Sunday, May 01, 2022

Kembali ke fitrah


 


Dengan pakaian serba baru juga sepatu baru. Nurdin melangkah pasti kerumah Komariah. Komariah atau yang dipanggilnya " Diah",  adalah temannya semasa kanak kanak yang sekarang telah tumbuh menjadi wanita cantik. Setamat SMP mereka berpisah. Diah pergi merantau ke kota dan Nurdin juga merantau ke kota. Seakan mereka sepakat untuk meninggalkan desa tempat kelahirannya untuk mengejar impian di kota. Karena perbedaan kota tempat mereka merantau maka mereka jarang bertemu. Kecuali ketika hari raya Idul fitri. Di sinilah mereka bertemu untuk saling melepas rindu.

“ Wah kamu makin hebat saja , ya Din “ Diah tersenyum menatap Nurdin. Nurdin bangga akan dirinya.


“ Lumayan. Usahaku sebagai kontraktor di kota berjalan dengan baik “ Jawab Nurdin.


« Oh Kamu jadi pengusaha sekarang , ya ?


“ Ya. “ Nurdin berdiri tegak seakan ingin memperlihatkan semua yang dikenakannya kepada Diah. Namun Nurdin pun melihat hal yang luar biasa pada Diah. Pakaiannya yang nampak modis layaknya wanita kaya di kota kota. Diah melihat pancaran kekaguman pada diri Nurdin. Diah pun berdiri dari tempat duduknya dan melangkah ke luar teras rumah.


“ Aku sedang memikirkan untuk memperbaiki rumah ini. Setelah kemarin aku udah belikan orang tua ku kerbau dan sebidang sawah. “ Kata Diah.


“ Wah hebat kamu , Diah “ Nurdin kelagapan dengan apa yang sudah dilakukan oleh Diah terhadap keluarganya. “ Apa pekerjaan kamu di Kota ? Tanya Nurdin.


Diah menatap Nurdin dengan tersenyum “ Aku awalnya bekerja di Salon dan sekarang usahaku berkembang. Itulah aku. “ Diah seakan tanpa nada.


“ Oh, kamu memang beruntung “ Tak terduga Nurdin menanggapi kata Diah.


“ Kamulah yang lebih beruntung, “


“ Kamu ! “


" Kamu !.


“ Ah , sudahlah Din. Aku senang bisa ketemu dengan kamu. " Diah tersenyum. Seperti biasanya kemudian mereka asik berbicara dan selalu Diah terhibur karena Nurdin selalu membuat Diah tertawa.


Itulah kejadian tahun lalu ketika terakhir dia bertemu dengan Diah. Sementara tahun ini dia tidak bisa pulang untuk bertemu dengan Diah karena dia terkurung dikesunyian kota yang lengang ditinggal mudik oleh sebagain penduduknya. Usahanya berdagang kaki lima sudah digusur oleh Pemda. Modal yang tersisa habis untuk makan. Sementara dia kini jadi tunanisma. Kadang tidur di emperan toko, di terminal bus, di stasiun. Ketika gema takbiran menyelimuti kota , Nurdin membayangkan kenangan indah bersama Diah di kampung. Mungkin , Diah sudah ada didesa dan berharap berjumpa dengan nya.


Tanpa disadari dirinya sudah di kelilingi oleh petugas Ketertipan Kota yang melakukan razia yustisi. Nurdin tidak bekutik ketika dipaksa naik kedalam Truk untuk diangkut. Gema takbiran semakin menusuk hatinya ketika truk melaju menuju Wisma rehabilitasi. Dia merasakan betapa tidak berartinya dirinya kini. Hidup menjadi sia sia belaka setelah sekian tahun mengadu nasip dikota. Kebohongan demi kebohongan sengaja dirangkainya bila pulang kampong. Cerita tentang suksesnya di kota selalu dikemasnya , terutama di hadapan Diah. Wanita yang sangat dicintainya.


Tak terasa kendaraan sudah sampai dipelataran pakir wisma rehabilitasi. Disana sudah banyak kumpulan orang orang yang berwajah muram. Mereka yang tertangkap itu terdiri dari para PSK, tuna wisma , gelandangan dan Nurdin adalah satu dari sekian orang yang tertangkap hari itu. Mereka menampakan sosok manusia yang kalah dan terhinakan dengan sikap para petugas yang menganggap mereka tidak lebih adalah sampah kota yang harus dibersihkan demi keindahan kota.


Semua yang tertangkap dalam operasi ketertipan hari itu dikumpulkan dalam satu aula dan mulai didata satu persatu. Kemudian mereka harus menanda tangani berbagai formulir yang mereka tidak paham. Katanya setelah itu akan dikembalikan kedesa asal atau ditransmigrasikan. Tapi kenyataannya , itu tidak pernah sepenuhnya dilakukan. Mereka hanya dijadikan alasan untuk menghabiskan anggaran ketertipan kota. Buktinya setelah beberapa hari kemudian mereka akan dibebaskan dan untuk kemudian akan ditangkap lagi bila ada operasi.


Nurdin hampir tidak percaya ketika pandangan matanya kearah seorang wanita yang duduk di pojok aula itu. Sekejap mereka beradu pandang dan kemudian satu sama lain berusaha untuk menghindar. Seakan darahnya berhenti mengalir ketika dilihatnya di pojok aula itu adalah wanita yang sangat dikenalnya. DIAH. Kini dia tidak bisa lagi berdusta dengan keadaan dirinya. Tapi bagaimana dengan Diah ? Mengapa dia ada disini pula?


Dengan langkah berat Nurdin mendekati Diah.


“ Diah? “ seru Nurdin lembut sambil jongkok. Diah menundukan kepala seakan hendak bersembunyi dari kenyataan yang ada. Lama sekali wanita itu menundukan kepalanya dan kemudian dengan lambat diangkatnya kepalanya. Wajah merekapun berada sangat dekat.. Tanpa terduga Diah langsung memeluk Nurdin.


” Din..” Seru Diah yang nampak menahan tangis “ Aku mau pulang Din. Kota ini terlalu jahat untuk orang orang seperti kita. “ Diah larut dalam isak tangis dipelukan Nurdin.


“ Ya., Diah. Kita akan segera pulang. Kota ini telah membuat kita berubah menjadi bukan diri kita yang sebenarnya.” Nurdin melepaskan pelukan Diah karena petugas menarik tangan Diah untuk segera didata.


“ Dia PSK. Kamu bisa carikan uang untuk kami Rp. 1000,000 dan wanita ini bisa segera kamu ambil. Nah , Kamu bisa segera pergi sekarang. “ Kata petugas itu yang seakan memperhatikan adanya peluang hubungan emosional antara Diah dan Nurdin.


***


Diah merasakan kebahagian yang teramat sangat setelah seminggu kemudian, Nurdin datang menjemputnya di panti rehabilitasi.


“ Kita langsung pulang ya Din. “ Nurdin tersenyum sambil mengenggam tangan Diah.


“ Terakhir aku merasakan genggaman hangat tanganmu ketika kita ada acara perpisahan sekolah.” Kata Diah tersenyum indah kepada Nurdin.


Langkah mereka terhenti di terminal bus keberangkatan ketika petugas polisi berpakaian preman menodongkan pestol kearah Nurdin. “ Itu orang yang merampas tas saya pak.” Kata seseorang kepada Polisi menujuk kearah Nurdin. Polisi itu kemudian memaksa Nurdin tiarap untuk diborgol. Diah menyaksikan kejadian itu dengan bengong. Matanya sempat melirik kearah Nurdin yang nampak meringis kesakitan ketika diborgol.


Diah langsug menghambur mendekap Nurdin sambil meraung. Polisi itu nampak terkesima dan seakan membiarkan peristiwa itu berlansung di hadapannya. Nurdin merapatkan kepalanya di pundak Diah sambil berkata “Yang harus kamu ketahui walau hidupku sangat sulit di kota namun aku tidak pernah mencuri. Ini baru kali aku lakukan karena aku tidak ada pilihan lain untuk membebaskanmu. Apa yang menimpa kita adalah karena Tuhan terlalu sayang kepada manusia seperti kita, yang tidak menginginkan kita terus dalam kesesatan. Pulanglah dan bertobatlah sekarang juga, jangan tunda sedetikpun. “


Diah langsung menyebut Istighfar berkali kali dan bersujud merapatkan pipinya ketanah seakan menghinakan dirinya dihadapan Tuhan. Seseorang yang tadi menunjuk Nurdin sebagai pelaku perampasan tasnya , mengangkat tubuh Diah dari sujud , yang kemudian menatap kearah polisi “ Pak tolong bebaskan orang itu. Saya ikhlas barang saya dirampas.” Polisi itu nampak bingung , apalagi Diah langsung sujud dikaki polisi itu sambil berkata “ Tolonglah bebaskan dia pak. Hanya dia harapan saya untuk menjaga saya dalam taubat saya. “


Karena kehendak Tuhan Polisi itu tergugah nuraninya menyaksikan perstiwa itu dan langsung membuka borgol Nurdin sambil berkata “ Besok kalau kamu ketangkap lagi maka saya langsung tembak kamu…”


Di dalam bus menuju pulang, mereka berdua tidak hentinya ber istighfar karena takut akan segala dosa dosa yang pernah mereka lakukan. Juga takut akan cobaan berat yang akan menimpa mereka. Bus melaju pulang seperti juga batin mereka pulang kepada hakikat manusia yang memang selalu diharapkan Tuhan kembali ke fitrahnya setelah terhanyut dalam kemaksiatan dan kebodohan…


Selamat hari raya Idul Fitri. 

Mohon Maaf lahir batin.

Saturday, April 30, 2022

Mbak Surati

 



Fajar datang aku sudah berada di pusat lelang ikan di dekat dermaga rakyat. Biasanya aku hanya beli satu keranjang kecil ikan kembung. Sebesar itulah  modalku anak usia 12 tahun berusaha mandiri. Keranjang itu aku bawa dengan angkutan umum. Sampai di terminal. Keranjang itu aku gotong ke pasar rakyat untuk di konsinyasikan kepada padagang. Hanya empat lapak saja untuk titipkan ikan itu. Salah satunya Mbak Surati.


 “ Ale, utang aku bayar semua ya. “ Katanya menyerahkan uang Rp 2000. 


“ Si anti memang sudah sembuh Mbak.” Kataku. Anti itu putrinya usia 5 tahun. Tadinya yang berdagang ibunya Mbak Surati. Tetapi setelah dicerai suaminya, Mbak surati pulang ke rumah ibunya yang janda. Usaha dagang ikan itu diambil alihnya. Ibunya merawat putrinya selagi dia dagang.


Setelah mengantar ikan ke pasar, aku bergegas pulang untuk berangkat sekolah. Pulang sekolah aku akan kembali ke pasar untuk ambil uang kepada pedagang. Begitulah keseharianku sejak masuk SMP.  


Suatu waktu aku dapati Mbak Surati tidak  ada di pasar. Aku bertanya tanya kepada pedagang yang ada di sebelah lapaknya. “ Dia sudah menikah lagi. Diboyong suaminya ke lampung utara. “ kata pedagang itu. Aku ikhlaskan uangku tersisa ditangannya. Aku berdoa semoga mbak Surati bahagia dengan hidupnya. 


Kelas 3 SMP aku bertemu dengan Mbak Surati setelah 2 tahun tidak jumpa. Dia dagang minuman pakai gerobak di ujung jalan pemuda, Tanjung karang. “ Ale, masih dagang ikan?


“ Engga lagi mbak. Aku bantu paman dagang pakaian di pasar Bambu Kuning.”

“ Yalah. Paman kamu kan orang kaya. “

“ Ya pamam saya perlu ajarkan saya berdagang. Katanya untuk bekal saya nanti”


Aku perhatikan wajah mbak Surati nampak lebih tua dibandingkan dua tahun lalu. Badannya kurus. “ Anti tinggal sama adikku di Serang. Ibuku juga tinggal di Serang” katanya. Aku mengangguk.  Setiap sore aku bantu mbak Surati melayani pelanggannya. Begitulah sampai pada satu hari, aku tidak menemui mbak Surati dagang. Hilang. 


Enam bulan kemudian, aku bertemu mbak Surati di dekat stasiun kereta. Saat itu aku mengantar sedara ke stasiun untuk kereta jurusan Palembang. Dia berdiri dekat rel. Walau remang remang tapi aku cepat mengenalinya. “ Mbak Surati? Tegurku.

“ Eh Ale “ katanya canggung. 

“ Ada apa disini mbak ?

Dia terdiam lama. Akhirnya dia bersuara juga “ Aku jadi lonte” katanya. Tetapi pakaiannya biasa saja. Tidak menggoda seperti lonte yang ada di sekitar stasiun itu. 

“ Mbak sudah makan ?

Dia terdiam. Aku tahu dia belum makan. “ mbak kita makan di pasar bawah itu. Ayo ikut aku. Aku ada uang “ kataku.  Mbak Surati ikut langkahku menjauh dari stasiun itu. 

“ Enam bulan lalu mantan suamiku datang. Dia mau aku kembali. Ya aku ikut. Apalagi dia janji akan perlakukan aku dengan baik baik. Tetapi setelah uangku semua habis, dia jual aku. Awalnya aku malu dan marah. Tetapi lambat laun aku menikmati. Hidup seperti ini lebih baik  daripada punya suami melumat hati dan ragaku, dan menghinaku. “ kata mbak Surati dengan airmata berlinang. Aku terdiam. 


“ Eh kelas berapa kamu sekarang Ale?Kata mbak Surati kemudian dengan wajah cerah.

“ Kelas 3 SMP mbak. “

“ Kamu anak yang pintar Ale. Kamu pasti jadi orang hebat nanti. 

“ Doain ya mbak. 

“ Tentu. “


Udah makan saya harus pulang mau kerjakan PR. “ Mbak jaga kesehatan ya” kataku. 


Selama lebih sebulan. Aku melihat Mbak Surati di pinggir rel. Seperti malam-malam sebelumnya, ia selalu muncul dengan gaun sederhana, kakinya jenjang, berdiri menunggu seseorang datang. Aku melihat garis pedih dan hitam. Aku bisa melihat semua yang hendak disembunyikannya. Masa lalunya yang penuh kesedihan, suaminya yang mengusirnya, setelah menjualnya. Ia seperti dikutuk kecantikannya. Kusampaikan kekawatiranku. Tapi ia hanya tertawa. ”Kenapa mesti takut? Berkali-kali aku kena garuk. Aku tahu bagaimana caranya mengatasi,” katanya. ”Aku cuman perlu memberi sedikit kesenangan pada para petugas itu.”


***

Aku ceritakan semua tentang mbak Surati kepada ibuku. “ Nak, kamu tahu ? Kata Ibuku. Jembatan sorga itu ada pada perempuan. Ia adalah ibumu, istrimu, anak perempuanmu, saudara perempuanmu, keluarga dekat dan jauh perempuanmu. Jembatan itu sangat tipis.  Mudah membuatmu tergelincir. Itu membutuhkan kesabaran agar seimbang. Butuh kekuatan. Itu akan jadi bebanmu sepanjang usia. Jadilah pria sesungguhnya. Upayamu mencari rezeki dengan niat melaksanakan tanggung jawab Tuhan itu, setiap tetes keringat itu akan menjadi doa yang sangat Tuhan suka. Membuat hal yang sulit jadi mudah, yang tak mungkin jadi mungkin, keberkahan harta membuat tubuhmu sehat dan rezeki lapang. Itu janji Tuhan.


“ Sayang” Kata ibuku seraya membelai kepalaku dengan cinta tulus. “ Tuhan tidak membebani wanita untuk menjaga pria, tetapi,  Tuhan mewajibkan pria untuk menjaga perempuan. Begitu agama mendidik para pria. Tanggung jawab pria itu dihadapan Tuhan sangat berat. Dia harus bertanggung jawab kepada perempuannya. Itu tanggung jawab seumur hidup. Jaga suasana hatinya. Jangan keluhkan kalau berat dirasa ya sayang.”


“ Ya mak..”


“ Kalau tanggung jawab  pria di laksanakan dengan ikhlas, Rezeki mereka akan dimudahkan oleh Tuhan. Dan karena itu tidak perlu ada perempuan seperti Surati itu. “ kata ibu seraya memelukku


“ Mak boleh engga aku bujuk Mbak Surati untuk dagang ikan. Ambil di pelelangan. Jual di pasar.  Aku ada tabungan untuk modalnya“ Kataku. 


“ Kenapa ? Kata ibu tersenyum.


“ Dia temanku. “kataku. Ibuku mengangguk. “ Jangan rendahkan dia, dan jangan buat hatinya terluka hanya karena kamu nasehati dia. Perempuan itu sayang, bisa menerima apa saja , kecuali kata kata yang merendahkannya. Dan kamu rendahkan dia, Itu akan menyusahkanmu. Tuhan akan marah kepadamu. Jaga perasaannya ya” Pesan ibuku.


 " Walau kamu sekolah tidak pintar, tetapi hatimu mulia sayang. Amak tidak akan kawatir akan hidupmu kelak. Kamu akan baik baik saja. Tuhan akan jaga kamu" Sambung ibu saya.


Keesokannya aku cerita kepada ibu. Bahwa Mbak Surati menolak rencanaku. “ Tanggung jawabmu sudah selesai. Itu urusan  dia dengan Tuhan. Doakan saja, ya sayang “ 


Tanjung karang 1979

Source : Mydiary.

Saturday, April 23, 2022

Semangat berbagi


 


Di shenzhen saya janjian dengan teman. Dia sudah berkali kali minta ketemu dengan saya. Tetapi saya tidak ada waktu. Saatnya ada waktu, saya sempatkan bertemu. Saya sebut teman. Sebenarnya dia karyawan Spa. Pekerjaannya menager restoran khusus layanan lounge. Saya sering ngobrol dengan dia.


“ Ngapain sih ketemu wanita itu.” kata Wenny waktu saya sampaikan rencana mau ketemu Jian.


“ Dia sudah berkali kali dia minta ketemu. Mungkin ada hal penting yang dia mau sampaikan”


“ Emang mau bisnis apa ? Diakan manager restoran tempat spa”

“ Ya. “ Kata saya. Namun karena saya bersikukuh mau ketemu. Wenny mengalah juga. Dia antar saya ketemu wanita itu di kawasan Dongguan.


“ B, maaf ganggu waktu kamu. “ Katanya ketika kami bertemu di lounge hotel. “ Ini ada proposal. Mohon kalau ada waktu pelajari” Katanya seraya menyerahkan proposal kepada saya. Tidak tebal. Saya hitung hanya 8 lembar.


“ Kamu bicara aja. Ringkas aja. Apa isi proposal itu” Kata Wenny.


“ Begini. Saya ingin membuat restoran untuk mereka yang tidak punya uang. Mereka mungkin belum dapat kerjaan di Kota atau sedang proses mencari kerjaan baru atau siapa saja yang memang lapar  karena miskin. “ Kata Jian tersenyum.


“ Jadi kamu suruh kami keluar uang untuk orang makan gratis? Kata Wenny menegaskan.


“ Ya kak. “


“ Kamu pikir kami Tuhan? Tuhan aja engga begitu. Aneh” Kata Wenny. Saya diam saja.


“ Kak, saya paham. Proposal ini memang tidak masuk akal. Tetapi google juga gratis. Toh akhirnya mereka bisa hidup lewat ekosistem bisnis dari mereka yang butuh gratis informasi itu”


“ Google bukan makanan. Beda.” Kata Wenny sewot. Tapi Jian terus melihat ke arah saya. Berharap saya merespon. “ Ok nanti saya pelajari. Beri saya waktu seminggu. “ Kata saya.


***

“ Ada apa  sih kamu B. ? Ini China. Banyak orang diluar sana berdrama hanya untuk memancing emosi orang keluar uang. Apalagi dia wanita. Cantik lagi. Engga usah aja. Lupakan” kata Wenny waktu kami jalan pulang ke apartement. Saya diam saja.

Besok paginya ketika sarapan. “ Saya sudah pikirkan semalaman. Saya setuju dengan proposal Jian. Saya mau invest 2 juta yuan.” Kata saya.


“ hah..itu sama dengan USD 250 ribu. Gila? serius kamu? . Berapa lama uang sebanyak itu akan bertahan? . Paling lama sebulan habis itu uang.” Kata Wenny.


“ Ya. Tetapi saya yakin dengan proposal dia. “


“ B, ada apa sih kamu?


“ Wen, bantu sayalah. Dukung aja”


“ Engga bisa. “ Kata Wenny tegas. Saya diam saja.


“ OK” Kata Wenny kemudian. “ Izinkan team analis saya pelajari proposal dia. Gimana?


“ Wen, udah pasti ditolak oleh team kamu. Please..”


“Kamu naksir dengan Jian.” mata wenny melotot.


“ Duh engga begitu. “ Kata saya garuk garuk kepala. Lebih baik saya diam saja. 


Akhirnya malam hari sebelum tidur, Wenny berkata kepada saya. “ OK, saya dukung kamu. Saya akan keluarkan uang 2 juta yuan untuk jian. Tapi biarkan saya deal dengan dia. Bisnis proses tetap jalan sesuai strategi saya.”


“ OK setuju.” Kata saya 


***

Setahun kemudian, saya ke Dongguan ninjau pabrik SIDC. Saya didampingi WEnny. Usai ninjau pabrik. Wenny ajak saya makan di restoran. Ramai sekali pengunjung. Maklum makan siang. Usai makan, Wenny bayar bill dua kali dari bill yang ada. Kasir memberikan bunga sebagai ucapan terimakasih. Saya kaget, Yang lain juga saya perhatikan sama dengan kami. Membayar lebih dan dapat bunga mawar. 


Seorang wanita mendekati saya. “ B, apa kabar. Lama engga ketemu. “ Katanya. Ternyata itu Jian. Dia tersenyum melirik wenny.

“B, restoran ini sudah berkembang jadi dua. Dana operasi dibayar oleh donator. Tadinya memang gratis tetapi setelah 3 bulan, hasil dari donasi lebih banyak dari biaya menu dan operasi. Kami surplus.


“ Bagaimana bisa begitu?


“ Walau gratis namun Restoran didesign memang untuk kelas menengah. Kami tidak mencurigai siapapun yang datang. Kalau mereka tidak bayar itu artinya mereka tidak ada uang dan pantasi dapatkan makan gratis. Itu aja. Ternyata, ini mengundang empati orang berduit. Mereka tanpa sungkan bayar bill lebih untuk mereka yang tidak ada uang bayar bill. Mereka senang makan bersama orang miskin di tempat berkelas dalam suasana berbagi. itu aja. “


“ OH…” Saya melongo. 


“ Dan itu berkat kak Wenny. “ sambung Jian lagi.


“ Wenny? Saya kaget seraya melirik ke arah Wenny yang nampak tersenyum.


“ Ya. dia ubah konsep restoran, termasuk menu dan design ruangan. Menurutnya, kalau kita ingin berbuat baik maka jangan tanggung tanggung. Harus yakin dengan niat baik kalau ingin dapatkan empati dari orang baik.” Kata Jian


Saya tersenyum menatap Wenny.


“ Investasi kak Wenny sudah kembali empat bulan lalu. Kini restoran mandiri dan hidup serta berkembang dari seni berbagi.” Kata jian.


“ Terimakasih Wen” Kata saya waktu pulang ke apartement.


“ Kamu inspirasi saya, B. Maafkan saya kalau cepat reaktif. Terus arahkan saya jadi orang baik ya.” kata Wenny. Saya genggam jemarinya. Dia tersenyum


Friday, April 22, 2022

Impian ke kota

 






Hanya sekali saya beli baju melalui broker yang ada di Louho stasiun Shenzhen. Tetapi sejak itu, setiap saya ke shenzhen wanita itu selalu ada di depan gate. Dia bersegera mendekati saya. Dengan bahasa inggris sepotong dan bercampur bahasa Mandarin dia menawarkan apa saja. Ada banyak kartu nama di tangannya. Ada yang tawarkan Jas, baju, dan lain lain. Saya tahu itu semua barang falsu. Saat itu saya baru 6 bulan berbisnis maklon di China. Tepatnya tahun 2005. Walau saya tolak secara halus, namun dia tidak pernah kehilangan harapan menawarkan barang bila bertemu saya.


Satu waktu, saat musim dingin. Saya tidak melihat dia di gate. Rasanya saya merasa bersalah. Karena lebih 4 bulan, sejak saya beli baju dan dia terus menawarkan barang. Saya terus menolak halus. Kemana wanita itu? Saat akan menuruni tangga stasiun, saya melihat wanita itu duduk di pinggir stasiun. Dia berlari mendekati saya “ Tidak boleh dekat gate, Saya tunggu di sini saja. “ Katanya. Tetapi dia tidak menawarkan apapun. Saya tersenyum untuk membuat dia merasa nyaman.


“ Ada orang hitam perlu Hape. Dia sudah setuju dengan contoh saya beri. Tetapi dia minta dalam jumlah besar” Katanya. Saya tertegun. “ Saya bingung dapatkan modal untuk pembeli itu.” Lanjutnya.


“ Mengapa tidak ditemukan saja  langsung dengan penjual”


“ Saya sudah pertemukan. Tetapi penjual tidak percaya. Maunya bayar tunai. Orang hitam itu tidak bisa bayar tunai.” Kata Wanita itu dengan wajah bingung. “ Ah maaf, silahkan lanjut. Saya menganggu waktu anda” Katanya dengan terbata bata.


“ Engga apa apa. Bisa lihat contoh hape yang diminati itu” Tanya saya. Wanita itu mengeluarkan hape dari tasnya. Saya tahu itu blackberry yang hanya casing saja. Isinya sama dengan hape umumnya. “ Berapa harga diterima oleh pembeli ?


“ 200 yuan ( Rp. 200 ribu ) “


“ Berapa harga dari penjual ?


“ 50 Yuan ( Rp, 50 ribu).


Saya berpikir sejenak. “ Kamu tahu dimana penjual ini dapat hape ini? Kata saya. Saya ingin tahu sejauh mana network wanita ini. Kalau dia tidak tahu ngapain saya buang waktu.


“ Saya antar anda ketempatnya” kata wanita itu. Saya ajak wanita itu naik taksi menuju lokasi yang ditentukannya. Sampai di lokasi. Saya lihat itu hanya ruko. Di dalam ruko yang tertutup itu orang kerja merakit Hape. Kami bicara dengan pemilik ruko itu. Dari wanita itu saya tahu bahwa mereka dapat supply dari pasar gelap dalam bentuk terpisah. Mereka beli bukan unit terurai, tetapi hitungannya gramatur. Jadi antar mereka bukan transaksi part elektronik, tetapi bahan metal dari hape itu.


“ Kami jual per unit untuk contoh hape ini, 40 yuan” Kata penjual pemilik perakitan. Saya mengangguk.


Aha! ini peluang dapat keutungan dari bisnis underground di China. Bagi pemula seperti saya di belantara bisnis di China, ini cara mudah menggalang dana dengan modal pas pasan. “ Mari kita temui pembeli kamu itu.” Kata saya kepada wanita itu. Dia ajak saya ke hotel kecil di kawasan Dongmen. Memang pria Afrika, Baru saya tahu bahwa dia mau bayar pakai LC. Saya sanggupi supply. Permintaanya 20.000 unit hape atau 4 juta yuan atau Rp. 4 miliar.


“ Kita kerjasama mau? Kata saya kepada wanita itu sebelum teken kontrak dengan pembeli. Dia senang. “ Berapa komisi saya” katanya.


“ Walau biayanya lebih rendah karena kita langsung beli dari sumber pertama. Namun saya tetap beli dengan harga 50 yuan per unit. Artinya kamu dapat 10 yuan per unit. Untuk kontrak ini kamu dapat 200,000 yuan”


“ Hah..” dia terkejut mendengar jumlah fee yang akan dia terima.


“ Mau mau. “ Katanya membungkuk. 


“ Siapa nama kamu? Tanya saya. 


“ Xiawei.” katanya,. Usianya mungkin 20 tahun.


“ Nah kita bagi kerja. Saya akan bayar uang muka kepada penjual dan kontrak dengan pembeli. Tugas kamu awasi proses pengadaan itu sampai kepengapalan. Sebelum masuk doz kamu periksa. Pastikan nyala. Gunakan alat test quality ” Kata saya menyebut nama test elektoromagnetik. “ Beli alat itu. Pastikan semua baik. Paham”


“ Paham.” Katanya tegas.


“ Soal ekspedisi itu urusan saya. Ingat, kalau gagal sekali ini, saya hilang uang dan kamu hilang kesempatan. Bagi saya kamu sudah seperti sampah. Jangan lagi bicara bisnis dengan saya. Paham.” Kata saya. Dia mengangguk dan nampak serius menatap saya “ Saya akan kerja keras.”


***

Sesuai rencana, dalam sebulan saya sudah bisa delivery. Walau sarat eksport  FOB  namun LC itu usance,  yang bukan at sight. Artinya kalau pembeli setuju, saya dapat bayaran. Kalau dia tolak karena barang rusak atau tidak bisa dipakai, maka saya tidak akan dapat bayaran. Dengan harap cemas saya menanti tagihan LC itu cair. Ternyata dua minggu dapat kabar dari bank bahwa LC sudah dibayar. Saya sujud sukur kepada Tuhan.


Xiawei saya telp untuk datang ke kantor saya. Saya bayar tunai komisi dia. Dengan berlinang airmata dia terima uang itu’ Apakah saya sedang bermimpi” Katanya setelah menghitung uang yang dia terima.” Uang sebanyak ini bisa beli apartement saya. Tetapi saya tidak akan beli aparteman, Uang ini saya akan gunakan untuk modal. Nah selanjutnya anda tidak perlu keluar modal. Saya akan delivery setiap permintaan anda. Kita jadi mitra, Setuju? “ Katanya. Saya salami dia.


***

Tahun 2006 saya duduk di longe executive hotel shangrila Zhenzhen. Dari arah pintu masuk keliatan Xiawei bersama pasangan manula. “ B, kenalkan ini kedua orang tua saya.” Katanya dnegna bahasa inggris sempurna. Xiawei memang gunakan waktu yang sempit untuk belajar bahasa inggris.


Saya menyalami kedua orang tuanya. “ terimakasih anda sudah banyak membantu putri saya.”Kata ayahnya dalam bahasa mandarin. Saya mengangguk. Kami makan malam bersama. Ternyata Xiawei sudah siapkan table untuk kami makan.


“ B, ingat engga. Tahun lalu ketika awal kamu sukses shipment ekspor, kamu ajak saya makan malam disini. Seumur hidup saya tidak pernah membayangkan bisa masuk tempat semewah ini. Saya berjanji kepada diri saya sendiri. Kalau saya punya pabrik supply chain sendiri, saya akan ajak kedua orang tua saya makan di sini. Impian saya ketika berangkat dari kampung tiga tahun lalu, kini terjelma sudah. Itu karena saya betemu dengan kamu. “


" Putri anda memang hebat dan dia orang baik. Punya masa depan bagus" Kata saya dalam bahasa mandari sepotong potong. 


"  Saya tahu diri B. Kalau soal cantik, ada banyak wanita cantik di China. Saya apalah, hanya wanita kampung yang miskin. Hanya effort saya yang bisa mengangkat kehormatan saya, bukan lainnya. Kalau kehadiran saya menyusahkan orang lain, tidak menguntungkan , apa bedanya saya dengan sampah di jalanan. Wajar saja kalau orang buang saya. Bukan mereka salah, bukan karena tidak bermoral, tapi karena memang saya sampah.” Katanya sangat tahu diri. Karena itu dia bekerja keras dan menjaga kehormatan dirinya lewat kinerja.


Terbayang oleh saya. Selama awal awal berbisnis dengan saya, dia tidak pernah mau terima uang makan dari saya. “ Saya ada uang tabungan B, tidak perlu kawatirkan saya. Saya akan baik baik saja” katanya ketika saya temui di tempat pusat perakitan hape. Pernah saya lihat dia makan siang dari bekal yang dia bawa dari apartementnya. Sangat sederhana. Selagi makan dia terus awasi orang kerja. Sangat serius. “ Dia baru pulang setelah semua produksi masuk kemasan dan di seal. “ Kata boss perakitan itu. Itu artinya dia pulang selalu dini hari.


Xiawei memang berhasil membangun  pabrik casing hape. Dia dapat pasokan bahan baku plastik dengan dukungan modal kerja dan investasi dari program UKM pemerintah. Sehingga dia bisa beli mesin moulding dan melalui business process. Itu karena saya sebagai penjamin pasarnya. Kini, pabrik Xiawei semakin besar. Dia bukan hanya produksi beragam casing, tetapi juga produksi metal daur ulang dari sampah komputer dan hape. Sampai kini kami tetap bersahabat. Dia tetap bersahaja.


Pesan moral : Kalau Xiawei sukses itu memang karena effort-nya dan kompetensi dia sendiri. Kerja keras dan passion yang luar biasa, serta berpikir positip. Dia sangat menjaga kehormatan dirinya, dengan menolak pemberian di luar statusnya sebagai mitra saya. Dia punya dream. Makanya ketika dapat fee besar, dia tidak euforia sehingga konsumtif, tetapi dia gunakan itu untuk modal agar dia merasa equal bermitra dengan saya


Ingin jadi sahabatmu saja..

  “ Proses akuisisi unit bisnis logistic punya SIDC oleh Yuan sudah rampung, termasuk Finacial closing. Kini saatnya kita lakukan pergantian...