Friday, March 03, 2023

Kemana devisa kita ?

 




Ira undang saya dalam seminar terbatas di kantornya. Saat saya datang sudah berkumpul beberapa orang. Yang datang semua tentu seperti Ira, S3. Maklum kantor tempat kerjanya bergerak bidang penelitian geostrategis dan geopolitik. Kajian menyangkut politik, sosial, ekonomi dan budaya. Sebagian besar jasanya melayani pemerintah. Setiap tahun mereka membuat laporan  dan analisa kepada publik, yang disebarkan lewat media massa.  “ Terimakasih, lue udah sempatkan datang. Padahal lue sibuk ya” Kata Ira menyambut saya.


Diskusi berlangsung santai tapi serius sekali. Maklum dihadapan saya disamping akademisi juga mereka yang sudah terbiasa melakukan riset.  Topi yang dibahas sekarang adalah soal “Export proceeds and tax avoidance” ( Dana hasil Ekspor dan Penghindaran pajak). Sepanjang diskusi saya lebih memilih menyimat. Karena ini menyangkut teori akuntasi dan perpajakan, dan dikaitkan dengan daya tahan ekonomi nasional soal Tax ratio terhadap PDB.


“ Coba kita dengar teman saya untuk menjelaskan dari perspektif dia sebagai pengusaha. Tentu dia akan jelaskan secara praktis. “ Kata Ira melirik saya. Ada keraguan saya menjelaskan. Karena apa penting masalah praktek lapangan dimengerti oleh peneliti akademis. Apalagi praktek ini kan berkembang dari waktu ke waktu. Namanya pengusaha kan berusaha untuk ngakali pemerintah sebagai cara mereka survival. Tapi karena Ira sudah terlanjut memperkenalkan saya, ya udah saya bicara aja.


Saya berdiri menuju ke depan. Ada whiteboard.  Saya buat gambar skema hubungan antara PT. ABC sebagai perusahaan di Indonesia yang sudah go publik. Ada perusahaan Singapore, EXZ sebagai agent ekspor dan collateral provider. Ada perusahaan DFG di luar negeri. Setelah selesai saya gambar. Saya tatap mereka satu persatu. Kemudian saya putar lagu “ Ibu Pertiwi” lewat Iphone. Suara saya perbesar.  Saya diam dan merenung sampai lagu itu selesai. Mereka semua saling tatap. Tetapi tetap focus menanti saya menjelaskan gambar skema itu. Setelah lagu usai, saya mulai menjelaskan. 


“ Ada perusahaan Tbk katakanlah PT. ABC di Indonesia. PT ABC sudah IPO. Jadi sebagian sahamnya dari publik. Kemudian,  adalagi  perusahaan, Katakanlah PT. DFG. Produksi PT. DFG ini sama dengan produksi PT. ABC, hanya bedanya PT. DFG berada di luar negeri. Cerita berikutnya. PT. ABC mengakuisisi DFG. Tujuanya agar ekspor lebih mudah menguasai pasar di luar negeri dimana DFG beroperasi. Akusisi ini dibiayai oleh PT. ABC dari hutang bank di luar negeri. Tentu  kelak bunga dan angsuran menjadi beban PT. ABC.


Ternyata pemegang saham pengendali pada DFG adalah, katakanlah Abidin, yang juga pendiri dari PT. ABC. Walau tidak ada hubungan istimewa ( Afiliasi) antar dua perusahaan, tetapi pemegang saham pengendali sama.  Untuk membiayai akusisi ini, PT. ABC pinjam uang ke bank di Singapore. Pinjaman itu tidak pakai collateral dari PT. ABC. Ia tidak bersifat secure tapi unsecure. Artinya yang punya collateral itu adalah pihak ketiga, katakanlah XYZ investment. Umumnya jaminan dalam bentuk sekuritisasi offtake market.


Dengan aksi korporat seperti itu. Apa yang terjadi ?


Pertama. Abidin berhasil memindahkan aset dari PT. ABC ke luar negeri untuk tujuan Akuisisi DFG. Abidin sebagai pemegang saham pengendali DFG dapat uang tunai dari PT. ABC. Karena pemegang sahamnya sama, tentu harga bisa diatur sendiri. Biasanya biaya goodwill digedein. Akuisisi ini sama saja dengan  transaksi transfer pricing yang cash advance. Selanjutnya bunga akan menjadi beban PT. ABC sebesar 60% dari Opex. Setiap tahuh laba PT. ABC akan berkurang karena beban bunga dan tentu pajak juga berkurang.


Kedua. PT. ABC menyerahkan penjualan ekspornya kepada XYZ investment limited di Singapore. Dengan demikian hasil ekspor disimpan di rekening XYZ di Singapore, sebagai sikap jaga jaga kalau utang default ke bank dan collateral terancam disita, ya skema back to back. Dengan demikian Devisa  Hasil Ekspor punya alasan diparkir di luar negeri. Kita dapat cerita akuntasi doang. Padahal perusahaan itu berdiri berkat fasilitas pemerintah lewat perbankan dan konsesi tarif bahan baku dan lain lain. Tapi yang menikmati justru negara lain. Kita hanya dapat sampah doang.


Nah demikianlah uraian singkat tekhnik menghindari pajak secara jenius tanpa melanggar aturan pajak. Contoh kasus diatas terjadi pada ICBP yang akuisisi Pinehill Co Ltd. Hampir sebagian besar perusahaan CPO, Tambang juga melakukan modus semacam itu.  Apa hasilnya untuk Indonesia? cerita doang. Sementara untuk nutupi cadev yang berkurang kita terpaksa berhutang ke luar negeri. Ratio pajak terhadap PDB tidak bisa dua digit. Dah gitu aja.” Kata saya memaparkan secara sederhana.


“ Pak Ale, “ kata salah satu mereka. “ Tentu selain faktor tax avoidance, apa sebenarnya motif mereka tempatkan dana di luar negeri.” Tanyanya.


“ Ok lah. Uang itu sudah sama seperti komoditas. Nilainya turun naik atau volatile. Orang kalau punya uang banyak pastilah dia harus kelola uang itu lewat portfilio investasi uang. Mengapa ? pergeseran kurs 1% saja, kalau uang jutaan dollar, besar sekali pengaruhnya. “


“ Ok paham. Tetapi mengapa tidak tempatkan saja valasnya di Indonesia. Karena bisa dikelola dari sini. Perbankan kita kan sudah dapat insentif untuk punya kelonggaran kelola valas, Apalagi suku  bunga juga sudah tinggi. “ tanya mereka.


“ Masalahnya pasar uang di negara kita sempit. Walau kita menganut pasar bebas, tetapi ruangnya tidak longgar. Management likuiditas tidak mendukung. Beda dengan di luar negeri seperti Singapore, Hong Kong atau Eropa. Mereka punya sistem dengan yield yang lebih tinggi dengan volatilitas yang relatif rendah. Mereka juga punya pasar otomatis dan likuiditas juga otomatis. Berapapun kita mau hedging pasti ada. Engga pake nunggu dan ribet. Jadi pemegang valas nyaman, ongkos transaksi juga murah.”


“ Duh ini masalah teknis sekali” kata mereka. “ Bisa beri contoh?


“ Gini contoh sederhana. Pertamina atau PLN mau bayar utang. Apa gampang dapatkan valas? engga mudah. Itu artinya pasar hedging terbatas. Bayangin aja, perusahaan sekelas PLN dan Pertamina dengan turnover miliaran dollar setahun, tidak ada jaminan hedging yang solid. Mereka terpaksa dealing dengan shadow banking di singapore untuk amankan kewajiban valasnya. Nah mau engga mau, mereka harus tempatkan valasnya di luar negeri. Begitu juga dengan konglomerat” Kata saya.


“ Kan udah ada jalur swab  billateral. Itu kan bisa digunakan” Kata mereka.


“ SWAP bilalateral dengan China, Singapore dan lain lain, itu engga significant dan engga ngaruh.  Karena ada limitnya. Yang unlimited kan the Fed. Nah kita engga punya otomatis SWAP settlement dengan the Fed. Ini justru membuat tingkat kepercayaan kepada Rupiah jadi rendah. Ya ngapain nempatkan dana ke posisi rekening  bank dalam negeri.”


“Kan kita udah ada REPO Line dengan the Fed “ Kata mereka.


“ Repo line itu di drive oleh BI. Itupun tidak leluasa digunakan BI. Engga otomatis.”


“Duh kenapa begitu ?


“ Rekening Cadev kita tidak terbuka, rekam jejak kebijakan yang  tidak sehat dan stabil. Atribut penting dari cadangan  devisa itu adalah  fundamental ekonomi dan kedalaman instrumen keuangan, kebijakan yang transparan dan dapat diprediksi. Dengan kata lain, stabilitas ekonomi unsur penting untuk diakui pasar. “ 


“ Contohnya pak ” kata mereka


“ Gini ya. Analisis regresi Cadev itu diukur dengan biaya CDS,. Bukan hanya tingkat CDS yang rendah. Tetapi yang penting semakin kecil ketergantung kepada Valas. Artinya kemandirian yang terus meningkat dan kepercayaan yang semakin besar. Stabilitas politik yang terjamin. Nah kita kan semua serba rentan. Ketergantungan modal, tekhnogi,  dan jasa  sangat tinggi kepada Asing. Politik multipartai menciptakan ketidak pastian.”


“ Tapi kan pak, kalau dengar cerita pejabat dan menteri, kita kan hebat.” 


“ Pasar engga dengar orang bacot. Pasar itu ditentukan oleh pemain yang tidak melihat retorika tetapi laba rugi. Mereka menghukum pemerintah yang lemah dengan cara pindahkan posisi aset ke negara lain. Kalau tetap mau dapat devisa, ya utang. Yang gratis mana ada’


“ Terus dimana nasionalisme ?


“ Duh ini era globalisasi, istilah nasionalisme udah basi.” Kata saya. Kembali memutarkan lagu “ ibu Pertiwi”. Kini mereka semua terdiam.


" Kalian semua kaum terpelajar menanggung beban dan tanggung jawab sangat besar di hadapan ibu pertiwi dan Tuhan untuk mengangkat mereka yang miskin dan duafa. Negeri ini merdeka karena semangat kebersamaan. Nyawa dikorbankan oleh para suhada dan martil, untuk sebuah hope. Apa jadinya kalau hope itu kalian hancurkan karena kerakusan yang tidak habis habisnya.  


Bayangkanlah. Saat kalian euforia di rumah besar dan mewah, ada sebagian besar rakyat yang tidak punya tanah dan rumah. Disaat kalian duduk di dalam kendaraan mewah, ada sebagian besar rakyat harus memenggal 2/3 pendapatan bulanannya untuk bayar angsuran Motor dan rumah. Di tengah tumpukan uang kalian di bank, ada jutaan mereka dalam situasi derita miskin yang tak tertanggungkan. Karena PHK, imbal hasil tani yang terus turun, harga kebutuhan pokok yang terus naik dimakan inflasi. 


Mereka tidak bisa lagi teriak. Mereka hanya diam saat dapat BLT. Sama dengan kaum budak tempo doeloe dihadapan kaum kolonial. Dan ketahuilah doa orang yang diam jauh lebih buruk dampaknya daripada orang yang teriak teriak... Karena dia serahkan urusan itu ke Tuhan. Itu artinya kalian berperang dengan Tuhan. Camkan itu!" Kata saya mengakhiri pembicaraan. Nah sekarang mereka menangis. Hening...

Saturday, February 25, 2023

Berterimakasih

 


Ini kisah lama. Jauh sebelum ada reformasi. Kenapa aku ceritakan ini kepadamu. ? tak lain agar kamu tahu bahwa kabaikan itu ada dimana saja, sebagaimana Allah hadir di dalam setiap kehidupan manusia. 


Seorang pria datang kekantorku. Dia masuk tepat ketika kantor memulai aktifitas kerja. Padahal aku tahu pria itu sudah ada di luar pekarangan kantor setengah jam sebelumnya. Dia hanya berdiri diparkiran motor. Aku tidak tahu siapa dia. Baru aku tahu setelah dia memperkenalkan dirinya. Bahwa dia adalah petugas pajak yang mendapatkan surat perintah dari kantornya untuk memeriksa pembukuan kantorku. Awal ada rasa kawatir tentang pemeriksaan ini. Maklum sajalah, Kamu kan tahu, … Ujung ujungnya ya pasti uang. Tapi aku pasrah.


“ Pak, apakah saya dapat diberi tempat duduk di kantor bapak. “ Tanyanya dengan sopan. “ Saya ingin memeriksa pembukuan bapak di sini. Jadi kalau ada yang kurang saya bisa langsung minta kepada staf bapak. “ lanjutnya dengan ramah.


“ Oh tentu. Tentu,. Saya akan sediakan tempat khusus untuk kamu.” Kataku. Aku membawanya keruang meeting. “ Kamu bisa kerja disini. “ Kataku. Dia tersenyum.


Aku memerintahkan staf ku untuk melayani petugas pajak dengan sebaik mungkin. Termasuk menyediakan makanan dan minuman. Tapi dia telah berkata “Kalau berkenan, cukup beri saya air putih saja pak. “ katanya. Saya sempat terkejut. Betapa rendah hatinya petugas ini. Ketika minuman terhidang di mejanya , segera dia mengucapkan terimakasih. Terdengar suaranya seperti orang berbisik ketika dia memulai kerjanya “ Bismillah”.


Aku meninggalkannya sendiri bekerja di ruang meeting itu dengan tumpukan dokumen. Ketika makan siang, pria itu sholat di ruang meeting. Setelah itu dia membuka kotak makan siangnya yang dia bawa dari rumah. Walau menunya sangat sederhana, tapi keliatannya dia menikmati makanan yang dibawanya. Tak ingin menikmati makan siang yang kami tawarkan dari restoran mahal. Dua jam sebelum kantor tutup dia sudah pergi. Alasannya dia harus langsung kekantor membuat laporan.


Setiap hari pria itu datang selalu lebih awal dan selalu setia menanti di tempat parkir sampai kantor dibuka. Jarang sekali dia bicara kecuali bekerja. Kalau ada kekurangan, dia akan menulis memo kepadaku untuk meminta dokumen yang dia maksud. Akupun akan memerintahkan stafku untuk memberikan. Begitulah kegiatannya selama di kantorku yang berlangsung seminggu. Setelah itu, dia minta waktu untuk bertemu dengan ku. Akupun menyanggupi.


“ Pak “ Serunya dengan suara datar “ Saya telah periksa semua catatan pembukuan perusahaan bapak. Hasilnya ada kelebihan setor sebesar Rp. 100.000. Artinya ada kesalahan dalam pencatatan pajak dan pembukuan hingga perusahaan bapak kelebihan pembayaran pajak. Mohon ini diurus kekantor saya untuk bapak ambil” Katanya.


Ku pehatikan pria ini seorang petugas yang cerdas. Tapi lebih daripada itu, wajahnya nampak bersih dan tak nampak emosi apapun dibalik wajah itu kecuali keikhlasannya melaksanakan tugasnya. Sebuah dedikasi tugas yang luar biasa dari seorang pejabat negara.


“ Bagaimana kalau saya ikhlaskan saja Rp 100 ribu itu. Saya tidak perlu minta dikembalikan. Gimana “ tanya saya sambil tersenyum.


“ Tidak bisa, Pak, Bapak harus ambil uang itu. Kalau tidak , saya dianggap oleh atasan saya tidak kerja. Mohon mengerti. “


“ Oh gitu “


“ Ya, Pak. “jawabnya tegas. Kemudian dia memberikan saya formulir restitusi pajak. Sayapun menandatangani formulir.


Keesokan harinya dia datang kepadaku membawa Surat Penetapan Pajak Rampung. Ketika itulah aku terpanggil untuk memberinya sedikit uang tanda terimakasih. Menurutku uang itu tidak besar. Hanya Rp. 25 juta. Tak ada arti bagi perusahaan yang memperkejakan buruh pabrik lebih dari 3000 orang. Tapi dengan tegas dia menolak pemberianku “ maaf pak. Terimakasih untuk kebaikan bapak. Saya hanya melaksankan tugas saya dan untuk itu negara sudah bayar saya . Terimakasih, Ambil kembali uang itu. “ 


Aku merasa malu dihadapan manusia yang begitu tulus dengan tugas nya dan merasa tak lebih sebagai abdi negara dengan segala keterbatasannya. Tapi sebenarnya dia berkerja karena Tuhan. Aku dengar setiap dia memulai kerjanya selalu berbisik dengan mengucapkan Bismillah. Dengan nama Allah pengasih lagi penyayang. Itu artinya dia lakukan itu karena cinta. Cinta dari Tuhan. Mana mungkin dia mau berbuat mengingkari nilai nilai Cinta Tuhan. Itu yang aku pahami akan sikap istiqamahnya.


Sejak peristiwa itu aku tidak pernah bisa melupakan wajah tulus itu. Kepada seluruh staf kuceritakan semua tentang pribadi petugas pajak itu. Ada juga diantara staf ku yang tak begitu percaya namun mereka dapat menjadikan itu sebagai inspirasi agar bekerja dengan dedikasi tinggi.


Dua tahun setelah peristiwa itu , aku sedang berada di Rumah Sakit untuk melihat putra teman yang mengalami kecelakaan. Ketika hendak masuk rumah sakit aku melihat seorang pria yang tak pernah bisa kulupakan. Pria itu sedang duduk termenung didekat loket pembayaran. Dia adalah petugas pajak yang dulu pernah memeriksa pembukuan kantorku.


“ Pak , apa kabar ? sapaku dan langsung menyalaminya. Dia menyambut hangat jabatan tanganku. Aku merasa pria itu dalam keadaan bingung. Namun dia berusaha menyembunyikan kebingungannya di hadapanku. 


“ Ada apa disini “ tanyaku. Dia hanya terdiam. Tak berapa lama terdengar suara dari dalam loket. “ Pak , minimum jaminan Rp. 3 juta. Kalau tidak ada , terpaksa anak bapak di kelas 3 sesuai ASKES bapak tapi ruang itu penuh sekarang. “ Pria itu terdiam sambil mengalihkan wajah dari pandanganku.


Tanpa dikomando, aku langsung bicara dengan petugas loket itu. “ Saya akan bayar untuk bapak ini. Tunggu sebentar biar saya ke bank dulu untuk ambil uang. “ Pria itu terkejut dengan sikapku. Dengan cepat dipegangnya tanganku agar tidak melangkah ke bank. “ Pak. Terimakasih, Tidak usah pak. Tidak usah. Saya akan usahakan cari tempat lain yang bisa menampung anak saya sesuai ASKES saya. “ katanya dengan air mata berlinang. “ Tidak perlu bapak bantu saya. Ada lebih 2000 karyawan menggantungkan hidup dengan perusahaan bapak, Cukuplah perhatikan nasip mereka. Itu lebih baik. Insya Allah, anak saya akan baik baik saja. “ kata pria itu lagi.


Aku terenyuh dengan keteguhan hatinya. Kulihat dia keluar dari tempat loket pembayaran itu dengan langkah berat. Aku masih termangu melihat kepergiannya. Dari jauh kulihat pria itu bersama istrinya menggendong putranya naik bajay untuk mencari rumah sakit yang bisa tersedia kamar sesuai ASKES nya. Dia tegar dan lebih tegar lagi istrinya yang tetap tenang sambil memeluk lengan suaminya. Karena petugas seperti itulah , aku sebagai pengusaha malu untuk menghindari pajak atau culas membayar pajak.


Tahukah kamu, ketika kulihat ada petugas pajak eleson III yang hidup bergelimang harta, aku jadi berpikir. Apakah makna dari perubahan dengan menjatuhkan Soeharto.? Kemanakah reformasi akan kita bawa?. Bila seorang perugas eselon III saja bisa begitu kaya, bagaimana dengan jabatan diatasnya? Memang pengusaha bisa saja salah tapi semua pengusaha bergelut dengan banyak tanggung jawab untuk menafkahi banyak orang yang terlibat didalamnya. Tapi tetap tidak bisa dibenarkan bila petugas pajak , sebagai abdi negara memperkaya diri dengan memanfaatkan kesalahan pengusaha.


Aku rasa, bukan masalah reformasi sistem menjadi harapan akan sebuah kebaikan, tapi reformasi attitude. Reformasi mind set dari memuja harta menjadi memuja keikhlasan untuk mengabdi kepada negara dan tentu mengabdi kepada Allah untuk mencari Ridho Nya. Inilah yang kebanyakan kita lupa yang terlanjur berharap banyak reformasi system akan membawa perubahan lebih baik bagi kesejahteraan rakyat namun pada waktu bersamaan kita dilupakan tentang sebuah sistem yang ternyata tak mampu menuntaskan soal keadilan , apalagi rasa keadilan.

Angin menari...

 



Tahun 2021. 

Saya memang minta Wenny untuk terbang ke Jakarta dari  Hong Kong. Sebelum bertemu dengan Wenny saya sempatkan  sholat Maghrib di Mall yang terhubung dengan hotel dimana dia menginap.  Usai sholat saya berjalan cepat ke arah Hotel. Di kuridor menuju hotel. saya meliat dari jauh ada wanita muda mengarah ke saya. Dia tersenyum. Saya diam saja. Udah dekat. “ Maaf pak. Bisa minta tolong” Katanya.


“ Tolong apa ?


Dia terdiam namun air matanya berlinang. “ Saya bingung mau bayar uang kuliah dan uang kos. Saya butuh uang “


“ Maksud kamu ? Mata saya keras menghujam.


Dia menangis. “ Ya engga usah pak. Maafkan saya.” Dia cepat berlalu.


“Nak ..” Panggil saya. dia berhenti. “ Ada apa ? kata saya mendekat.


Dia diam saja seraya mengusap air matanya dan memalingkan wajahnya ke samping. Tanpa banyak bicara saya beri dia uang USD 3000. Dia terduduk seraya menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Dia menangis sesenggukan. Wah repot ini. Kalau orang liat, bisa malu.


“Ada apa kamu? tanya saya berkerut kening.


“ Tadi saya sempat putusasa. Ayah saya meninggal. Sementara kuliah saya tahun depan selesai. Saya berani nawarkan diri saya. Ini pertama kali.  Saya salah. Tuhan ampuni saya .. Terimakasih bapak” Katanya.


Saya menghela napas panjang. “ Kamu berdiri. Pulanglah. Tidak perlu terimakasih kepada saya.  Berterimakasih lah kepada Tuhan. Karena dia selalu ada bersama kamu. Disaat kamu merasa sendiri dan tak ada jalan, Tuhan tunjukan jalan dan pastikan kamu tidak sedirian. Percayalah kepada Tuhan selalu. Kamu akan baik baik saja.  “ Kata saya.


Dia mengagguk.


“ Siapa nama kamu?


“ Dhea. “


“ Kalau ada apa apa, telp saya” Lanjut saya menyebut nomor telp. Dia juga memberikan nomor telpnya. Segera berlalu sambil mengusap kepalanya.


***

Saat saya masuk Cafe, Wenny melambaikan tangan ke arah saya. Dia segera berdiri menyambut saya. “ I miss you, B.” Katanya memeluk saya.  


“ Kamu keliatan sehat sekali. Udah dua tahun sejak COVID kita tidak ketemu.” Kata Wenny.


“ Ya sangat sehat, dan kamu juga keliatan bugar sekali. Sehat yang penting. Bisnis turun naik biasa saja. Itu ritme kehidupan. Nikmati saja” Kata saya tersenyum.


“ B “ seru Wenny “ Maaf saya harus segera beri tahu kamu. Sejak tahun lalu. Kita punya masalah di Amerika latin.”


“ OK. “ Saya menyimak.


“ Konsesi bisnis downstream mineral kita di Amerika latih mendapat tekanan oleh otoritas. “


“ Bukankah PDB, mitra kita di Amerika latin sudah jamin semua soal perizinan. Tidak ada lagi masalah. Kita tinggal produksi. Masalahnya dengan siapa.”


“ Ya tapi diam diam PDB buat perjanjian dengan Kantor Kejaksaan Federal untuk tidak melanjutkan operasi tanpa persetujuan pengadilan dan berkonsultasi dengan masyarakat yang terkena dampak. Nah aktifis lingkungan mengadvokasi masarakat adat. Mereka menolak penambangan itu. Kata mereka, itu sama saja dengan proyek kematian dan masyarakat adat tidak dapat hidup berdampingan dengan kegiatan penambangan, yang mematikan ekosistem tempat mereka bergantung.”


Saya menyimak.


“ Kita tidak punya konsesi tambang seperti emas, tembaga, mangan, timah, niobium, nikel, dan aluminium. Kita kan tidak menambang. Kita hanya melakukan smelting dan membangun industri downstream atas mineral itu. Soal perubahan iklim, hilangnya keanekaragaman hayati, dan polusi massal, akibat penambangan itu, bukan urusan kita. Itu urusan pemerintah yang memberikan konsesi kepada oligarchi politk yang dekat dengan pengusaha tambang lokal. Aktivis juga menyebut penambangan di hutan hujan Amazon, penyerap karbon terbesar di dunia dan sumber keanekaragaman hayati, jadi rusak, itu bukan urusan kita.”


Wenny terdiam sebentar. Kemudian dia mengambil sesuatu dari dalam tasnya. “ Ini dokumen teguran dari pemerintah kepada kita untuk hentikan sementara pembangunan smelter sampai audit lingkungan selesai. “ Lanjut Wenny, Saya baca dokumen itu. 


“ B, Felix ada bisnis trip besok ke Singapore. Dia ingin ketemu kamnu” 


“ Ok. “ Kata saya. “ Minta Tom di New York sambungkan saya ke Felix.  Saya akan terima via SafeNet sekarang. “ Lanjut saya. Wenny segera telp Tom. Duh pusing di lounge ini engga bisa merokok. Padahal saya sedang stress.  Tak berapa lama , telp selular saya bergetar. Saya terima pakai aplikasi SafeNet. “ B, di Jakarta sekarang? Kata Felix.


“ Ya. 


“ Apa mungkin kita ketemu besok. Anda tentukan waktu, saya ikut saja. “ Lanjut Felix.


“ Ok. Jam 8 malam di Ritz Singapore. “Kata saya.


***


Keesokannya saya ke Singapore dengan private jet., Yuan holding memang memberikan fasilitas jet pribadi kepada CEO. Di dalam pesawat saya baca semua dokumen yang berkaitan dengan gugatan aktifis. Saya juga baca analisa geostrategis serta peta kekuatan politik dalam negeri. Jaringan politik yang Yuan Holding keuasai. “ Gimana peluang Pemilu 2022 nanti. Apakah terlaksana atau tidak. Kan baru saja selesai COViD “ tanya saya.


“ Sepertinya ada kekuatan dalam lingkaran kekuasaan presiden JB, untuk berupaya dapatkan extend 3 tahun. Pemilu ditunda sampai tahun 2025. Tapi kekuatan oposisi sangat kuat. Elite politik AS sudah tekan JB presiden petanaha bahwa dia jangan main main dengan penundaan Pemilu. Sepertinya AS sudah tidak suka dengan dia. Sangat populis. Lihat aja kita dibuat repot oleh dia. Saya pernah bertemu dua kali dengan dia. Terlalu rewel dan sok idealis dia, tapi doyan duit juga secara pribadi “ kata Wenny. 


“ OK.” Kata saya merenung dan berpikir. 


“ Wen, seru saya. “ Telp Viktor di Moscow. Suruh dia ke Singapore. Saya perlu dia.” Kata saya. Wenny langsung telp Victor. Wenny mengangguk kepada saya. “Dia segera terbang ke Singapore. Sekarang dia sedang di Palma, Spanyol”


***


Jam 7 Felix minta bertemu di ruang Sauna dengan saya di Spa Ritz jam 8 malam. Saya masuk ruang Sauna sudah ada Dimon. Mereka berdua tersenyum. “Anda tidak berubah sejak terakhir ketemu di Geneva. Apa kabar B? tanya Dimon. Felix senyum aja. 


“ Kabar baik. “ Kata saya ambil tempat duduk disebelah Felix.


“ B, pada tahun 1986, Presiden AS Ronald Reagan bergurau bahwa sembilan kata yang paling menakutkan dalam bahasa Inggris adalah, “Saya dari Pemerintah, dan saya di sini untuk membantu.” Di Inggris, Margaret Thatcher percaya kekuasaan negara harus dilucuti secara UU,  sehingga memberikan kebebasan kepada pengusaha untuk melakukan perubahan dan menyediakan barang dan jasa. Kita menikmati euforia pasar saat itu. " Kata Felix. Dia menatap kosong dan akhirnya wajahnya berubah kesal. 


Dia berdiri menghadap kami berdua. " Waktu telah berubah. Pemerintah tidak akan lagi menyerahkan inovasi dan ekonomi ke pasar. Tahun 2023 akan menjadi titik balik bagi doktrin baru yang saya sebut "pemerintahan katalis”. Tidak ada lagi free market. Yang ada adalah market regulated. Pemerintah akan kembali lead dalam menghela perubahan disegala sektor. Nah kita, harus kuasai Presiden terpilih. Agar agenda tahun 2023 bisa terlaksana. Pemerintah yang bekerja tapi kita yang mengarahkan.  


Saat sekarang focus kepada mempertahankan energy fosil dan pada waktu bersamaan mendorong pengolahan dan Industri downstream di negara penghasil tambang. Biarkan mereka menikmati nilai tambah dari smelting dan peluang peningkatan lapangan kerja. Ya, sebagai kompensasi kerusakan lingkungan dan hancurnya ekosistem kehidupan penduduk setempat. Dan lagi toh value added ada pada tekhnologi dan modal. Dan mereka tidak akan pernah punya tekhnologi dan modal. Kita kuasai tekhnologi  dan modal. Pada akhirnya kita yang akan dapatkan nilai tambah berlipat. “ Kata Felix. Saya menyimak paparan dari pemain hedge fund kelas dunia.


“ B, kita akan pastikan JB kalah dalam pemilu di Amerika Latin. Dan kita akan jadikan LILA sebagai Presiden. Nah kamu kan punya konsesi bagian utara Negara. Kendalikan itu lewat proxy kamu. Saya akan gencet di bagian selatan basis pemilih JB. “ Kata Dimon


“ Besok team saya dan team kalian jadwalkan bertemu untuk buat rencana detail.” Kata Felix


“ Ok.” Kata saya. Kami keluar dari ruang sauna dan mandi.


Keesokannya Victor sudah bergabung dengan saya di Singapore. Dia bersama sama team Felix dan Dimon dengan dibantu konsultan kampanye kelas dunia akan beroperasi di Amerika latin Sebelumnya saya sudah briefing Victor dan menyerahkan dokumen yang harus dia pelajari termasuk nama proxy di Amerika Latin.


***

Tahun 2022 oktober, saya sedang di Cafe Wine. Saya nonton tayangan TV  berita Bloomberg, LILA memenangkan pemilu dengan suara berbeda 1% dari JB. Kini 9 penambang dan industri downstream mineral dibackup oleh Capital Group, BlackRock, Vanguard, Bank of America, Citigroup, Jp morgan dan CITIC Group Corporation. Dengan bergabungnya dua kekuatan besar, China dan AS menguasai SDA, maka tidak ada lagi kekuatan politik dalam negeri bisa menghadapi. Praktis negara itu sudah dibeli oleh pemain hedge fund.


***


Saya buka email dari Dhea yang sejak bulan lalu belum sempat baca. “ Terimakasih Om, Dhea sudah masuk kuliah di AS.  Dhea akan belajar keras dan patuh dengan arahan Om. Selamanya.” Saya memang minta agar Florence beri Dhea beasiswa penuh study bidang Financial engineering di AS.


Dia wanita muda. Mahasiswa tingkat terakhir. Disaat dia sangat membutuhkan ayahnya, Tuhan ambil ayahnya. Sementara ibunya sudah lama meninggal. Dia kehilangan tongkat dan tempat bersandar. Sementara dia sudah terlanjur punya obsesi atas belajar keras di kampus. Impiannya sebagai kaum terpelajar terancam kandas karena faktor biaya dan kesendirian. Mungkin dia sudah berusaha mendapatkan solusi atas keterbatasan biaya itu. Tapi semua jalan tertutup. Seakan mereka sekitarnya tidak peduli dengan obsesinya.


Itulah sebab mengapa saat bertemu saya. Dengan ragu tapi berani dia menawarkan untuk menjual dirinya. Satu satunya aset yang dia miliki yang bisa dijual dan cepat mendatangkan solusi, adalah tubuhnya. Anda bisa saja anggap dia lemah dan tidak bermoral. Mudah sekali kalah dalam kesulitan sehingga mudah tergelincir ke lembah nista. Dihadapan saya, Dhea tidak menjual kehormatannya. Dia hanya menjual tubuhnya. Batasan moral yang menjadi standar orang beradab, dia jebol sebagai cara untuk survival. Itu yang saya lihat.


Mungkin saat itu saya sedang berjudi. Bisa saja itu hanya drama untuk sekedar dapatkan uang mudah dari saya. Tapi saya percaya dengan pancaran wajahnya dan gayanya yang tidak terkesan murahan, sedang berdrama. Setelah dia lulus sarjana, dia bertemu lagi dengan saya “ Kalau kamu bisa lolos melanjutkan ke Harvard bidang financial engineering, kamu akan dapat lebih dari saya. Selanjutnya kerja untuk saya. Mau? Dia menatap saya dengan keras dan dengan tegas dia mengangguk. “ Mau pak. Saya akan belajar sungguh sungguh” katanya.


Benarlah. Setahun kemudian dia datang lagi ke saya dengan memberikan bukti surat bahwa dia  diterima di Harvard program study Financial engineering. Dari 10.000 sarjana yang bisa lolos di harvad hanya 1. Padahal dia bukan lulusan dari dari PTN papan atas, tapi dari PTS bisa . Kini dia sudah di AS, dan dia akan jadi aset saya. Pemberani dalam hidup adalah orang yang tahu berterimakasih dan tahu survival untuk kehormatan dirinya. Pemberani terpuruk untuk sementara tapi pengecut kehilangan jati dirinya.


Disclaimer : Fiction

Kelas Menengah di Indonesia.

  Saya datang ke Cafe itu dengan agak males. Karena ini cafe anak muda yang ada di jantung kota di puncak office tower. Entah mengapa Alisa ...