Sunday, November 06, 2022

Pemakan bangkai.

 




Tahun 2018. Di Pacific bar yang ada di Conrad Hong kong. Saya melihat pria yang jadi target saya. Dia sedang rendezvous dengan beberapa orang. Mereka saling tertawa. Entah apa yang dibicarakan. “ Dia mengelola dana pribadi orang kaya. Tetapi hanya segelintir orang kaya. Investornya sangat tradisional dan menjauh dari pengelola hendge fund. Mereka utamakan trust saja.” Kata Xiau lin, yang sengaja datang dari Shanghai untuk bertemu saya di Hong Kong. Saya perhatikan pria  yang dimaksud Xiau Lin. Usianya sama dengan saya. Gayanya tetap modis dengan rambut panjang disisir kebelakang.


Alin dari Goldman datang. Xiau lin cepat menghindar berlalu ke tablenya. Saya menyalaminya dengan hangat. “ B, kita gabung ke table sana saja” katanya menunjuk table pria yang tadi saya perhatikan. 


“ Siapa dia ? kata saya mengerutkan kening. Pura pura tidak kenal. 


“ Mr. Sung. Ayolah ikut. Saya kenalkan” kata Alin. Saya ikut saja langkahnya ke table Sung.  Sung terkesan santai menyalami saya. Dia tidak tanya apapun ketika Alin kenalkan tentang bisnis saya. Sepertinya dia tidak terkesan. Atau terlalu angkuh ketika menerima kartu nama saya. Dia tidak membalas memberikan kartu namanya. Saya senyum aja. Dia memang ayam merak. Dikelilingi oleh banyak banker dan orang kaya. Saya diam saja mendengar celoteh mereka. Ini memang jumat malam. Waktu santai.


“ Apa yang dapat anda katakan dengan perkembangan bisnis IT di China “ tanya Sung kepada saya. Semua menatap saya. Saya angkat bahu. “ Market lagi bagus dan pasar mendukung. China ada lebih 800 juta pengguna sosial media. Apapun uang disana “ kata saya tersenyum. 


“ Dan pemerintah China semakin linglung dengan kemajuan pesat IT, terutama sosial media semakin menggerus idiologi komunis. Namun mereka tidak bisa lari dari kapitalisme pasar, terutama pasar IT. Ya kamu benar. Ini saatnya make money. Jangan tunggu pemerintah China berubah pikiran. “


“ Negara single power kan apapun bisa berubah semalam” Kata saya.


“ Ya, dan China tidak akan terlalu bodoh merendahkan dirinya ditengah propganda China baru” Kata Sung. Saya mengangguk. Yang lain ikut menimpali dengan kesan bergurau. Saya diam saja. Tak lebih 30 menit saya undur diri. Alin tersenyum melihat saya pergi.


***


Saya datang ke kamar Xiau Lin di Shangrila hotel, letaknya di sebelah Conrad. Pintu tersibak dia mengenakan celana pendek santai untuk tidur. Di Meja kerjanya ada Note pad dan lembaran kertas.  “ Sejak di Shanghai saya sudah pelajari siapa itu Sung. Saya juga dapatkan informasi dari ring 1 nya.” Kata Xiau Lin. Saya tidak perlu tanya bagaimana dia dapatkan informasi itu. Dia memang terlatih dan kecantikannya mendukung untuk itu.


“ Sung alumni dari TCapital. Sung  pernah tahun 2012 kena kasus Insider trading  saat dia memimpin TCapital. Tapi dia lolos dengan membayar denda US$ 44 juta kepada SEC US. Tapi kasus tersebut membuatnya di banned  melakukan transaksi di bursa Hong Kong selama empat tahun. Kemudian dia  mundur dari bisnis hedge fund dan mengelola  uang pribadinya sebesar USD 200 juta melalui ETF.” Lanjut Xiau Lin.


“ Tapi B, ini data yang perlu kamu tahu. “ Kata Xiau lin menarik tangan saya ke note pad nya. Saya perhatikan data itu. “ Hah, “ Saya terkejut dan melongok “ dia melakukan kecurangan. Dia sebenarnya tidak melakukan return SWAP kepada pihak inevestmen banker tapi sewa aset untuk pinjam uang dari orang kaya. Pastas aset perusahaannya terus menggelembung.” Saya peluk Xiau lin.  “ Hebat kamu ! Kata saya gendong Xiau lin sambil berputar putar.  Dia tertawa. “ Bagaimana kamu dapatkan informasi dan data ini? Tanya saya. Tapi Xiau Lin tutup mulut saya dengan jari telunjuknya. Saya turunkan dia dari gendongan saya. Dia menggoyang pinggulnya. Dia tertawa dan saya juga tertawa.


“ Nah sekarang yang harus kamu lakukan..” Kata saya melangkah ke arah jendela kaca. “ Intip program bisnis yang sudah jadi target dia. Aset apa saja yang sudah dia kuasai selain  Baidu, Tencent. Saya perlu data itu semua. Bisa ?


“ Siap !.Katanya yakin. “ jadi kamu puas kan dengan kerjaanku.” Lanjut Xiau lin memeluk saya dari belakang. Saya lepaskan tangannya dari pelukan dan menyentil jidatnya. “Kerja yang focus. Saya harus pergi” Kata saya melangkah ke arah pintu kamar.


***

Tahun 2019. Saya bertemu dengan Steven di Spa Marriot hotel Shenzhen. “ Data dari kamu, saya udah pelajari. Itu salah satu aset yang jadi target dia untuk return swap adalah bisnis media digital. Dia sudah dapat bocoran dari pemain Hedge fund, ini insider trading, bahwa aset tersebut akan diangkat 3 kali lipat dalam tiga bulan. Secara diam diam dia deal return SWAP  dengan beberapa bank investasi  papan atas seperti Nomura, Credit Suisse, UBS dan Deutsche Bank, Morgan Stanley, Goldman Sachs. “ Kata Steven. 


“ Saya tahu bahwa para investment banker itu hanya memanfaatkan bisnis Ponzy dari Sung. “ Kata saya.


“ Tapi mereka pura pura tidak tahu. “ Jawab Steven cepat. 


“ Toh semua kontrak aman. Ketika Sung teken kontrak return SWAP,  dia  meminjam aset dari investment bank namun dia juga memberikan jaminan yang sama. Dia juga menjamin return dari aset itu sesuai ekspektasi Bank yang meminjamkan. Ya umumnya LIBOR+. “Kata saya.


“ Masalahnya, jaminan dia di bank aman. Tetapi Aset yang dia pinjam itu, dia gadaikan ke investor untuk dapatkan uang. Dia dapatkan uang 4 kali dari aset yang di SWAP. Uang itu dia gunakan untuk transaksi pasar uang lewat hedge fund.” Kata Steven.


“ Nah tugas kamu Steve,” Kata saya. “ Sung kan pemilik aset silent. Dia tidak punya hak tanya dan intervensi atas perusahaan itu. Pastikan program investasi dari bisnis media digital itu berubah. Sehingga saham jatuh.”


“ Siap. Saya akan atur. Terus setelah harga saham jatuh? Steve mengerutkan kening.


“ Satu jatuh maka akan berdampak sistemaik terhadap aset hedge fund dia yang lain. Nah selanjutnya itu urusan saya” Kata saya seraya keluar dari kolam air hangat.


“ Ya tahu. Kita dapat cuan dimana ? Tanya Steven. Saya senyum aja dan melangkah ke kamar mandi.


***


Februari 2021 saya berkomunikasi dengan Alin via Safenet. Dia menjual  ke saya beberapa aset yang dia pegang sebagai jaminan dari Sung dengan harga diskon sampai 60%. 


“ Kami tidak ada lagi harapan dengan Sung. Harga saham media digital udah terjun 20 % lebih. " Kata Alin. Saya tersenyum. Steve jagonya menggiring mangsa ke tepi jurang dan mendorongnya ke dalam jurang.  Perusahaan media digital itu right issue saham USD 3 miliar untuk dapatkan tambahan modal membiayai investasi di streaming. Sung harus bayar margin call atas hedge fund dia.  " Walau dia bayar tapi kami tidak percaya lagi. Semua investment banker rush jaminan Sung. Otomatis Asset hedge fund nya runtuh. Karena engga ada lagi linked dengan Return SWAP” Kata Alin.


Saya sanggupi dan segera kirim officer saya terbang ke New York. Saya segera hubungi Wenny di Hong Kong via SafeNet. “ Kirim private jet untuk Yuni terbang ke New York. Dia mau meeting dengan Alin dari Goldman “ kata saya. 


“ Siap B.” 


Saya bisa beli aset sebesar USD 5 miliar. Bayarnya pakai skema. Yuni paham bagaimana operasinya. Karena dia dibantu oleh Steven.  Aset itu  saya leverage sebesar USD 11 miliar untuk bayar kepada Goldman sebesar USD 5 miliar. Untung lumayan walau hanya jadi pemakan bangkai. Tapi investor bursa tekor besar. Tiga bank papan atas mengalami kerugian lebih dari USD 10 miliar. Hanya Goldman Sachs, Deutsche Bank dan Wells Fargo lolos dari bencana ini. Aset  perusahaan Sung USD 160 miliar lenyap  hanya dalam waktu 2 hari, atau tepatnya pada Maret 2021. Sung masuk bui dengan tuduhan pemerasan, penipuan, dan manipulasi pasar. 


***

Apakah saya salah ? entahlah. Yang jelas inilah kehidupan investasi yang ganas. Dunia hedge fund adalah dunia persepsi. Para pemain itu hebat meng create persepsi untuk orang lain hidup dalam fantasi besok.  Sementara hari ini mereka merampok dompet para investor retail dan banker. Itu terjadi karena sebagian besar orang memang otaknya gorila. Mereka lebih percaya dengan simbol dan ilusi. Lebih percaya lagi dengan harapan, terutama orang yang mampu membenamkan persepsi itu dengan bahasa komunikasi yang hebat. Ya magic word


Sejak IPO pada tahun 2013 hingga 1 April tahun ini, return Twitter negatif 12,4%. Dalam empat tahun terakhir, aset Twitter hampir dua kali lipat menjadi hampir $ 14 miliar, tetapi Twitter tidak menghasilkan lebih banyak uang tunai dari operasi, kecuali berhasil menarik uang tunai dari busa sebesar USD 6 miliar. Sejak 2018, cash flow telah menurun dari positif $856 juta menjadi defisit $379 juta untuk tahun 2021. Pertumbuhan basis pelanggannya lesu. Sementara itu, biaya terus boros, terutama SDM. Begitu fakta fundamental Twitter. 


Tetapi persepsi sudah terlanjur terbentuk oleh seorang CEO Elon Musk. Bahwa Twitter ada masa depan seperti bisnis Tesla. Abaikan fundamental katanya menyihir publik. Padahal Musk yang begitu yakin akan twitt, di Tesla sendiri sejak berdiri 15 tahun lalu, baru kwartal pertama tahun 2022 mencatat laba, itupun bukan laba dari operasional tapi dari replacement cost riset yang dibayar pemerintah AS. Persepsi orang banyak terbentuk bahwa value twit jauh lebih besar bila ditangan Musk. 


Dunia politik juga sama. Dunia persepsi. Politisi itu menganggap rakyat itu investor dan Pemilu adalah Bursa. Rakyat ditawarkan produk pemimpin dengan kemasan propaganda dari yang soft sampai yang profokatif.  Kegagalan produk, kelemahannya,  menjadi pembenaran sebagai sebuah kewajaran normatif. Keberhasilan produk menjadi magnit  sebagai value yang terkerek diluar batas akal sehat. 


Pada akhirnya di balik riuh bursa itu, para politisi tersenyum dengan cigar ditangannya. Antar politisi tertawa menikmati kemudahan mendapatkan uang dan kekuasaan diatas para investor ber IQ gorila. Mengapa ? karena mereka tidak menanggung resiko apapun. Bahkan biaya propaganda yang bayar broker lewat skema sumbangan partisipasi sampai dengan dagang kaos dan aksesoris.  Ya politisi dan mereka yang terlibat dalam proses Pemilu itu memang smart, mampu mengkapitalisasi apapun untuk kepentingannya. 


Setelah lantai bursa tutup, yang jadi korban adalah investor dungu.  Memang hidup ini hanya ada dua, jadi penakluk atau korban. Walau faktanya lebih banyak yang memilih jadi korban daripada penakluk. Mengapa ? itu juga wajar. Karena modal untuk jadi korban hanya dua doang, bego dan halu. Engga perlu kerja keras dan kerja smart. Dah gitu aja.


***

Bagaimana dengan Xiau Lin dan Yuni?   Wenny beri bonus kepada Xiau Lin USD 9 juta dan Yuni USD 3 juta.  Yang jelas mereka juga bersikap di tengah hidup yang memang dari sononya udah brengsek. Dunia ini kejam dan bukan masalah orang baik atau jahat. Tapi masalahnya setiap orang harus survival. Cara terbaik sebelum dimakan ya makan dulu. 


Xiau Lin it cantik. Benar benar cantik. Size organ seksualnya proporsional dengan tingginya 170 cm. Matanya walau sipit tapi tidak terlalu sipit. Kecantikannya itu membuat pengusaha kaya hongkong memacarinya. Hanya tiga bulan dia dijadikan ratu. Setelah itu dia sudah di tempatkan sebagai keset kaki. Dia harus menerima kenyataan pacarnya seenaknya gandeng wanita lain depan dia. Dan dia tidak bisa berbuat banyak karena uang terus mengalir. Awalnya dia merasa pintar “ Bodo amat. Yang penting uang ngalir terus “ katanya.


Tapi setelah itu dia dilupakan begitu saja. Awalnya dia marah dan kecewa. “ Kamu hanya melihat kesalahan pacar kamu, tetapi tidak pernah melihat kesalahan kamu. Padahal kesalahan kamu itu sangat nyata.Tapi kamu engga sadari itu”


“ Apa ?


“ Kamu terlalu bergantung dan berharap dengan dia. “ Kata saya tegas. Dia termenung.


Hidup ini Tuhan ciptakan setiap manusia berbeda jalan hidupnya. Punya jalan sendiri sendiri. Kalau kamu ingin ikut jalan orang lain, apapun itu, ya namanya numpang. Padahal apa yang dia punya, kamu punya. Sama sama punya akal. Kenapa harus numpang? gunakan akal sendiri untuk survival.” Lanjut saya.


So..


Dengan akal yang mandiri itu, kamu akan mampu berkolaborasi dan bersinergi dengan siapapun tanpa kehilangan identitas kamu. Yang terjadi adalalah sharing dan itulah yang membuat hubungan jadi terhomat dan sustain. “ Kata saya.


Xiau Lin belajar dari kesuksesan mantan pacarnya. Tetapi dia tidak mengikuti jalan mantan pacarnya. Dia hanya memahami mindset pacarnya dapatkan uang untuk survival. Dari sana dia menentukan sikap . Dia memilih sebagai influencer bursa lewat underground. Di ruang remang remang itu, dia memang menjual aset tubuhnya tapi bukan tujuan dapatkan uang melainkan informasi. Dari informasi itu dia kapitalisasi untuk deal dengan pemain hedge fund. Sekali operasi dia bisa dapatkan uang juataan dollar. Toh sama saja dengan pelacur. Apa peduli Xiau Lin?. Dia terlalu cerdas berkat jalan hidup yang tak ramah. Engga perlu diajari soal salah atau benar. 


Dia berusaha jadi wanita baik baik, toh akhirnya jadi pecundang di hadapan pacarnya. Setelah empat kali operasi hedge fund, dia mundur dengan tabungan puluhan juta dollar. Dan mulai tahun ini dia hidup nyaman sebagai dosen di shanghai. Mengapa dia tidak memilih hidup sebagai sosialita dengan uang ditangannya? Apakah sikapnya benar? Itu hanya Tuhan yang tahu. Yang pasti dia berusaha nyaman dengan setiap pilihan hidupnya tanpa ada sesal lagi.


Sama dengan Yuni, sebelum bertemu saya, dia berusaha menjadi istri yang baik. Suami kena PHK, dia cari uang untuk hidup keluarganya. Tanpa mengeluh. Dia berhutang untuk dapurnya. Tetapi oleh suaminya dia ditendang karena debt collector tagih utang. Yuni sadar itu. Dia tidak salahkan suaminya. Dia salahkan dirinya sendiri. Terlalu berharap pada suami. Solusi hidupnya bukan dapatkan suami baru tetapi menata hidupnya. Mengubah haluan mindset. Kini dia nyaman dengan pilihan hidupnya sebagai business woman, walau tanpa suami sekalipun.


Hidup ini bukan jalan yang datar. Ia jalan berliku, kadang turun naik. Bukan soal derita dan air mata. Bukan soal tawa dan canda. Tetapi berproses menemukan jalan sendiri. Yang salah itu adalah takut berproses dan terlalu nyaman dengan status quo. Terus mengeluh tapi tidak mau berubah dan berproses.

Saturday, November 05, 2022

Dunia sepi, Dunia Hedge Fund






Tahun 2014.

Saat di Zurich saya bertemu Yvory di Cafe Bovelli di Sihlstrasse 20. Saya suka kopi di cafe ini. Biji kopi dipanggang dengan alat  Henauer dan Stoll secara eksklusif, yang keduanya merupakan pemanggang kopi spesial yang terkenal di Swiss. Saat itu musim  semi. “ Bisnisnya bagus. “ katanya ketika saya tanya mengenai perusahaan yang menjadi targetnya. “ Penjualannya terus meningkat. SDM hebat, produk berkualitas. Laba yang dihasilkan terus meningkat dari tahun ketahun. Relasi saya di bank memberikan informasi kepada saya bahwa perusahaan tersebut bagus dan tumbuh dengan cepat. Namun punya masalah terhadap arus kas. “


“Apa pasal? 


“ Struktur permodalan tidak sehat. Biaya tetap terlalu besar. Seharusnya dikurangi lewat restruktur cost. 


“ Hanya itu. Saya engga yakin bank atau investor mau terlibat membiayai aksi akuisisi ini. “ Kata saya.


“   Bro, mereka punya jaringann ritel di 18 negara di dunia. Punya ribuan supplier. Kalau kita restruktur bisnisnya, kita bisa bangun ekosistem bisnis, ini akan jadi bisnis model yang luar biasa. Kuasai online karena kita kuat di offline.”


Saya tatap wajahnya. Saya berusaha ingin mengetahui sejaumana keyakinan dia terhadap peluang ini. Dia salah tingkah. Saya mengenal Yvory cukup lama. Dia punya perusahaan private equity semacam Boutiques investment di Zurich. Kebetulan saya ada saham di perusahaannya. Kemitraan ini melalui perusahaan investasi saya di Hong Kong yang dikelola oleh Wenny. “ Ayolah…” Katanya meraih jemari saya. “ Saya butuh dukungan kamu. “


“ Peluang  akuisisi ini gimana ?


“ Saya tertarik terhadap perusahaan ini. Pemegang saham pendiri masih menguasai 60%. Mereka udah tahu reputasi kita.”


“  Sisanya  investor retail.?


“  Ya. Kita bisa deal dengan pemegang saham pendiri. Mereka akan siap melakukan RUPS kalau kita sudah keluarkan LOI untuk akuisisi. Setelah RUPS dilakukan, kita bisa atur tender pembelian sisa saham bagi mereka yang tidak setuju akuisisi itu. Tidak akan ada gejolak pasar.  Harga saham mereka di bursa sudah  lama stuck.. “


“ Exit strategy nya gimana ?


“ 2 tahun setelah restruktur bisnis, kita akan listing di bursa Hong Kong. Perkiraan harga akan naik significant. Kamu kan udah baca analisa future nya “


Saya mengangguk. 


“ Jadi kamu setuju ya. “


“ Ok lanjutkan saja.”


“ Saya mengundang direksi perusahaan untuk makan malam. Entar kamu ikut ya. “ Katanya. Setelah minum, saya antar Ivory pulang ke apartement nya di Mobimo Tower di Barat  Zurich.


Keesokannya saya bersama Yvory makan malam di Park Hyatt dengan direksi perusahaan target. Keliatan mereka memang terjepit. Tapi mereka sangat berharap perusahaan dikembangkan oleh investor jangka panjang. Karena mereka ingin ekspansi ke bisnis online retail dengan basis ecommerce.


***

Keesokannya saya meeting di hotel saat breakfast. 


“ Kita perlu USD 600 juta untuk akuisisi itu.” kata Yvory. “ Saya perlu jaminan untuk synthetic  bond yang cashbacked sebesar USD 600 juta juga “ Lanjut Yvory. 


Saya terus baca skema investasi yang dibuat oleh Yvory. Saya mengangguk. “ Kamu temui Steven dan Wenny di London. Mereka akan atur cashbacked untuk penerbitan synthetic bond melalui offshore company. Nanti saya akan telp Tom di NY, untuk atur kamu bertemu dengan JP Morgan atau Goldman. Bisa siap sebagai penjamin emisi pelepasan saham melalui SPAC. Paham “ Kata saya.


“ Siap B. Kita akan pakai platform siapa untuk jual pelepasan saham SPAC ?


“ Itu urusan saya. Saya ada deal dengan beberapa bank yang sudah commit. Mereka bersedia kita gunakan platform. ” Kata saya.


“ Wah bakal lancar jualnya” Kata Yvory riang.


“ Pastikan tidak lebih setahun selesai proses akuisisi. Dan setelah  itu, dua tahun kita exit ke bursa utama. “ 


“ Ya siap. “


Saya terus membaca detail rencana proses setiap tahapan. Dari mana kami dapatkan uang membayar perusahaan itu ? apakah dari uang sendiri tersedia di brankas ? Tidak! Kami membentuk Special purpose acquisition companies (SPAC ). Ini perusahaan cangkang yang memungkinan perusahaan melewati penawaran umum perdana secara konvensional (IPO) untuk tercatat di bursa saham. Tentu harus ada penjamin Emisi. Umumnya perusahaan  investasi berkelas dunia seperti Goldman. JP Morgan, Morgan Stanley dll. Bagaimana mereka mau mejamin? ya kami tempatkan sintetik bond yang dijamin cash oleh rekening lepas pantai. Milik siapa uang itu? fund provider, ya anonymous.


Kemudian, SPAC ini menjual saham, lewat platform Bank dengan underlying pengambil alihan perusahaan target. Karena underlying nya masih berupa rencana, uang hasil penjualan saham di tempatkan di trust account berbunga,  yang tidak dapat dicairkan kecuali untuk menyelesaikan akuisisi atau akan mengembalikan dana kepada investor jika SPAC pada akhirnya dilikuidasi. Kami ada waktu 2 tahun untuk menyelesaikan transaksi. Andaikan gagal, ya kami masih dapat bunga dari trust account. Uang investor di kembalikan.


Setelah akuisisi selesai. SPAC menguasai saham mayoritas. Struktur permodalan jadi sehat. Kami punya ruang untuk melakukan leverage, yaitu menarik pinjaman dari Bank untuk membiayai restruktur bisnis.  Dua tahun kemudian, program restruktur bisnis membuahkan hasil. Kinerja naik significant. Trend pertumbuhan bisnis di forecasting per tahun dua digit %. Pemain hedge fund bergerak dengan  produk investasinya untuk meyakinkan limited investor masuk dan memanfaatkan capital gain saat masuk bursa utama.  Target  value sedikitnya 20 kali dari harga buku. 


Nah dengan langkah itu, kami bisa akuisisi perusahaan tanpa keluar uang sendiri. Tetapi uang berasal dari market, dan itu karena skema leverage, hedge fund.


***

Tiga tahun kemudian saya bertemu lagi dengan Yvory di New York.  Kami makan malam di Danny Meyer's Manhatta lantai 60.  Dia tersenyum menatap saya seraya melangkah cepat.  Ada apa kamu undang saya makan malam ?  Kencan? Katanya seraya memeluk saya. Matanya seakan mencari cari dibalik tatapan saya. 


“ Kamu cantik sekali” Kata saya merenggangkan kursi untuk dia duduk.


“ Terimakasih B.” Katanya. Aroma lembut Parfum nya terasa membangkitkan libido saya.


Saya tatap lama Yvory. Sampai dia salah tingkah. “ Ada apa B?


“ Terimakasih untuk kerja keras kamu. “ kata saya.


“ Saya hanya berusaha yang terbaik dan tentu berharap dapat kesempatan dinner dengan kamu seperti ini. Siapa sih yang engga ngarep. “ Katanya tersenyum cerah.


Saya tuangkan wine ke gelasnya. Dia tersenyum. “ Terimakasih. Tapi bisa engga santai aja. Jangan terlalu formil lah. Gimanapun kamu kan boss saya.” 


“ Kini kamu bukan saja mitra tapi juga sahabat saya. “ 


“ Terimakasih B. udah mau menerimaku sebagai sahabat.” katanya.


Saya mengangguk. Pelayan datang Saya persilahkan yvory pesan menue “ Kamu sahabat saya sekarang. Pilihkan menu untuk saya.” Kata saya.


“B, kenal kamu tahun 2010. Saya melihat bisnis kamu biasa saja. Tahun 2012 kita bermitra lewat Perusahaan kamu di Hong kong.  Tahun 2014, saya baru sadar ternyata saya bermitra dengan pemain hedge fund. “ 


Saya tersenyum menatapnya. “ saya bukan pemain hedge Fund. Saya hanya seniman” kata saya seraya ngibaskan tangan.


“ Saya cari tahu tentang pemain hedge Fund. Akhirnya saya baca buku Hedge Hogging. Penulisnya adalah Barton Biggs. Dia bukan hanya akademisi. Tetapi juga pendiri Morgan Stanley global Strategy. Hedge fund player yang membesarkan seorang Elon Musk.” 


“ Apa yang kamu tahu dari buku itu. Bisa ceritakan” Kata saya.


“ Saya jadi tahu perasaan dan kegelisahan pemain Hedge fund. Di balik glamour kehidupan pemain hedge fund, ada dua hal yang pasti mereka alami. Pertama kesepian. Merasa tidak berbuat apapun. Kedua, bingung, harus berbuat sesuatu tapi untuk apa?. Karena mereka anggap uang hanya akuntasi. “


Saya tatap Yvory. Dari tadi saya asik makan saja.


“ Biggs bisa ceritakan segala hal tetang dunia investasi. Tidak terkesan kaku. Dia menulis seperti fiksi, walau disampaikan secara ilusi. Tetap saja itu adalah fakta. Karena tidak mungkin orang bisa cerita tentang fiksi kalau dia tidak pernah tahu dan mengalami sendiri fakta itu. Setiap cerita sebenarnya tentang rahasia personal pemain hedge fund. Dia tidak kawatir orang akan sinis atau apalah. Karena tidak banyak orang akan paham dunia hedge fund. Walau berpengalaman di bidang investasi pasar uang dan modal, bahkan S3, belum tentu paham product hedge Fund yang sophisticated.


Dia berani jujur walau kadang lucu. Seperti dia cerita manager Hedge fund yang punya rumah mewah. Aset Hedge fund nya runtuh. Dia pulang ke rumah dan tidur. Seperti tidak terjadi apa apa. istrinya yang sibuk membayar margin call dengan menjual rumah mewah mereka. Suaminya terjaga. Dia ajak pergi keluar rumah untuk tinggal dipinggir pantai..rumah yang jauh lebih besar dan mewah. Dari setiap kejatuhan pasti ada cerita yang disembunyikan. 


Dia gambarkan perasaannya ketika berhadapan dengan investor yang datang tiba tiba bersama anjing ganas dan mulut berbau bangkai. investor itu tidak mau bicara banyak  kecuali melepas anjingnya untuk memburu. Dia kehilangan retorika membujuk karena investor cerdas membayar anjing untuk  merampok pasar. Investor merasa terhormat pada setiap sukses. Namun ketika program Hedgen fund runtuh, dia korbankan investor retail dan akhirnya negara juga bailout. 


Ada juga yang lucu.  Harvard University menggunakan skema sumbangan yayasan lewat produk investasi hedge fund. Akhirnya mereka memecat hedge fund manager. Padahal di tangan fund manager nilai investasi meningkat dan penyumbang senang. Apa pasal? karena gaji manager dan sharingnya mahal. Setelah itu Harvard tidak dapat apa apa. Uang habis dan penyumbang frustrasi. Beda lagi dengan Yale, yang menolak program investasi dari hedge fund manager. Mereka merasa mampu dan lebih hebat membuat sendiri program dan produk investasi. Tapi tidak ada satupun investor mau beli dan penyumbang juga tidak ada. Setidaknya baik Harvard dan Yale punya sesuatu yang terus dipikirkan. 


“ Apa yang menarik dari buku ini selain cerita dibalik layar itu?? 


“ Cara memanfaatkan informasi yang bernilai. Jadi bukan sebarapa banyak informasi yaang kita dapatkan, tetapi sejauh mana kita bisa manfaatkan informasi itu pada timing yang tepat.  “ 


Saya tersenyum mendengar kesimpulannya.


“ Sepertinya Biggs tidak niat dapat uang dari menulis. Hanya sekedar melepas rasa kesepian saja. Seperti kamu gemar menulis di blog. Namun bukunya menjadi inspirasi banyak orang, tapi banyak  juga mereka yang gagal. Ya, kisah dibelakang layar, tentang mereka pemakan bangkai di dunia investasi yang kejam. Cukup dibaca sebagai renungan tentang pribadi manusia di another world yang lonely… ini hanya cerita pribadi seperti cerpen.


“ Saya bukan pemain. Saya hanya seniman. Gimana masih mau berteman dengan saya? Kata saya menyender dikursi dan tersenyum.


“ Saya tidak peduli siapa kamu. Faktanya yang saya rasakan kamu sebagai sahabat yang lembut. Memang dalam bisnis terkesan keras, tapi itu untuk pastikan semua on schedule. Untuk pastikan komitmen terlaksana dan lebih penting lagi, kamu tidak rakus. Semua uang masuk ke bisnis real. Kamu tidak exit ke neraka pesta kaum jet set, tetapi membawa orang banyak ke mata air agar orang banyak bisa hidup. Itulah yang berbeda dengan mereka. Saya tidak salah menentukan pilihan, kamu partner dan juga sahabat saya. " 


Saya mengangguk dan Yvory tersenyum. Wajah kaukasia nya memang menggoda apalagi kecerdasannya membuat dia something else. “ Besok saya kembali ke Jakarta. Jaga diri baik baik ya. Jaga kesehatan kamu. " kata saya.


“ Kapan ke zurich lagi ? Saya masih kangen, B" Kata Yvory dengan sendu.

“ Lain waktu, pasti ada untuk kita” kata saya tersenyum. Karena Tom sudah datang bersama tamunya, banker first class di NY. Mereka pilih table sendiri. Tom menghampiri saya.  “ Yvory, kamu akan ditemani Tom untuk makan malamnya. Saya mau meeting di table lain”  kata saya. 

Friday, October 28, 2022

Melihat ke dalam diri.

 





Saya sengaja naik kereta Subway ke arah financial center Hong kong. Di sebelah saya duduk, ada wanita muda. Dia berhias dengan cermin Hape nya. Sepertinya dia tidak pedulikan saya. Setelah usai  berhias. Dia tanpa sungkan membuka roknya. Dia masukan dengan rapi rok itu ke dalam tasnya. Dia mengeluarkan seragam SPG dari dalam tas dan mengenakan  seragam SPG itu. Dia sempat tersenyum ke arah saya. Itu sudah cukup sebagai tanda ucapan maaf. “ Anda kerja di Wanchai, di daerah Lockard Road ? Tanya saya menebak. Karena di kawasan itu memang banyak bar dan cafe.


“ Ya. “ jawabnya singkat.


Dia asyik dengan gadget nya. Saya pehatikan dari samping dia sedang belajar bahasa inggris secara online. Efektif sekali dia gunakan waktu. Bibirnya terliat turun naik. Itu tandanya dia sedang melafalkan kata kata dalam bahasa inggris sesuai tutorial. “ Anda dari mana ? tanyanya dalam bahasa inggris.


“ Indonesia.”  


“ Saya suka Indonesia dan berharap suatu saat saya bisa piknik ke Bali.” katanya dalam bahasa inggris yang hampir sempurna.  “ Saya kerja tiga kali sehari di tempat berbeda. Saya perlu uang untuk kuliah tahun depan dan berharap saya bisa jadi sarjana agar qualified masuk bursa kerja atau berbisnis. “


“ Kerja keras yang luar biasa “ kata saya berempati.


“ Ya. Sejak tamat SMU, saya tidak ada waktu bertemu dengan teman teman. Saya focus kerja aja. Kalau mereka bisa langsung ke universitas, bukan berarti nasip saya buruk. Tepatnya kurang beruntung saja.  Ini hidup saya, dan tentu mereka dengan hidup mereka. Setiap orang punya jalan hidup masing masing.” katanya. Saya tersenyum dan sebagai sikap memberikan dukungan kepada semangat survivalnya


***


Di financial club saya asik menyimak pembicaraan antara teman teman. Ada yang menarik dari ungkapan yang keluar dari diskusi itu “ Kalau anda ingin menguasai sumber daya negara. Kalau anda ingin mematikan demokrasi sebagai hak kontrol. Kalau anda ingin mematikan akal sehat publik. Maka yang perlu anda lakukan adalah ciptakan musuh diantara mereka.” Saya sempat termenung lama. Pikiran saya berontak. Ingin marah. Tapi marah kepada siapa ? Sejahat itukah cara berpikir mereka dan sesederhana itukah cara mereka menguasai sumber daya.


Saya tak ingin terus terlibat dalam diskusi. Saya memilih keluar dari lingkaran diskusi. Saya cari tempat duduk lain dan memesan Wine. Connors mendekati table saya. Dia duduk dengan menyilangkan kakinya. “ Tidak nyaman ikut diskusi ? “ Kata Connors. Saya tersenyum masam.


“ B, kelemahan demokrasi adalah terbukanya kebebasan narasi kritik. Narasi yang kadang membangun satu persepsi kecemburuan sosial dan kebencian kepada kekuasaan. Kecemburuan beranak pinak jadi kebencian atas nama etnis atau agama. Nah terciptalah musuh. Dari sana juga kanal demokrasi membuka ruang bertikai sesama rakyat. Di tambah lagi dengan adanya sosial media. Setiap orang masuk  dalam perangkap narasi kebencian satu sama lain. Sehingga mereka lupa para oligarki yang ada di puncak piramida menonton mereka yang tidak ada waktu lagi berpikir kritis tentang wabah korupsi dan hukum yang diperdagangkan. Demokrasi telah menghabisi spirit persatuan dan kebersamaan rakyat menghadapi oligarki.


Sementara para oligarki terjebak  megalomania. Mereka sangat yakin bahwa dalam diri mereka ada kebesaran, keagungan. Mereka elite. Itu karena mereka merasa punya kekuasaan atau kekayaan atau terpelajar. Banyak kebijakan yang dipaksakan tanpa perencanaan yang baik. Ketidak efisienan anggaran yang terus ditutupi dengan kebohongan statistik dan retorika. Berita media massa yang by design dikuasi oligarki selalu memproduksi berita yang bias dan absurd. 


Faktanya yang dirasakan adalah kebijakan yang tidak boleh disalahkan dan harus dipuja habis. Mereka membayar influencer, pengamat, lembaga survey. Atas nama demokrasi pula, mereka memproduksi UU dan aturan berdasarkan stigma tentang radikalis dan anti keberagaman. Sehingga punya legitimasi untuk mengkrimnalkan mereka yang menggenggam benci dan sinis kepada kekuasaan. Sebenarnya mereka tidak membangun untuk kepentingan rakyat,  tetapi untuk memuaskan diri mereka sendiri. Itulah  penyakit megalomania. 


Nah semua hal tentang demokrasi tak bisa dilepaskan dari paham liberalisme dan kapitalisme. Paham yang memberikan ruang akan kebebasan namun juga racun bagi peradaban. Ia memang memisahkan ruang agama dan budaya dengan negara, namun membelenggu jiwa akan kerakusan di satu sisi dan kebencian disi lain. Bukan masa depan yang baik untuk membangun negara kesejahteraan. “ Kata Connors panjang lebar. Saya menyimak saja dari tadi.  


***

Jam 10 malam saya keluar dari gedung financal club. Dengan berjalan kaki saya menuju lockard road. Saya menyusuri jalan itu dalam cuaca dingin. Satu demi satu cafe dan bar saya lewati. Namun langkah saya terhenti ketika menatap wanita yang tadi saya temui di Subway. Dia tersenyum. “ Mampirlah. “ katanya. Saya mengangguk. Dia sediakan table untuk saya.


“ Wine atau bir ?


“ Wine, red wine” kata saya singkat.


Dia berdiri dekat table saya yang ada di teras khusus ruang smoking. Matanya awas memperhatikan orang lewat. “ Masih terlalu awal anda datang. Nanti jam 11 keatas akan rame tamu” katanya.


“Jam berapa pulang ? tanya saya.


“ Jam 3 pagi. “


“ Jam berapa sampai di rumah ?


“ Jam 4. Saya hanya tidur 3 jam. Karena jam 8 pagi saya harus kerja di restoran cepat saji di Causeway bay.” katanya.


Sejak adanya kebijakan orang China daratan bebas masuk ke Hong kong. Sepertinya kompetisi antara penduduk Hong Kong dan China semakin keras. Namun mereka tidak pernah membahas soal kebijakan itu. Itu udah policy pemerintah. Tidak ada yang lebih baik  antara orang China daratan dan Hong Kong. Pemerintah menjamin keadilan distribusi sumber daya ekonomi. Setiap orang punya kesempatan yang sama dalam putaran waktu. Waktu memang berharga, tapi orang berlebih waktu tidak akan kaya. Tetapi memanfaatkan waktu dengan baik, itulah sumber kekayaan. 


Mereka engga ada waktu menilai orang lain. Sehingga diantara mereka tidak terperangkap dalam kebencian dan halu yang tak sudah. Saya salut dengan wanita muda itu.  Juga salut dengan semua orang Hong Kong dan China yang focus kepada diri sendiri, berjuang memperbaiki diri dan menjadi pemenang untuk kehormatan diri dan keluarga.  


Mungkin karena sistem politik China yang sadar bahaya demokrasi liberal dan kapitalisme. China hanya menggunakan demokrasi dalam konteks emansipasi rakyat dalam pembangunan dan menjadikan kapitalisme sebagai metode bersaing dalam beproduksi. Sebuah antitesis terhadap pemikiran mereka yang ada di financial club. 

Jam 11 malam, Wanita Philipina mendekati table saya. “ Are you alone “ Katanya menawarkan diri untuk menemani saya. Saya menolak halus. Wanita philipina itu korban dari demokrasi di negerinya. Dia harus pergi dari negerinya untuk makan. Dan wanita SPG itu tetap di negerinya dengan semangat kerja keras dan terhormat. Itu karena pemimpin mereka tahu bagaimana kehormatan bangsa dan negara harus dibela. Tahu menjaga kehormatan para wanita. Setidaknya walau sistem mereka juga  oligarki namun para pemimpinnya tidak terjebak megalomania.

Monster pemangsa

  Sehabis meeting dengan Michael Chang, saya tatap James cukup lama. Dia sempat bingung dan salah tingka karenanya. Namun akhirnya  saya ter...