Saturday, February 05, 2022

Melewati prahara..


 


Myung datang ke kantor saya di Hong Kong. Wajahnya kusut. “ B, bisa bantu saya.” Katanya. Myung adalah sahabat saya. Dia bekerja sebagai CEO Lembagan Keuangan. Selama ini saya tidak ada bisnis dengannya. Kedekatan hanya karena pergaulan bisnis saja. Dan kemudian kami menjadi sahabat. 


“ Ada masalah apa kamu? Tanyas saya


“ Dana kelola saya 20% susut. Portfolio saya jatuh semua. Keliatannya sulit untuk bisa recovery. Harus cut loss. Tetapi kalau itu terjadi, perusahaan saya bisa ditutup. Karena saya melanggar aturan mengenai mutual fund.’ Katanya.  Saat itu tahun 2012. Saya pandang dia dengan seksana. Bagaimana orang yang selalu ceria dan tampil plamboyan. Kini keliatan seperti orang tidak berdaya dan wajah kehilangan aura. Padahal ini hanya bisnis. 


“ Ah kenapa sih kamu repot amat. Kamu kan hanya profesional. Bukankah keputusan investasi sudah sesuai dengan prosedure perusahaan dan persetujuan pemegang saham”


“ Benar, B. Tapi kalau terjadi apa apa, mereka pasti korbankan saya. Habis karir saya. Usia saya masuk 50 tahun. Saya tidak mau berakhir seperti ini karir saya.” Katanya mengusap kepalanya sendiri. Dia benar benar panik. 


“ Ok, “ Kata saya. Dia mendongak. Seakan tidak percaya saya setuju membantunya. “ Ceritakan apa yang dapat saya lakukan? ”


“Saya butuh USD 50 juta. Bisa bantu ? Setahun saya lunasi.” Katanya.  Saya tahu dia tidak pinjam mudah dari saya. Tentu dia datang ke saya untuk dapat solusi, yang sesuai dengan kapasitas  dia sebagai CEO lembagan Keuangan. Dia menanti solusi. Saya tersenyum. Karena saya memang sedang butuh cash flow besar untuk menyelesaikan beberapa akuisisi dibeberapa negara yang sedang dilakukan oleh Holding.


“ Saya akan keluarkan GLobal Bond, term 144A Sec Act. Ini Credit link note.  Penerbit adalah SPC. Saya akan terbitkan USD 250 juta. Kamu ambil USD 50 juta. Nah kamu cari pembelinya” Kata saya duduk santai di sofa. Dia tetap duduk depan meja kerja saya. Dia tertunduk. Seakan berpikir. 


“ Kamu serius, B? Katanya melangkah ke arah sofa. Duduk depan saya.


“Serius.” kata saya tegas.


“Kapan kamu akan terbitkan global bond itu?


“ Tergantung kapan kamu siap” Kata saya santai


***


Sebelum tahun 2013 saya menikmati financial freedom. Karena likuiditas perbankan sangat besar. Saya leluasa membiayai aksis M&A. Namun tahun 2013 the fed mengumumkan kebijakan Tapering dengan menaikan suku bunga. Kepanikan meluas menuju tantrum.  Perbankan juga menaikan suku bunga. Berusaha menahan eksodus dana pihak ketiga, Kurs beberapa negara juga melemah. Sementara utang holding semua dalam mata uang dollar AS. Transaksi dalam mata uang lokal. Sulit saya untuk menghindar dari jebakan utang.


Pada tahun 2013 saya menghadapi tekanan dari kreditur. Karena angsuran hutang. Pembayaran bunga sudah sulit dibayar. Saya minta hutang di restruktur. Tapi ditolak bank. Sebenarnya mereka tidak bisa tekan saya. Saya masih punya hak untuk melakukan restruktur. Apalagi situasi  krisis ekonomi yang masih berlanjut. Masa depan serba tidak pasti. Dalam situasi panik begini semua orang berusaha cari selamat. Saya tidak mau terus ditekan. Sudah sifat saya yang sangat sensitif kalau dikejar utang atas dasar tidak percaya. Apalagi konsorsium bank kirim surat minta bertemu saya membicarakan soal hutang.


Sesuai jadwal yang ditentukan saya menghadir undangan dari konsorsium bank kreditur yang berjumlah 32 bank. Saya hanya didampingi James. Ketika rapat masuk ruang pertemuan , saya minta james menanti diluar.  Saya merasa sedang diadili oleh orang banyak yang tadinya begitu hormat kepada saya.  Tapi kini wajah mereka terkesan tidak bersahabat.  Ketika saya diberi kesempatan bicara. Tanpa prologh,  saya  menyerahkan selembar kertas kepada masing masing anggota konsorsium bank. “ Silahkan kalian baca tulisan dikertas selembar itu dan tentukan sikap ? yang setuju silahkan berdiri dan tidak setuju tetap duduk “ Kata saya.


Selang beberapa menit tidak ada satupun yang berdiri. Semua masih tetap duduk.


“ Jadi tidak ada satupun yang setuju saya akan melunasi hutang.  Ada apa ? bukankah tujuan kalian mengadakan pertemuan ini untuk menekan saya membayar utang.? Kata saya dingin.


“ Ini serius “ kata salah satu mereka.


“ Emang kamu pikir saya datang kemari main main?


“ Bukan begitu. Tapi semudah ini ? Kata salah satu mereka.


“ Saya pengusaha dan jangan pernah ancam saya. Saya masih beri waktu seminggu. Kalau kalian berubah pikiran, hubungi saya.  Saya akan tugaskan asset manager untuk menyelesaikan pelunasan utang” Kata saya tenang. Saya berdiri dari tempat duduk dan melangkah keluar ruangan. James menatap saya bingung karena rapat berlangsung tak lebih 10 menit. 


Sampai di kantor, saya adakan rapat dewan direksi. Saya ceritakan masalah yang sedang kami hadapi. Mereka semua terdiam. “  Mengapa anda begitu berani bersikap. Apa ada cara yang cepat bayar semua utang itu ? Totalnya USD 3,5 miliar. “ Tanya Tong.


“ Saya belum tahu dari mana caranya bayar utang.  Tapi saya yakin sudah bersikap benar. Ibarat berjudi. Lawan saya ingin lihat sejauh mana keyakinan saya dalam bertaruh. Kalau mereka liat saya tenang dan yakin, itu bisa menghilangkan keraguan mereka. Dan mereka bisa menerima kalah. “ Kata saya. Mereka tidak merespon apapun. Namun dari wajah mereka keliatan sangat kawatir.  


Tak berapa lama dapat telp dari Ketua konsorsium kreditur. Saya terdiam lama setelah usai terima telp. Saya tetap mereka semua. “ Ketua konsorsium barusan telp. Mereka semua sepakat kita lunasi utang dalam seminggu.” Kata saya. Sekarang mereka benar benar panik.


***


Jam 1 pagi saya terbang ke Beijing untuk bertemu dengan sahabat saya, lyly. Dia sekarang sebagai CFO pada perusahaan investasi milik BUMN China. Setelah pertemuan di Shanghai tahun 2009 dan terakhir bertemu di Davos,  saya tidak pernah lagi bertemu dengan dia.  Itu karena saya  kawatir emosional dia semakin larut terhadap saya. Saya tahu dia sangat mencintai saya. Itu dia katakan kepada Esther, sahabat saya banker di Bank milik Eropa. Saya tidak mau hubungan kami menjadi complicated. Karenanya saya tidak pernah berharap bertemu lagi dengan dia. Cukuplah sebatas sahabat.


Tapi kini saya dalam pesawat, untuk bertemu dia. Tak ada janji sebelumnya. Saya juga tidak tahu apakah saya pria pecundang? Harus korbankan prinsip kesetiaan dengan istri demi bisnis. Padahal istri saya tidak butuh bisnis saya. Itu sebabnya bahan presentasi dan proposal yang saya buat saya  hapus file nya begitu saja  Saya tidak punya alasan kuat minta tolong ke dia. Secara bisnis saya sudah tersudut. Tidak ada lagi yang bisa selamatkan saya. Ini adalah takdir saya untuk pulang ke rumah. Melupakan semua yang pernah saya dapatkan.  Tuhan mungkin punya cara mendidik saya. Ini salah satunya.


Sesampai di Beijing saya telp Ester. Agar dia bisa bantu atur pertemuan dengan Lyly. Terdengar dari cara Ester menjawab. Dia senang sekali. Karena saya mengikuti sarannya bertemu dengan Lyly. Tak berapa lama, Ester mengatakan bahwa Lyly akan datang ke hotel tempat saya menginap setelah jam kantor. Selama menanti kedatangan Lyly saya menghabiskan waktu dengan membaca Laporan dari kantor. Tak berapa lama ada nada panggilan telp.


“ B.. “ Terdengar suara Direksi saya diseberang.


“ Ya.”


“ Myung sue Anda .”


“ Ada apa ?


“ Kalau berdasarkan surat somasi yang dia ajukan itu berkaitan dengan penjualan MTN yang kamu lakukan tahun lalu. Menurutnya MTN itu ilegible dan tidak bisa dicairkan”


“ Terus “


“ Kalau kamu tidak kembalikan uang penjualan MTN yang kamu terima maka dia akan lanjutkan ke pengadilan dan juga laporkan kamu ke Polisi karena penipuan.” 


“ OK. Kamu panggil lawyer saya dan juga fund manager yang kelola asset saya.Berikan surat somasi itu.  Mereka tahu bagaimana menghadapinya. “


“ OK Bro." Kata direksi saya, Telp saya tutup. 


 “ Kenapa kamu sue saya ? Kata saya via telp ke Myung


“ Baca surat somasi saya. Engga perlu tanya lagi “


“ Maksud saya dasarnya apa ? apakah ini urusannya personal apa murni bisnis?


“ Engga perlu tahu kamu. “ Teriaknya


“ Kalau alasan personal, saya akan kembalikan uang kamu dan kamu serahkan lagi MTN itu kesaya. Gampang kan.” Kata saya kembali menegaskan sikap


“ Kamu baca aja somasi saya.”


“ Ok. Kalau alasan bisnis saya akan hadapi secara bisnis. Tunggu aja , lawyer saya sedang pelajari somasi kamu. “ 


“ OK. terimakasih.”


Menjelang ashar, dapat panggilan telp “ B ” Terdengar suara John lawyer saya.


“ Ya “


“ Saya sudah baca somasi Myung dan saya sudah diskusi dengan fund manager kamu, kesimpulannya somasi Myung tidak ada artinya. Itu ancaman kosong. “


“ Saran kamu ?


“ Ikuti aja permainan dia. Kita pasti menangkan kasus ini di pengadilan. Saya sudah pelajari semua aspek hukum dibalik transaksi ini dan juga berkaitan dengan keberadaan MTN itu, tidak ada yang salah, Semua tahu kok MTN dibawah 144 A Sec Act itu ilegible dan tidak bisa dicairkan kecuali oleh members.  Dan ada lagi surat solicit  dari dia waktu transaksi ini dilakukan bahwa dia hanya bisa mencairkan melalui pasar 144 A Sec Act. Jadi jelas kan maksud saya “


“ Ya. Makanya saya bingung kenapa dia somasi saya ? Ini pasti masalah personal. Tapi apa ? secara personal hubungan dengan dia sangat baik. “


“ Ya. Itu engga usah dipikirkan. Jadi kita hadapi saja dia, agar tahu apa motiv dia somasi kamu “


“ OK.”


Saya terhenyak. Ada apa ini. Disaat oleng, serangan datang. Saya  berusaha tenang. 15 tahun d Jakarta. Saya sudah pengalamam 4 kali bangkrut dan menghadapi prahara. 10 tahun berbisnis di luar negeri, itupun proses yang tidak mudah. Saya telah melewati banyak kesulitan. Saya tidak boleh lemah.


Seusai maghrib, Lyly telp melalui room call “


“ B, saya sudah di loby.”


“ Ok segera saya kebawah. “


“ Apa bisa saya kekamar kamu aja.”


“ Tentu.” Kata saya.


Tak berapa lama, pintu kamar diketuk. Nampak di depan pintu kamar Lyly berdiri dengan masih mengenakan longcoat. Dia memeluk saya. “ Lama ya engga ketemu “ Katanya berbisik.


Saya menuntunnya ke ruang duduk. Bukan kamar panthouse , bukan pula suite troom. Tapi hanya standard deluxe.  Jadi ruang duduk sangat kecil dan dekat dengan ranjang.  Kami duduk bersebalahan.


“ Saya dengar kabar dari Esther kamu ada masalah dengan kreditur bank.  Apa yang dapat saya bantu? Kata Lyly langsung ke masalah saya. Tidak ada kesan dia manja depan saya.  Saya ceritakan posisi Holding. Semua rasio keuangan sehat. Ssaya memang berniat restruktur  atas naiknya suku bunga akibat tapering tantrum. Tetapi konsorsium bank menolak.


“ Kemarin semalaman saya baca laporan keuangan holding kamu. Saya juga analisa semua portfolio. Semua anak perusahaan kamu sehat dan punya masa depan bagus sekali. Visioner sekali. “ Kata Lyly. “ So apa yang harus saya lakukan ?


“ Apakah mungkin saya dapatkan pinjaman dari kantor kamu.” Kata saya, Saat itu saya seperti ayam sayur. Saya tidak sanggup menatap  dia. Kalaupun dia menolak, saya sudah ikhlas. Saat itu saya sangat merindukan istri. Saya memang bukan elang. Saya  hanyalah ayam kampung yang ada diantara ayam merak. Yang salah saya. Tidak tahu menempatkan diri.


Lyly lama terdiam. Tiap sebentar dia tatap saya. Tapi cepat memalingkan wajah ketempat lain. 


“ Saya putuskan sekarang. Kamu akan dapatkan pinjaman sebesar USD 3,5 miliar. Skemanya debt to equity SWAP selama 5 tahun. Lima tahun lagi kita maju berunding second round. Apakah kamu mau lunasi atau lanjut second stage untuk lima tahun lagi. Bunga 2% per tahun. Proses paling lambat lusa sudah cair. Kalau ok, besok pagi kita teken perjanjian. “ Kata Lyly tenang. Entah mengapa saya tidak sanggup menahan air mata jatuh. Saya diam saja. Saya menggeleng gelengkan kepala. Yang terbayang wajah istri saya di jakarta. Yang sangat setia dan percaya saya. Mengapa saya kini lemah dihadapan wanita, yang memberikan saya solusi too good to be true.


“B..” Kata Lyly. Dia jongkok depan saya duduk. Dia hapus airmata saya. “ Kamu melukai hati saya. Bagaimana mungkin pria yang sangat saya banggakan nampak lemah. Ayo tegar sayang. “Katanya. Dia peluk saya. “ Saya wanita dewasa, B. Saya ada di depan kamu. Saya tahu diri untuk menerima kenyataan bahwa kamu tidak akan pernah jatuh cinta dengan saya. Menjadi sahabat kamu, itu sudah berkah bagi saya. Apalagi dalam keadaan lemah kamu datang ke saya. Itu artinya kamu percaya saya. “ 


“ Terimakasih Ly. “ Hanya itu yang dapat saya katakan. 


“ Tidak perlu terimakasih. Ini semua pertimbangan bisnis. Dari pagi saya rapat dengan direksi. Memang salah satu target porfolio kami adalah perusahaan kamu. Itu sudah lama kami pelajari.” Dia tersenyum.


“ Saya dengar kamu sengketa dengan Daniel ? Kata lyly. Saya terkejut bagaimana dia bisa tahu. Ya pantas saja dia tahu karena perusahaan saya sudah masuk radar perusahaan dia.


“ Dia mau kuasai tambang batubara di Mongolia. Dia mau tendang saya. Tapi caranya engga fair. Dia manfaatkan situasi ketika pasar sedang lesu dan saya sedang menghadapi tekanan dari kreditur.”


“ Itulah Eropa style. Tidak ada persahabatan dalam bisnis.”


“ Berapa total hutang kamu dengan menjadikan saham batubara itu sebagai collateral ?


“ USD 2,3 miliar.”


“ Total asset semua berapa sekarang ?


“ Ya kurang lebih USD 8 miliar.”


“ Oh secara akuntasi kamu masih sehat. “


“ Ya”


“ Masalahnya apa ?


“ Pihak kreditur bank maksa agar saya topup collateral berupa saham dari anak perusahaan. Itu tidak mungkin saya setuju. Karena skema hutangnya kan berbeda.”


Lyly terdiam. Entah apa yang dipikirkannya. Akhirnya dia tersenyum menatap saya. “ Saya ada usul “


“ Apa ?


“ Saya akan bicara dengan investment company di China. Mereka akan bailout hutang kamu itu dan saham batubara yang digadaikan itu dikuasi oleh investment company dengan contract REPO selama 4 tahun.”


" Mengapa China berani REPO dengan situasi saham sedang terpuruk?


" Riset kami di bidang bisnis tambang jauh lebih hebat daripada investor atau banker negara lain. Jadi tenang saja. Ini bukan too good to be true.”


“ Apa ada pasal opsi dalam contract itu ?


“ Ada, kalau kamu tidak tutup pada tanggal berakir repo, maka pelepasan saham syah. Mereka kuasai saham itu. Saham kamu lepas.”


“ Apakah mungkin ?


“ Kalau kamu setuju “


“ OK saya setuju. Lantas bagaimana cara saya berterimakasih ?


“ Kamu belum penuhi janji kamu undang saya makan malam ditempat biasa. Itu aja bayarannya. “


“ Lyly , maaf, saya tidak tahu tempat makanan biasa di Beijing. Gimana kamu yang tentukan tempatnya dan saya yang traktir “


“ OK. Ayo kita keluar sekarang, Saya sudah lapar.” Kata Lyly. Kami keluar kamar. Berjalan menyusuri trotoal dalam cuaca winter. “ Setelah ini pulanglah. Temui istri kamu. Dia yang pantas jadi hero bagi kamu.  Bukan saya, bukan Esther. Tahu mengapa? Karena dia menciptakan pria yang kami banggakan. “Kata Lyly memagut  lengan saya.


Sedang makan malam dengan Lyly, saya dapat telp dari James. “ Pak tadi pagi ada surat dari lawyer di Eropa, Daniel tuduh anda melakukan insider trading. Dia punya semua bukti itu dan sudah diserahkan kepada otoritas. Rekening asset anda di Swiss sudah block oleh otoritas. Ini pembuktian terbalik. “


“ Saya sudah duga. Karena setelah dia dapat kabar saya dapat pinjaman dari investment company di china untuk melunasi hutang di bank, dia akan gunakan cara lain. Pada tahap ini saya bisa tahan serangan dari Daniel. Tapi perang berlum usai.  Sekarang panggi semua untuk rapat dngan saya di kantor. “


“ Baik Pak.” 


Saya matikan telp. Lyly melirik saya. Saya ceritakan soa bad news itu."Lawan! " Kata Lyly singkat. " Sudah saatnya Asia tidak lagi dipandang remeh" lanjutnya.


***

Jam 7 malam bertempat diruang rapat kantor holding, saya memberikan penjelasan tentang kasus Myuang dan Daniel. Setelah mendapatkan penjelasan, mereka dapat memahami. Bahwa saya bisa atasi dan lewati kasus itu dengan mudah namun memang tidak bisa sebentar menyelesaikannya.


“ Sekarang saya akan menyampaikan pengumuman “ kata saya dengan tenang. Semua nampak kaget. Seakan menanti apa gerangan yang akan diumumkan. “ Saya mengundurkan diri dari ketua Komite investasi dan juga sebagai chairman holding. Saya tunjuk Tong sebagai chairman. Saya tetap sebagai ketua komite investasi“

“ Mengapa ? tanya Tong.


“ Tidak etis bila saya tetap memimpin. Akan lebih baik bila saya focus menyelesaikan masalah hukum. Sebagai penghubung saya dengan holding, saya akan menujuk asset manager dan lawyer. Jadi mulai sekarang tetaplah bekerja seperti biasa. “


“ Tapi pak tetap saja setiap keputusan, kami akan meminta pendapat anda “ Kata James.


“ Silahkan”


Semua hening. Nampak mereka berlinang air mata. Pemicunya karena Lena sekretaris saya tidak bisa menahan tangis. “ mengapa mereka jahat sekali . Saya ikuti kamu sejak tahun 2006, Tidak ada niat buruk kamu kepada teman teman kamu. Bahkan Daniel kamu bantu berkali. Myung hampir masuk penjara akibat fraud kamu bantu, Kini mereka khianati kamu, dan berniat menghabis kamu. Holding ini kamu dirikan dengan banyak kesulitan. Saya pernah lihat kamu berhari hari tidak tidur. Kamu pernah jatuh pingsan di Guangzho karena kelelahan. Apakah orang miskin tidak boleh kaya..” kata Lena menangis sesunggukan.

 

“ Lena , sudah seharusnya kamu engga lagi capek bantu saya. HRD akan alihkan tugas kamu ketempat yang lebih nyaman. “


***


Saya kembali ke Jakarta. Ketika bangun pagi saya merasakan sangat lapang. Mengapa ? ini kali pertama seumur hidup saya bisa bangun pagi tanpa beban apapun. Hari hari saya habiskan bersama istri. Jalan jalan ke mall atau pagi hari cari ketupat sayur pakis ke Jatinegara. Makan di cafe tenda bersama orang kebanyakan. Ternyata menjadi orang biasa itu lebih enak karena kita pernah merasakan menjadi orang luar biasa. Saya bersyukur bahwa harta dan jabatan tidak menjadikan saya orang lain. Saya tetaplah putra ibu saya dan suami dari istri saya dan ayah dari anak anak saya. Bagi mereka , saya tidak pernah berubah.


***

Tahun 2016 saya bisa menang di pengadilan Eropa. Semua tuduhan insider trading kepada saya oleh otoritas tidak terbukti. Karena  lewat pembuktian terbalik, saya bisa buktikan bahwa saya tidak salah.


Lawyer dan agent saya dari Hong kong datang ke Jakarta. Mereka minta saya menanda tangani dokumen berkaitan dengan kasus yang sudah saya menangkan sejak beberapa bulan lalu. Entah kebetulan, lawan saya yang berperkara di Hong Kong juga ada di Indonesia. Dia minta ketemu dengan saya. Saya menyanggupi. Lawyer saya menasehati saya agar sebaiknya tidak menemui dia. Karena akalnya banyak sekali dan target nya memang satu yaitu menghancurkan saya. Saya tetap bersikukuh untuk menerima kedatangannya.


Ketika dia datang, agent dan lawyer saya nampak geram. Saya tetap tenang. Dia menyalami saya dengan kaku. Saya menyambutnya dengan senyum. Entah mengapa ketika saya memeluknya,  dia nampak ragu. Namun segera membalas pelukan hangat saya dengan melingkarkan tangannya. 


"Setelah apa yang saya lakukan dengan kamu, tapi kamu tidak nampak sedikitpun merasa dendam dengan saya. Kamu dengan mudah melupakannya. Padahal semua saya rencanakan dengan baik  untuk kamu jadi pecundang. Dua tahun pertarungan di pengadilan, tentu ongkos yang tak murah yang harus kamu bayar,  tapi kamu tetap  tenang menghadapinya sampai kamu menang. Setelah itu kamu tetap seperti dulu sebelum kita berperkara. Pelukan kamu sama tak berubah. Senyummu tak berkurang."  Katanya.


Dengan tersenyum saya katakan bahwa  jiwa kemanusiaan saya tidak akan berkurang kepada siapapun walau dalam posisi berperang sekalipun. Soal perbedaan sikap kita dalam bisnis sampai kita masuk ke pengadilan, itu biasa saja. Kita lewati proses itu. Bagi saya tidak ada kemenangan yang sejati kecuali saya bisa memaafkan kamu dan kamu kembali menjadi sahabat saya. Tidak ada peperangan yang harus di menangkan di medan bisnis, apalagi hukum dunia. Peperangan kita adalah menaklukan diri kita sendiri untuk berdamai dengan kenyataan. Tanpa ada benci atau dendam, memaafkan itu indah dan menyehatkan spiritual kita.. “


Dia kembali memeluk saya.. " Terimakasih menerima kembal saya sebagai sahabat…” Katanya.


***

Tahun 2018, saya masuk jadwal penyelesaian hutang Holding dengan investment group China. Saya berhasil melewati first round. Dan masuk second round sampai tahun 2025. Walau kekuasaan saya dibawah kendali investor group china. Namun saya dapatkan akses financial resource tanpa batas untuk mengembangkan holding.  Di masa tua ini saya bisa lebih tenang. Tetap menjadi diri saya sendiri. Hidup sederhana sebagai ayam kampung, Saya pernah merasakan hidup bersama ayam merak. Saya tidak nyaman. 


7 comments:

Ardhianty Amran said...

Super...

Jingga said...

Babo keren banget siiihhhh.... Sy belajar banyak dari tulisan2 babo... Sehat2 ya babo... ☺

Irman said...

Kisah ini pernah saya baca seru dan menegangkan terutama yg berkaitan dgn tuntutan di pengadilan. Tapi ada kisah tambahan ternyata Lily sayang Babo walau tak bisa memiliki, pelukan dia yg hangat tentu sangat berarti buat dia - ini sisi romantika yg tak kalah serunya.Daniel kalah juga tapi rincian jalan nya pengadilan di Eropa pasti seru walau belum pernah baca. Yg seru lawyer yg cantik ! dan tidur sekamar dgn Babo. Suami nya mempercayakan sama Babo. Tentu jalan nya sidang ini mahal sep. yg Lily ucapkan juga.

Dharma Trigno said...

Cerita diawan awan utk saya... 🙏🙏🙏

Willy Amaric Zl said...

Luar biasa pak Jel. Ini cerita perjalanan hidup paling mengagumkan yang pernah saya baca. Tentu bukan hanya didasari oleh cerpen kehidupan di blog ini. Melainkan dari seluruh tulisan pak Jel utamanya di group DDB.

Andaikan saya bisa mendapat sebagian saja kesempatan mentoring dari Mr. B, maka saya akan menjadi salah satu orang yang paling beruntung di dunia.

By prayer to your long life and success as well as my prayer to become one of your "business and life student"

Jacky supit said...

Wow Babo 🙏🙏🙏

Syakuroblog said...

Kisah yg bermanfaat Pak

Mengapa Hijrah ke China.

  Sore itu saya makan malam dengan Florence dan Yuni. Kebetulan Yuni ada business trip dari Hong Kong ke Jakarta. Yuni kini CFO Yuan Holding...