Saturday, October 08, 2022

Cinta seorang petarung

 




Desember tahun lalu saya pulang Kampung ke Maninjau, Sungai batang, Tanjung Raya. Sehari di kampung, saya sempatkan ke rumah Tan Malaka. Matahari bersinar lembut saat kendaraan menyusuri Jalan Tan Malaka sepanjang 50 kilometer, yang merupakan jalan provinsi terpanjang di Sumatra Barat. Jalan yang lurus itu melintang dari Jalan Lintas Riau Sumbar di Kota Payukumbuh hingga tembus ke rumah masa kecil pahlawan nasional Ibrahim Datuk Tan Malaka di daerah perbukitan terpencil di pelosok Nagari Pandam Gadang, Kecamatan Gunung Omeh, Kabupaten Lima Puluh Kota. Rumah itu beraksitektur rumah adat Minangkabau, dengan lima buah gonjong terbuat dari seng.



Di rumah itu saya termenung lama. Inilah rumah dimana seorang putra minang di lahirkan. Siapa sangka, dialah penggagas Negara Indonesia dengan konsep yang ditulis secara terpelajar, dalam bukunya yang berjudul Naar de Republiek Indonesia (1925). Kelak buku inilah yang menginspirasi Soekarno, Hatta, Sjahrir, dkk untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Istri yang mendampingi saya dalam kunjungan itu sempat bingung melihat saya termenung menatap rumah itu. “ Emang hebatnya apa sih  orang ini. Kan katanya dia Komunis” Ya orang Minang sendiri tidak banyak yang tahu siapa itu Tan Malaka


“ Kalau  komunis yang dimaknai anti Tuhan jelas bukan. Tan Malaka dalam usia ABG sudah bisa bahasa Arab. Hafidz Al Quran. Menguasai tafsir Al Quran.” Kata saya.


“ Wah pintar sekali dia. “ Kata istri saya.


“ Bukan hanya pintar. Tepatnya dia jenius. Berkat kecerdasannya, dia dapat berkesempatan sekolah bagi kalangan bangsawan, Kweekschool, Bukittinggi. Di sekolah itu juga awal Tan Malaka  mengenal cinta kepada teman sekelasnya. Syarifah namanya. Namun Cintanya tak bisa bersandingn di pelaminan. Orang tuanya tidak merestui ketika Tan Malaka hendak melamarnya. Tan Malaka memilih patuh kepada orang tuanya. Namun Cinta Tan Malaka kepada Syarifah tak pernah padam sampai usia menua.


Dalam duka karena cinta tak bertaut. Tan Malaka menerima beasiswa melanjutkan pendidikannya ke Belanda. Itu tahun 1912.  Di Belanda, ia masuk Sekolah Guru Haarlem. Ia menonjol dalam ilmu pasti. Dia juga tertarik membaca buku tentang militer, politik, terutama terinspirasi terhadap Revolusi Rusia (1917). Minatnya terhadap buah pikiran Marx dan Engels semakin besar. Ia kerap mengikuti berbagai pembicaraan politik kaum kiri di Amsterdam, juga diskusi terbuka antara Sneevliet dan Suwardi tentang Kecenderungan Nasionalis dan Sosialis dalam Pergerakan Nasional Hindia. “ Kata saya.


“ Tuh kan benar. Dia itu komunis.” Kata istri saya.


“ Engga begitu mah. Tan Malaka tetap islam yang taat. Bagi Tan Malaka, meskipun berbagai angin taufan pengaruh dari derasnya pemikiran dan berbagai kejadian di Eropa mengaduk aduk, menyeret sampai menghilirkannya ke perisitiwa 1917,  orientasinya terhadap Islam terus hidup. Ruh islam tetap abadi dalam pikiran dan hatinya.” 


“ Terus gimana kelanjutannya dengan Syarifah ? tanya istri saya.


“ Walau jarak memisahkan mereka. Tan Malaka terus berhubungan dengan Syarifah via surat. Kerinduannya kepada Syarifah ditumpahkan dalam surat dengan tulisan yang indah. Waktu berlalu. Syarifah tidak bisa terus menanti Tan Malaka. Akhirnya Syarifah menerima pinangan Bupati Cianjur RAA Wiranatakusumah. Tan Malaka sangat memaklumi, Syarifah tidak mungkin terus menanti dia. Siapalah dia? Pria miskin yang terlalu banyak impian.  Mungkin saat itu Tan sadar dia dikalahkan oleh feodalisme. Tapi bagaimanapun dia harus berdamai dengan realita. 


Tan Malaka kembali ke Indonesia pada November 1919. Bekerja di sebuah perkebunan di Deli. Ketimpangan antara buruh pekerja dan tuan Belanda di tempat itu semakin memantapkan langkah Tan untuk memperjuangkan nasib kaum tertindas. Tan Malaka tidak punya senjata untuk melawan. Tetapi dia punya pena. Dengan tulisan itulah dia melawan ketidak adilan itu. Mulai 1920-an ia menulis banyak artikel politik. Dengan sangat terpelajar dia mengkritisi sistem Soviet dan parlementer pada sistem monarky. Tulisannya dimuat di majalah Soeara Ra’Jat. 


Tokoh PKI, Samaun pergi ke Rusia. Tahun 1921, Tan Malaka terpilih sebagai ketua Partai Komunis Indonesia (PKI). Ia mengembangkan cabang PKI di daerah dan mengecam pemerintahan kolonial yang menindas para buruh. Ia ditangkap karena terlibat dalam aksi pemogokan para buruh perkebunan (1922).  Tapi dengan cerdik Tan minta diasingkan ke Belanda. Di depan pengadilan Den Haag pada 1928 Tan meyampaikan pledoi yang sangat cemerlang.


Di Belanda Tan Malaka dekat dengan gadis Belanda, Fenny Struijvenberg.  Disaat cinta sedang tumbuh, ia pergi ke Moskwa, Rusia (1922) untuk ikut pertemuan komunis sedunia. Pada pertemuan itu, Tan Malaka diangkat sebagai wakil Komunis Internasional (Komintern) untuk Asia Tenggara. Sejak itulah dia dianggap oleh negara imperialis sebagai musuh berbahaya. Pemikirannya merusak standar politik imperialis.  Tan buron. Ia diburu oleh agen Inggris, Belanda, Amerika, Jepang. 


Dalam Pelarian itu, ia menulis buku mengenai Indonesia, berjudul Indonezija: ejo mesto na proboezjdajoesjtjemsja Vostoke (Indonesia dan empatinya di timur yang sedang bangkit). Sementara hubungannya dengan Fenny Struijvenberg tak ada ujung pangkalnya. Tapi di Manila pada 1927, dia mendapatkan labuhan hati. Seorang putri tokoh universitas. Hubungan mereka kandas karena Tan Malaka ditangkap oleh intel Amerika. Dia dibuang ke Tiongkok. Tan bisa meloloskan diri disaat dalam perjalanan ke Tiongkok. Ia menggunakan nama samaran, Ong Soong Lee.  Saat menetap di Xiamen itulah Tan  Malaka bertemu seorang gadis Amoy berusia 17 tahun berinisial “AP”. Tapi hubungan kandas karena Tan harus terus berlari. Dari Tiongkok dia menuju Malaya. Kemudian menetap di Singapura.



Di Singapore wilayah jajahan Inggris itu, dia  menggunakan nama Hasan Gozali dan bekerja sebagai guru pada sebuah sekolah. Tak jelas apakah dia kembali menjalin hubungan cinta di sana. Karena keburu terjadi invasi Jepang ke negara Asia Tenggara. Pada 1942 
Tan Malaka melihat ada kesempatan untuk pulang.  Dengan sampan dia berlayar sampai di Indonesaia. Dia hidup secara rahasia selama Jepang berkuasa. Sampai tahun 1943 ia tinggal di Cikini Jakarta, menulis buku Madilog -Materialisme, Dialektika, Logika. Buku itu karya besar Tan Malaka. Buku yang lahir dari perenungan panjang selama pelarian di luar negeri dan melihat benturan peradaban Barat dan Timur. Tan sadar bahwa kemerdekaan sejati adalah kemerdekaan berpikir. Untuk apa kemerdekaan terjadi, kalau pemikiran masih terisolasi oleh pemikiran primodial dan sektoral, eklusif. 


Di tengah pelarian dan bersembunyi itu. Da dapat kabar. Syarifah sudah bercerai. Punya anak lima. Melalui temanya, dia diatur bertemu dengan syarifah. Namun saat bertemu, Syarifah menolak pinangan Tan Malaka. Kandas sudah cintanya ditengah gejolak perjuangan menuju Indonesia merdeka. Tan biarkan semua yang buruk datang padanya. Dia focus menggelorakan pergerakan kemerdekaan dalam badai revolusi. Sahabatnya Ahmad Soebardjo sempat kenalkan dengan ponakanya, Paramita Abdurrachman. 


Paska proklamasi kemerdekaan, Indonesia dalam status quo secara hukum international. Pengakuan kemerdekaan butuh proses pembuktian tekad antara kehendak kaum republikan dan kerajaan yang masih diakui eksistensi hukumnya. Revolusi pun meledak tak  terhindarkan. Saat itu kaum pergerakan terdiri dari tiga. Kaum nasionalis- Sosialis, komunis dan Islam. Kebetulan nasionalis lebih didukung kaum feodal dan tentara pelajar. Sehingga mereka punya legitimasi berdiplomasi dengan Belanda dan sekutu.


Di tengah arus revolusi bau amis darah itu, perundingan legitimasi Indonesia diadakan. Perjanjian Linggarjati ditandatangani pada 25 Maret 1947. Delegasi yang terlibat adalah Soetan Sjahrir, A.K. Gani, Amir Sjarifuddin, Soesanto Tirtoprodjo, Mohammad Roem, dan Ali Boediardjo. Mereka di dominasi oleh kelompok sosialis dan nasionalis. Karena tidak menghasilkan pengakuan utuh NKRI tapi hanya sebagian saja. Tan Malaka meradang. Dia sadar bahwa kemerdekaan hanya akan melahirkan paham foedalisme, penjajahan baru.  Itu sebabnya dia memutuskan menyatakan berseberangan dengan Soekarno dkk.


Pada bulan Januari 1946 di Purwokerto. Tan Malaka bertemu dengan Soedirman.  Pada pertemuan itu yang hadir adalah pimpinan pusat Partai Sosialis, Partai Kominis Indonesia, Serindo, Masjoemi, Partai Boeroeh Indonesia, Partai Revolosioner Indonesia (Parindo), Organisasi-organisasi pemuda dan pejuanh Pasindo, Barisan Pemberontakan Rakjat Indonesia, Badan Kongres Pemoeda Repoeblik Indonesia, Hizbullah, Gerakan Pemoeda Islam Indonesia (GPII). Hadir pula perwakilan Angkatan Moeda Repoeblik Indonesia, Kebaktian Rakjat Indonesia Soelawesi (KRIS), Pemuda Republik Indonesia Soematra, Federasi Perempuan Persatoean Wanita Indonesia (Perwari), tentara dan orang-orang dari semua lapisan rakyat. Tan Malaka menggagasnya untuk melawan kapitalisme dan penjajahan.


Saat itu Soedirman terpukau dengan kecerdasan dan ketulusan Tan Malakan. Kebetulan  Tan Malaka dan Soedirman  memiliki banyak kesamaan. Mereka sama sama memiliki latar belakang sebagai guru, punya prinsip keras anti diplomasi damai dengan Belanda.  Itu sebabnya sejak pertama bertemu di Purwokerto, berlanjut pada pertemuan-pertemuan selanjutnya. Terbentuklah front Tan Malaka- Soedirman. Disisi lain ada front Sjahrir-Sjarifuddin, Soekarno- Hatta. Sejak perundingan Linggarjati, Renville, butir perjanjian tidak pernah settle. Selalu dikacaukan oleh sikap Tan Malaka-Soedirman. Tan membakar semangat rakyat diakar rumput untuk terus kobarkan api revolusi. Soedirman gunakan Tentara rakyat untuk lakukan perang grilya. Sementara Amir Sjarifuddin, Muso terpengaruh dengan Tan Malaka untuk melawan Sjahrir. Pemberontakan PKI meletus di Madiun. 


Sjahrir melihat Tan Malaka adalah duri dalam daging yang membuat perjanjian damai dengan Belanda gagal. Yang memancing Belanda melakukan aksi militernya. Membuat Sjahrir dan Soekarno serta lainnya ditangkap. Karenanya menjelang Konferensi Meja Bundar. Atas perintah Sjahrir, Tan Malaka ditangkap.  Akhirnya dieksekusi 21 Februari 1949. Tuduhan sebagai dalang atas peristiwa kudeta terhadap pemerintah.  Cintanya dengan Paramita Abdurrachman diakhiri oleh ajalnya. “ Kata saya miris.


“ Waduh hebat juga ternyata Tan Malaka. Syarifah, Fenny Struijvenberg, gadis philipino, gadis Tiongkok dan terakhir dengan Paramita. Semua kandas. Mengapa dia tidak perjuangkan cintanya kepada mereka itu. Setidaknya satu jadilah”  Tanya istri.


“ Tan Malaka tidak pernah bisa jatuh cinta dalam arti sesungguhnya dengan wanita lain kecuali kepada Syarifah. Dia paham Syarifah menikah karena kuatnya budaya feodal. Saat Syarifah menjada. Dia pinang juga Syarifah. Tapi Syarifah menolak. Dia tersingkir. Dia berharap Tuhan mempertemukan dia kembali dengan Syarifah di sorga. Tan dikalahkan oleh takdirnya. Sama halnya sebegitu kuat dan besar cintanya kepada Indonesia tetapi justru tentara Indonesia membunuhnya. Kasih Tan Malaka di dunia memang tak sampai, tapi dia sampai kepada Tuhan yang Maha Pengasih lagi Penyayang.” Kata saya.


“ Lantas apa hikmah dari seorang Tan Malaka?


“ Pada tanggal 27 desember 1949  KMB terlaksana. Pengakuan kedaulatan Indonesia yang bersyarat.  Setahun setelah Tan Malaka meninggal, Soedirman menemui ajalnya di tempat tidur. Bukan di medan tempur. Karena sakit TBC. Setelah KMB, Belanda berkurang hegemoninya. AS masuk dalam politik perang dingin berhadapan dengan USSR di Indonesia. Sementara PKI dan Islam tetap tidak menerima isi perjanjian KMB. PKI provokasi Soekarno agar hengkang dari PBB dan membentuk Non Blok. Namun kelompok Islam, anggap PKI pro Beijing dan Rusia. Nasionalis sama saja, pro Barat. Sama sama condong kepada neocolonialism. 


Namun akhirnya elite Islam bersama kelompok sosialis terpaksa memberontak untuk menjatuhkan Soekarno yang dekat dengan PKI. Upaya kelompok Islam dan sosialis dalam PRRI/PERMESTA gagal berhadapan TNI.  Akhirnya tahun 1965, AS menggunakan perwira TNI untuk menghabisi PKI dan sekaligus menjatuhkan Soekarno. G30S PKI meledak sebagai jalan menuntaskan skenario menempatkan Soeharto sebagai presiden. PKI dimutilasi. Gerakan Islam di bonsai. 32 tahun era Orba, AS mengendalikan Indonesia. SDA kita  habis. Daya rusaknya lebih besar dari 350 tahun dijajah oleh Belanda.


Selama Soeharto berkuasa. Buku Pelajaran sekolah tentang Tan Malaka menyebut dia adalah Komunis. Mah, Tan Malaka bukan Komunis seperti ajaran Karl Marx. Dia hanya menggunakan komunis sebagai metodelogi membela kaum tertindas. Dia bukan anti Tuhan. Dia putra Minangkabau. Yang membumikan " Adat basandi sara, sara basandi kitabullah. Dia pejuang kaum tertindas. Menginginkan Indonesia merdeka dalam arti sesungguhnya tanpa campur tangan asing.   


Sampai kini kita tidak bisa lepas dari neocolonialism dalam bentuk hutang dan fasilitas REPO line the Fed. Sementara ketimpangan ekonomi tampak pada penguasaan aset atau kekayaan. 1% orang terkaya di Indonesia menguasai 46,6% kekayaan nasional. Bahkan, 10% orang terkaya menguasai 75,3% kekayaan nasional. Kondisi ini membuat ketimpangan ekonomi Indonesia berada di urutan ketiga terburuk di dunia, sebagaimana dilaporkan dalam survei lembaga keuangan Swiss, Credit Suisse pada Oktober 2018.” Kata saya.


Sore setelah sholat lohor kami kembali ke Maninjau, Sungai batang.  “ 10  Tokoh hebat pendiri negeri ini, Hatta, Sjahrir. Tan Malaka, Agus Salim, Muhammad Yamin, Muhammad Natsir, Abdul Rivai, Chaerul Saleh, Samaun Bakri, Rasuna said, adalah putra Minang Kabau. Mereka petarung dengan keyakinannya. Tidak saja di dalam negeri tetapi di luar negeri. Tapi cucunya, Papa malah terpaksa hijarah untuk bertahan hidup, mencari makan di luar negeri. Tragis sekali ya pah buah kemerdekaan yang diperjuangkan mereka.” Kata istri dalam perjalanan. Saya terhenyak. Negeri ini hanya berubah kekuasaan. Sistem kolonialsime tetap berlangsung dalam bentuk Neo, ya penjajahan oleh bangsa sendiri.


***



Petugas business center mengirim guide untuk aku berkunjung  ke Mao monumen. Guide itu seorang wanita dengan tinggi di perkirakan diatas 170 cm. Dia mengenakan Baju putih, kerah berenda dan dipadu dengan rok diatas lutut warna merah. Dia kenalkan namanya, Fang Yin atau panggil dia Lin. Kalau saja matahari musim panas sedang berbaik hati, rok tipisnya tentu menerawang pula. Di Changsa, saya berkunjung ke sekolah dan Asrama dimana Mao Zedong pernah menghabiskan masa remajanya. Saya duduk di bangku dimana Mao pernah duduk dulu menyikmak pelajaran dari gurunya. Pikiran saya sempat melayang jauh kemasa lalu. Bagaimana pria pendiam dan pemalu, drop out universtitas namun punya kharisma memimpin ratusan juta rakyat.  


Tapi yang membuat saya terharu ketika membaca kumpulan kliping tulisan Mao di koran,  dimana Mao menulis tentang semangat kebersamaan dan gotong royong atas senasip sepenanggungan. Mao mengutip nama Ong Soong Le dalam tulisan nya. Belakangan saya tahu  bahwa nama  itu adalah Tan Malaka yang mendidik pemuda China mengenal ajaran Marx, Komunisme dalam konteks budaya. Itu sebanya ajaran komunisme China sangat berbeda dengan ajaran komunis di Rusia. Tan mengarahkan kepada pemuda China bahwa china harus menjadikan Marx sebagai metode perjuangan bukan menjalankan kerangka berpikir Marx atau komunisme. Bagi Mao,Tan Malaka adalah inspirasinya menjadi petarung atas nasip bangsanya di kemudian hari..


Tan Malaka bermimpi tentang masa depan Indonesia. Masyarakt egaliter dan emasipasif.  Dalam buku Madilog-nya tersirat, bahwa Indonesia tak akan pernah benar-benar bebas apabila masih terkungkung pada pemikiran  irasional. Misal, dia mengajak orang untuk tidak perlu memilih pemimpin karena faktor keturunan dan dengan embel embel dia titisan dewa atau primordial. Ada faktor yang substansial dalam memilih seorang jadi pemimpin yaitu seperti sumbangsih pemikiran, kepeduliannya, akhlak, dan intelektualitas. Tan Malaka ingin mengajak orang agar lebih partisipatif dan meninggalkan segala hal berbau pembodohan lewat jargon politik, budaya maupun ekonomi. Mandiri akal adalah kekayaan yang tak ada habisnya.


“ Tan malaka menegaskan bahwa logika tidak dibatalkan oleh dialektika, melainkan tetap berlaku dalam dimensi mikro. Tan Malaka justru menunjukkan bahwa pemikiran logis, dengan paham dasar dialektis, membebaskan ilmu pengetahuan untuk mencapai potensialitas yang sebenarnya. Logika gaib seharusnya dilawan dengan logika yang sebenarnya dan karena itu perubahan terjadi, keberadaan Tuhan di agungkan, iman semakin kukuh. China mampu melakukan transformasi dari politik primodial dan  totaliter,  menjadi politik emansipasi. Revolusi kebudayaan China adalah kado terindah dari bapak Maosedong kepada generasi China masa depan, dan karena itu China bisa menjadi negara besar. Mereka belajar dari pemikiran Tan Malaka. " Kata teman saya. Saya hanya diam saja. Malu kepada diri saya sendiri.


Sebenarnya pemikiran Tan Malaka sangat sederhana. Dia mengajak kita berpikir berdasarkan fakta. Tidak berpikir sektoral atau wilayah. Mengajak kita berpikir futuristik dan bersikap mandiri, konsekwen dan konsisten. Bagaimana keluarga bisa melahirkan putra sehebat itu? tanya teman dari China. 


Dengan tersenyum saya katakan " Tan lahir dari keluarga muslim yang taat. Dalam usia belia sudah hafal Al Quran. Namun dia berkembang dari pemikiran islam moderat, bukan islam puritan pakai baju gamis dan celana cingkrang. Pasih dalam 6 bahasa dan terpelajar jago berdebat namun tetap tidak merendahkan orang lain. Itu budaya Minang Kabau dan begitu agama mendidik kami. “ Kata saya.


" Tapi mengapa Indonesia tidak belajar dari Tan ? Tanya Teman.


Saya terdiam. Tan memperkenalkan kepada bangsa Indonesia cara berpikir bebas,  bukan berpikir secara kaji atau hafalan, bukan secara “Text book thinking” atau bukan dogmatis. Tapi di era kini standar pendidikan Indonesia menjadikan orang terpelajar, tetapi tidak  terdidik. Karena buah standarisasi pendidikan yang menggiring orang seperti kerbau ke kamp kapitalisme sebagai konsumen dan pekerja. Hilang kemandirian, hilang akal sehat dan tentu hilang visioner. Bukan masa depan yang baik. Entahlah. Saya rindu Tan Malaka. 

Friday, October 07, 2022

Cinta Maria..

 



Tahun 2011 saat business trip ke Zurich, saya sempatkan mampir ke Amsterdam. Kebetulan  sahabat  saya, Anneke mau antar saya. Sekalian ke rumah orang tuanya. Kami mengendarai BMW. Anneke yang supir. Saya duduk manis saja di sebelahnya. 


“ Mau ngapain weekend ke Amsterdam? kamu kan bukan tipe pria yang doyan belanja Sex.” Kata Anneke tersenyum.


“ Saya mau ke  kawasan  lange duitse dwarsstraat.” 


“ Di situ ada restoran italia enak. Nanti aku traktir. Mau ya” Kata Anneke. “  Di Amsterdam engga berlaku AMEX centurion Card. “ Lanjut Anneke dengan cepat. Seakan dia ingin menegaskan bahwa saya adalah tamunya. Amsterdam adalah kota kelahirannya.


Jam 4 sore kami sudah sampai di Amsterdam. “ Kita langsung aja ke Lange Duitse Dwarsstraat, ya” kata Saya. 


“ Ada apa sih kamu? pengen banget ke sana. Ada memori yang saya tidak tahu. Kamu punya kenangan dengan nona Holand ya.” 


“ Engga juga. Nanti saya ceritakan.”


“ Ya ok. Saya senang dengar kamu cerita.” Kata Anneke mengarahkan kendaraan ke tujuan kami. Sampai di kawasan itu, saya lama termenung menatap dari jendela kendaraan. “ Dulu ini daerah elite, B. Kini jadi kota tua. Tetapi tetap dijaga kelestariannya. Mari kita parkir kendaraan. Kita ke Restoran


“ Ceritalah say” kata Anneke. Dia sahabat saya dan juga team profesional bidang financial. Dia cerdas dalam usia mature. Single parent.  Saya nikmati kopi yang terhidang seraya menikmati angin bulan november yang lumayan dingin.


“ Dulu era kolonial Belanda di negeri kami.” Kata saya mengawali cerita “  Di kawasan lange duitse dwarsstraat  tepatnya di restoran Bohemian,  itu tempat para pemuda Eropa sosialis berkumpul. Di cafe itu mereka menghabiskan waktu berdiskusi tentang banyak hal. Duel ide dan gagasan secara terpelajar. Diantara pemuda itu ada beberapa mahasiswa Indonesia seperti Hatta, Tan Malaka, Sjahrir dan lain lain. Dari diskusi itu para mahasiswa Indonesia yang beraliran sosialis mendirikan perhimpunan mahasiswa sosial demokrat. Saya ingin cerita tentang seorang anak manusia bernama Sjahrir. Karena dia berasal dari kampung sama dengan saya. Orang minang juga. Ini kisa tentang  cinta dan realita” Kata saya. 


“ Hmm.” Anneke menganguk. “ Menarik, lanjutkan ceritanya” 


“ Sjahrir lahir pada 5 maret 1909, di Padang panjang, Sumatera Barat. Dia terlahir dari keluarga bangsawan kesultanan Deli. Ayahnya jaksa di Medan. Makanya dia punya akses kepada pendidikan, yang dikala kolonial itu hampir tidak mungkin bagi kaum pribumi bisa dapatkan. Setelah lulus dari  Meer Uitgebreid Lager Onderwijs,  dia melanjutkan sekolah ke Algemeene Middelbare School di Bandung. Setelah lulus dari AMS, melanjutkan pendidikannya ke Belanda. Tinggal bersama Kakak perempuanya yang ikut suaminya dalam program belajar di Belanda.


Pada 193 kakak iparnya menyelesaikan tugas belajar. Kembali ke Hindia Belanda. Dia terpaksa tinggal ngekos di apartement sahabat Yahudinya, yang juga aktifis sosialis, Namanya, Salomon Tas. Sebagai sahabat Tas tidak merasa keberatan menerima Sjahrir tinggal bersama walau di rumahnya udah sesak dengan istrinya, Maria Johanna Duchateau, dengan dua anaknya, dan teman istrinya yang bernama Judith van Wamel. 


Tapi kamu kan tahu. Cinta itu tidak mengenal batas. Selalu ada alasan untuk orang jatuh cinta. Itu manusiawi. Ternyata diam diam, Sjahrir jatuh cinta dengan Maria. Namun karena menghormati Tas, dia jaga lakunya dihadapan Tas. Dia berusaha sesopan mungkin. Adat kami orang minang diajarkan soal itu. Tahu diri menumpang di rumah orang. Tas sering tidak pernah pulang karena kesibukannya sebagai aktifis. Maria menjadikan Sjahrir tempat curhat kesepiannya. Kadang mereka nonton   teater di Stadsschouwburg. Kebetulan mereka punya hobi sama.


Akhirnya Tas mengetahui hubungan asmara antara Sjahrir dengan Maria. Tas relakan Maria diambil oleh sahabatnya, Sjahrir. Karena Tas sebenarnya diam diam menjalin cinta dengan teman istrinya, Judith van Wamel. Namun, kedekatan itu hanya berlangsung semusim. Karena pada akhir tahun 1931, Kakak angkatnya Hatta, memintanya agar pulang ke Hindia Belanda untuk memimpin PNI.


Sebenarnya Hatta saat itu diminta untuk memimpin PNI, tapi karena Hatta belum selesai studinya. Hatta meminta Sjahrir untuk pulang sementara ke Hindia Belanda untuk menggantikannya memimpin PNI dan berjanji akan pulang setelah Studinya selesai, dan setelah itu Sjahrir bisa kembali ke Belanda untuk melanjutkan kuliahnya kembali.


Sjahrir mengajak Maria untuk ikutnya ke Hindia Belanda. Tetapi Maria tidak bisa. Dia sedang mengurus perceraiannya. Maria baru ke Hindia Belanda  tahun 1932. Itu setelah empat bulan sejak desember 1931 Sjahrir pulang. Mereka menikah di Medan pada 10 April 1932. Pernikahan secara muslim. Yang tragis adalah pernikahan itu tidak diterima oleh komunitas Belanda yang saat itu berkuasa di Hindia Belanda. Walau Maria sudah mengenakan kebaya dan berkain sarung, tetap saja dianggap tabu menikah dengan pria pribumi yang berkulit coklat.


Berita media massa heboh soal pernikahan itu. Akhirnya memaksa polisi melakukan investigasi. Ternyata Maria belum resmi  bercerai. Pernikahan itu tidak sah. Polisi memulangkan Maria ke Belanda. Padahal saat itu Maria sedang hamil.  Belakangan dia dapat kabar dari Maria bahwa bayi yang dikandungnya meninggal saat proses melahirkan. Sjahrir sangat sedih. Dia mendapatkan pendidikan terbaik bersama sama orang Belanda. Tetapi politik kolonialis membuat dia tak pantas menikah dengan wanita kulit putih. Dia tetap pribumi. Second class.. 


Kerinduan Sjahrir kepada Maria begitu membuncah. Dia bertekad untuk segera menyusul Maria ke Belanda. Apalagi Hatta sudah selesai dengan pendidikannya dan siap memimpin PNI. Namun belum sempat berangkat. Sjahrir ditangkap aparat Polisi. Karena dituduh membuat gerakan melawan pemerintah kolonial Belanda. Sjahrir dibuang ke ke Boven Digul, Banda Neira, Papua. Dalam pengasingan itu Maria berusaha mengulang pernikahan itu secara jarak jauh. Diwakili oleh Salim, sahabat Sjahrir. Dia tidak tahu kapan akan dibebaskan. Masa depan yang dia cita citakan seakan gelap.  Dia mengusulkan agar Maria datang ke Banda Neira tinggal bersamanya. Tetapi Maria tidak cukup uang untuk ongkos. Sjaharir tahu. Saat itu Eropa sedang depresi. Semua orang susah. Sjahrir minta tolong kepada adiknya Sutan Sjahsam untuk kirim uang kepada Maria. 


Kamu tahu, sampai tahun 1940 surat yang dikirim Sjahrir berjumlah 287. Itu surat-surat disimpan oleh Maria, lalu dijadikan buku dengan judul Indonesische Overpeinzingen yang terbit pada tahun 1945 di Amsterdam. Dalam surat itu sjahrir mengungkap kejujurannya tetang dia dan Maria. " Apa yang aku tak temukan di dalam studiku, apa yang tak kutemukan di dalam filsafat, aku temukan pada dirimu". Itu katanya dalam surat.


Setelah 15 tahun tidak bertemu dengan Maria, akhirnya Sjahrir bisa bertemu kembali pada 1947 di New Delhi. Saat itu Sjahrir sudah Perdana Menteri negera Indonesia yang baru lahir. Pertemuan itu diatur oleh Nawaharlal Nehru Perdana Menteri India saat itu yang sangaja mendatangkan Maria dari Belanda.  Di Bandara, Sjahrir bertemu dengan Maria. Sjahril memeluk Maria dengan hanya menempelkan pipinya. Pertemuan yang dingin dan canggung. Tidak ada kehangatan seperti dulu. “


“ Ternyata waktu mengubah perasaan. Apakah ada WIL?


“ Sebenarnya bukan soal WIL. Karena ada perbedaan mendasarkan diluar cinta kasih.”


“ Apa itu? 


“ Maria itu seorang komunis. Jelas berbeda dengan Sjahrir yang sosialis. Ternyata waktu membuat Sjahrir harus bersikap.  Mungkin perbedaan idiologis yang prinsip itu membuat hubungan  perkawinan tidak bisa diteruskan. Akhirnya pada 12 Agustus 1948, keduanya memutuskan untuk bercerai.” Kata saya.


“ Terus..?


“ Walau mereka sudah bercerai. Hubungan mereka tetap terjalin  sebagai sahabat. Maria bisa move on. Tidak menolak ketika atas saran Sjahrir  untuk menerima pinangan adiknya bernama Sutan Sjahsam. Mereka menikah dan hidup tentram di Belanda.. Sjahrir tahun 1951 menikah dengan Poppy, sekretarisnya. Hidup bersama sampai ajal memisahkan.”


“ Happy ending. “ Kata Anneke tersenyum. “ Terus apa orientasi politik kamu ? Sosialisi atau agama? tanyanya. Saya lama menatapnya. Saya tersenyum “ Anneke, Perjalanan hidup saya mengajarkan kepada saya satu hal. Jangan pernah hidup kita dipengaruhi oleh narasi Idiologi dan Agama. Sekali kita hidup dipengaruhi oleh dua hal itu maka kita akan jadi dungu. Korban predator. “


“ Duh kenapa begitu say”


“ Baik saya jelaskan secara sederhana. “ Kata saya seraya seruput kopi. “ Kita percaya kepada Idiologi. Dengan idiologi itu, kita punya impian keadilan sosial bagi semua. Itu tertuang semua dalam konstitusi. Bacalah, visi dan misinya itu sama dengan kitab suci agama apapun. Tapi nyatanya di Indonesia,  50 orang Indonesia menguasai 1/3 sumber daya keuangan. Dimana keadilan sosial? Omong kosong! Itu sama saja dengan era kolonialisme. Sudah lebih setengah Abad kami merdeka. Kami termasuk 10 negara dengan SDA terbesar dunia. SDM nomor 4 dunia. Apa yang kami dapat? Kami masih termasuk 100 negara miskin di dunia. Jarak kaya dan miskin semakin melebar.


Kami itu selalu membahas yang tidak substansi. Di era modern masalah idiologi dan agama itu bukan substansi. Itu semua omong kosong. Finlandia, bukan negara agama, tetapi makmur. Aceh yang berlaku hukum syariah islam, ternyata terkorup di Indonnesia dan masuk daerah miskin. Padahal SDA Aceh besar sekali. China itu komunis. Kurang SDA. Tetapi mereka berhasil angkat 800 juta rakyat dari kubangan kemiskinan.”


“ Jadi yang substansi itu apa ?


“ Mindset personal orang perorang. Nah kalau mindset personal itu menjadi budaya maka itulah yang akan menjadikan kita negara besar dan makmur. “


“ Maksud kamu ?


“ Pertama punya rasa malu. Malu kaya dengan cara tidak jujur, apalagi korup. Malu dengan tangan dibawah. Kedua, Mandiri. Dengan adanya rasa malu itu, membuat kita menjadi masyarakat berbudaya, tahu diri, Kita tidak memelas pekerjaan, tetapi pekerjaan butuh kita karena kita punya kompetesi. Jadi focus mengembangkan kompetensi, bukan mengeluh engga ada lowongan. Punya kreatifitas untuk survival sehingga setiap hari kita adalah kinerja dan harapan. Besar kecil hasil itu relatif, yang pasti engga akan bokek orang kreatif. Jadi focus kepada kreatifitas untuk memenangkan kompetisi. Sjahrir berkata, Hidup yang tak dipertaruhkan tidak akan dimenangkan


Nah dua hal itu saja. Kalau dua hal itu jadi mindset, saya yakin, mana ada waktu lagi kita mikirkan orientasi politik idiologi atau identitas. Karena politik itu seni berbisnis ala modern juga. Cara orang terpelajar menguasai sumber daya untuk hidup senang dan manapula mereka jadikan rakyat sebagai prioritas, Yang percaya politik pro rakyat. Pasti hidupnya halu dan engga punya mindset mandiri. “ Kata saya.


“ Terus kalau bukan idiologi dan agama, siapa yang mempengaruhi hidup kamu ? tanya Anneke


“ Pertama adalah orang tua. Karena mereka mencintai saya dengan tulus. Tak berharap apapun. Hanya ingin saya baik baik saja. Kedua, adalah istri. Karena dia tak berharap apapun kecuali yang terbaik untuk saya. Ketiga, sahabat yang selalu inginkan saya bahagia. “


Malam menjemput, kami menghabiskan malam minggu di Bar HotShots Amsterdam yang ada di jalan Lange Leidsedwarsstraat 64. Anneke kembali ke rumah orang tuanya tetapi dia antar saya ke Hotel. 


“ Pastilah Sjahrir itu pria cerdas. Wanita Belanda suka dengan pria yang cerdas. Apalagi wanita mature seperti Maria. “ 


“ Oh ya..? 


“ Ya buktinya wanita di hadapan kamu ini. “ Kata Anneke. Kiss dried saya. Engga sempat ngeles saya. " Kalau diizinkan, aku nginep aja di hotel kamu"bisiknya.

Saturday, October 01, 2022

Miskin itu engga enak.

 




Mata Mei terpancar semangat dan kecerdasan. Perpaduan sempurna dengan kecantikannya. “ Sebenarnya Charles Darwin, sang pembuat teori Darwin tidak pernah menyatakan bahwa manusia berasal dari kera, Ya kan B.” Kata Mei minta response-ku. Aku hanya mengangguk dan tersenyum. 


“  Charles Darwin “ Lanjut Mei “ adalah seorang naturalis yang mengumukakan teori evolusi dalam bukunya yang berjudul On the Origin of Spesies pada tahun 1859. Saat dia menemukan teori itu, sains belum bisa mengerti tentang fenomena evolusi. Apalagi ia  menyatakan bahwa hewan dan tumbuhan berasal dari suatu spesies yang sama, yang mengalami perubahan fisik seiring dengan berjalannya waktu dikarenakan adanya seleksi alam. “ 

Aku mengangguk. Mei ada benarnya. Setidaknya aku suka dengan istilah seleksi alam. Dalam agamaku, ini dikenal juga dengan istilah sunatullah. Hukum ketatapan Allah. Makanya aku tidak pernah percaya bahwa kaya miskin itu ditentukan Tuhan. Tuhan hanya menentukan hukum. Yang kuat makan yang lemah. Kerja keras bagus, tetapi kerja cerdas jauh lebih bagus. Dari kecerdasan akal itulah manusia punya hak memilih. Mau kaya ya kerja keras dan kerja cerdas. Mau miskin, silahkan simpan saja akalnya di rumah saat mengais peluang dan uang..

Mei kali pertama kukenal di New York. Dia berkeja pada perusahaan Consultant. Profesinya akuntan. Dia pemilik gelar CPA. Usai meeting di kantornya. Aku iseng mengajaknya makan siang. Dia senang. Tubuhnya tinggi 170 Cm. Cantik. Dari ceritanya,  Ayahnya dari Korea tapi ibunya dari China.  Sejak itu kami  bersahabat. Setidaknya dia jadi mata dan telingaku dalam bisnis LBO.

***


Langit mulai menggelap di San Fransico dan keriuhan kendaraan yang memadati Horrison Street menyelusup masuk Café Gratitude. Mei memesan  house lemonade saat aku tawarkan minuman. “ Benar kata kamu. Akhirnya bisnis yang tempo hari dia tawarkan, jadi masalah fraud. Gimana sih sebetulnya orang bisa menggalang dana dari publik dan secara hukum dilegalkan? Kata Mei.

“ Pertanyaan kamu itu berkaitan dengan financial engineering atau rekayasa keuangan. “


“ Apa itu rekayasa keuangan ? Ngarang ?


“ Rekayasa itu bukan berarti ngarang. Tetapi teknis memadukan konsep tradisional keuangan dan metodelogi mendapatkan solusi pembiayan. Karenanya sangat akademis sekali. Itu melibatkan skill matematika dan statistik, pengetahuan hukum pasar uang dan modal serta aspek investasi, risk management. Bahkan juga menggunakan skill pemrograman komputer agar analisa ketidak pastian yang rumit- beberapa variable- di masa depan dapat diukur dengan akurat dan precisi, seperti arus kas yang tidak konsisten, restrukturisasi aset yang tidak likuid menjadi likuid, menciptakan lindung nilai yang sempurna pada setiap produk derivatif, dll.”


“ Dari itu semua tujuannya apa ?


“ Menghasilkan produk keuangan dan investasi yang inovatif, dan sekaligus sebagai solusi pembiayaan proyek maupun kelancaran likuiditas. Karena walau produk itu sebagai solusi tetapi tidak mengakibatkan likuiditas ya percuma. Karena engga akan ada investor yang beli produk keuangan itu.”


“ Bisa kasih contoh yang konkrit ?


“ Salah satu contohnya adalah sekuritisasi. Sekuritisasi adalah proses mengelompokan aset yang tidak likuid dalam satu keranjang dan mengubahnya menjadi produk terstruktur baru yang dapat menarik bagi investor dan karenanya bisa lebih likuid daripada aset asal mereka. Contoh tipikal adalah sekuritas berbasis mortgage (MBS). Mencari pembeli tunai aset tidak mudah. Tetapi kalau asset itu dipecah jadi ukuran kecil, tentu akan banyak peminatnya. Nah bank yang punya beragam agunan property dapat membungkus semua agunan itu dalam satu produk yang namanya MBS. Setelah itu dijual di bursa.


Perhatikan, MBS itu yang jadikan underlying bukanlah asset sebagai collateral, tetapi pendapatan dari bunga dan kenaikan harga property. Bunga itu adalah cash flow yang menjamin pendapatan bagi investor. Kenaikan harga adalah value dari MBS itu sendiri. Investor percaya dan likuiditas tercipta. Ini akan jadi financial resource kalau dikelola secara hedge fund melalui produk derivative. Bisa masuk ke bisnis akuisisi yang arus kasnya bagus atau peluang malahirkan uang tunai sebagai exit strategi kalau terjadi default MBS”


“ Tetapi kan karena MBS itu krisis wallstreet terjadi pada tahun 2008.”


“ Produk MBS tidak salah. Yang salah adalah pelaku pasar. Sama dengan agama tidak salah, yang salah umatnya. “


“ Okelah. Ada contoh lain. Misal perusahan baru berdiri dan perlu modal tapi engga ada collateral. Gimana rekayasa keuangannya. ?


“ Kamu bisa terbitkan Convertible Note.”


“ Apa itu ?Tanya Mei rasa ingin tahu.


“ Itu surat utang, yang harus dibayar pada saat jatuh tempo. Kalau kamu tidak bisa bayar maka utang dikonversi jadi saham atau modal. Tentu harga saham disepakati di depan. Dan ada biaya yang harus ditanggung saat konversi dilakukan. “


“Wah itu gampang banget dan enak “


“ Benar. Tetapi untuk bisa menerbitkan convertible note harus ada analisa financial engineering. Forcesting cash flow kamu akan dihitung dengan cermat seraya membandingkan dengan usaha sejenis. Perbandingan pendapatan investasi terhadap produk keuangan lain juga dianalisa untuk menentukan berapa imbal hasil yang layak kamu berikan dan menarik bagi investor. Belum lagi analisa resiko terhadap market, tehnologi, legal dan lain sebagainya. Semua resiko itu dianalisa lewat model matematika dan statistik yang rumit. 


Ingat, walau awalnya investor lebih tertarik kepada bunga, namun mereka juga berharap dapatkan capital gain bila harga saham kamu naik di bursa saat IPO. Makanya rekayasa keuangan itu harus bisa memancing dua hal, emosi rasa aman atas bond dan peluang dapatkan gain lebih. Selagi dua hal itu kamu bisa tawarkan, uang akan mengalir dengan mudah. “


“ Waduh rumit juga ya. Masih ada contoh lain?


“ Masih banyak contoh lain. Tetapi cukuplah kamu pahami sampai sebatas prinsipnya saja. “


“ Terus gimana teknisnya menciptakan produk rekayasa keuangan”


“ Langkah pertama dan terpenting adalah melakukan analisis primer. Ini penting guna menghasilkan hipotesis bahwa ada kebutuhan dan permintaan di pasar. Contoh kesenjangan pendapatan bunga bank dan yield obligasi serta margin saham, itu bisa dijadikan analisis untuk mendapatkan informasi minat investor. Nah setelah diketahui minat investor maka ciptakanlah produk dan sempurnakan dengan analisa menyeluruh. Langkah ketiga, adakan seminar terbatas kepada calon investor dan stake holder — broker, dealer dan otoritas— untuk memahami produk tersebut. Hasil seminar itu diolah lagi untuk melahirkan produk yang acceptable dan properly. Artinya bisa diterima dan sempurna. “


Mei lama terdiam. Aku memberikan kesempatan dia untuk berpikir. “ Jadi selama ini kamu membesarkan holding di Hong Kong lewat rekayasa keuangan. “


“ Ya gimana lagi. Saya lahir dari keluarga miskin. Engga punya harta warisan untuk modal. Satu satunya yang saya punya dan orang lain juga punya adalah waktu. Nah saya harus manfaatkan keadilan Tuhan akan berkah waktu itu. Ya gunakan akal dan berusaha cerdas untuk sekedar survival” Kataku


“ Makanya kamu engga takut bayar team ahli bidang keuangan, matematika, dan programer komputer, business development. Bahkan juga meliibatkan konsultan. Semua kamu manfaatkan. Hebatnya, ibarat konser musik, walau masing masing punya nada berbeda tetapi dengan kamu sebagai konduktur musik jadi indah.”


“ Pengeluaran engga besar. Semua ongkos itu tidak lebih 3% dari total target penggalangan dana. Itu anggap bayar premium hedging. Kalau kamu takut bayar hedging ya masa depan hanya omong kosong. Mana perubahan tanpa luka dan resiko”


“ Kamu sabar sekali ngajarin saya. “ Mei tersenyum.


“ Loh kamu sahabat  saya. Tugas saya mendidik kamu agar pinter. Lebih pinter dari saya “Kataku sekenanya. Tapi karena itu dia semakin dekat dan dekat. Malam itu dia tak ingin lepas tubuhku dari pagutan nya.  Sampai lobi hotel, dia ikut langkahku keluar dari kendaraan. Malam yang liar itu terasa sangat luar biasa. AKu tahu Mei, dalam keadaan total menikmati setiap gerakan dan sentuhannya. Aku hanya diam mematung. “ Mengapa B? wajahnya keliatan bingung.


“ Terlalu cepat Mei. Tidak sekarang. Mungkin lain waktu” Kataku melepas pagutannya. Mei menghempaskan tubuhnya di tempat tidur. Wajahnya nampak kecewa. Tak berapa lama dia tertidur. Dress nya tersingkap. Darahku berdesir. Dia tidak mengenakan celana dalam. Sempat terkesima melihat tubuhnya. Akhirnya aku cepat tenangkan diri dengan selimuti tubuhnya. Aku memilih tidur di sofa. 


***

Di cafe Marriout west Beijing. Mataku tertuju kepada wanita yang sedang bersama 4 orang pria. Hanya sejangkal dari tempat dudukku. Ya itu Mei. Pasti Mei. Bagaimana aku bisa lupakan. Walau sudah dua tahun berlalu sejak terakhir bertemu di San Fransisco. Mei menyalami mereka satu persatu. Setelah mereka pergi, Mei melangkah kearah jam 3. Matanya terpaut kepadaku. Dia melotot. “ B ? Katanya seraya merentangkan tangan memelukku.


“ Bisnis apa tadi itu ?


“ Oh kamu dengar ya” kata Mei tersenyum. 


“ Ya lah. Sangat jelas.”


“ Saya udah berhenti kerja. Sekarang bisnis. Itu tadi bisnis di Dubai. Saya hanya berpikir sederhana. Bagaimana dapatkan uang mudah melalui bursa.  ” Kata Mei. Saya mengangguk. Mei berbeda dari dua tahun lalu aku kenal. Kini dia sudah jadi pengusaha kelas dunia.


***


Setahun kemudian aku bertemu ladi dengan Mei. Saat itu aku ada business trip di San Marino. Mei sedang di cafe yang ada diatas bukit menghadap pemandangan yang indah dari Laut Adriatik. Seperti biasa dia berlari seraya merentangkan kedua tangannya. Kami berpelukan.


“ Mau dengar cerita kelanjutan bisnisku saat bertemu kamu di Beijing setahun lalu” Kata Mei. Aku menanggguk. Aku geleng geleng kepala mendengar ceritanya. Tapi Mei tersenyum.  “ B, aku hanya ingin membuktikan teori Darwin. Seleksi alam. Orang lemah dimakan orang kuat. Orang pintar dibegoin orang cerdas. itu seleksi alam. Tapi aku engga mau jadi korban. Aku harus menjadi bagian dari pemangsa. Karena hidup miskin itu sangat hina dan memalukan. Apapun idealisme dibalik sikap si miskin, tetap saja miskin itu engga enak” kata Mei.


Aku  terdiam dengan berhias senyum. 


“ Terimakasih udah ajarkan aku untuk survival. “ Kata Mei, merebahkan kepala kepundakku. “ Tolong malam ini jangan ada lagi istilah Not now ya” lanjutnya seraya mengelus dadaku dibalik balut jas.


“ Next time. “ Kataku membelai kepalanya. " Sebentar lagi, saya udah dijemput teman dari Roma, terus ke Frankfurt.


" B ? apa salah saya ? 


" Kamu sahabat saya. Carilah pria yang kamu bisa nyaman menyandarkan tubuhmu. Tanpa ada keterpesonaan atau terintimidasi. Pria yang bisa menjadikan kamu orang yang bebas menjadi diri kamu sendiri dan berubah menjadi orang baik"


" Saya engga mau terperangkan dengan istilah orang baik, B. Ayah saya menua dalam kemiskinan setelah bangkrut sebagai pedagang klontongan. Itu karena dia sangat idealis dan selalu ingin jadi orang baik. Tetapi naif. Dia jadi korban Ponzy Madoft yang  menawarkan berinvestasi di wallstreet dan sekaligus beramal. " Kata Mei dia berdiri dari kursinya. Menatap ke luar jendela. 


"  Karena faktanya sistem dunia ini sudah dari sononya brengsek.  Orang baik sebenarnya orang yang tahu diri mengapa dia dilahirkan kedunia. Setidaknya dia pahami, di dunia ini hanya ada dua, pemangsa atau korban. Kalau tidak paham, itu artinya berkah akal yang diberikan Tuhan tidak dia sukuri. Dia jadi pengeluh dan hidup dalam dimensi persepsi dia sendiri. Saya yakin  Tuhan inginkan kita menjadi agent perubahan di dunia yang tidak ramah ini. "lanjut Mei.

Fenomena dari masa ke masa...

  Hari jumat usai sholat maghrib. Saya sempatkan bertemu dengan anak muda. Dia mahasiswi. “ Saya suka baca blog bapak. Itu dasar saya jadika...