Saturday, September 28, 2024

Engga cukup cerdas.




Dari Lina saya sudah diberi tahu bahwa Dhea ingin bertemu dengan saya untuk membahas rencana investasi Algae. Dhea adalah  Dirut dari salah satu unit bisnis GI. Ayahnya supir taksi. Saat saya tahu dia diterima di PTN, saya rekomendasikan agar dia dapat beasiswa dari GI. Setelah lulus dari PTN, dia mengajukan proposal untuk membangun pabrik minuman ringan. Bahannya dari Cincau. Akhirnya pabrik itu berdiri di Malaysia. Awalnya memang tidak mudah. Banyak sekali hambatan. Maklum produk baru. Belum dikenal di pasar global. Namun lewat 3 tahun sudah established.


Saya ke kantor GI. Dari lantai bawah saya langsung naik lift ke lantai 4, kamar kerja dirut dan Komisaris utama. Saat saya masuk di ruang tunggu direksi ada wanita berambut panjang sebahu. Dia tersenyum. Saya cuek aja. Langsung masuk ke Kamar Kerja Lina. “ Mana dirut Anak perusahaan dari Malaysia.? “ kata saya seraya masuk ke toilet kamar kerjanya.


“Itu di luar, di ruang tunggu. Dia sudah tunggu bapak lebih 1 jam “ Kata Lina segera keluar panggil dirut itu. 


Saya keluar dari toilet. Saya terkejut. Ternyata wanita yang duduk di ruang tunggu tadi Dhea. Kenapa dia berubah. Engga keliatan lagi wajah kampung. Dia mengenakan blaser. Cocok sekali untuk tumbuhnya yang tinggi semampai. Saya pikir dia lebih cantik dari cewek brazil. Walau hitam tapi hitam manis.


Saya duduk di sofa menghadap Dhea. Di sebelah saya Lina. Dhea menunduk. “ Kamu kan mau ketemu saya. Katanya penting. Ada apa ? tanya saya. Dhea tetap menunduk. Saya diamkan saja. Setelah lewat 3 menit. Saya angkat bahu ke pada Lina.


“ Bu Dhea. “ Seru lina. “Ini bapak. Katanya mau bicara. Ayolah bicara. Waktu bapak engga banyak” lanjut Lina. Dhea tetap menuduk saja.


“ Ibu Dhea. “ Kata Lina dengan sedikit keras. “ Ada apa sih kamu? Bicaralah.? Lanjut lina. Saya kasih kode lina untuk keluar ruangan. Akhirnya Lina keluar. Tinggal saya dan Dhea saja. Dia salami saya dan cium punggung lengan saya. “ Gimana kabar kedua orang tua kamu? Tanya saya.


“ Baik baik saja om. Tinggal sama Dhea di KL.”


“ Adik kamu tinggal sama kamu juga kan?


“ Ya om. Yang satu sudah kuliah tingkat dua di Universitas di Malaysia dan satunya lagi masih SMU juga di KL. Tahun depan dia akan masuk universitas juga.” Kata Dhea. Dia hanya sekilas menatap saya dan kemudian menunduk lagi.


“ OK. Ada apa Dhea.? Katanya mau ketemu Om.”


“ “ Dhea rencana mau ajukan proposal ke holding untuk ekspansi bisnis Algae."


“ Coba ceritakan sedikit. Apa bisnis kamu itu. Saya beri waktu 5 menit. Kalau bisa yakinkan saya. Kita move forward. “ kata saya.


Dhea perbaiki duduknya. Sepertinya dia bersiap untuk menjelaskan rencananya dengan singkat dan padat.


“ Dengan populasi dunia yang diproyeksikan mencapai 9,7 miliar orang pada tahun 2050, tidak ada solusi pangan saat ini yang dapat digunakan untuk memenuhi peningkatan permintaan nutrisi yang diharapkan. Selama waktu yang sama, hasil pertanian diperkirakan akan sangat terpengaruh oleh perubahan iklim, dan itu berdampak kepada berkurangnya produksi pangan.  Jadi ada pasar besar yang tumbuh berkelanjutan namun sumber daya terbatas. Solusinya adalah penggunaan Algae sebagai sumber pangan yang kaya nutrisi. Pasarnya pasti sangat besar. Ini soal kemanusiaan. Mengatasi kelaparan akibat perubahan iklim” Kata Dhea.


" Lebih spesifik ? tanya saya.


" Contoh, protein hewani, terutama susu dan daging, memang sumber utama protein yang paling banyak dikonsumsi. Namun,tidak sustain karena  dampak negatifnya terhadap kesehatan manusia. Protein nabati seperti Kedelai, kacang-kacangan, dan CPO bisa sebagai alternatif . Namun penanamannya secara monoculture dalam skala besar bisa merusak ekologi dan menguras sumber daya air. Nah,  protein alga, alternatif yang paling relevan. Alga memiliki laju pertumbuhan yang tinggi, efisiensi fotosintesis yang tinggi, dan konsumsi air yang rendah, dan tidak memerlukan lahan untuk pertumbuhannya.


Era sekarang dan selanjutnya orang makan untuk sehat. Produk yang dihasilkan dari Algae merupakan nutrisi tambahan yang memungkinkan orang tidak perlu makan banyak. Bahan baku Algae melimpah di Indonesia, Maklum kita kan negara kepulauan. Potensi laut kita sangat besar untuk algae. ” Kata Dhea.


Saya tertegun. Praktis dan taktis. 


“ Ok, itu saya sudah paham soal Algae. Produknya apa ? 


“ Saat sekarang yang ada Lipid, karotenoid, karagenan, Alginat, protein Alga, tetapi akan terus berkembang produknya tergantung hasil riset. Pasarnya terus tumbuh untuk kebutuhan industry makanan dan minuman, bioplastik, biofuel, pharmasi dan lain lain. ” Kata Dhea.


“ Bagaimana dengan tekhnologi ?“ tanya saya.


“ Dhea punya relasi di luar negeri. Dhea udah berhubungan lebih 1 tahun. Dia PHD bidang riset algae. Dari dia, Dhea  sudah dapatkan informasi lengkap bagaimana potensi Algae itu. “ Kata Dhea menyerahkan proposal. Lumayan tebal. Saya tahu ini kajian akademis. Perpect.  “ Dhea juga udah lakukan desk riset. Baik sumber dayanya, tekhnologi maupun market nya” Lanjut Dhea menyerahkan business plan.


“ OK, tetapi itu kan baru desk riset. Untuk memulainya, kita perlu produk yang sudah lolos eksperiment dan pilot project. “ Kata saya.


“ Ini ada perusahaan riset yang sudah sukses kembangkan beberapa produk dari algae sampai kepada tahap eksperimental. Termasuk budidayanya. ” Kata Dhea menyerahkan dokumen profile perusahaan target itu. “ Namun mereka tidak ada uang untuk membuat pilot projek, khususnya biofuel. Mereka setuju lepas saham untuk dapatkan pembiayaan.” Kata Dhea.


Saya tatap lama Dhea. Sampai dia salah tingkah. “ Om setuju. Mari kita proses peluang ini. Team Business Development Group Yuan Holding akan dilibatkan secara penuh untuk mem follow up rencana bisnis ini. Dan kamu jadi ketua Team nya. “ Kata saya. Dhea terharu. “ Terimakasih om. Dhea janji akan kerja keras.” Katanya mengusap airmata haru.


Untuk obsesi Dhea,   Yuan akuisisi perusahaan riset Algae senilai USD 100 juta. Dan kini masih terus dikembangkan untuk siap launcing tahun 2026. Rencana tahun 2027 dimulai pembangunan proyek teritegrasi dari budidaya, industry pengolahan beragam downstream Algae. Saya terus berdoa semoga baik baik saja. Kalau proyek ini sukses, itu berkat Dhea, srikandi Indonesia yang bisa menjadikan sumber daya ibu pertiwi untuk pangan dan energi. Bukan hanya untuk indonesia tetapi dunia. Benarlah Indonesia merdeka, berkat rahmat Tuhan.


***


“ Kalau benar potensi Algae ini besar dan sangat prospektif. Kenapa engga dilirik konglomerat dan BUMN “ demikian kata Florence. Pertanyaan sejenis itu sering saya dengar bukan hanya dari orang awam, bahkan dari akademisi. Wajar pertanyaan itu ada. Apalagi posisi Florence sebagai komut GI. Dan logika sederhana itu muncul dari persepsi yang sudah terbentuk. Bahwa konglomerat itu orang pintar dan hebat. Sama halnya persepsi tentang pemerintah, bahwa hebat dan pintar, tanpa cela.


“ Mau tahu alasan gua ? kata saya. Florence mengangguk


“ Sampai kini produk yang tidak kenal resesi adalah pangan. Terbukti untuk kebutuhan domestic, kita harus impor beras, gula, gandum, kedelai, bahkan garam. Bahkan China pun masih impor pangan. Harganya dari tahun ke tahun  terus naik. Engga pernah turun. Jadi kalau kita orang bisnis, tentu yang jadi dasar kita bergerak kan market. Nah market domestic dan international untuk pangan itu sangat besar. Maklum penduduk kita nomor 5 terbesar di dunia.


Namun untuk bisa berproduksi pangan dengan skala modern yang efisien, memerlukan tekhnologi dan kreatifitas. Memerlukan komitmen yang kuat menjaga proses sustainable produksi. Memerlukan visi besar untuk berani membuat keputusan dalam hal R&D. Nah hal itu yang tidak ada dalam mindset konglomerat dan pemerintah. Mereka ogah repot.


Sekarang mari kita lihat investasi sector non tradable seperti ekstraksi sumber daya mineral seperti batubara, nikel, bauksit dan lain lain. Apakah ada investasi itu murni PMDN? Tidak ada. Semua investasi itu terafiliasi dengan luar negeri untuk hal market dan tekhnologi termasuk modal.  Contoh sederhana aja. CPO itu 90% terhubung dengan Singapore dan Malaysia.Baik sebagai offtaker maupun modal. Nikel, 90% terhubung dengan China, baik tekhnologi, modal maupun market


Jadi baik BUMN atau pemerintah maupun konglomerat tak lebih adalah komprador alias broker sumber daya. Dan pekerjaan sebagai broker itu tidak perlu sekolah tinggi, Engga perlu pintar amat. Engga ada resiko. Engga perlu kerja keras. Yang diperlukan adalah bacot. Ya lobi politik dan kekuasaan. Untung terbesar ada pada asing, yang tentu konglo dan pejabat pemerintah sukses tajir melintir dibandingkan rakyat kebanyakan.


Saya tidak menapik pemerintah atau konglomerat itu hebat. Saya akui mereka hebat dan pintar. Kalau engga hebat, mana mungkin mereka segelintir bisa kuasai 90% sumber daya negara. Namun not enough smart. Mengapa ? 90% rakyat yang tidak menikmati sumber daya ekonomi itu harus menanggung resiko kenaikan harga harga, polusi udara, dan rusaknya lingkungan. Kapanpun mereka bisa jadi ancaman sosial dan chaos politik. Kalau chaos terjadi, maka terjadilah. Yang segelintir itu digulung oleh mayoritas. Bukan soal iri, tetapi soal perut.” Kata saya.


“ Ok gua paham.” Kata Florence.  “ Terus mengapa harus akuisisi perusahaan riset algae “ 


“ Ya kalau ingin mengembangkannya dalam skala downstream industries yang beragam product dan terintegrasi  maka riset sangat penting. Nah kalau kita riset sendiri kan butuh waktu lama. Lebih baik beli aja yang sudah ada. Terus kembangkan sendiri. Itu akan lebih cepat. “ 


“ Tapi biaya akuisisi mencapai USD 100 juta. “ kata Florence mengerutkan kening. Saya senyum aja. Harga itu udah termasuk SDM yang punya talenta dan passion. Itu harganya tidak ternilai, apalagi sainsitis yang peduli dengan masa depan bumi. Saya tidak mau menjelaskan alasan dibalik keputusan akuisisi itu. Ini soal visi. Hanya saya yang paham visi itu. Dan semua orang Yuan harus bekerja dengan visi saya. Semoga 3 tahun lagi bisa mulai pembangunan proyek. Rencana di indonesia Timur dan Newzealand.

Sunday, September 22, 2024

Berkorban

 


Tahun 2019 setelah selesai restruktur utang SIDC, saya sempatkan ke Shanghai untuk meninjau Sub Holding SIDC HighTech. CEO nya adalah Risa. Kebetulan saat saya datang. Dia sedang business trip ke Beijing. Tidak ada masalah. Karena saya hanya sekedar ingin lihat suasana kantor setelah pindah ke Zhangjiang Hi-Tech Park di distrik Pudong.  Staf perwakilan SIDC di Shanghai janji akan temanin saya. Namun setelah saya tunggu sampai jam 10 pagi di Hotel. Dia belum datang. Saya juga tidak mau telp. 


Dari Hotel, saya naik taksi ke alamat kantor SIDC HighTech. Saat itu asam lambung saya terasa naik. Selama sebulan menyelesaikan proses restruktur. Saya memang kurang tidur dan tidak cukur jenggot dan kumis. Saya kirim pesan singkat ke staf perwakilan SIDC. Saya tunggu dia di lobi kantor. Sampai di alamat. Saya tunggu di lobi. Di sebelah saya duduk ada wanita. Penampilannya sederhana. Berkacamata baca.


 “ Anda juga mau melamar ? tanyanya. 

Saya menoleh “ Ah engga. Tunggu teman” kata saya dalam Bahasa inggris. 


“ Darimana asal anda. “ tanya pakai Bahasa inggris.


“ Indonesia.”


Saya tahu dia perhatikan sekilas penampilan saya. Saat itu saya mengenakan celana denim hitam dan kaus dengan berbalut jacket penahan dingin. Dia terdiam. Tidak hendak lagi bertanya. Saat itu terasa keringat dingin membasahi tubuh. Saya tahu ini tanda puncaknya asam lambung. Entah mengapa saya tidak ingat lagi. Saya baru sadar setelah ada di rumah sakit. Yang pertama saya lihat wanita yang tadi bertemu saya di lobi kantor. “ Anda yang bawa saya ke Rumah sakit? Tanya saya.


“ Ya. “ katanya dengan wajah kawatir. Tak berapa lama dokter datang. Setelah 3 jam di UGD, saya di izinkan pulang. Saat saya akan bayar bill. Pihak Rumah sakit memberi tahu bahwa saya atas jaminan dari wanita itu. “ CC dia udah kami deduct. Payment sudah settle” kata petugas RS.  Saya berusaha mengejar ke lobi Rumah sakit. Ternyata wanita itu sudah tidak ada.


Saya segera ke kantor SIDC HighTech lagi. Wanita itu sudah tidak ada. Tetapi Xiaobin, kepala perwakilan SIDC Holding di Shanghai ada di lobi bersama staf SIDC HighTech. Dia terkejut. “ Maaf. Saya datang ..” kata Xiobin berusaha ingin jelaskan alasannya terlambat. Tapi saya cepat kibaskan tangan. “ saya minta kamu cari wanita yang tadi mau wawancara di kantor ini. “ 

“ Kenapa ? 

“ Dia pasti batal panggilan wawancara hanya karena bantu saya ke Ruma sakit. “ Kata saya.

“ Oh maafkan saya.” Katanya dengan nada menyesal.

“ Xiobin, bisa engga kamu berhenti minta maaf. “ Saya mulai kesal. “ Cari wanita itu.” Kata saya agak tinggi tones. 

“ Siap pak. “

“ Kalau begitu kita langsung ke ruang direksi. Bapak tunggu di ruang itu dan saya cari wanita itu.” Kata staf SIDC HighTech. Kami langsung pergi ke ruang direksi.


Setelah menunggu 1 jam. 

“Pak, Seru staf SIDC HighTech yang datang bersama Xiobin . Mereka membungkuk depan saya. “ Memang ada satu pelamar yang tidak ikut wawancara. Dia sudah dianggap gagal.” Kata Xiobin.

“ Kamu ngerti engga. “ Kata saya mengerutkan kening. “ Saya engga butuh alasan. Dapatkan wanita itu dan bawa ke depan saya. “ kata saya keras. 

“ Siap pak.” Kata Xiobin.


20 menit kemudian. Mereka berdua datang lagi. “ Saya udah telp tetapi telp tidak diangkat.  Saya juga telp nomor pengganti,  saudaranya. Malah dijawab tidak tahu. ”  Kata Xiobin.


“ Ok antar saya ke hotel. “ Kata saya. Xiobin segera siapkan kendaran. Saya berusaha menenangkan diri. Asam lambung saya terasa lagi. Lebih baik saya istirahat di Hotel. Makan obat penenang. 


Selama proses negosiasi restruktur utang, saya hadapi dengan tenang tanpa perlu obat penenang. Padahal serangan datang bertubi tubi dari segala penjuru mata angin. Tetapi menghadapi situasi ini saya tidak siap. Untuk apa semua yang telah saya raih kalau kenyataanya  ada orang yang baru saya kenal dan tidak tahu siapa saya, begitu saja berkorban untuk saya. Dan saya tidak berterimakasih.


Sampai di Hotel.

“ Temukan wanita itu dan bawa ke hadapan saya. Gunakan semua sumber daya SIDC untuk itu. Paham” kata saya kepada Xiobin. Dia membungkuk ‘ Siap.” Katanya dan berlalu.


Jam 10 malam saya terbangun karena bell kamar hotel. Itu artinya saya tidur 5 jam.  Xiobin datang dengan wajah lelah. “ Tadi sore  ada pegawai SIDC antar hp ke Satpam. Dia temukan hape di depan lobi. Ternyata itu hape wanita itu. Mungkin terburu buru dan hape itu terjatuh saat mau bawa anda ke RS.” Kata Xiobin.


“ Semua miss call kami telp balik. “Lanjut Xiobin. “ berharap itu telp dari wanita itu. Yang sedang berusaha cari hapenya. Ternyata dari debt collector. Terkesan kasar sekali. Nomor telp daruratnya juga kami telp. Ternyata mantan pacarnya. Dia juga tidak mau beri informasi apapun dimana keberadaan wanita itu. “ Kata Xiobin


Saya termenung. Duh Tuhan. Ternyata dia dalam keadaan tidak baik baik saja. Tentu panggilan wawancara itu bagaikan cahaya dalam gelap. Namun dia tinggalkan cahaya itu hanya karena ingin menolong saya. Sebetulnya dia bisa saja panggil Satpam. Toh dia baru kenal saya dan itupun tidak direncanakan. Memang pilihan yang sulit dipahami. 


Saya membayangkan diri saya. Hidup saya terutama dalam bisnis selalu hitungannya laba rugi diatas rasionalitas. Tidak mungkin saya mau deal dengan orang baru kenal. Bahkan kenal setahun pun belum tentu bisa qualified. Tetapi wanita ini, dia melepaskan sesuatu yang pada waktu bersamaan dia sangat menginginkan. Tanpa pemahaman cinta dan kemanusiaan yang dalam, tidak mungkin dia bisa bersikap seperti itu.


“ Pak, ini hape nya. “ kata Xiobin menyerahkan hape itu ke saya. “ Bagian HRD sudah kirim email ke wanita itu untuk kesempatan wawancara kapan saja dia mau.Moga besok dia datang dan bapak bisa ketemu dia ” Lanjut xiobin. Saya lega mendengar kata kata itu. Artinya ada harapan.


“ Ya udah.Kamu boleh pulang. Besok pagi jam 7 udah ada di sini. Paham” kata saya. Xiobin membungkuk.


***

Jam 12 malam telp dari hape wanita itu bergetar. Saya segera terima pangggilan itu. “ Ni hau “ terdengar suara wanita.


“ Ini bukan hape saya. Tetapi hape wanita yang tertinggal di kantor SIDC.” Kata saya dalam Bahasa inggris.


“ Ah ini saya. Hape saya“ teriak wanita itu. Puja puji Tuhan. 


“ Dimana anda sekarang. Apa bisa saya bertemu. Saya yang tadi anda antar ke RS” kata saya cepat.


“ Saya sekarang di Hobey. “ 


“ Oh anda tidak tinggal di Shanghai” 


“ Saya tinggal di Shanghai. Kebetulan tadi saya terburu buru pergi tinggalkan anda, karena dapat kabar ibu saya sakit keras di Hobey” Katanya.  


“ Terus kapan ke shanghai ?


“ Walau saya dapat lagi peluang wawancara di SIDC tetapi saya belum tahu kapan bisa ke shanghai.” Katanya.


“ Boleh tahu. Siapa nama anda?


“ Panggl aja Lisa. “


“ Saya B. “ Kata saya cepat perkenalkan diri. “ Ok Lisa, anda dmana sekarang ?


“ Di Rumah sakit. “ Katanya seraya menyebut nama Rs. Saya catat di notes. “ Malam ini saya ketempat Anda. Tunggu” Kata saya. 

“ Tidak perlu repot. Biar saya sendiri yang jemput hape itu. “ Katanya.


“Berapa nomor hape kamu?


Dia sebutkan nomor hape yang bisa dihubungi. Segera matikan telp. Dan hubungi Xiobin. “ Kamu ke hotel. Kita pergi ke Wuhan malam ini” kata saya. Tak lebih 20 menit. Xiobin sudah datang jemput saya di Hotel untuk segera ke Hobey.


Butuh 9 jam lebih perjalanan dengan kendaraan kami sampai di Hobey. Kami langsung ke RS. Saat itu jam 10 pagi. Sebelum sampai RS, saya sudah telp Lisa. Saat saya sampai RS, Lisa sudah menanti di lobi. Dia terkejut Ketika melihat saya turun dari limo empat pintu. “ B. “ Sapanya. Saya segera serahkan hape kedia.


“ Mana orang tua kamu. Bisa saya menemuinya? 


“ Mari saya antar” kata Lisa.


Saya tahu ini keluarga miskin. Tentu lisa satu satunya anak yang sarjana. Berharap Lisa sebagai solution provider. Setelah melihat sebentar saya permisi pergi.


***

Sebulan kemudian saya dapat telp dari Lisa. “ Utang saya kepada debt collector sudah kamu lunasi. Ibu saya sudah sehat. Itu berkat 30% biaya operasi yang harus ditanggung pasien peserta asuransi  jaminan sosial,  kamu yang bayar. Saya diterima di SIDC sebagai pekerja magang. Moga tahun depan saya bisa lulus dan bisa ikut management train. Doakan ya” katanya dengan suara menahan tangis. Padahal yang bayar Xiobin semua. 


Dari Xiobin saya tahu, lisa terjebak debt collector karena harus menanggung ibunya yang sakit sakitan. Dari kecil dia sudah yatim. Ayahnya meninggal dalam kecelakaan kerja. Saat kuliah dia kerja serabutan untuk bisa selesai kuliah. Setamat kuliah dia kerja di pusat logistk sebagai driver forklift. Dan kalaupun Lisa diterima kerja, itupun karena dia qualified. Bahasa inggris nya bagus. Itu syarat utama bisa kerja di MNC. Dia sarjana Finance. 


“ Jaga diri kamu baik baik ya lisa.” 


“ Ya. “ katanya dan akhirnya suara tangis terdengar. “ Kamu terlalu baik padahal kita baru kenal dan kamu tidak tahu apapun tentang saya.” Katanya dengan suara tangis.

“ Saya akan doakan kamu selalu.” Kata saya mengakiri telp.


Tahun 2023 Lisa lulus program management train. Dia berkerja di kantor Perwakilan SIDC di Beijing. Januari 2024 saya diminta oleh SIDC memberi wajangan kepada team M&A Telekomunikasi and IT yang baru dibentuk dan sekaligus kenalan. Acara diadakan di Singapore. 


Wilson dan Tom kenalkan anggota team yang akan terlibat dalam program M&A Binis telekomunikasi. Lisa terpilih sebagai salah satu anggota team. Dia memang hebat. Dia udah jadi team Elite SIDC. Saya hanya sempat bicara lima menit. Karena harus segera memberikan ceramah. 


" Dalam dunia bisnis khusus pada M&A, ada istilah holy pig.  Istilah ini hanya hidup di kalangan pemain hedge fund. Anda semua tahu. Babi itu kalau diternak. Makanya rakus. Dan cepat sekali gemuk. Manfaatnya engga ada kecuali untuk disantap. Kalau di hutan. Juga sama. Makan rakus. Dia tidak bisa lincah walau larinya kencang. Mudah dimangsa oleh predator. Karena males berjuang mempertahankan diri. Jadi paham ap aitu holy pig


Kalau dalam konteks korporat. Itu di istilahkan kepada perusahaan yang leverage tinggi tapi laba rendah. Kok lucu? Kenapa mudah dapatkan pinjaman. Padahal laba rendah. Investor atau kreditur tidak melihat kepada laba. Tetapi melihat dari cash flow. Secara bisnis perusahaan itu bagus. Market bagus. Resource bagus. Yang engga bagus hanya management dan SDM. Kalau diberi utang, ia akan terus menciptakan arus kas. Nah arus kas ini menguntungkan bagi bank.


Ya namanya holy pig, kan bego dan rakus. Dia tidak akan pernah menyadari kebodohannya. Bahwa kemudahan berhutang itu ada batasnya. Karena lambat laun akan sampai kepada ketergantungan. Kalau engga ngutang engga bisa bayar utang. Engga bisa pesta dan bergaya seperti lenggok pinggul babi yang gemesin. 


Nah kalau leverage semakin tinggi. Oleh pemain hedge fund, para banker dan kreditur di lobi agar mengurangi arus utang. Otomatis Holy pig akan kelimpungan. Saat itulah pemain hedge fund menawarkan too good to be true lewat shark loan. Biasanya holy pig tidak pernah mikir Panjang. Maklum dalam benak holy pig pesta never ending. Uang bisa menyelesaikan masalah. 


Lambat laun ketergantungan kepada shark loan berubah jadi proses hostile TO. Biasanya pemain hede fund tidak akuisisi dengan uang cash. Tetapi lewat LBO. Pihak bank dan kreditur  yang pegang collateral di beri swap asset oleh pemain hedge fund. Aset pun bukan real tetapi sintetik  (  structure fund). 


Setelah selesai dia akuisisi, asset real berupa collateral itu di jual untuk dapatkan uang tunai. Ini disebut rasionalisasi. Nah dengan neraca ramping, otomatis biaya tetap berkurang.. Baya operasi jadi efisien. Tentu mudah dapatkan laba tinggi. Memang secara bisnis tidak ada yang salah. Yang salah adalah mindset dan management. Sehingga mudah masuk debt trap.


Dalam konteks negara juga sama. Ada negara yang punya potensi besar. SDA melimpah. SDM besar. Namun leverage nya tinggi sekali. Padahal rasio pendapatan pajak rendah terhadap PDB. Secara makro ekonomi tidak ada masalah. Makanya mudah aja ngutang. Yang masalah adalah mindset pemimpin dan elite nya brengsek dan bego. Biasanya kreditur atau investor strategis ada dibalik underwriter surat utang dan foreign loan. Mereka itu dengan mindset hedge fund player, memberikan syarat untuk kepentingan afiliasinya.


Para elite kekuasaan di pressure secara mental. Kalian buka IUP tambang. IUP yang sudah rusak serahkan ke ormas agar secara politik bisa redam kemarahan masyarakat. Jangan belanjakan uang untuk riset pertanian tetapi buka kran impor pangan. Kalian pakai uang utang untuk perkuat Cadev agar kurs menguat sehingga kalian bisa bayar utang. Jangan cabut insentif pajak bagi program hilirisasi, tetapi naikan PPN. Jangn masuk ke Indusri, cukup hilirisasi aja. Kalau harga harga naik jangan intervensi pasar. Tetapi beri bansos.


Negara tidak bisa berbuat banyak. Karena dia udah jadi holy pig. Hanya yakin kekuasaan bisa bertahan karena uang. Dan sumber uang adalah hutang. Kelak sampai pada batas tidak bisa lagi berhutang. Ya tinggalkan.  Ekonomi akan chaos. 


Setelah itu barulah aksi Srigala. Todong  lewat skema SAP, special adjustment program. Semua aturan menguras sumber daya dibuat mudah dan di privatasi, agar bisa bayar utang. Itulah yang terjadi pada Venezuela. Negara penghasil migas terbesar dunia dan pernah berjaya sekian decade, kini jadi negara gagal tanpa hope. Bagitu juga dengan negara berkembang lainnya. 


Terakhir dan pesan dari saya. Orang kuat bisa mengalahkan lawannya. Orang perkasa, menghancurkan lawannya. Sementara orang hipokrit mengekor kepada orang kuat dan perkasa. Namun orang cerdik  menaklukan orang kuat dan perkasa , mempecundangi orang hipokrit. Nah, orang yang tercerahkan, ia menaklukan dirinya sendiri sehingga selalu menang berhadapan dengan orang kuat, perkasa, hipokrit maupun orang cerdik. Jadilah orang yang tercerahkan. Perkaya spiritual. Jangan rakus. Hormati sains dan keraslah kepada diri sendiri selama melewati proses  " Demikian wajangan saya. Lebih kepada pencerahan. 


Saya perhatikan Lisa berlinang air mata mendengar wejangan saya.Dia Bukan hanya pintar tetapi hatinya mulia. Tentu Tuhan jaga dia. Hal yang tidak mungkin menjadi mungkin. Tidak ada pengorbanan tulus yang sia sia… 




Mengapa Hijrah ke China.

  Sore itu saya makan malam dengan Florence dan Yuni. Kebetulan Yuni ada business trip dari Hong Kong ke Jakarta. Yuni kini CFO Yuan Holding...