap bijak.”


“ Keluar kamu. Kamu gagal. “ kata pewawancara. Pelamar itu keluar dengah wajah lesu.


Pelamar tinggal dua.


“ Menurut saya, pertanyaan ini tidak bijak dan tidak terlalu pintar untuk mengetahui kualitas seseorang.”


“ Keluar kamu! Kata pewawancara dengan nada keras. Pelamar itu keluar dengan wajah kesal.


“ Menurut saya.” Kata saya,  kemudian terdiam sejenak. Mikir. 


“ Apa ? cepatlah jawab. Jangan terlalu lama mikirnya.


“ Bijaksana lebih dulu.” Kata Saya.


“ Mengapa ?


“ Orang bijak tahu salah benar. Orang pintar hanya tahu salah atau benar saja.”


“ Dari sekian banyak pelamar, hanya kamu yang jawabnya tepat sekali. Bagaimana kamu bisa menjawabnya” 


“ Tuh …” Kata saya nunjuk kertas putih diatas meja di depan pewawancara itu.


“ Eh kamu ngitip jawaban saya ?


“ Ya. “


“ Itu curang.” Kata pewawancara itu dengan suara keras.


“ I'm trying to be wise. What else can I do? Right or wrong, you be the judge. " Kata saya

Pewawancara itu terdiam dan tersenyum.  Nah  baru keliatan cantik dia. 


“Do you know me.” Kata pewawancara itu. 


“No, I don't. “ Kata saya.


“ Come on. Try to recall well. 


“ I don't remember. “ Kata saya tegas.


“ A year ago you were my tour guide. At that time I traveled to Sunda Kelapa Harbor. Did you remember? “ Kata pewawancara itu berusaha ingatkan saya.


“ There are too many foreigners I've met. I just focus on my work. That's why I don't remember each one.” 


“ Excellent. You are the right person to join our sales team.  “ 


Test attitude dan pelatihan dilewati  dengan sukses. Saat saya udah resmi jadi pegawai. saya mendatangi pewawancara itu. “ tempo hari kamu belum bayar fee guide saya. ? Kata saya


“ Loh katanya engga ingat.?


“ Jawaban wawancara memang begitu. Tapi bagaimana saya lupakan kamu. Karena hanya kamu yang tidak bayar fee guide saya. “


Saat wanita itu akan bayar, saya tersenyum. “ engga perlu bayar. Artinya kamu suka saya. Makanya kamu ingat saya.” kata saya


“ Dan kamu hanya ingat uang saja “


“ Ya karena saya pria.  Tanpa uang saya tidak bisa menaklukan wanita. “ Kata saya dan akhirnya dia menjadi sahabat saya. Dari sana saya mulai meyakinkan diri saya bahwa saya sudah berada di pentas bisnis formal. Saya tidak lagi dijalanan…Tentu saya perlu perluas pergaulan dan jaringan bisnis. 


Saya tulis surat kepada papa saya di Lampung. " Papa selalu menasehati aku untuk hidup berakal agar mati beriman. Dan itu akan selalu kuingat. Pikiran menyesatkan namun akal menerangkan jalan. Tak ada yang kusut tak selesai selagi akal berfungsi.


Source “ my diary.

Friday, March 10, 2023

Bersama Tuhan

 






Canuk  teman masa remajaku. Dia dan aku sama sama dari keluarga miskin. Ayahnya bekerja pada Penambangan Batu Kapur.  Ibunya berdagang sayur di pasar tradisional. Ayahku bekerja sebagai supir truk. Aku berteman dengan dia sejak masuk SMP tahun 1979. Walau kemudian kami berbeda SMA, persahabatan tetap terjalin baik. Ketika SMA aku sudah mandiri. Pulang sekolah aku dagang di kali lima.  Kadang Canuk sempatkan datang ke tempatku dagang. Dia minta aku mengerjakan PR Matematika nya.


Pernah satu saat aku bertanya padanya ” Apa cita cita kamu, Nuk ?

Dia terdiam lama. Setelah itu dia hanya tersenyum memandangku. Aku tahu dia malu untuk mengungkapkan niatnya dihadapanku. Aku maklum. Kami orang miskin dan tamat SMU adalah kemewahan tersendiri.


Tak ada orang yang tak suka dengan Canuk. Dia orang yang ramah dan tiak pernah menyinggung perasaan teman. Mudah tersenyum dan tak pernah marah apalagi tersinggung. Dia juara tilawatil Quran di kampung kami. Suaranya memang merdu dan dia hampir hapal semua isi a Al Quran. Di sekolahpun dia termasuk pintar. Dia teman diskusiku berbahasa inggris. Maklum kami sama sama belajar bahasa inggris dari Siaran Radio BBC London.  Ah terlalu banyak  kenangan indah tentang Canuk. Bila kuingat ini, aku semakin merindukan dia.


Setamat SMA, aku lebih dulu pergi dari kotaku. Sebulan setelah kepergianku, Canuk menyusul. Karena kami tidak sanggup harus membayar BP3 sebagai syarat mengambil ijazah. Upacara glamor perpisahan tak kami hadiri. Bagi kami cukuplah ujian sekolah sebagai tanda kami usai dengan effort kami. Soal ijazah tak lagi kami pikirkan. Karena memang kami tidak punya cita cita lebih seperti anak remaja kebanyakan. 


Beberapa bulan setelah aku pergi meninggalkan kota, Ijazahku dikirim oleh sekolah ke rumahku. Ibuku juga bercerita dalam surat, Canuk sempat pulang kekotaku. Karena ibunya sakit keras. Canuk datang ke rumahku mengabarkan bahwa dia juga mendapatkan ijazah dari sekolah. Itu artinya kami dibebaskan dari kewajiban membayar biaya BP3. Canuk sebenarnya dapat panggilan masuk IPB di Bogor. Dan aku dapat panggilan masuk ITB MIFA. Namun itu baru kami ketahui setelah 6 bulan di rantau. Setelah itu, dalam setiap surat, ibu sering bercerita bahwa Canuk acap datang kerumahku. Dia sudah menganggap keluargaku sebagai keluarganya. Ibu juga bercerita bahwa Canuk tidak melanjutkan keperguruan tinggi. Sama denganku.


Hanya setahun Canuk tinggal di kotaku. Setelah ibunya wafat, diapun pergi merantau. Sejak itu kami disconnect. Perjalanan hidupku memang tidak sepi dari cobaan terberat di tengah keterbatasan sebagai urban di kota besar. Tapi aku bersyukur karena ketrampilanku berwiraswata cukup membuatku bisa survival. Tapi bagaimana dengan Canuk. Dia tidak terlatih untuk mandiri. Tubuhnya tidak tegap sepertiku. Dia krempeng. Apakah dia baik baik saja. 


Bulan berganti bulan dan tahun terlewati, tak terasa sudah lebih 10 tahun aku tidak lagi bertemu dengan Canuk. Aku sudah sedikit melupakannya. Namun dalam setiap reuni dengan teman teman satu gang disekolah dulu, iselalu mengingatkanku tentang Canuk. Teman teman juga tidak banyak tahu dimana Canuk kini berada. Apakah dia bisa meneruskan keperguruan tinggi ? apakah dia sudah bekerja? Dimana? Salah satu teman mengatakan bahwa ayahnya juga sudah meninggal karena kanker paru paru. Canuk sudah menjadi yatim piatu.


***


Tahun 2009. Dalam rangka studi banding program CWDP. Aku  dan team berkesempatan untuk berkunjung ke Thailand Selatan. Ini wilayah muslim di Thailand. Dari Hong Kong aku terbang menuju Bangkok. Sesampai di Bangkok, kami dibawa kehotel Sheraton untuk istirahat dan keesokannya melanjutkan perjalanan ke Pattani dengan pesawat. Tujuan akhir kami adalah distrik Mae Lan. Ini wilayah yang merupakan populasi muslim di Thailand. Wilayah ini pernah selama lima tahun dijadikan wilayah operasi militer oleh Pemerintah Thailand karena gerakan separatis muslim. 


Wilayah ini berbatasan dengan Malaysia di negara bagian Kelantan. Walau ini adalah wilayah komplik namun kehidupan rakyat tidak seburuk yang dibayangkan. Para penduduk mengatakan bahwa tidak semua rakyat menjadi pemberontak. Hanya sebagian kecil saja.. Betapa terkejutnya aku bahwa tokoh masyarakat disana ternyata seseorang yang tak asing bagiku. Canuk. Kami berangkulan. Dia memelukku. “ Ale, aku kangen” katanya. ” Lama kita tak berjumpa ” katanya dengan airmata berlinang.


” Bagaimana kamu bisa sampai disini, Nuk ” tanyaku.


“ Panjang ceritanya. Tapi inilah sebetulnya cita cita ku sedari dulu. Namun aku malu mengatakannya kepadamu. “


“ Apa maksud kamu ?


“ Ingat dulu pernah kamu bertanya padaku. Apa cita citaku ? sebetulnya aku ingin manjawab bahwa cita citaku adalah mewakafkan hidupku untuk Allah. Aku tidak peduli seperti apa itu kelaknya. Aku hanya ingin mewakafkan hidupku di jalan Alalh. Itu saja. ”


” Oh…” aku terpesona.


’ Setahun setelah kamu pergi merantau, akupun pergi. Aku tidak tahu kemana langkah akan diayun. Kemana tujuan yang hendak kuraih. Aku hanya tahu semua tempat di bumi ini adalah milik Allah. Dimanapun aku pergi itu aku tetap dibumi Allah. Tak ada cita cita ingin jadi pengusaha seperti kamu. Tak ada cita cita ingin jadi insinyur seperti teman teman lain. Aku hanya ingin menjadi hamba Allah. ”


” Oh...” Aku terpesona dengan untain kata katanya.


” Aku tidak melihat ada kesempatan bagiku untuk terus tinggal di Indonesia. Maka hijrah adalah pilihan. Alhamdulilalh tetanggaku mengajakku pergi merantau ke Malaysia untuk menjadi buruh Kebun Karet di sana. Akupun pergi. Disela sela pekerjaanku sebagai buruh. Aku sempatkan menjadi guru mengaji. Mengajarkan anak anak kampung berhitung dan menulis di usia dini. 


Salah satu teman asal Thailand yang juga menjadi buruh sama denganku , mengajakku untuk ke kampungnya. Dia inginkan aku menjadi guru mengaji disana. Akupun ikut bersama dengannya. Sejak itulah aku tinggal di Thailand dan akhirnya menjadi warga negara Thailand. ”


” Terus ” aku semakin tertartik dengan ceritanya.


” Sebagai guru mengaji , tentu aku sering didatangi oleh penduduk kampung untuk bertanya tentang banyak hal. Sebisanya aku menjawab. Akupun diminta oleh mereka sebagai imam masjid dan sekaligus sebagai khatip. Alhamdulilah, hanya setahun aku hidup menumpang di rumah penduduk. Salah satu penduduk mewakafkan tanah yang tepat berada di samping pasar rakyat. Mereka bergotong royong membangun rumah dua lantai untukku Yang di bawah kugunakan untuk restoran dan berjualan barang barang kebutuhan hari hari. Di lantai atas kugunakan untuk tempat anak anak belajar mengaji dan juga tempat tidurku. Maka jadilah rumah ini sebagai rumah umat. 


Setelah itu Allah mengirim wanita untuk menjadi istriku. Diapun seorang muslimah yang taat. Kami bersama sama bertekad mewakafkan hidup kami. Kehidupan ekonomiku semakin membaik sejak aku dipercaya oleh penduduk sebagai pedagang perantara hasil pertanian. Setelah berkembang, ku-wakafkan semua hartaku sebagai modal awal membentuk koperasi bersama sama penduduk kampung.”


” Wah sangat  menginspirasi ? sergahku.


” Aku mewakafkan hidupku untuk Allah. Itu tujuanku. Bukan jutawan. Usaha yang kujalankan adalah usaha koperasi dimana semua penduduk sebagai anggota. Aku hanya membantu mengelola mereka. Setiap tahun mereka memberikanku jasa sebagai amilin. Kelebihan keuntungan lainnya disimpan sebagai tabungan koperasi untuk dana cadangan membantu mereka yang miskin, merawat tempat peribadatan , menjaga kelangsungan usaha bila terjadi masa paceklik, membantu mengirim anak anak desa yang pintar pintar untuk mendapatkan kesempatan keperguruan tinggi di kota.”


” Oh...”


” Bagaimana kamu bisa meyakinkan penduduk kampung untuk bersatu dan akhirnya maju mandiri menyelesaikan masalahnya sendiri. Inikan tidak mudah. ” tanyaku penasaran.


” Di dalam Al Quran sudah dijelaskan bagaimana caranya mengelola kebersaaan dalam perbedaan. Nabi juga bersabda, tidak beriman seseorang bila itu tidur dalam keadaan kenyang sementara dia tahu tetatangganya dalam keadaan lapar. Ya, berawal dari rumah tangga , kemudian tetangga untuk saling menjaga dan akhirnya meluas ketingkat RT , RW dan terus kekelurahan, kecamatan, kabupaten , provinsi dan akhirnya dunia. Ya kan. Nabi telah menteladankan bagaimana membangun peradaban yang dirahmati Allah. Tak perlulah teori tinggi untuk itu. Sesuatu itu menjadi rumit karena nafsu. Dan akan menjadi sederhana apabila setiap tindakan kita dituntun oleh hati kita, qalbu kita. Karena di dalam qalbu kita itulah Allah bersemayam, yang akan mendidik kita untuk selamat dunia akhirat. Sederhana kan, Ale. ”


” ya, Nuk. Kamu benar.  Bagaimana melunakan hati penduduk agar bisa menerima perbedaan?


“ Kepada penduduk aku katakan. Jangan terlalu membenci perbedaan dan jangan pula terlalu mencintai kesamaan. Karena   tidak ada manusia yang sempurna. Mengapa kita terlalu membenci seakan tidak ada kebaikan secuilpun, dan mengapa kita terlalu mecintai seakan tidak ada keburukan secuilpun. Sesuatu yang berlebihan itu akan membuat kita berlaku tidak adil.  Padahal Nabi mengajarkan kita untuk berlaku adil sejak dalam pikiran.” Kata Canuk dengan bijak.

Kunjungan singkat itu seakan melunasi rasa rinduku selama 27 tahun akan Canuk. Benarlah bila kita bertekad mewakafkan hidup kita kepada Tuhan maka Tuhan pulalah yang akan menjaga kita. Tidak akan ada rasa kawatir untuk kini dan besok. Tidak ada sesal tentang masa lalu. Yang ada hanya kemelimpahan rasa syukur. Dan kebahagian selalu hadir beriringan dengan waktu menuju sebaik baiknya kesudahan.


Tahu diri...

  Aku berdiri di dekat jendela. Temaram lampu kamar kerja, membingkai bayangan Esther seperti setengah memanjang. “ Ah mimpi kamu B. “ kata...