Friday, October 22, 2021

Menari dibalik kabut...

 




Jakarta 2021.

Pada hari minggu saya diskusi dengan Yuni, Florence dan Awi di kantor berkaitan dengan perubahan susunan komisaris. Florence gantikan Awi sebagai Preskom perusahaan Yuni. Setelah itu bicara santai di ruang meeting “ Kenapa jadi rame soal kereta cepat? Bukankah wajar kalau APBN terlibat dalam pembiayaan infrastruktur , apalagi kereta cepat. Di negara lain juga biasa kok. “Kata Florence.


“ Memang biasa. Tetapi ini soal keadilan distribusi modal. Indonesia bukan hanya jawa, tetapi ada sumatera, kalimantan, dll. APBN kita itu 95% habis untuk belanja rutin dan bayar bungan serta cicilan hutang. Hanya 5% untuk pembangunan.  Nah 5% inilah yang dibagikan kepada seluruh provinsi di Indonesia. Jadi wajarlah harus adil. Kalau sedikit, tidak adil pembagiannya, itu akan menimbulkan masalah sosial. NKRI bisa berderak. Ujungnya bisa bubar negeri ini.”  Kata saya.


“ OK. Kalau negara tidak terlibat. Apa iya swasta bisa masuk? Inikan proyek Jumbo.” Kata Awi tersenyum. Seakan mentertawakan sikap saya. “ Dalam bisnis itu besarnya investasi bukan ukuran menentukan uang ada atau tidak.  Yang menentukan adalah kelayakan.  Kecil pun investasi kalau tidak layak tetap aja engga ada duit masuk. “ Kata saya. Dia mulai masuk dalam logika berpikir bisnis saya.  “ OK, lah. Gimana mungkin secara bisnis bisa layak kereta cepat itu? Apalagi katakanlah tidak ada APBN dan tidak ada jaminan resiko dari negara? Tanya Florence.


“ Memang bagaimanapun sarana tranfortasi publik itu kalau tarifnya  mahal akan kehilangan nilai komersialnya. " Kata saya


“ Mengapa pembangunan jalan tol dan jalur kereta tidak berdampak kepada terbangunnya pusat ekonomi baru. Sumatera hampir terhubung semua dengan jalan Tol. Jawa sudah koneksi semua. Tapi itu hanya bisnis tol dan kereta, sementara perencanaan pusat ekonomi baru tidak ada. Makanya sebagian ruas toll merugi. Proyek kereta cepat pasti rugi, Ada apa  ? Kata FLorence


Saya senyum aja. Mengapa? karena apa yang dipertanyakan Florence ini sudah dipelajari di kampus. Jadi jawabannya sudah ada. Tapi memang antara pengatahuan dan praktek lapangan tidak nyambung. 


“ Begini ya. “ Kata saya. “ Mindset kita ini sudah salah dari awal. Persepsi kita jalan tol itu jalan publik atau jalan utama. Padahal itu hanya business.  Makanya Tol itu bukan prestasi pemerintah. Yang jadi prestasi pemerintah itu ya jalan umum yang diongkosi dari pajak rakyat. Jalan tol itu dimanapun dibangun sebagai jalan alternatif karena adanya perencanaan tata ruang untuk pengembangan wilayah. Begitu juga jalur kereta cepat. Itu juga jalan alternatif dan khusus koneksitas antar TOD. Nah karena sifatnya jalan alternatif maka proyek sebenarnya bukan jalan tol atau  high speed train tetapi pusat ekonomi baru. Jalan toll dan High speed train hanya Complementary. Tidak berbisnis dari jalan tol atau kereta tapi value TOD. 


Contoh China bangun Beijing -Tianjin. Tujuanya adalah membangun pusat ekonomi baru Tianjin. Design sebagai financial center dunia. Saat jalan tol dibangun, pada waktu bersamaan Tianjin juga dibangun. Yang ditawarkan kepada publik adalah Tianjin yang dilengkapi infrastruktur ekonomi modern. Tahun 1993 Jalan tol pertama dibangun adalah Jalan Tol Jingtang. Dibangun tiga ring. 


Tahun 2003, BUMN spint off jalan toll itu ke swasta. Terjual dengan nilai 10 kali dari nilai buku. Mengapa? karena Pembangunan Tianjin berkembang pesat. Jarak tempuh jalan toll Beijing -Tianjin hanya 1 jam saja. Terjadi relokasi industri dan korporat yang ada di Beijing dan Hebei. Beijing sebagai Ibu kota berkurang bebannya akibat adanya tianjin.  Maklum dekat dengan pelabuhan sekitar 60 KM dari Tianjin yang terhubung dengan jalan toll. 


Dari kota yang berkembang ini terbentuklah beberapa kota satelit yang jauh dari pusat kota. Nah ini jadi pusat ekonomi baru. Dibangun dengan konsep TOD terintegrasi dengan high speed train. Jarak tempuh Tianjin- Beijing hanya 15 menit saja. Jadi dengan alat transportasi modern antara Bejing dan Tianjin sudah satu. 


Nah model jalan toll dan jalur kereta cepat yang ada diseluruh china meniru konsep dari Tianjin. Tahun 2019 panjang ruas jalan toll China sudah 200.000 Km. (Bandingkan dengan kita hanya 2000 Km). Artinya  sepanjang 200,000 KM itulah berdiri pusat ekonomi baru yang saling berlomba satu sama lain. 


Makanya jalan toll itu menjadi sumber income bagi BUMN China. Karena setelah selesai  dibangun, mereka jual ke swasta dengan harga tinggi. Itu karena konsep toll terintegrasi dengan pusat ekonomi baru. Nah kalau kita, BUMN jual ruas tol dengan harga merugi sekedar untuk bayar utang ke bank dan kini semua BUMN karya yang dapat penugasan bangun infrastruktur ekonomi terjebak kredit macet. Itu karena mindset nya bukan developer tapi kontraktor. Ya rente.


Business model di era modern sekarang ini, business tidak lagi berfocus kepada harga jasa atau barang. Tetapi nilai komunitas yang bisa dijangkau. Dari komunitas itu ekosistem bisnis bisa tercipta dengan nilai jauh lebih besar daripada sekedar jualan ticket.  Business model KC ( kereta Cepat ) itu ada  pada TOD yang ada di setiap stasiun di Walini, Halim, Gedebage bandung.


Dan kamu tahu, jumlah penduduk terbesar di Indonesia terdapat di Provinsi Jawa Barat. Totalnya sebanyak 45,5 juta atau 20 persen penduduk Indonesia ada di Jawa Barat. Jumlahnya bahkan mencapai sepuluh kali dari penduduk di Kalimantan Barat. Uang beredar di Indonesia lebih separuh ada di jakarta dan Jawa Barat. Jadi peluang masa depan bisnis kawasan ini sangat besar sekali. 


Sebagai pembanding, jarak tempuh Lippo Karawaci jakarta, itu 1 jam. Pada jam sibuk bahkan lebih. Harga tanah sudah Rp 20 juta per M2 di sana.  Berapa harga tanah di Walini yang waktu tempu kereta cepat dari Halim hanya 15 menit? Tentu akan lebih mahal. Nah Value business itu mencakup lahan  TOD dengan luas mencapai lebih 3000 hektar. Hitung aja. Fantastik sekali.” Kata saya.


“ Jadi gimana seharusnya membangun infrastruktur jalan dan kereta itu  agar tidak membebani APBN.”


“ Ya harus ada perencanaan komprehensif. Di mulai dari  studi wilayah di sepanjang Jalur jalan toll atau kereta cepat. Dari sana bisa dibuat skema untuk meningkatkan pengembangan transportasi sejalan dengan strategi TOD. Kemudian mengembangkan bisnis model transportasi, dengan berbagai opsi campuran penggunaan  sumber daya. Ini udah gabungan antara sosial engineering dan financial engineering. “


“ Wah social engineering aja udah sulit apalagi financial engineering.  Trellis jauh untuk kita jangkau. Mengapa ?


“ Ya karena sistem pendidikan kita tidak mendidik orang cerdas, kecuali mindset kacung. Mental kuli. Kerja kalau ada uang ditangan walau duit orang sekalipun.. Mana mengerti mereka social engineering untuk trigger financial engineering. Lack knowledge and bad attitude. “ Kata saya tersenyum.


“ Wah jadi ini sebenarnya bisnis property, membangun kota dengan akses kereta cepat. Hebat. Gimana skema pembiayaannya ? tanya Awi.


“ Sederhana saja. Kan secara ekonomi sudah ada kesepakatan antara pemerintah Indonesia dengan China, berkaitan dengan proyek OBOR tahun 2015. China tidak menentukan siapa Kontraktornya. China hanya menentukan jenis proyek. Skema pembiayaan juga secure, yaitu Non Recourse loan. Artinya collateral pinjaman adalah proyek itu sendiri. Artinya lagi sebelum proyek jadi, pinjaman itu tidak akan cair kecuali ada conter jaminan. Jadi tugas proyek sponsor ya menyediakan conter jaminan itu saja.”


Terus..Florence 


“ Ada dua skema struktur pendanaan bisa diterapkan. Pertama, skema Turnkey Proyek kepada EPC ( kontraktor ). Dibayar setelah proyek  selesai dibangun. Kontrak EPC ini bisa dijadikan oleh konsorsium kontraktor ( EPC) menarik pinjaman dari bank dengan skema EPC loan. Tentu bank akan berikan pinjaman sepanjang Kontraktor itu punya reputasi engga pernah gagal bangun proyek. Toh sumber peluasan dari kredit non recourse loan. Aman.


Kedua, membentuk SPC untuk mengeluarkan unit obligasi semacam real estate securitization structure yang terhubung dengan proyek TOD. Hasil penjualan obligasi itu digunakan untuk membiayai kereta cepat dengan term payment kepada EPC secara progress dan back to back jaminan. Artinya setiap EPC ambil uang harus ada BG. Jadi aman. Setelah proyek kereta cepat selesai dibangun, direfinancing oleh bank lewat skema non recourse loan tadi.  “ Kata saya.


“ Jadi sederhana skema pembiayaannya. “ Kata Awi. “ Engga perlu ada APBN. Dan itu dipelajari di semua kampus yang belajar business. Kenapa jadi repot harus minta APBN segala ? lanjutnya.


“ Masalahnya yang sederhana itu menjadi rumit karena ada kepentingan pribadi dari proyek sponsor. Financial engineering itu terkait dengan moral, profesional. Moral itu diukur bukan dari retorika tetapi skema yang mengutamakan kepentingan stakeholder, ya kepentingan pemerintah, investor, publik, dan kontraktor. Kalau itu dijaga, uang akan datang sendiri. Rp. 100 triliun untuk proyek kereta cepat dengan TOD berskala Block City itu kecil. “ Kata saya.


“ Yuni ingat, uda dulu bangun kawasan industri di Ginzho dengan biaya USD 10 miliar. Padahal modal uda hanya 0,8% bayar peremi non recourse loan dari bank di Eropa. Itu hanya sebagai trigger saja. Karena  akhirnya engga kepakai juga tuh uang bank. Semua uang berasal dari publik lewat Unit Obligasi berbasis Revenue. Penawaran obligasi di China dan Dubai oversubscribed” Kata Yuni.


“ Apa itu obligasi berbasis revenue? tanya florence.


“ Sukuk, atau obligasi syariah” Kata Yuni.


“ Kok bisa di China? Padahal negara kafir ? Kata Florence. Saya senyum aja.


“ Ya, Itulah enaknya B2B untuk proyek infrastruktur publik. Sosial tercapai, tapi bisnisnya komersial. Pasti sustainable “



Hong Kong 2015

Sore itu saya datang ke tempat yang dijanjikan untuk bertemu dengan seseorang. Karena teman yang rekomendasi, saya penuhi pertemuan itu. Bertempat di restoran kecil di pojok jalan. Memang ini lingkungan cafe di kawasan central Hong Kong. Walau tempatnya kecil tetap saja sewanya mahal. Harga menu engga murah. Belum sempat pesan menu, seorang wanita usia empat puluhan mendekati saya. “  I came at the order of Mr. Denny. I just landed an hour ago from NY “ Katanya dengan wajah dingin.


“ Duduklah.” Kata saya cuek sambil pilih menu.

Pelayan restoran datang. “ Ayam Hainan.” kata saya. 

“ Dan anda “ kata pelayan itu kepada wanita depan saya duduk.

“ Kopi saja.” 


Pelayan berlalu. Wanita itu mengeluarkan amplop warna kuning. Saya membuka amplop itu. Setelah membaca sekilas. Saya masukan kembali dokumen itu kedalam amplop. Saya mengambil cheque dari balik saku jas saya. Menyerahkan ke wanita itu. Tampa melihat jumlah tertera di cheque itu, wanita itu pergi dari hadapan saya. 


Singapore 2016

Saya jalan kaki dari Mandarin Orchard ke Hotel Four Season. Sampai di Hotel, Denny dan Wenny sudah menanti saya di lobi. “ Mereka tunggu kamu di lantai 6. Team mereka lengkap. Kamu siap? Kata Denny. Saya tersenyum saja seraya melangkah cepat ke arah lift diikuti oleh Wenny dari belakang. Di dalam lift Wenny memperbaiki dasi saya dengan tersenyum. “ Mengapa kamu tidak pernah rapi? Katanya. Saya diam saja.


Di ruang meeting, mereka hadir dengan lengkap. Mereka memperkenalkan diri satu persatu. Saya menjawab hormat. Salah satu dari mereka tampil menyampaikan presentasi bisnis. 


“ Dari lokasi ini “ katanya mengawali presentasi dengan menunjuk satu peta kawasan property. “ ke jakarta, membutuhkan jarak tempuh 1 jam.  Harga tanah di kawasan itu Rp. 20 juta per M2. Sekarang ada lokasi ini ” Katanya menunjuk arah petan lain yang merupakan lokasi proyek yang hendak dibangun. 


“ Lokasi ini sekarang harga tanah Rp. 1 juta. Nanti berkat adanya akses transfortasi modern ke lokasi ini, dibutuhkan waktu tempuh hanya 15 menit. Harga tanah akan naik Rp. 20 juta per m2. Itu masih sangat murah. Bandingkan dengan kawasan TOD di China yang harganya tanah di TOD bisa mencapai Rp. 60 juta per m2.” Katanya melanjutkan. Kemudian dia masuk kepada analisa yang berkaitan dengan aspek legal, tenis, marketing dan financial. Singkatnya dari kenaikan harga tanah pada TOD saja sudah bisa bayar hutang bangun akses transportasi. Sebuah exit strategy yang jenius. Saya tidak begitu tertarik dengan angka angka itu. Saya sudah tahu agenda mereka. 


Saya membuka tas kerja saya dan mengeluarkan tiga lembar dokumen.  “ silahkan baca dokumen ini. Saya minta pihak yang saya tunjuk untuk tanda tangani dokumen ini. Saya pastikan dalam seminggu komitmen bank  akan keluar. Masalah pembiayaan selesai. “ Kata saya. 


“ Bagaimana anda yakin ? kata salah satu mereka


“ Di sebelah saya banker yang mengatur komitmen itu” Kata saya memperkenalkan Denny. Tampa saya komando Denny videocon dengan banker di NY. Semua menyaksikan komunikasi dengan banker itu. Mereka tidak percaya. Saya berdiri dan minti izin undur diri, Saya males bicara lebih banyak. 


"  B, “  Seru Danny waktu keluar dari ruang meeting." Jadi gagal? 


" Kita meeting bukan untuk deal. Kita hanya lempar umpan. Nanti yang kail orang lain. Terimakasih udah temanin saya meeting" kata saya.


Beijing 2017

Chang datang ke hotel Central Park Beijing sebelah hotel Hyatt tempat saya nginap. “ Kenapa engga di Panninsula ? Kata Chang


“ Kebetulan malam ini saya ada janji makan malam di Germany Club dengan teman. Tempatnya di hotel ini.” Kata saya.


“ Kamu yakin mereka akan patuhi business model yang kamu inginkan dalam proyek konsorsium itu? Tanya chang sambil lalu waktu minum kopi di lounge  executive.


“ Apa penting itu ?


“ Ya penting. Karena tampa business model seperti itu, engga mungkin proyek trasnfortasi modern itu bisa mendatangkan laba. Mau engga mau pada akhirnya negara Indonesia harus tanggung jawab.”


“ Selagi dokumen ini ditanda tangani, apakah masih relevan bicara resiko dari sisi anda? Kata saya memperlihatkan draft dokumen. Chang baca sebentar. Dia tersenyum dan mengangguk.


“ Tapi apa iya tanpa sovereign guarantee,  banker mau berikan credit. Kan dokumen draft ini tidak kuat, apalagi tanpa persetujuan DPR “ kata Chang.


“ Selagi dokumen itu ditanda tangani, akan aman saja. Banker di NY yang menjamin resiko atas dokumen tersebut. “ 


Chang tatap  saya lama. “ Bro, kamu tempatkan kami dalam posisi sulit.”


“ Ini bisnis. Negeri kami masih dibawah kapasitas ekonominya. Peluang berkembang masih sangat besar. Sementara negara lain sudah over capacity. Please, anda ragu, AS masuk. Atau ikuti skema saya. Anda akan dapatkan peluang lebih luas bermitra dengan kami.”


“  Saya dengar kabar salah satu menteri akan berkunjung ke Beijing minggu depan. Dia datang bersama team EPC proyek. Katanya rapat dengan banker.” kata Chang. Saya tidak peduli.


“  Nah tugas anda meyakinkan banker di sini” Kata saya tersenyum. Chang terdiam seperti sedang berpikir. Saya berdiri dan kancingkan jas saya. “ Permisi Chang. Saya ada janji ketemu relasi saya. Senang bertemu dengan anda.” kata saya seraya membungkuk.


KL 2019

Yuni datang bersama Esther ke Hotel Istana. Saya ajak mereka makan malam di Pulau bintan. “ Hebat, proyek tranfortasi itu berjalan mulus. Masalah tanah sudah hampir 100 persen selesai dibebaskan. Tapi yang jadi masalah adalah soal TOD. Seperti n nya pemda belum berani mengubah tata ruang. Apa yang terjadi apabila TOD gagal sebagai business model”


“ Jawab sendiri.” Kata Eshter. Saya tersenyum. Yuni melirik ke saya. “ Negara ya bailout. Jadi proyek APBN. ?  Tapi kan ada Perpres 2015. Engga ada APBN”Lanjut Yuni


“ Kan refinncing lewat TOD. Kalau TOD engga jalan, ya default hutang kontruksi. Terus yang mau tanggung jawab untuk biaya kontruksi siapa? Kata esther. Yuni terdiam.


“ Uda kenapa diam dan senyum senyum aja dari tadi? Kata Yuni. Esther tertawa.  


" Kamu itu kepoan. B, itu engga suka diskusi soal gituan. Tetapi omongan kamu dia catat baik. Akan jadi tema dalam tulisan dia di blog dan page.” Kata Esther.


Usai makan malam, Yuni langsung ke kamar. Tetapi Esther temanin saya minum wine di cafe bersama James. “ Saya dengar kabar kamu udah keluar dari cross guarantee settlement dengan pihak NY. Benar?


“ China yang minta saya keluar. Ya 70% pinjaman itu kembali ke CHina lagi dalam bentuk impor pengadaan EPC. Setidaknya China mengukuhkah hegemoninya terhadap ekonomi Indonesia. Itu lebih baik daripada AS. “ 


“ Dan kamu dapat fee dari Chang. Karena berkat dokumen dari kamu, Chang dapat posisi. Dia dapat fee dari pengadaan EPC. Padahal itu hanya selembar dokumen SWAP guarantee settlement. Tetapi dengan itu kamu benturkan politik AS dan China. Bisnis cari uang mudah. “ Kata Esther. 


“ Sok tahu kamu?


“ Semua langkah kamu saya tahu. Denny kan teman saya. Kamu kenal dari saya.” kata esther sewot. “ Baru saya tahu, ternyata dokument dari NY itu hanya credit enhancement yang ilegible, yang tidak ada isi. Teganya kamu make use, Danny.” Esther bicara dengan nada tinggi.


“ Saya engga make use. Itu semua ada ongkosnya. Tapi okelah. Maafkan  saya. Saya tahu, kamu tidak pernah percaya saya.” Kata saya tersenyum.


" Saya tahu jalan pikiran kamu. Kamu tahu percis mereka yang terlibat dalam proyek itu rakus dan pasti umpan kamu mereka makan. Itu kan skema too good to be true.  Chang itu pedagang, dengan dokumen dari kamu itu, dia pasti mudah yakinkan semua pihak, terutama bank di China dan juga politisi. Kamu memang tidak bergerak dan tidak ada dimana mana,  tapi kamu melempar racun ke mereka semua. Jahat kamu, B" Kata Esther.


" Saya engga jahat. Saya hanya survival saja. Berharap program pemerintah bisa jalan. Infrastruktur bisa terbangun. itu aja."


" Jangan hipokrit depan saya. Akui sajalah" Esther semakin keras.


" Loh apa salah saya berprangsangka baik. Kalau benar business model TOD bisa diterapkan kan bagus. Semua happy. " Kata saya.


" Dan kamu tahu pasti TOD itu akan gagal. APBN akan bailout. Karena rente tanah akan dibagi bagi ke pengusaha yang dekat penguasa. " Esther semakin emosi. Saya diamkan saja. Dia memang begitu. Kami saling berdiam. Saya tahu esther sedang berpikir. Entah apa yang dia pikirkan. Yang jelas dia sahabat saya. Dia yang tak ragu kritik saya. Tapi dia pula yang selalu ada untuk saya.


“ Tapi setelah melewati resiko dan kamu keluar sebagai pemenang, Kamu seksi banget. kecerdasaran kamu itu yang seksi. Jangan GR. ya.” Kata esther kemudian.. Saya tertawa.


“ Gimana kalau kita buka botol wine.? Kata esther dengan mata penuh arti.


“ Kamu engga kawatir  mabok. Hotel kamu jauh loh dari sini”


“ Mabok? kamu gendong aku ke kamar.” Kata esther polos dan dia pesan wine satu botol kepada waitress.***


Disclaimer : Nama dan tempat fiksi belaka.

Source : MYdiary.

Thursday, October 21, 2021

Merebut hati orang

 





Tahun 1987 saya pertama kali bersentuhan dengan Bank untuk jadi debitur. Waktu tiu usia saya 24 tahun. Collateral engga ada. Tapi saya ada long term kontrak ekspor keranjang Rotan. Semua bank minta collateral. Rekening saya untuk dijadikan Personal gurantee engga cukup. Saya bertemu dengan mentor saya. Dia orang Tionghoa. Setelah saya ceritakan masalah saya, dia tersenyum. 


“ Kamu harus ketemu dengan Dirut Bank langsung. Hanya dia yang bisa mengerti rencana kamu dan berani ambil resiko. “ Kata mentor saya. Siapa saya yang bisa bicara dengan dirut bank. Usia masih muda. Business masih kelas gurem.  “ Kamu dan dia sama saja. Sama sama dirut perusahaan dihadapan UU. Jangan takut. Temui dia. Kalau ketemu, pastikan dalam 3 menit dia tertarik dengan rencana kamu” Nasehat mentor saya. 


Saya datang ke kantor pusat Bank itu di kota. Jam 7 pagi saya sudah ada di ruang tunggu dirut itu.  Jam 7.30 dirut bank itu masuk ke kamar kerjanya. Saya membungkuk memberikan hormat. Dia tersenyum. “ Ada apa ? 


“ Boleh saya bicara sebentar pak.”


“ Kamu nasabah bank ?


“ Ya pak.” 


Dia tatap saya sebentar. “ Maaf saya engga ada waktu. Lain waktu aja” Katanya tersenyum. Saya mengangguk. Besok saya datang lagi. Di tolak lagi. Saya butuh waktu 4 minggu, datang setiap hari. Barulah dia terima.  Ketika duduk menghadap meja kerjanya, saya langsung ceritakan masalah saya. Dia tersenyum.

 

“ Gini, yakinkan pembeli kamu di Taiwan itu untuk mau memberikan red clause LC minimal 30%. Kalau dia mau, kamu datang ke saya. “


Saya  bengong. Begitu bijak dia menolak saya. Saya temui mentor saya. “ Wajar saja. Yang pertama harus kamu yakinkan adalah pembeli. Kalau hanya sekedar kontrak, semua orang bisa. Tetapi kontrak yang memberikan kamu kepercayaan bukan sekedar delivery tetapi juga mitra, itu engga mudah.”  Kata mentor saya bijak.


Saya lakukan ekspor pertama dengan modal sendiri. Saya kirim saja sebagai sample 1 kontainer tanpa Lc. Saya tahu itu beresiko. Kalau dia tidak bayar karena alasan spec di bawah standar. Habis saya. Ternyata dia senang. Tapi “ Saya akan bayar setelah 10 kontainer delivery sesuai kontrak. “ Katanya via fax. Saya senang. Tetapi darimana modal? Saya tidak mau terus dalam situasi tidak pasti. Saya terbang ke Taipeh untuk menemui buyer. 


“ Maafkan saya. Saya tidak bisa delivery karena saya tidak ada modal. Maafkan saya.” Kata saya berlutut.  


Lama dia pandang saya. 

“Jadi gimana solusinya? Katanya.


“ Apakah mungkin anda keluarkan red clause Lc 30% dari kontrak”  kata saya. “ Bank saya mau memberikan kredit ekspor kalau sarat LC itu red clause. “ Kata saya. Akhirnya setelah berpikir sehari, besoknya dia sanggupi.


Sampai di Jakarta, saya menghadap dirut bank itu lagi. Dia tersenyum membaca Performa Invoice dengan sarat Red Clause LC. 


“ Ajukanlah proposal kredit ke bagian kredit ya.” Katanya berwibawa namun tidak hilang wajah ramahnya. 


“ Terimakasih pak. Segera saya ajukan kredit sekarang” 


Setelah dapat kredit. Kepercayaan saya jaga. Bunga  dan cicilan saya bayar ontime. Hubungan pribadi dengan dirut bank saya jaga. Setiap dia ulang tahun saya selalu kirim bunga ke Rumahnya. Itu sampai sekarang. Walau dia sudah pensiun. Kini dia jadi mentor saya. 


Saya teringat nasehat papa saya. “ kalau kamu ingin naik tangga sosial maka kamu harus memerdekankan pikiran kamu. Kamu harus keluar dari stigma bahwa kamu lahir dari keluarga miskin. Kamu tidak sarjana. Kamu bukan etnis China. Nasip kamu ditentukan oleh pilihan cara kamu berpikir. Kalau pikiran kamu terjebak dengan realitas siapa kamu, maka masalah dan kesulitan akan menelan kamu.


Jangan biarkan masalah dan kesulitan menghentikan kamu. Kamu  harus terus bergerak. Kepada orang Chinalah kamu harus belajar. Mereka tidak manja dan pandai merebut hati orang. Setelah itu mereka berjuang tiada henti untuk menjaga kepercayaan.  Semoga suatu saat kamu bisa punya mitra orang China, atau orang Barat. Bahwa kamu putra terbaik kami dan kami tidak main main mendidik kamu.”


Usia 45 tahun setelah sepuluh tahun lebih papa saya meninggal saya punya direktur orang China, Hong Kong, Inggeris, Korea, Rusia. Terbukti benarlah nasehat papa saya bahwa bukan karena agama atau ras membuat orang berbeda tapi sikap mental dan lebih tinggi lagi adalah akhlak berani bersaing secara terpelajar dan terhormat. Tanpa mengeluh,  tanpa iri dengan kesuksesan orang lain. Senantiasa rendah hati.

Tuesday, October 19, 2021

Tidak mudah menjadi Ibu.

 



Jam 2 pagi aku terbangun oleh suara telp selularku. Aku segera meraih telp yang ada di lampu meja tempat tidur. Nara, Putriku. Tertera di layar telp selularku. “ Ada apa sayang? kataku.


“ Aku depan pagar ayah” Katanya dengan suara menahan tangis. Aku segera berlari ke lantai bawah. Tetapi sebelum aku sampai, Nara sudah ada di ruang tamu. ART sudah lebih dulu membukakan pintu. Nara tidak datang sendiri. Bersamanya ada dua cucuku. Dari wajahnya aku tahu Nara punya masalah dengan suaminya. Aku tak ingin bertanya lebih jauh. Aku sadar, sangat berat baginya untuk bisa keluar rumah tanpa suami.  Nara menangis. Aku peluk dia. “ Bawa cucu ayah ke kamar kamu, Ya sayang. “ Kataku seraya menghapus air matanya. Dia mengangguk. 


Aku termenung di kamar sendiri. Besok ulang tahunku yang ke 65. Itu juga berarti 10 tahun sudah aku ditinggal Mariam, yang meninggal karena kanker. Kami punya 2 putri dan 2 putra. Dua putri kami adopsi sejak mereka usia Balita. Dua putra anak kandung kami sendiri. Namun kami tidak pernah membedakan mereka. Usia mereka tidak terpaut jauh.  Boy, yang sulung sudah selesai kuliah. Dia sudah menikah dan memberiku 1 cucu. Tinggal di Surabaya. Randi, masih jomblo. Dia bekerja di pasar modal setelah tamat kuliah. Putriku Nara, jadi designer dan menikah dengan pengusaha. Punya anak 2. Terakhir Vivi, ibu rumah tangga, suaminya pengusaha.


Aku pergi ke ruang sholat yang ada di taman dekat kolam renang. Sampai di sana , sudah ada Nara bersimpuh sedang berdoa. Dia usai sholat tahajud. Aku sholat sunah fajar. Setelah itu, Nara berdiri ikut jadi ma’,mun sholat subuh. 


“ Ayah maafkan aku. Selalu membuat repot ayah.” Kata Nara usai sholat subuh. 


“ Tidak perlu minta maaf anakku. Mendiang bundamu berpesan kepada ayah walau kalian tidak lagi tinggal di rumah namun kamar kalian harus tetap bersih. Rumah ini akan selalu tempat kalian pulang dan ayah selalu ada untuk kalian.  Tenangkan diri kamu. Jangan terlalu sedih ya sayang” Kataku mengusap kepalanya. Nara berlinang air mata. 


Aku kembali ke kamar kerja untuk membaca dokumen sebelum pergi ke kantor. Telp masuk dari istri Boy. “ Ayah..” kata Weni.


“ Ya sayang,. ada apa ?


“ Mas boy sudah tiga bulan berhenti kerja. Katanya kerja di bank, haram.  Kehidupan kami sedang sulit ayah. Mas Boy tidak mau lagi bicara denganku. Karena aku menolak pakai hijab. Dia juga larang aku bicara kepada ayah. Gimana nasip kami ayah..”


“ Sabar ya sayang. Nanti Ayah bicara dengan Mas mu. Cucu ayah gimana?


“ Semua baik baik saja ayah.” 


Aku terhenyak. Sepagi ini aku dihidangkan masalah yang rumit dari anak anakku. Setelah sarapan aku pergi ke kantor. Dalam perjalanan aku telp Bayu, suami Nara. “ Ananda sehat ? kataku menyapa.

“ Oh ayah. Sehat yah..” 

“ Istri dan anak anak kamu di rumah ayah.” 

“ Ya ayah. Maafkan saya.”

“ Kalau ada waktu, Bayu temanin ayah ya makan siang” Kataku.

“ Ya ayah. Bayu  pasti datang.”


Setelah telp ditutup aku telp teman yang juga ustad. “ Assallamualaikum ustad”

“ Waalaikum salam. Eh Pak Dono apa kabar.”

Aku ceritakan masalah Boy. Dengan seksama ustad itu mendengar. “ Saya akan temui putra bapak sekarang. Insya allah selesai masalahnya. Boy masih pemula kok. Tenang saja pak. Engga usah kawatir.”


“ Terimakasih pak Ustad. “


“ Oh ya pak Dono, terimakasih donasinya untuk ponpes kami. Uang sudah kami terima minggu lalu. Surat tanda terima sudah kami kirim juga  ke  kantor bapak. “


“ Terimakasih juga pak Ustad. Selama ini bapak yang telah menuntun saya dalam beragama dan sabar.” Kataku. Setelah itu aku menghela nafas. 


Sampai di kantor jam 10 pagi. Aku dapat kabar dari Sekretarisku bahwa Randi menantiku di kamar kerjaku. Kudapati dia sedang duduk dengan wajah lesu. “ Ayah ..” katanya dengan canggung. Itu cirinya kalau ada masalah.


“ Ada apa,  sayang..”


“ Maafkan aku ayah..”


“ Ya ada apa ? AKu semakin kawatir.


“ Dewi hamil. “


“ Dewi siapa ?


“ Sekretarisku. “


“ Sama siapa hamilnya?


“ Aku ? Kata Randi dengan menunduk. 


“ Kamu? Dewi pacar kamu.? Kataku terkejut. Randi terdiam lama. Aku kenal sifatnya. Dia sangat pragmatis. Karenanya aku harus hati hati. 


“ Ya ayah..”  Randi terdiam. “ Aku ingin menikahinya. Tapi orang tuanya engga setuju kami menikah. Karena beda agama.” Randi keliatan sekali rapuh. Dia butuh aku ayahnya untuk melindungi dan mengerti dia. Aku tidak mempermasalahkan dia tidak pernah terbuka soal pacarnya. " Ayah aku kangen Bunda.." Kata Randi menangis. Aku tahu perasaan Randi dalam situasi ini. Ibunya tempat dia curhat atas masalah apapun. Ibunya cahayanya melewati hidup yang tidak ramah.


Aku peluk dia. “ Ayah juga kangen Bunda. Kalau Bunda masih ada, dia pasti senang melihat kamu jadi pria yang bertanggung jawab. Hari ini kita akan temui orang tua Dewi. “ kataku. Kurasakan Randi semakin kencang pelukannya. “ Maafkan aku ayah. Selama ini aku terus merepotkan ayah.”


“ Anakku, masa muda masa dimana semua orang bisa saja berbuat salah. Ayah juga pernah muda. Yang penting kamu harus dapat hikmah dari setiap masalah yang datang. “ Kataku. Setelah itu Randi pergi keluar dari ruanganku. 


Aku kembali sibuk dengan akfititasku. Janga 12.30 siang aku pergi ke restoran janji bertemu Bayu. Dia mencium punggung lenganku ketika bertemu. Aku diamkan saja. Tidak bertanya apa masalahnya. Namun lambat laun Bayu salah tingkah. Akhirnya dia berkata” Aku lagi ada masalah ayah”


“ Masalah apa ?


“ Bank akan sita rumah kami. Masalahnya aku gagal membayar hutang yang jatuh tempo. Tahun lalu aku beli stock barang impor , ternyata kurs rupiah semakin menguat. Aku tidak bisa bersaing. Potensial loss. “ 


“ Sabar ya nak.”


“ Nara tuduh aku mata duitan kepada mertua. Padahal aku tidak ada niat minta uang. Aku hanya ingin minta advice ke ayah agar bisa keluar dari masalah. Dia terus cerca aku. Akhirnya aku lepas kendali, bicara kasar. Maafkan aku ayah . “


“ Biasa itu rumah tangga.  Kalian harus saling menguatkan. Jangan karena perbedaan sikap, kalian terpisahkan, paham ya nak.”


“ Ya ayah.


“ Oh ya. Stok kamu di gudang, PPC kan.” 


“ Ya ayah.”


Aku telp teman yang punya pabrik minuman. Setelah selesai telp aku menatap lama kepada Bayu. “ Kamu bawa kartu nama ayah. Temui pak Adreas. Dia sudah janji akan beli stok kamu. Bayarlah utang ke bank.” Kataku. Randi berlinang air mata dan memelukku. 


“ Terimakasih ayah.”


“ Jangan cerita kepada Nara soal ini ya. Jemputlah istri dan anak anak kamu di rumah ayah.”


“ Terimakasih ayah.”


Sore jam 5 aku dapat telp dari istri Boy ” Ayah, Mas Boy sudah minta maaf kepadaku. Dia menyesal karena salah ikut pengajian. Terimakasih ayah sudah kembalikan mas boy kepada aku dan anak anak.  Mas Boy akan ke Jakarta. Dia merasa salah selama ini. Seharusnya dia bantu ayah di perusahaan. Karena dia anak tertua di keluarga” Setelah bicara telp itu, aku menangis.  Aku ingat pesan Mariam, " Mas, kalau aku tidak ada, bagaimanapun hadapi dengan sabar anak anak. Mereka  semua cobaan dari Tuhan untuk kita,  agar kita kembali ke Tuhan dalam husnul khatimah ".  Tuhan kembalikan anakku kepadaku. Dia akan jadi tongkatku dimasa tua.


Ya aku harus ingat pesan Mariam. Aku harus sabar dan ikhlas. Berikutnya aku harus siap siap ke rumah Dewi, Pacar Randi. Jam 6 sore Randi sudah sampai di kantor. Kami sholat maghrib berdua di kamar kerjaku.


Sesampai di rumah keluarga Dewi, kami disambut dengan wajah masam oleh ayah dan Ibunya. “ Kami memang orang tidak sekaya bapak, tapi kami punya rasa hormat. Dari awal kami sudah menolak hubungan mereka karena alasan beda agama. Tetapi anak bapak tidak bisa mengerti. Kini kami ditempatkan disituasi yang sulit. Beginikah cara bapak mendidik anak? Kata Ibu Dewi. Aku tahu dan bisa mengerti suasana hati seorang ibu. Apalagi kepada putrinya. 


Aku berlutut dihadapan kedua orang tua Dewi. “ Maafkan saya pak, bu. Memang saya gagal mendidik anak saya. Maafkan saya. “ Randi terkejut meliat aku berlutut dihadapan kedua orang tua Dewi. “ Dengan segala kerendahan hati, saya mohon izin bapak dan ibu untuk merestui mereka menikah. Saya janji akan menjadikan Dewi seperti anak kandung saya. Sekali lagi mohon maaf. “ lanjutku.


Ayah Dewi dan ibunya terkejut dengan sikapku. Mereka berdua berusaha mengajak aku berdiri. “ Ya sudah pak. Kami juga restui putri kami menikah dengan putra bapak. Kita orang tua yang penting mereka bahagia dengan pilhannya.” kata ayah Dewi. Selanjutnya pembicaraan langsung kepada jadwal pernikahan.


Dalam perjalanan pulang, WA masuk dari Vivi. “ Ayah, Restoran  kami sudah enam bulan tutup karena covid…Tabungan sudah habis. Selama ini suamiku larang aku minta bantuan ayah. Kini kami benar benar sulit,  ayah..”


“ Ayah sudah kirim uang Rp. 70 juta. Gunakan uang itu untuk bertahan sampai pandemi selesai. Nanti kalau kurang uang untuk modal, hubungi ayah ya sayang” Jawaban WA ku setelah kirim uang via Mbanking. Aku menghela nafas panjang. 


Sampai di rumah, kembali sepi. Nara sudah kembali ke rumahnya. Padahal hari ini aku ulang tahun. Tidak ada  anak yang mengucapkan ulang tahun. Tetapi bagaimanapun mereka tetaplah anakku. Tugas ayah memang harus berkorban dan menyimpan sepi dan sedih dihadapan anak anaknya. Boy dan Randi sudah jadi ayah. Tentu dia harus menjalani takdirnya sebagai ayah. Sama denganku. Nara dan Vivi sudah jadi ibu dari anaknya dan istri bagi suaminya. Tentu mereka harus menjalani takdirnya sebagaimana yang dilakukan Mariam. Pada akhir semua akan baik baik saja dan kepada Tuhan semua kembali.


***


Sewaktu Mariam, istriku masih hidup. Aku tidak pernah terlibat menyelesaikan masalah anak anak. Karena memang tidak ada masalah atau Mariam pintar menyelesaikan masalah tanpa aku perlu repot. Sehingga aku bisa focus dengan bisnisku. Siibuk di luar rumah dan pulang dalam keadaan lelah. Di rumahpun pikiranku masih kepada bisnis. Selama 25 tahun menikah, aku tidak pernah mendengar Mariam mengeluh soal anak anak. Andaikan ada waktuku mendengar keluhan Mariam, mungkin itu bisa mengurangi bebannya. Tetapi aku tidak ada waktu untuk itu. Aku merasa baik baik saja karena aku sudah memberi uang lebih dari cukup, rumah yang besar, dan segala fasilitas.


Setahun setelah Mariam wafat, Boy datang minta izin menikah. Padahal kuliah belum tamat. Setelah menikah, Boy dan istrinya tingga di rumahku. Setamat kuliah, Boy bekerja di PMA. Dia menolak berkarir di perusahaanku. Tidak juga mau tinggal bersamaku. Dia lebih memilih Pindah ke rumahnya sendiri. Tahun yang sama, Randy berhenti kuliah karena lebih tertarik main saham. Semakin aku paksa membantuku di perusahaan, semakin keras dia menolak. Bahkan sempat lari dari rumah. Aku terpaksa membujuknya berkali kali agar pulang. Setelah itu dia tetap ingin misah dariku. Tinggal di Apartement.


Lima tahun setelah itu, Vivi putri bungsuku memilih menikah dengan pria dari keluarga miskin. Suaminya tidak mau kerja di perusahaanku. Vivi dan suaminya pindah ke Semarang. Membuka restoran.  Setahun setelah Vivi menikah. Nara, tamat dari sekolah desain di Singapore, dilamar pacarnya. Suaminya pengusaha. Mereka juga tidak mau bekerja di perusahaanku. 


Setiap anak menikah, aku selalu menangis. Aku teringat Mariam. “ Kalau nanti aku tidak ada dan anak anak merepotkan Mas, itu karena salahku. Aku gagal melaksanakan amanah Mas mendidik mereka. Maafkan aku Mas..” Kata Mariam sebelum menghembuskan  napas yang terakhir. Betapa ikhlasnya dia dengan amanahnya sebagai istri. Tidak ada sekalipun dia menyalahkanku. Padahal akulah penanggung jawab keluarga. Kelak di akhirat, sebelum mereka diadili Tuhan, aku lebih dulu diadili. Maafkan aku Mar...maafkan aku..


Setelah Mariam meninggal, selama 10 tahun aku harus menyelesaikan banyak masalah dengan anak anak. Setiap masalah datang, aku semakin merasa bersalah kepada Mariam. Waktu dia masih hidup, aku tidak pernah berterimakasih kepadanya. Ternyata uang dan harta yang aku berikan tidak ada arti bila dibandingkan dengan kehadirannya selalu ada untuk anak anak. Aku baru sadar betapa berat amanah yang selama ini kuberikan kepadanya mendidik dan menjaga anak anak. Tugas ibu memang tidak mudah. Tidak mudah.


Uang kuliah Mahal...

  Saya ada janji dengan teman banker untuk meeting di sebuah Hotel. Dengan menggunakan taksi saya menuju tempat meeting itu. Saya merasakan ...