Rahmadi datang ke tempat Spa yang ditentukan. Ini kali pertama dia datang ke spa khusus yang tamunya etnis Tionghoa. Amir berjanji akan memenuhi permintaannya. Tentu dengan syarat agar Rahmadi mendukung kemenangan perusahaan Amir dalam tender. Awalnya Rahmadi keberatan. Tetapi dia diyakinkan oleh Amir. “ Ini bukan proyek APBN. Tidak ada uang negara. Semua uang dari kami. Proyek ini juga penting untuk melaksanakan misi Jokowi membangun infrastruktur. “
Rahmadi tahu. Walau bukan proyek APBN. Tetapi proyek itu akan mudah dapat kredit dari bank. Karena dianggap proyek strategis bagi program nasional. Rahmadi juga tahu. Walau tidak ada dana APBN keluar, namun proses pembangunan itu pasti di mark up biayanya. Ya Amir pasti bebankan semua biaya ke dalam proyek, termasuk uang suap. Pada akhirnya rakyat menanggungnya. Jangka waktu konsesi akan lama dan tentu tarif semakin memberatkan rakyat.
Ketika masuk lounge spa. Rahmadi duduk di sofa pojok. Seorang pria yang tidak dikenalnya menghampirinya. Tanpa bersuara, pria itu menyerahkan kunci locker. “ Ini titipan dari pak Amir.” Kata pria itu dan berlalu. Rahmadi beranjak dari tempat duduknya. Pergi ke ruang Locker. Dia buka locker sesuai dengan nomor kunci. Di dalamnya ada tas golf. Di dalam tas itu berisi uang dollar. Jumlahnya sesuai yang dijanjikan Amir.
Jantung Rahmadi berdebar. Ini kali pertama dia terima uang besar. Kali pertama menjabat posisi penting. Teringat dulu waktu masih mahasiswa dia pejuang reformasi. Ikut bersama teman temannya menjatuhkan Soeharto. Teringat dengan Sabarudin teman kuliahnya yang kini masih jadi aktifis kemanusiaan. Yang tak henti memperjuangkan keadilan bagi rakyat miskin. Rumah masih ngontrak. Teringat teman mengajinya di kampung. Teringat ibunya yang mendidiknya menjadi orang baik.
Ada sesal dengan sikapnya menerima uang dari Amir. Tapi membayangkan dia gagal menjaga Mira. Wanita yang dia cintai. Dia terpaksa berdamai dengan realita. Teman sekantornya juga begitu. Bahkan mereka saling berbagi rezeki dari uang suap investor. Apalagi ini dia lakukan untuk Mira. Wanita pengusaha yang tajir. Bisnis nya adalah pembebasan lahan untuk proyek nasional.
***
Setidaknya sebelum Mira masuk dalam hidupnya. Selama 15 tahun Amir berumah tangga, dia bisa menjaga amanah sebagai ASN. Istrinya selalu berpesan agar hanya uang halal saja yang dibawa pulang. Istrinya tidak mau dia menghidupi anak istrinya dari api neraka. Kehidupan rumah tanggal walau bersehaja, namun dia merasa bahagia. Dia sendiri tidak tahu mengapa akhirnya hubungannya jadi serius dengan Mira.
Atau bisa juga alasan manusiawi. Sejak istrinya melahirkan anak kedua. Tubuh istrinya jadi gemuk. Ah itu bukan alasan. Yang jelas Mira sebagai wanita pengusaha tidak pernah minta uang dari dia. Selalu ada waktu mendengar dia berbicara. Menjadi teman diskusi. Membuat akalnya error untuk menimbang salah atau benar. Sehingga dari satu pertemuan ke pertemuan berikutnya, ia merasa senang walau harus sering berbohong kepada istrinya. Wajarlah anak panah cinta melesat dari mata Mira menghujam ke jantungnya.
Tetapi kemarin Mira bertemu dengannya. Mira terdesak hutang. Atau rumahnya disita bank. Dengan airmata berlinang, Mira bercerita dia dizolimi mitranya. “ Amir janji akan memberi saya uang untuk bayar utang ke bank. Asalkan Mas bantu dia menangkan tender proyek..” Kata Mira dengan solusi dan raut wajah menghamba.
“ Baik saya akan bantu kamu.” Kata Rahmadi.
***
Rahmadi janjian dengan Mira bertemu hotel. Mira akan check in room hotel dan masuk lift lewat basement. Dia akan pergi ke kamar hotel itu setelah ada pesan masuk dari Mira. Menunggu pesan masuk dari Mira. Dia menanti di café hotel. Entah mengapa. Rasa bersalah itu masih bergayut di sanubarinya. Dia pergi ke toilet. Tidak jauh dari tempat dia berdiri. Dia mendengar pramusaji sedang menelpon seseorang.
“ Maafkan aku Mbok. Tak bisa lagi aku berhutang di tempat kerjaku. Bulan depan aku di PHK.” Kata pramusaji itu dengan terbata bata dalam isakan tangis. Rahmadi melirik kearah pramusaji itu yang sedang mengusap airmatanya.
Saat itu kesadaran datang. Di hadapannya. Ada seorang anak muda dalam keadaan kalah oleh situasi dan dengan rasa bersalah memohon maaf kepada ibunya. Hanya karena dia gagal berbakti. Padahal anak itu sudah berjuang untuk hidupnya. Tetapi sistem negara membuatnya jadi orang kalah. Entah sampai kapan akan terus ditanggung anak muda itu. Entah berapa ibu yang menangis karena masa depan anaknya tidak jelas. Entah berapa istri yang cemas akan masa depan anak anaknya karena suami di PHK.
“ Tuhan, apa yang baru saja aku lakukan? Pantaskah aku jadi putra ibuku yang dibesarkan dengan jerih payah dan doa, berharap aku jadi orang berguna bagi nusa dan bangsa. Nyatanya Ibuku hanya membesarkan seorang koruptor. Tak pantas rasanya aku menyembahmu ya Tuhan.
Tak pantas sarjanaku. Manusiakah aku? Yang tak pernah merasakan sukur atas nikmatMu. Padahahl hidupku lebih baik dari mereka yang ada di luar sana. Tapi aku tidak bisa berterimakasih kepada rakyat yang selalu bersabar menanti kemakmuran, yang entah kapan menjelma. ” Rahamdi berlinang airmata dalam sesal tak bertepi.
“ Maaf saya tidak bisa bantu kamu, Mira. “ pesanya lewat WA. Kemudian, uang itu dia laporkan kepada atasanya . “ Saya tetaplah satu satunya orang dalam tim proyek yang menolak Perusahaan Pak Amir jadi pemenang tender. Karena dia memang tidak ada modal. Dia hanya broker. " katanya seraya menyerahkan uang itu kepada atasannya. Besoknya Rahmadi dipindahkan dari posisinya.
***
Rahmadi teringat dengan mentor nya. Pria usia mendekati 60 tahun. Yang selalu tampil bersehaja. Namun kaya spiritual. “ Pak Ale, apakah ada waktu ketemu.” Katanya lewat pesan singkat. Pria itu menyanggupi bertemu. Saat ketemu, Rahmadi ceritakan semua apa yang terjadi. Termasuk kegundahan hatinya. Sampai akhirnya dia bisa bersikap benar walau hampir terlambat. Pria itu menyimak dengan penuh empati.
" Privatisasi layanan publik itu hanya business. Pemerintah cukup memberikan kebijakan soal tarif yang melindungi konsumen dan memastikan lingkungan business mendukung untuk investor berinvestasi pada insfrastruktur lewat skema PPP. Tidak perlu dipaksakan dengan segala macam PSN. Investor bukan UKM yang harus dibina dengan beragam fasilitas. Yang akhirnya APBN harus bailout lewat PMN dan VGF. Pemerintah focus aja membina PEMDA agar bisa mengembangkan infrastruktur umum tanpa bayar. Itu kan bagian dari tanggung jawab kepada pembayar pajak." Kata Pria tua itu.
“ Soal sikap kamu akhirnya benar. Itu semua karena doa istri kamu. Percayalah. Selain ibu yang melahirkan kita, doa yang pasti didengar dan dikabulkan Tuhan adalah doa istri. Mengapa ? karena sejak Tuhan takdirkan dia menjadi istri, dia berhak meminta Tuhan melindungi suaminya. Paham. Berbuat baik kepada orang lain itu bagus. Tetapi perbuatan paling mulia selain kepada ibu kita, adalah kepada istri. Sedekah terbaik adalah kepada istri. Bersabar paling mulia adalah kepada istri. Camkan itu “ Kata mentor nya.
" Pak, kenapa pemain hedge fund itu terkesan jahat, Hampir semua mata uang asing jatuh terhadap USD. Itu kan karena pasar OTC dari NDF." Kata Rahmadi. Berharap pencerahan.
" Pemain hedge fund kan pedagang. Mereka hanya memanfaatkan kelemahan pemerintah aja. Artinya kalau pemerintah benar kerjanya kan engga mungkin pemain hedge fund bisa profit taking "
" Apakah kelemahan pemerintah itu karangan dari influencer oposisi.?
"Silahkan saja bilang begitu. Pemain hedge fund itu punya skill riset financial dan fundamental ekonomi. Engga sulit untuk tahu kelemahan pemerintah. "
" Apa itu ?
" Negara itu punya masalah serius soal issue keadilan. Dan itu karena fundamental ekonomi lemah alias kopong. Sederhana kan. Harusnya pemerintah mitigasi resiko politik soal issue keadilan dengan cara perbaiki fundamental ekonomi. Yang terjadi malah bayar survey abal abal dan bayar media massa beritakan omong kosong.
" Darimana tahunya soal Fundamental ?
" Ya lihat aja publikasi APBN dari pemerintah. Kan jelas sekali. Pemerintah mengalami defisit hampir 3% dari PDB. Hampir mentok pagu defisit yang ditetapkan oleh UU. Nah defisit 3% itu ditutupi dari utang. Konyolnya, utang baru ditarik untuk sebagian besar belanja rutin bukan untuk ekspansi. Jadi itu yang saya maksud ruang fiscal jadi sempit. Engga ada ruang luas untuk belanja MSB dan subsidi."
" Gimana dengan rencana pembiayaan non APBN seperti Danantara. Apa bisa jalan? Tanya Rahmadi.
" Pembiayaan non APBN itu bisa saja dan bagus. Namun diperlukan system pemerintahan yang bersih dan transfarance. Kan investor itu orang kaya. Engga bego mudah dipengaruhi oleh buzzer bayaran. Kalau system tidak diperbaiki, ngapain keluar uang. Jadi sebelum menggunakan skema non APBN ya perbaiki dululah system hukum dan peradilan kita.
" Kan bisa menjadikan saham BUMN sebagai collateral untuk terbitkan surat utang. Sepert konsep Danantara."
" Itu sulit dilakukan kalau UU keuangan negara tahun 2003 belum direvisi. Kalaupun di revisi, SBN kita bisa jadi sampah. Karena selama ini SBN kita kan underlying nya asset BUMN. Kan engga mungkin digadaikan dua kali. Rahmadi tercerahkan dari penjelasan mentor nya yang lugas
“ Saya mau resign aja, pak Ale.” Kata Rahmadi.
Pria tua itu tersenyum. Dan sebelum berpisah “ Negara butuh orang seperti kamu, Di. Jangan menyerah.” Kata pria tua itu berpesan. Rahmadi menyalami dan mencium punggung tangan pria itu. Sebulan kemudian, dia dapat kabar bahwa dia dapat program belajar ke luar negeri.
***
Jam 11 malam Rahmadi sampai di rumah. Istrinya menyambutnya dengan masih berbalut mukena. Dia tahu, istrinya selalu zikir seusai sholat isya seraya menantinya pulang“ Papa udah makan? Mama panaskan dulu ya makanannya. “ kata istrinya. Entah mengapa dia sujud di kaki istrinya. “ Maafkan aku Mah..Maafkan.” katanya. Istrinya menarik bahunya dan memeluknya.
” Kenapa harus minta maaf pah. Papa imam mama. Mama terus doakan papa agar semua baik baik saja.” Kata istrinya dengan lembut dan tersenyum.
“Papa disuruh ikut program belajar ke AS. Mama mau temanin papa ke AS? Tanyanya.
“ Kemana papa pergi mama ikut. “ Jawab istrinya dengan tersenyum.
“ Tapi kantor hanya beri biaya untuk papa.” Kata Rahmadi.
“ Engga apa apa. Kan bukan kali ini aja papa dapat tugas belajar ke luar negeri. Ingat engga 3 tahun menikah, Papa dapat tugas belajar ke Eropa. Mama ikut. Anak kedua kita lahir di Eropa.” Kata istrinya tersenyum.
“ Tapi mama jadi repot. Terpaksa kerja serabutan untuk hidup kita.” Kata Rahmadi dengan getir.
“ Ya engga apa apa. “Kata istrinya seraya membelai kepalanya. “ Yang penting dalam setiap kesempatan kita bersukur saja kepada Tuhan. “ kata Istrinya dengan bijak. “ Semoga nanti papa kembali ke tanah air, suasana sudah berubah. Kepemimpinan sudah lebih baik dan orang seperti papa bisa lebih bermanfaat untuk negara.” Lanjut istrinya dengan tersenyum.
“ Tuhan, Istriku tidak secantik Mira, tentu tidak sepintar Mira. Tetapi kebesaran hati dan ketulusannya telah menyelamatkanku. “ Kata Rahmadi dalam batin. Saat itu dia baru menyadari betapa harta tak terhingga adalah istri yang sholeha. Yang tidak mempertanyakan integritas suami, tetapi berusaha memaklumi segala kekurangan suami dan memohon kepada Tuhannya agar suaminya kembali ke dia dalam keadaan sebaik baiknya imam bagi dirinya.
1 comment:
Mengandung bawang.....
Post a Comment