Saturday, September 16, 2023

Uang kotor batinpun kotor

 




Setiap sore aku melihat Mbak Diah duduk depan teras rumahnya. “ Ale. Jangan lupa doain Mbak ya.” Tegurnya saat aku hendak pergi ke Masjid. Aku diam saja. Kulitnya putih bersih. Dia pandai bersolek. Keliatan cantik memang. Ayahnya sudah meninggal. Dia yatim. Ibunya dagang sayur di pasar. Waktu aku kelas 1 SMA, Mbak Diah menikah dan diboyong suaminya ke Jakarta. Sejak itu aku tidak pernah lagi bertemu Mbak Diah di terasnya. Teman temanku cerita kalau Mbak Diah sudah jadi orang kaya di Jakarta. Mungkin doaku dikabulkan Tuhan. Entahlah.


Setahun kemudian, aku dapati Mbak Diah duduk di teras rumahnya. Seperti biasa dia tersenyum menegurku. AKu hanya menunduk.  Dari temanku aku tahu Mbak Diah sudah bercerai dengan suaminya. Dia pulang ke Tanjung karang sebagai janda tanpa anak. Aku tidak tahu dimana Mbak Diah kerja. Hanya yang kutahu, setelah aku pulang sholat maghrib di Masjid, aku pasti berpapasan dengan Mbak Diah di jalan. Dia senyum menatapku. Aku cepat menunduk.  


Seusai dagang kaki lima di pasar, aku pulang. Dekat gang rumahku, dari jauh aku melihat Mbak Diah turun dari Motor. Dia digonceng pria. Oh itu mungkin pacarnya” pikirku. Aku pura pura tidak tahu. Dia berdiri depan gang. Namun saat aku mau masuk gang, Mbak Diah mendekatiku. “ Ale, bareng mbak ya.” katanya. Aku mengangguk aja. Tetapi aku terkejut melihat wajahnya ada lebam di bibir dan keningnya. “ Ada apa mbak. Kenapa muka mbak.” tanyaku.


“ Pacarku mau jual aku ke boss. Tapi aku engga mau. Dia pukul aku.  Besok aku engga berani kerja lagi.Takut dipukul lagi “ Kata Mbak Diah dengan airmata berlinang


“ Emang mbak kerja dimana ?


“ Aku kerja di cafe dan Bar di Panjang.”


“ Oh.. “ 


“ Ale, aku tempo hari menikah. Suamiku bawa ke Jakarta. Ternyata hanya sebulan bulan madu. Setelah itu aku dijual ke boss. Setelah itu aku jadi pelacur. Aku engga tahan. Dan berhasil lari pulang ke rumah orang tua, di sini ” katanya. Aku engga paham arti kehidupan. Yang kutahu jadi wanita cantik seperti Mbak Diah memang beresiko. Apalagi miskin. Saat itu aku kelas 3 SMA.


Seminggu kemudian, malam hari Mbak Diah lewat tempat aku dagang kaki lima di Pojok Jalan Pemuda. Dia berhenti  dan tersenyum. “ Ale, rame dagangnya.” 


“Lumayan mbak. Kan malam minggu ini” Kataku.


“Mbak udah dapat kerjaan di Biskop Merdeka. Jual  karcis di loket.” Katanya.


“ Ya Alhamdulilah Mbak. “ 


“ Ale doain mbak terus ya. Ale kan anak sholeh.” 


“ Ya mbak saya doain terus.” Kataku. Tetap menunduk. AKu tidak pernah menatapnya secara langsung.


Tak berapa lama datang motor tepat berhenti depan aku dagang. Dua pria datang. sala satunya  menarik lengan Mbak Diah. Dia berusaha bertahan dari hentakan pria itu. Tidak mau pergi. Mbak Diah teriak. Entah kenapa aku replek mendorong pria itu. Diah terkejut.” Jangan ikut campur lue” teriaknya. Temannya datang menyerangku. Namun belum sempat dia naik ke trotoar, kakiku sudah sampai dadanya. Dia terjatuh. Pria yang sedang berusaha menarik Mbak Diah balik menyerangku, namun cepat aku tangkis dan sapu kakinya. Dia terhempas di trotoar. Aku tatap mereka berdua. Entah kenapa mereka pergi begitu saja.


Aku lihat lengan Mbak Dia merah bekas dipagut keras oleh Pria itu.” Itu tadi pacarku. Dia preman. “ kata mbak Diah dengan wajah geram.” Tapi Ale, Seru mbak Diah dengan wajah kawatir. “  gimana kalau dia bawa teman temanya. Kamu dagang di sini lagi? kata Mbak Diah. Dia justru mengkawatirkan aku daripada dirinya. “ Engga apa apa mbak. Saya akan tetap dagang di sini. “kataku tersenyum. “ Sebaiknya Mbak pulang aja.” sambungku.


“ Tapi aku harus kerja Ale.”


Aku hanya diam. Itu hidupnya. Itu resiko yang harus dilaluinya. Aku tidak bisa berbuat banyak. 


Setelah Mbak Diah pergi.  Sebelum aku tutup lapak, datang rombongan pria dengan empat motor. Mereka berhenti tepat depan aku dagang. Aku tenang aja. Mereka turun serentak. Mendatangiku. Salah satu dari mereka mengancamku dengan pisau. Yang lain aku liirk. Ada yang bawa celurit. “ Lu jagoan ya. Ayo lawan gua. Mati lue sekarang sama gua.” teriaknya. Orang sekitar tempatku dagang menjauh. Ada rasa takut akan terjadi pembantaian sebentar lagi. AKu diam aja tapi tetap waspada.


Salah satu mereka mengayunkan celurit kearah kepalaku. Dengan cepat aku gunakan kursi tempatku duduk sebagai senjata dan perisai. Aku memang tidak menangkis celuritnya tetapi menghindar seraya mengayunkan kursi ke rahangnya. Dia terjatuh. Pada waktu bersamaan ayunan kursi itu juga nyasar ke orang yang mengancamku dengan pisau. Tepat mengenai rusuk sebelah kiri bagian bawah.Keduanya terjatuh. Cepat sekali kejadianya. 


Aku diam saja melihat mereka terjatuh. Aku tahu itu sakit sekali. Karena aku belajar arah pukulan yang membuat orang semaput. Apalagi kursi itu aku buat sendiri tanpa senderan. Jadi efektif untuk senjata. Ada orang melerai “ Lue orang mending pergi aja. Ini anak kaliawi. Kalau dia lapor ke temannya. Lue orang pasti diburu teman temanya. Kampung lue orang bisa diserbu mereka”  katanya. Mereka keliatan takut saat mendengar aku anak kaliawi. Akhirnya mereka pergi.


Seminggu setelah kejadian itu aku dapat kabar Mbak Diah pergi merantau ke Jakarta. Setahun setelah itu aku juga pergi merantau ke Jakarta.


***


Tahun 85 aku bertemu  lagi dengan Mbak Diah di Hotel HI, Barito cafe and Bar.  Sebagai pebisnis muda, memaksa aku harus sering menjamu relasi di hotel berbintang. Aku tidak pernah lupa Mbak Diah. Dia juga tidak lupa. Dia hanya tersenyum melihatku. Tidak mau tegur aku. Karena dia sedang bersama pria baya. Aku kenal pria baya itu pejabat. Aku maklum. Dan lagi aku memang tidak merindukannya.


Lalu, suatu saat aku ingat. Mbak Diah datang ke Barito Room HI. Dia datang sendirian. Aku bersegera mendekatinya. Mengajaknya gabung di tableku. Aura wajahnya tidak seperti sebelumnya. Aku mengantarnya pulang. Tetapi dia menolak. Setelah aku paksa, diapun menyerah.  “Ale, ku sudah tidak lagi tinggal di Kalibata. “ 


“ Ya sabar aja Mbak. “


“ Aku tadinya jadi umpan rekanan pemerintah untuk menghibur pejabat. Mungkin karena aku putih dan sedikit sipit, mereka suka aku, ale. Eh salah satu pejabat jadikan aku piaran. Tapi hanya tiga bulan dia udah bosan. Ajudannya minta aku keluar dari rumahnya.“ Kata Mbak Diah.


Aku duduk di kursi belakang kendaraan bersama Mbak Diah. Aku sempat melirik ke samping.  Entah mengapa mataku mengarah ke buah dadanya. Pakaiannya Tanktop. Sepertinya dia merasa. “ Ale, kamu mau lihat tubuh Mbak? Katanya menatapku. Dekat sekali wajah kami. " Kita Check in aja di Hotel. Aku memang engga dapat tamu hari ini” katanya dengan nada datar. 


“ Engga mbak. Saya tidak pernah beli untuk sex. “ kataku menunduk malu. Aku keluarkan uang pecahan Rp 10.000  dari balik  tas tanganku. Aku serahkan ke tangan Mbak Diah dua puluh lembar. Aku tahu mbak Diah sedang tidak punya uang. Dia terkejut. “ Ale kenapa baik sekali dengan Mbak? katanya menatap kosong ke arahku.”  Uang sebanyak ini. Ale bisa beli wanita cantik lebih dari Mbak. Ini bisa hidupku sebulan. “ lanjutnya. 


Aku diam saja.


“ Dulu waktu di tanjung karang. Ale lindungi mbak dengan resiko terbunuh. Sampai kini sikap Ale engga berubah terhadap Mbak. Mengapa?


Aku diam saja. Mau jawab apa ? Itu udah nature ku. “ Engga apa apa kan mbak.?” kataku cepat. Kawatir Mbak Diah tidak nyaman aku berbuat baik dengan dia.


“ Kalau gitu Ale cepatlah menikah. Kan udah kaya dan punya uang. Kenapa belum menikah?


“ Ya mbak, Ada pacar tapi tidak mau dinikahi. Entah mengapa dia menolak diajak nikah.”


" Ale orang baik. Pasti akan dapat jodoh yang baik pula. " Kata Mbak Diah. 


Aku diam saja. 


" Aku tahu dari Papisan. Kamu sering order anak asuhannya untuk jadi umpan ke pejabat.” Kata Mbak Diah. Aku terkejut. Ternyata dia asuhah agent modeling khusus prostitusi. Mbak Diah tersenyum. Aku tersentak malu. " Ale tidak pantas bisnis seperti itu. Hidup Mbak udah melewati batas. Tidak mudah untuk kembali normal. Tapi Ale masih punya kekuatan dan kesempatan untuk terus jadi orang baik. Jangan larut bergaul dengan pejabat, Mereka jahat dan tidak bisa jujur, apalagi setia kepada keluarga dan negara. Hidup mereka lebih rendah dari Mbak, pelacur." 


Aku termenung akan kata kata terakhir Mbak Diah.  Memang aku sering mengumpan pejabat dengan wanita cantik, bahkan aku sempat gunakan wanita asing dari Philipina untuk mendapatkan kontrak dengan BUMN. Ya, apa bedanya aku dengan Mbak  Diah? Memang aku bukan pelacur tetapi aku menjadi sumber penyebab pejabat melacurkan jabatannya. Sama sama tidak bermoral dan mendapatkan uang dari cara cara dilaknat oleh Tuhan. 


Kutatap dari samping. Mbak Diah nampak tidak baik baik saja. Tepat lampu merah Sarinah, sebelum aku bicara Mbak Diah sudah membuka pintu kendaraan. “ Aku berhenti di sini saja, Ale.” Dia keluar dari kendaraan dan melambaikan tangannya dengan sedikit senyum. Keesokannya aku bertekad untuk meninggalkan bisnis haram. Akhirnya pada moment yang tertentu aku bisa keluar dari bisnis suap menyuap. Setahun setelah itu aku menikah. Bukan pilihanku tapi pilihan orang tuaku. Setelah itu aku tidak pernah bertemu lagi dengan Mbak Diah. Sepertinya dia ditelan bumi. Tapi doaku selalu untuk dia.


***

Tahun 2023

Aku sedang sama Awi di Burgundy Grand Hyatt. Kami santai ngopi. “ Ale, ini ada surat dari karyawan. Dia kirim surat ke Lina, Tetapi Lina disposisi ke gua. “ Kata Awi perlihatkan surat itu. Itu tulisan tangan. Aku baca cepat. Setelah itu aku termenung. Terakhir saya bertemu Mbak Diah tahun 1985. Kini ada orang mengaku anaknya dan berharap aku bisa bertemu dengan ibunya.


“ Jangan jangan anak lue, Ale.” kata Awi tersenyum. Aku melotot ke Awi.” Gua engga pernah lari dari tanggung jawab. Apalagi soal darah daging gua sendiri. “


‘“Anak ini kerja dimana sekarang?


“ Di kantor Aling di Jalan kartini. Dia bagian trading LNG dan komoditi. “ 


“ Gimana dia bisa kerja sama Aling?


“ Ya ikut test di Singapore. Kan kantor Aling itu langsung dibawah Yuan Singapore.” Kata Awi.


“ Telp Aling dan suruh anak itu kemari sekarang” Kataku. Awi telp Aling. “ ya dia segera kemari” kata Awii. Aku tunggu sekitar 35 menit. Dia datang. Pria usia sekitar 30an. Dia menyalami Awi, “ kenal kan, ini Pak Ale “ Kata Awi kenalkan ku. “ Dia yang kamu maksud dalam surat ini” kata Awi perlihatkan surat dia. Dia menatapku. Dan segera menyalamiku seraya membungkuk mencium punggung tanganku. “ Maaf, apa boleh saya telp Mama” Katanya. Aku mengangguk.  


“ Tadinya saya tidak yakin bapak teman mama saya. Karena nama depan bapak sama dengan nama teman mama saya, tetapi nama belakang beda. Tetapi setelah saya perlihatkan photo bapak ke mama, Dia yakin sekali bapak temannya. “Kata pria itu. Namanya Andi.


“ Mama hanya ingin ketemu bapak. Belakangan ini dia selalu sebut nama bapak. Mungkin halusinasi usia menula. Tetapi mama sehat sehat saja. Dia tinggal sama saya.” Kata Andi.


“Ya mama kamu sahabat saya.” Kataku


Tak berapa lama, ada wanita muda menuntun wanita tua masuk ke dalam cafe. Aku cepat tahu pasti yang tua itu Mbak Diah. “ itu Mama dan istri saya pak. “ Kata Andi.


Diah lama menatapku tanpa melepas jabatan tanganku. Akhirnya dia peluk aku “ Kok lue engga berubah Ale..” kata Mbak Diah dengan airmata berlinang. Usia ku dan dia bertaut 8 tahun. 


“ Nah mah. Kan udah ketemu dengan sahabat Mama, Ternyata dia boss dari anak mama sendiri. “ Kata Mantu perempuannya tersenyum menatapku


“ Tahun 85 Ale kasih mama uang Rp. 200.000. Dengan uang itu, mama gunakan dagang gado gado depan rumah. Terus berkembang jadi restoran. Dan berkat restoran itu mama bertemu dengan ayah Andi. Kami berdua kembangkan restoran itu. Dari hasil restoran itu mama bisa biayai andi sampai sarjana. Dan kini ternyata Andi kerja sama Ale. Begitu cara Tuhan mentunaikan rasa terimaksih mama kepada Ale..”Kata Mbak Diah kepada mantunya. Aku  senyum aja dengar Mbak Diah cerita. Duh segitunya rasa terimakasihnya…padahal memberi itu memang udah nature-ku

Friday, September 15, 2023

Negeri diatas Awan.

 




Saya bertemu dengan Florence di cafe pavorit kami. Wajahnya nampak murung. Galaukah dia? saya diamkan saja. Tetapi dia menutup mata saya dengan telapak tangannya “ Kenapa sih pandangin gua terus? emang gua anak ABG? Gua udah tua tahu! “ Kata Florence.


“ Lue sahabat gua sejak saya usia 20 tahun. Gua suka lu. Salah!


“ Ya gua tahu. Tapi udah dech jangan seperti kita muda dulu. Engga perlu goda gua. Genit luh .” Katanya merengut.


“ Ada apa kamu? kenapa nampaknya seperti galau? 


“ Coba dech lu bayangin. Rakyat yang tinggal turun temurun sebelum Indonesia merdeka, mau diusir begitu saja dari lahan mereka di Pulau Rempang hanya karena membela kepentingan investor “ kata Florence. Oh ini soal Pulau Rempang. Saya mengangguk. “ Lantas apa bedanya dengan era Kolonial ? lanjutnya.


“ Ah kamu aja yang baper. “ Kata saya santai. FLorence meolotot mau tabok saya. “ Kamu terlanjur punya persepsi bahwa kemerdekaan itu adalah hak semua rakyat atas sumber daya dan lahan. Engga begitu say. Merdeka kita itu adalah kelanjutan dari sistem kolonialisme. Walau berganti era namun esensinya tetap sama. yaitu kekuasaan kaum pemodal. Itu tidak pernah berubah sejak sebelum Indonesia di proklamirkan. Hanya saja jalan perubahan itu berliku..” Sambung saya. Sepertinya Florence mengerutkan kening dan termenung. “ Coba jelaskan mengapa gua  terjebak soal persepsi kemerdekaan itu” tanya Florence


Saya senyum aja. Engga mau jelaskan. Nanti dia makin stress. Usianya tidak beda dengan saya. Usia 60 tahun. Dulu masih muda dia marah, saya engga kawatir. Tapi usia menua, kawatir darah tingginya naik. Saya inginkan dia sehat. “ Jelek, “ teriak Florence. Kalau suasana hatinya tidak sedang blue selalu panggil saya dengan sebut jelek “ Jelaskan ke gua. Apa maksud lue soal persepsi merdeka yang salah itu. “ Kata Florence. 


“ Ok gua ceritain tapi jangan dipotong kalau gua  sedang bicara” 


“ ya gua siap menyimak “ katanya. Saya seruput kopi dan entah mengpa saya termenung ke sejarah masa lalu.


“ Dibalik sejarah kisah proklamasi kemerdakaan yang kita baca. Apakah kita pernah merenung tentang suasana kebatinan Soekarno dan Hatta saat akan memproklamirkan kemedekaan Indonesia. Para pemuda pelopor yang mayoritas kaum kiri maksa Soekarno Hatta segera memproklamirkan kemerdekaan. Jepang sudah jatuh. Apalagi yang ditunggu, kata para pemuda militan itu. Tapi Soekarno dan Hatta menolak. Bahkan para pemuda itu sempat menculik mereka berdua dan diancam akan dibunuh bila tidak segera memproklamirkan kemerdekaan. Tetap saja mereka berdua menolak. Nah cobalah renungkan. Renungkan suasana batin mereka..Bahkan saat akhirnya Kemerdekaan Indonesia di proklamirkan juga, di kediaman Soekarno di Jalan Penggansaan, Jakarta, Soekarno sedang sakit malaria. Dia juga tidak serius amat.  Terpaksa saja. ” Kata saya. Florence bengong. 


‘ Mengapa Soekarno Hatta sampai ragu memproklamirkan kemerdekaan Indonesia ? 


“ Kala itu, Soekarno , Hatta sangat tahu diri. Mereka bukan siapa siapa dihadapan Pemerintahan Dai Nippon. Jepang walau sudah kalah perang dunia kedua tidak punya legitimasi menentukan masa depan Indonesia. Yang berhak itu adalah pemenang perang, dan dalam hal ini adalah Belanda dan sekutunya. “Kata saya. Saya seruput lagi kopi dan hisap rokok dalam dalam.


“ Tantangan yang dihadapi mereka dalam mencapai kemerdekaan adalah Belanda yang ingin kembali berkuasa di Indonesia. Di sisi lain, Belanda mengakui juga kaum feodal yang bernaung dibawah sistem kerajaan yang sudah eksis sebelum Indonesia merdeka.  Soekarno Hatta bukan keluarga kerajaan. Mereka berdua sama dengan elite pergerakan yang tidak legitimit. Kalau diibaratkan era sekarang, mereka berdua dianggap pemberontak, kaum radikal dan para pemuda kiri pendukungnya dianggap teroris. 


Dan lagi Soekarno Hatta tidak punya kekuatan akar rumput. Mereka hanya intelektual yang dianggap berbahaya oleh pemerintahan kolonial. Tapi mereka punya sahabat yang cerdas dan militan. Dia adalah Sutan Sjahrir, yang punya akses kepada kekuatan akar rumput kaum kiri. Soekarno , Hatta dan Sutan Sjahrir sudah bersahabat jauh sebelum Indonesia merdeka. Walau ketiganya adalah nasionalis namun cara mereka memperjuangkan nasionalisme itu berbeda jalan. Soekarno ingin merangkul semua golongan dalam satu barisan nasional ( front nasional). Hatta condong kepada sosialis religius.  Sedangkan Sjahrir adalah sosok sosialis international. Ketiga orang ini punya keyakinan sama. Yaitu anti kolonialisme.


Sebagai sahabat antar mereka tidak ada sekat. Kadang bertengkar, kadang tersenyum dan kadang saling becanda. Hubungan lebih kepada personal. Mereka  bertiga pernah di penjara dan dibuang kepengasingan oleh Belanda. Hatta dan Sjahrir diasingkan ke Pulau Banda Neira. Soekarno dibuang ke Bengkulu. Setelah Jepang masuk dan Belanda terusir, mereka dibebaskan. “ Kata saya. Saya terdiam. Lama. 


“ Terus..” desak Florence.


“ Ya. Selanjutnya mereka atur strategi. Soekarno dan Hatta tampil di permukaan mengutamakan jalan dialogh dengan Dai Nippon , dan kemudian dengan Belanda, walau tahu itu tidak produktif untuk dapatkan kemerdekaan. Sementara Sjahrir bergerak dibawah tanah. Memprovokasi kaum kiri (komunis ) untuk mengganyang kaum feodal. Kalau lue baca sejarah Proklamasi kemerdekaan Indonesia di Jalan Pegangsaan Timur 56, tidak ada satupun wakil dari keluarga kerajaan. Sebagian besar yang hadir dalam acara proklamasi itu adalah kaum kiri. Kebanyakan mereka penghuni Asrama Menteng 31 yang diasuh oleh Sutan Sjahrir.


Kaum kerajaan yang pertama kali proaktif mendukung berdirinya republik adalah kesultan Yogyakarta dan Surakarta. Sementara kerajaan lain seperti kerajaan Melayu setuju bergabung dengan Republik tapi tidak melebur. Tetap mempertahankan kerajaan dalam sistem federal. Bisa dibaca sejarah hasil rapat Komite Nasional Indonesia (KNI) di Medan pada tanggal 3 Februari 1946. “ Kata saya. 


“ Tentu kerajaan yang masih eksis itu hambatan serius bagi Soekarno dan Hatta terutama dalam berunding dengan Belanda. “ Kata Florence.


“ Ya benar. Itu sebabnya Soekarno dan Hatta perintahkan Sjahrir untuk menggerakan kaum kiri melakukan revolusi sosial di Sumatera timur yang merupakan kekuasaan Kesultanan Melayu. “ Kata saya.


“ Mengapa kaum kiri? Tanya Florence. Dia sepertinya larut dalam kisah ini.


“ Karena kaum kiri udah pengalaman melakukan pemberontakan di era kolonial Belanda. Para aktifis dan organisasi bawa tanah mereka memang militan dan punya cara hebat menggerakan kaum tertindas, seperti para petani yang lahannya digusur oleh Belanda atas restu kerajaan. Para buruh kebun dan tambang yang dapat upah ala kadarnya, kerajaan malah ikut mendukung penindasan oleh kolonias Belanda. 


Nah aksi ini motori oleh Partai Komunis Indonesia (PKI) dan Barisan Harimau Liar (BHL). Volksfront dan Partai Sosialis Indonesia (Parsi) besutan Mr. Amir Syarifuddin yang berdiri November 1945. Organisasi inilah yang melakukan aksi. Walau Kerajaan islam Melayu sangat kuat dan didukung ulama, engga ada urusan bagi mereka.  Tak terbilang korban dari kaum bangsawan dan raja yang dibantai mereka. Benar benar bar bar. Satu keluarga bangsawan dikumpulkan di halaman masjid dan dibunuh. Dikubur dalam satu lubang. Ya kalau boleh dikatakan revolusi Indonesia adalah revolusi kaum kiri revolusi bau amis darah.


Walau keluarga kerajaan dibunuh dan kesultanan runtuh oleh revolusi sosial rakyat, namun tidak menghllangkan legitimasi  eksistensi kesultanan itu dihadapan Belanda dan PBB. Pengakuan kedaulatan Indonesia sesuai dengan hasil KMB yang berlangsung di Den Haag, Belanda, 23 Agustus - 2 November 1949. Mengakui keberadaan Indonesia Serikat atau negara federal. Mengapa? karena memang saat itu sudah terbentuk negara negara federasi seperti Negara Indonesia Timur (NIT) yang berdiri tahun 1946. Negara Sumatera Timur tahun 16 Februari 1946. Negara Sumatera Selatan pada 30 Agustus 1948, daerah meliputi Palembang dan sekitarnya, dengan Presiden Abdul Malik. Negara Pasundan. Negara Jawa Timur pada 26 november 1948. Negara Madura  pada 21 Januari 1948. 


Juga Balanda melegitimasi terbentuknya negara Kalimantan Barat, Kalimantan Timur Dayak Besar (daerah Kalimantan Tengah) Daerah Banjar (Kalimantan Selatan) Kalimantan Tenggara,  Jawa Tengah,  Bangka Belitung,  Riau Kepulauan. Semua negara itu, delegasinya hadir dalam KMB. Mereka itu melanjutkan monarki di Indonesia. Belanda memang mendesign Indonesia seperti negara di Timur Tengah. Jadi sebenarnya Belanda ingin melanjutkan kolonialisme dalam bentuk pan nasionalis atau republik Indonessia serikat ( federal).


Namun Soekarno , Hatta dan Sjahrir smart. Mereka provokasi elite islam. Maklum anggota Parlemen Republik Indonesia Serikat mayoritas tokoh islam. Mereka tampil kepermukaan setelah kaum kiri sukses mengganyang elite kesultanan. Pada waktu bersamaan  Sjahrir menggerakan mesin politik kaum kiri untuk melakukan revolusi rakyat melawan negara bentukan Belanda itu. Chaos ini memang dibenarkan oleh konstitusi RIS pada pasal 43 dan 44. Penggabungan antara negara atau daerah dimungkinkan karena kehendak rakyat. 


Di tengah krisis politik itu. Parlemen setuju dengan gasasan Natsir untuk kembali ke negara kesatuan. Dengan demikian, negara RIS berakhir dan secara resmi pada 17 Agustus 1950 terbentuk kembali NKRI. Dengan Soekarno sebagai Presiden dan Moh Hatta sebagai Wakil Presiden RI. Setelah itu Pemilu langsung digelar tahun 1955 untuk melegitimasi Republik Indonesia. “ Kata saya.


“ Terus dimana bedanya era sekarang dengan era kolonialsme” tanya Florence. Saya tersenyum. Memang kadang naif orang terpelajar di Indonesia. 


“ Duh say, yang harus kamu tahu. “ Kata saya. “ Tanpa dukungan Politik AS terhadap Indonesia, tidak mungkin Belanda diam saja saat krisis  politik di   wilayah federal itu terjadi. Belanda tahu kok chaos politik itu karena rekayasa Soekarno yang memang dari awal menolak negara federal, dan tidak nyaman bila irian barat tidak termasuk yang diakui sebagai bagian dari Indonesia. Serangan militer Indonesia merebut irian barat tahun 1962  itu juga dukungan AS. Tanpa itu, tidak mungkin Indonesia bisa menang mudah dan sukses melakukan referendum Politik Irian Barat yang melegitimasi kekuasaan Indonesia. " Sambung saya. Kembali hisap rokok.


" Setelah itu " Lanjut saya. " Soekarno berusaha melepaskan diri dari jejak sejarah dukungan AS dan sekutu. Dia membentuk Gerakan non Blok setelah indonesia resmi keluar dari PBB. Dia juga berdansa dengan .China untuk mengimbangi hegemoni AS. Tapi karena itu Soekarno di jatuhkan oleh kekuatan inteligent CIA. Seoharto tampil ke panggung kekuasaan dengan bau amis darah kaum kiri. Dia patuh kepada AS, jadi golden boy pama Sam. 32 tahun kekuasaan Soeharto, hampir 90% wilayah Indonsia dikuasi AS dan sekutunya lewat konsesi MIgas dan Mineral tambang. Sementara kaum kiri diganyang dan kaum agama dibonsai” kata saya. Saya hisap rokok dan seruput kopi. Saya termenung.


“ Terus..” desak florence.


“ Era reformasi, UUD 45 di amandem. Pada tahun 2002, OECD berkantor di DPR sebagai mentor melakukan amandemen  UUD 45. Semua partai yang kini berkuasa adalah mereka yang merubah UUD 45. Dari 194 ayat, 3 Pasal Aturan Tambahan, 2 Aturan Peralihan yang terdapat dalam UUD 2002 hanya 25 ayat yang terdapat dalam UUD 45 dipertahankan. Jadi ini bukan amendment tapi merubah UUD 45. “ Kata saya.


“ Bagaimana struktur Indonesia setelah perubahan UUD 45 ini ?


“ Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan langsung oleh rakyat tapi bukan lagi penguasa tertinggi. Karena MPR sebagai wakil rakyat tertinggi diubah. MPR hanyalah sekedar majelis pertemuan bersama atu joint session assembly yang tidak punya kewenangan mengubah dan menetapkan UUD, karena bukan merupakan lembaga tertinggi pelaksana kedaulatan rakyat; menggunakan sistem presidensial, dan memisahkan perekonomian nasional dengan kesejahteraan  sosial.


Sehingga mengakibatkan sistem perekonomian Negara tidak lagi dilandasi oleh asas kekeluargaan untuk keadilan sosial, tetapi telah berubah menjadi sistem ekonomi individualistis dan bebas seperti pemikiran ekonomi kapitalistis. Pada tahun 2002, Asian Development Bank memberikan pinjaman lunak kepada Pemerintah Indonesia untuk mendukung Program Financial Governance and Social Security Reform senilai USD 250 juta. 


Saya ingat ketika bantuan itu diberikan, salah satu teman aktifis berkata bahwa ada dua agenda besar dari program ini, yaitu mereformasi koperasi dan jaminan social dalam Blue Print Economic reform. ST-MPR 2002,  secara konstitusional, bangun usaha koperasi tidak lagi dianggap perlu atau wajib dikembangkan di Indonesia. Sehingga secara konstitusi Koperasi sebagai alat perjuangan rakyat dalam bidang ekonomi tidak lagi mendapat tempat istimewa dihadapan Negara.


Kemudian diperkuat lagi dalam amandemen UUD 45 Pasal 33 dengan menambah ayat 4. Ayat  ini seakan mengingkari secara halus ayat 1,2, dan 3-nya dimana perekonomian disusun secara prinsip demokrasi. Jadi tidak ada lagi perlakuan istimewa kepada satu pelaku ekonomi. Siapapun dapat mengusahakan perekonomian secara bebas alias liberalisasi perekonomian. Hal ini tertuang dalam ayat selanjutnya yaitu ayat 5 dimana ketentuan lebih lanjut diatur UU. UU yang mana? lihat saja UU penanaman modal dan UU Cipta Kerja,  yang kental sekali nuansa liberalnya. “ kata saya.


“ Oh..” Florence berlinang air mata.” Ternyata persepsi saya selama ini salah. Ternyata kemerdakaan itu hanya omong kosong. Itu tak lain kelanjutan dari sistem kolonialisme dimana kepentingan pemodal dan investor sebagai prioritas. 


“ Dan kamu harus tahu. Tahun 2003 keluarlah UU BUMN dan tahun 2003 juga UU SJSN masuk dalam proglegnas. Tahun 2004 UU SJSN disahkan. Dengan demikian pendekatan BUMN dan SJSN yang kemudian melahirkan UU BPJS memang bisnis oriented. Rakyat sebagai konsumen harus siap membayar atas dasar ekonomi semata. Jangan kaget kalau jasa dan Produk BUMN dan tarif BPJS tidak pernah turun, terus naik dari tahun ke tahun. 


Bukan hanya dari tarif negara rampas penghasilan rakyat, tetapi juga lewat pelemahan kurs rupiah. Belum cukup puas, Lewat tangan investor dengan alasan pembangunan ekonomi,  negara melegitimasi penggusuran tanah milk rakyat. Ganti untung dalam jangka pendek tapi merugikan rakyat  dalam jangka panjang. “ Kata saya. Florence bengong dan akhirnya termenung. Airmatanya berlinang. Saya tahu dia marhaen sejati. Dari muda saya tahu dia sangat setia dengan idiologi Seokarno. Kaum marhaen pasti menangis kalau mendengar rintihan rakyat ditengah konflik agraria.


“ Engga usah dipikirkan terlalu jauh.” Kata saya dan rangkul dia “ Besukur saja, kita bukan korban dari sistem kekuasaan, tapi kita justru menikmati hidup makmur berkat kemerdekaan. Soal rakyat miskin, itu udan takdir mereka jadi korban kebodohan atas nama agama dan idiologi. Biarkan itu tugas pemerintah yang urus. Setiap era ada tangan Tuhan untuk mengubahnya. Sejarah membuktikan itu. “ Kata saya. Florence tersenyum. 


“ Lue kan punya rumah di Singapore. Punya tabungan jutaan dollar. Kenapa engga menetapkan aja disana. Lupakan saja Indonesia. Nikmati masa tuan dengan damai disana.” Kata saya.

“ Disana engga ada lue. Engga rame hidup gua tanpa lue.” kata FLorence dengan wajah bersemu merah. Saya senyum aja.

Sunday, September 10, 2023

Cinta dan kemanusiaan.

 




“ Ale, sejak Yuni di Hong kong, urusan adik asuh lue, gua yang urus. “ kata Awi. Saya mengangguk. “ Sekarang gua ada masalah.” Lanjut Awi kemarin waktu ketemu saya. Dia terdiam.  Saya tunggu dia bicara. 


“ Gini ale..”’ Suara Awi tertahan. Sepertinya dia ragu untuk mengatakan sesuatu.


“ Ya gua siap dengar. Ada apa ? Desak saya


“ Puput, anak Mira ditolak oleh orang tua pacarnya.  Padahal mereka sudah sepakat untuk melanjutkan hubungan ke pernikahan” Kata Awi kemudian.


“ Masalahnya apa ?” 


“ Masalahnya, orang tua pacar Puput itu kan, Chadra. Dia direktur anak perusahaan kita dari unit bisnis pabrik tableware… “


“ Kan mereka saling cinta. “ Kata saya. “ Kenapa Chandra begitu ?


“ Masalahnya beda kelas lah Ale. Satu anak kerja di kantin, dan satu lagi direktur. “ Kata Awi berusaha menegaskan pokok persoalan yang terjadi.


“ Oh itu masalahnya.”


“ Kemarin gua dengar, Mira di  bully oleh Chandra. Semua orang dengar. Dia minta agar Mira jauhkan Puput dengan anaknya. Sekarang Mira sakit. Engga masuk kerja…”


***

Tahun 90an. Suatu saat ada teman banker nawarkan lelang terbatas rumah yang disita karena gagal bayar. Harganya murah. Saya beli rumah itu tanpa mikir apapun. Rumah itu saya jadikan rumah singgah bagi PL yang mau tobat. Mengapa saya beri nama Rumah Singgah? karena saya tidak mau rumah itu jadi tempat permanen atau semacam tempat rehabilitasi. 


Saya ingin mereka jadikan rumah itu hanya transit menuju dunia normal. Kebetulan ada teman yang engga punya uang bayar kontrakan, saya tawarkan dia tinggal di rumah itu sekaligus sebagai bapak dan ibu asuh terhadap anak anak PL yang tinggal di rumah itu.


Biaya makan mereka saya tanggung. Biaya pendidikan kursus trampilan untuk yang tidak punya ijazah SMU saya tanggung. Yang mau kuliah, saya tanggung. Lambat laun jumlah penghuni rumah singgah mencapai 18 orang. Saya batasi sampai sebanyak itu saja. Karena saya tidak mungkin menanggung semua mereka yang bermasalah. Setidaknya dengan kemampuan saya, saya bisa berbuat walau kecil. Selebihnya saya berserah diri kepada Tuhan. Sehari hari yang urus anak anak mantan PL itu adalah pengurus , sementara saya sendiri tidak pernah datang ke rumah singgah itu karena kesibukan saya sendiri.


Apakah sulit saya menanggung mereka ? tidak. Ada saja teman yang berempati membantu biaya bulanan itu. “ Kamu menghabiskkan uang lebih 10 juta untuk 4 jam di KTV tapi kalau uang sebanyak itu kamu gunakan membantu rumah singgah, itu sudah bisa menghidupi mereka sebulan, Dan kamu telah berperan memberi cahaya bagi mereka yang sedang dalam gelap. “ BIasanya setelah itu mereka bisa disadarkan dan ikut membantu. Tahun 2004 ke 18 orang itu keluar semua dari rumah singgah. Rumah singgah itu saya sewakan ke orang lain dan akhirnya saya jual.


Dari Yuni saya tahu bahwa para alumni 18 orang itu, semua sukses menjalani hidupnya sebagai wanita terhormat. Tentu usia mereka kini tidak muda lagi. Sebagian besar mereka mendapaktan jodoh yang hebat dan ada juga yang masih sendiri, atau jadi single parent. Tapi sukses mandiri. Mereka para PSK itu memang salah dan berdosa. Tidak bisa dihadapi dengan dakwah dan hujatan bernada ancaman neraka. Mereka hanya lupa bahwa Tuhan mencintai mereka. Dan tugas kita mewakili Tuhan untuk menyampaikan pesan cinta itu. Lewat berbagi dengan tulus setulusnya..itu aja. Selebihnya, soal hidayah, itu urusan Tuhan.


Mira adalah salah satu dari penghuni Rumah Singgah Namun hanya tiga bulan, dia sudah merasa bosan. Dengan janji akan pulang ke kampong, dia minta modal kepada pengurus Rumah Singgah agar dapat bisa memulai hidup barunya. Tapi ternyata uang yang dia terima seharusnya untuk modal malah dia gunakan untuk pesta. Mendatangi tempat hiburan malam sambil menghabiskan uang. Hanya seminggu uang itu habis. 


Dia terpaksa mencari pelanggan di bar dan cafĂ© untuk menyambung hidupnya. Saat itulah dia bertemu dengan pria yang ingin menikahinya. Empat bulan kemudian dia menikah namun perkawinan itu hanya bertahan tiga bulan. Karena perkawinannya di ketahui oleh istri pertama dari suaminya. Dia memilih mundur dan melupakan pernikahannya.  


Diapun kembali ke dunia malam. Saat itulah dari temannya Muktar dia berkenalan dengan seorang pria, Mamat. Entah mengapa kenalan pertama, dia tidak melihat Mamat sebagai pelanggan tapi pria yang membuat dia jatuh cinta. Awalnya dia ragu untuk memulainya tapi akhirnya dia beranikan melakukan tindakan cepat. Dan cepat pula berlalu dan setelah itu dia hamil. 


Mira tidak bodoh untuk mengetahui bahwa anak dalam rahimnya itu buah dari hubungan dengan Mamat. Dengan kekecewaan Mamat terhadap dirinya, membuat dia terluka dan menyesal akan kehidupan masa lalunya. Sejak itupula dia berniat benar benar bertobat dengan menjaga cabang bayi dalam rahimnya tumbuh. Mira tahu dia banyak dosa dengan menzolimi dirinya sendiri tapi dia bukan pembunuh. Apalagi bayi dalam rahimnya ada karena kehendak Tuhan. Ini pesan cinta dari Tuhan agar dia melihat kehidupan dengan mata hati dan sabar. Tentu ada hikmah.


Tahun 2003, Mira menghubungi saya kembali. Itu setelah 8 tahun tidak berjumpa. Dia tidak ada jalan lain untuk dapatkan bantuan biaya berobat anaknya. Karena saya sedang di luar negeri, saya minta Yuni beri Mira uang. Setelah itu tidak ada berita lagi dari dia. Tahun 2014 Mira kembali menghubungi saya. Mengabarkan bahwa Putrinya diterima di PTN. Dia tidak ada uang untuk biaya kuliah anaknya. Saya minta perusahaan Yuni memberikan beasiswa. Pada saat itu juga Yuni tawari Mira kerja kelola kantin di Pabrik. Karena kerjaan tadinya sebagai kuli konveksi. Tahun 2018 Putrinya sudah sarjana. Tahun 2019, Putrinya, diterima berkeja di MNC bidang riset Marketing dan keuangan. 


18 orang dari penghuni rumah singgah saya dulu itu, sampai kini mereka sudah saya anggap seperti adik saya sendiri. Usia mereka hanya bertaut tidak lebih 10 tahun dari saya. Walau mereka sudah mandiri namun kalau ada masalah, selalu mereka kembali kepada saya. Karena saya sibuk, saya minta Yuni membantu saya mengatasi masalah mereka.


***

Saya minta Awi antar saya ke rumah Mira di kawasan Pasar Kemis. Dia sudah dua hari tidak masuk kerja. Saat saya sampai di rumah. Dia keliatan pucat. “ Abang …” katanya membungkuk. “ Mira buatkan kopi ya” Katanya.


“ Engga usah. Saya buru buru. Masih ada urusan lain. “Kata saya menahannya pergi ke dapur. “ Ada apa kamu? sakit apa ? kata saya.


Mira terdiam. Lama lama Mira menangis tanpa bersuara. Airmatanya jatuh berurai. Saya diamkan saja. “ Dari awal Mira sudah kawatir hubungan Puput dengan putranya Pak Chandra. Mereka kenalan di Kantin. Kan Puput kalau liburan kuliah dia bantuin Mira di kantin pabrik. Saat itulah mereka kenalan. Mana tahu kalau ternyata hubungan mereka berlanjut. “ Kata Mira. 


Saya menyimak saja.


“ Minggu lalu Pak Chadra marah besar sama Mira. Di hadapan orang banyak di kantin dia hujat Mira. Karena putranya memilih jodoh dengan Puput. Pak Chandra tidak salah. Yang salah Mira, Bang. Masa lalu mira yang buruk rasanya tak pantas berbesan dengan keluarga Pak Chandra yang terhormat. “ Kata mira menangis sesenggukan. 


“ Puput tidak seharusnya menanggung akibat perbuatan  dosa masa lalu Mira, abang. Membayangkan Puput gagal menikah dengan pria yang dicintainya, rasanya beban yang tak sanggup Mira tanggung. Akan lebih baik bagi Mira, andaikan Puput tidak mengakui Mira sebagai Ibu kandungnya. Mira ikhlas. Demi kebahagiaan Puput apapun Mira lakukan, abang” Kata Mira dengan airmata berurai. Dia bersimpuh di lantai.


“ Mira..” kata saya “ Kamu engga boleh terus mengutuki diri kamu hanya karena  masa lalu kamu. Kamu sudah melewati jalan taubah yang panjang. Melewati banyak kesulitan. Dan sampai kini kamu sudah berhasil mendidik Puput jadi anak yang baik. Dia sudah sarjana dan berkeja di perusahaan asing. Itu hikmah yang harus kamu sukuri. Puput adalah hadiah dari Tuhan atas taubah kamu yang sungguh sungguh. Dia akan jadi tongkat kamu di masa tua nanti “ Kata saya. Mira terus menangis.


“ Berdiri kamu” Kata saya. Mira dengan lambat berdiri dari duduk bersimpuh. Saya peluk dia. “Kamu memang paling bandel dibandingkan adik adi saya yang lain. Tapi tidak mengurangi sayang saya. Udahan nangisnya ya. Biar saya urus soal Puput. Besok kamu kembali kerja lagi. Kasihan hampir 1000 buruh kebingungan soal makan siang. Karena kantin tutup.” Kata saya.


“ Ya abang” 


Setelah keluar dari rumah Mira, saya minta Awi atur pertemuan saya dengan Chandra dan putranya. 


***


Sorenya saya undang Puput makan malam di Restoran Hokian. Tak berapa lama datang Awi dan Chandra bersama Putranya. Chadra terkejut karena saya bersama Puput. Duduk di samping saya. Memang saya ketemu Chandra hanya dua kali sejak dia diangkat jadi direktur oleh Yuni. Saya senyum aja ketika dia menyalami saya. Saya tidak bicara apapun. Saya dengan ramah layani mereka makan malam. Tapi wajah Chandra keliatan kecut setiap memandang Puput. Puput kadang saling tatap dengan pacarnya. Saya cuek aja.


Usai makan malam. Saya pulang bareng Awi. Tak berapa lama Awi dapat telp dari luar “ Ya. Puput itu anak angkat Bapak. “ Kata Awi. Setelah sekian lama bicara dan telp ditutup. Awi, berkata kepada saya. “ Ale, tadi Chandra telp. Dia malu dengan lue. Dia sekarang tulus untuk merestui pernikahan anaknya dengan Puput” kata Awi.

Saya baca SMS yang dikirim Mira tadi siang. “ Abang, terimakasih. Selalu ada untuk Mira..” 


“ Ya jaga kesehatan kamu” kata saya segera balas SMS nya..


“ Ya abang” Reply Mira segera. “ Tadi Pak Chandra telp dia akan melamar Puput hari minggu. “


“ Alhamduililah… Hebat kamu mira. Bakalan punya cucu kamu” 


“ Terimakasih abang..” 


Saya lega. Saat ini saya merindukan Yuni. Selama ini masalah adik angkat saya, Yuni yang urus. Memang engga mudah. 

Saya tidak bisa paksa Chandra mengikuti apa yang saya mau. Ini masalah personal. Hak dia menentukan yang terbaik bagi putranya. Yang bisa saya lakukan hanyalah membuatnya mengerti arti human being. Itu aja. Andaikan tetap tidak mengerti, maka tugas saya memikirkan soal puput untuk mau menerima kenyataan. Tapi Tuhan berkata lain. Ternyata walau berbeda strata namun sama soal kemanusiaan.


Uang kuliah Mahal...

  Saya ada janji dengan teman banker untuk meeting di sebuah Hotel. Dengan menggunakan taksi saya menuju tempat meeting itu. Saya merasakan ...