Saturday, December 18, 2021

Maafkan aku


 


Saat itu tahun 2008. Usia saya 45 tahun. Saya punya exit. Setelah saya beli proyek itu, akan dijual kepada Konglometat Jepang. Harga sudah cocok. Untung lumayan. Berkat dukungan dari teman teman di Eropa saya dapatkan dana untuk aksi akuisisi. Namun dana saya di suspect oleh FIOL ( Pengendali dana asing China). Pejabat kunci di FIOL itu adalah seorang wanita. Kalau dia bisa loloskan dana saya maka semua selesai. Untung gede didapan mata. Data dari agent saya tahu, wanita itu single. Lulusan Tianjing University. Phd dari Harvard. Fosturnya, tinggi sekitar 167 cm. Cantik dan mature. Itu sekilas yang saya tahu dari photonya.


Dari agent saya tahu kebiasaan wanita ini datang ke club exclusive. Khusus untuk orang Germant yang ada di hotel bintang V. Saya berhasil jadi member club itu dengan membayar deposit USD 300,000. Menginap di kamar penthouse hotel itu. Tidak ada data umum tentang wanita ini. Dari sosmed QQ, dia malah tidak ada akun. Saya harus taklukan wanita ini. Harus sentuh hatinya. Demi bisnis.


Jam 7 malam aku sudah berada di Club. Jam 8 sesuai informasi yang aku dapat dari agen, wanita yang menjadi targetku datang seorang diri. Ia memilih table tidak jauh dari pemain piano. Tak berapa lama pelayan club menghampirinya. Selang beberapa menit pelayan club membawa botol minuman dan menuangkannya ke gelas wanita itu. Semua aku perhatikan. Aku tahu persis minuman kegemarannya, tapi juga tahu apa yang paling Ia tidak sukai.


Jam 9 aku memanggil pelayan club. “Apakah saya bisa pesan yellow wine?“, kataku sambil menyebut merek yellow wine.


“Bisa, Tuan“


Tak lebih dari 5 menit pelayan itu sudah kembali ke table-ku. “Silahkan tanda tangani ini”, katanya menyerahkan secarik kertas ukuran kecil. Itu bill untuk yellow wine dengan harga 18.000 Yuan atau Rp. 32 juta Rupiah. Setelah aku tanda-tangani, kuselipkan uang 100 Yuan ke pelayan itu


“Tolong antar wine ini kepada wanita itu“, kataku sambil menunjuk ke arah wanita yang sedang duduk di table itu seorang diri.


Pelayan itu tersenyum penuh arti dan melangkah ke arah table yang aku maksud. Dari kejauhan aku lihat wanita yang menjadi targetku hanya mengangguk, dan menatap sekilas ke arah wine yang diletakkan di table-nya.


Jam 11 malam wanita itu berdiri dan melangkah ke arah pintu keluar. Tanpa melirik ke arahku. Padahal aku baru saja menghadiahinya wine seharga 18.000 Yuan.


Hari Selasa.

Seperti biasa jam 7 malam di Club, wanita itu sudah di table-nya duduk seorang diri. Tapi kali ini Ia nampak murung. Kadang nampak tegang. Entah apa yang sedang dipikirkannya. Aku memanggil pelayan club untuk memesan yellow wine berkategori royal. Setelah aku sebut nama yellow wine itu, pelayan itu berkerut kening. Ia seakan tidak percaya yang aku pesan.


“Baik, saya segera kembali”, katanya.


Selang beberapa menit pelayan itu datang bersama managernya. “Silahkan nikmati wine-nya“, kata manager itu sambil menyerahkan bill. Tertera harganya 200.000 Yuan atau Rp. 350 juta. Kembali aku minta pelayan itu mengantar ke table wanita itu.

Dari kejauhan aku melihat wanita itu hanya melirik sekilas ke arahku dan mengangguk kepada pelayan itu. Tandanya ia suka dengan hadiahku.


Jam 11 malam, wanita itu berdiri dan melangkah ke luar. Tidak menyapaku dan tidak juga melirik. Pergi tanpa kesan.


Hari Rabu.

Aku agak terlambat datang ke Club karena makan malam bersama relasi di restoran yang ada di puncak hotel. Jam 8.30 aku masuk ke club. Aku perhatikan ia menoleh ke arahku, tapi segera mengalihkan pandangan ke tempat lain. Aku tersenyum.


Dalam hati aku berkata, “Selalu wanita merasa kehilangan bila ada pria yang memperhatikannya tidak ada di hadapannya.” Walau informasi yang aku peroleh wanita ini sangat sulit didekati, tapi aku tahu kalau semua wanita suka diperhatikan. Aku kembali memesan wine.


“Apakah wine ini juga untuk wanita itu?”, kata pelayan melirik ke arah table wanita itu.


“Ya”


Pelayan itu segera berlalu dan kembali dengan membawa pesananku. Ia menyerahkan bill sebesar 300.000 Yuan atau Rp. 550 juta untuk aku tanda tangani.


Ketika pelayan menyerahkan wine itu, wanita itu melirik ke arahku. Dan… ia berdiri melangkah ke arahku sambil menenteng botol yellow wine itu.


“Mengapa Anda terlalu baik kepada saya? Selalu memberi hadiah minuman mahal“, katanya dengan wajah bingung.


“Karena...”, tenggorokanku tersekat.


“Apa?”, wajahnya menghujam ke arahku. Tak ada kesan emosi di wajahnya.


“Anda cantik. Maaf…”, kataku seketika. Berharap ini bukan jawaban konyol yang bisa merusak rencanaku.


Wanita itu tersenyum dengan wajah merona. Ia menoleh ke samping seakan berusaha berpikir apa yang harus ia katakan lagi kepadaku. “OK lah. Saya punya usul”, katanya.


“Silahkan“.


“Bagaimana kalau minuman ini kita habiskan bersama?“


“OK, di meja Anda atau … ?”


“Di meja Anda. Saya gabung dengan Anda”, katanya. Dan sekarang ia tersenyum manis. “ Kenalkan nama saya Lyly” Katanya mengulurkan tangan. Saya jabat tanganya dengan kedua tangan saya. “ Saya, Bandaro. Panggil saja B” Kataku


“Apakah ini cara kebiasaan Anda untuk menaklukkan wanita?”, katanya.


“Apakah saya nampak sebagai penakluk wanita?”.


Ia terdiam sebentar sambil menatapku. “Tidak. Anda bukan tipe pria penakluk wanita. Dan lagi Anda tidak pernah menyapa saya walau telah memberikan hadiah banyak. Wajah dan sikap Anda seperti biasa saja untuk seorang pria yang telah berkorban banyak uang“, katanya dengan bahasa Inggris sempurna.


Aku hanya tersenyum tanpa ada kesan tersanjung dengan kata-katanya.


“Tentu Anda sangat kaya“, katanya lagi.


“Tidak, saya tidak sekaya yang Anda bayangkan. Tapi memang uang tidak begitu penting bagi saya, apalagi kalau saya bisa memberi kepada orang yang tepat, seperti Anda.”


“Mengapa? Apa yang luar biasa dari saya?“


“Saya tidak bisa jelaskan. Tapi saya terkesan ketika kali pertama melihat Anda masuk club ini.”


“Itu saja?”


“Ya”


“Bagaimana kalau saya tidak peduli?“


“Itu juga tidak ada masalah. Karena memberi bagi seorang pria adalah kehormatan. Dengan Anda menerima hadiah saya, Anda telah memberi rasa hormat kepada saya. Itu sudah cukup.”


Wanita itu mengangguk-angguk. Aku menuangkan wine ke gelasnya. Ia menyambut dengan kedua tangannya. Jari lentik dan hiasan warna kuku yang konservatif. Nampak jelas bahwa ia wanita yang bersikap sederhana dan praktis.


Dalam seminggu sebelum batas jadwal kelengkapan dokumen funding yang ditetapkan panitia, dana saya lolos dari suspect. Berkat Lyly. Selanjutnya, saya bingung. Dia malah jatuh cinta dengan saya. Jadi complicated hubungan. Akhirnya saya jujur tentang cara saya mendekati dia hanya untuk bisnis. Dia tidak marah.


“ Saya bahagia, dan tidak menyesal. Karena saya izinkan kamu menyentuhj saya, itu karena cinta. Dan saya merasa sempurna sebagai wanita. “ Katanya. Dia senang saya jujur. Akhirnya kami bersahabat dan dari dia saya tahu arti sebuah kesederhaan.


****

Wanita itu mengangguk ngangguk..” Dulu peperangan dan penaklukan satu wilayah dengan wilayah lain biasanya hanya bentuk lain para pria ingin mendapatkan rasa hormat dari wanita. “ 


“ Perang memang pekerjaan para pria”


“ Ya pria di lahirkan untuk menjadi petarung” 


“ Tapi dulu revolusi kebudayaan di prakarsai oleh Madam Mao, bukan pria kan. Jutaan pria mati terbunuh. “ 


“ Justru Mao membiarkan revolusi kebudayaan di motori istrinya karena hanya itu yang bisa memanjakan istrinya. Untuk seorang wanita, Mao menghadang resiko dari semua lawan politiknya, dan…”


“ Karena itu dia mendapatkan rasa hormat dari istrinya.” kata saya melanjutkan ceritanya dan juga menyimpulkan.


“ Tepat sekali.” jawabnya dan tertawa. Sekarang dia tidak nampak wanita besi. Seakan mencair oleh suasana keberduaan kami.

Saya menuangkan Wine ke gelasnya. Dia menyambut dengan kedua tangannya. Jari lentik dan hiasan warna kuku yang konservative  nampak jelas, bahwa dia wanita yang bersikap sederhana dan praktis. “ For lady from Beijing, wonderful lady “Kata saya mengajak Toas.


“ For nice guy “ Jawabnya


Entah kenapa kami terdiam ketika terdengar lagu Sometimes When We Touch. yang diriingin piano. Usai lagu itu dia memberikan aplaus kepada  penyanyi dan pemain piano itu. Dia melirik jam tangan “ Saya harus kembali. Senang bertemu dengan anda. “ katanya tanpa ada kesan untuk berdiri. Saya tahu budaya CHina tidak sopan wanita berdiri sebelum pria berdiri. Saya segera berdiri tanpa ada kesan menahannya lebih lama lagi. Segera saya memegang ujung sandaran korsinya sebagai isyarat agar dia bisa berdiri dengan aman dan saya akan memberi ruang agar dia leluasa berdiri.  


Saya mengantarnya sampai loby club. Tak berapa lama nampak kendaraan audi standar pejabat china menghampir loby. Dia tersenyum kearah saya “ Terimakasih, Selamat malam,” Katanya seraya masuk kedalam kendaraan.


Saya kembali ke kamar hotel.

 

“ Bro..” terdengar telp overseas dari fund manager di Lugano.


“ Kemarin si Arab itu berang sekali. Dia ingin tahu kepastian proses financial closing. Mereka butuh kepastian atas uang mereka. Dan pihak Korea juga tanya saya kepastian untuk proses akuisisi. Hari senin depan bila tak ada kepastian, mereka akan mengundurkan diri proses akuisisi.Mereka sudah  punya buyer baru. Keliatannya keadaan semakin sulit bagi kamu.” 


“ Ya saya paham.  Tapi si Arab itu kan sudah pegang jaminan dari kita. Mengapa dia sewot ?


“ Bro, mereka sudah tahu itu jaminan hanya credit enhancement, illegible”


“ Bagaimana mereka bisa tahu”


‘ Entah lah..keadaan semakin rumit. Semua di luar kendali kita.”


“ Apa saran kamu ?


“ Pastikan senin depan bukan hari neraka untuk kita. “


“ Saya tak bisa  berandai andai apa yang terburuk akan terjadi. Selagi ada kesempatan saya akan terus berjuang. “


“ Saya paham. itulah salah satu sebab saya percaya mendukung kamu.”


“ OK. terimakasih. Tetaplah tenang sampai senin depan.”


***

Hari Kamis.

Saya datang ke Club itu kembali terlambat karena mengajak makan malam banker dan asset manager untuk sekedar meyakinkan mereka saya ada di Beijing sampai senin untuk menyelesaikan masalah. Saya tidak akan lari. Ketika itu saya didampingi oleh salah satu staf saya dari kantor di Beijing. Dia warga negara Australia.  Jam 9 saya masuk ke Club. 


Tidak nampak wanita itu duduk di table seperti biasanya. Pelayan club menghampiri saya “ Tuan mari ikut saya “ katanya menuntun saya ke salah satu ruangan. Nampak wanita itu sudah ada didalam ruangan. Hanya dia sendiri. Di setiap sudut ruangan ada pelayan yang standby memberikan layanan apa yang kami butuhkan.


“ Maaf , apakah anda tidak keberatan saya pilih ruangan ini.”


“ Tidak ada masalah.”  Saya faham maksudnya. Karena sebagai pejabat tinggi negara tentu dia ingin menghindari berdua berlama lama dengan pria asing. Tapi saya tidak mau bicara lebih jauh alasanya mengapa harus sewa ruangan khusus untuk berduaan.


“ Boleh tahu apa pekerjaan anda” katanya. 


“ Pengusaha ‘


“ Pengusaha apa ? Katanya terkesan dingin seakan tidak berminat mendapatkan informasi lebih jauh atau memang tidak peduli siapa saya sebenarnya.


“ Apa yang harus saya katakan tentang saya. Tapi itu tidak penting. Itu hanya bisnis.”

“ Yang penting apa ?


“ Persahabatan. Saya suka berteman dengan siapapun. Yang bisa mengenal saya apa adanya saya. Dan juga saya ingin bersahabat apa adanya kepada siapapun, bukan karena jabatan atau kekayaannya tapi karena dia sahabat saya“


Dia tersenyum. “ ternyata tepat dugaan saya.”


“ Apa ?


“ Anda orang yang tahu menikmati hidup dan bersikap sederhana. Selama beberapa hari ini saya perhatikan anda tidak pernah punya tamu. Kenyamanan club benar benar anda nikmati secara privasi. Tidak seperti orang lain. Selalu sibuk walau di club mereka sibuk bicara bisnis” 


Saya hanya tersenyum tanpa terkesan tersanjung. 

“ Oh ya darimana asal anda ?


“ Tebak lah “


“ Philipine “


“ Salah. Indonesia.”


“ Oh. Saya suka indonesia “


“ Apanya yang anda suka ?


“ Semua hal tentang indonesia saya suka. Budayanya, rakyatnya dan kehidupannya. Benar benar sorga yang terlupakan.”


“ Woowww. “ Kata saya berseru. “ Mengapa anda bilang begitu ?


“ Saya pernah ke Bali dan saya menemukan semua hal tentang imaginasi sorga.”


“ Oh Bali’


“ Ya Pulau dewata. “


“ Nah kalau suatu saat anda ke Indonesia saya akan mengajak anda ketempat tempat hebat seperti Bali itu. Ada banyak Indonesia. Negeri kami luas. Luas sekali. Luasnya sama dengan jarak London SIberia..”


“ Woh negara besar. “


“ Ya sangat besar dan hebat.”


“ Dan melahirkan banyak pria hebat seperti Soekarno.”


Saya hanya tersenyum. Kadang wanita China juga orang China lebih mengenal Soekarno atau hanya kenal Soekarno bila menyebut Indonesia. Kami terus bicara tentang banyak hal tapi tidak pernah sekalipun saya bertanya siapa dia, apa pekerjaannya.


“ Saya harus segera kembali. Oh ya besok saya ada keperluan lain. Mungkin saya tidak ke club ini. Apa ada acara weekend ? 


“ Tidak ada. Saya tetap di Hotel. Tapi senin saya sudah kembali ke Hong Kong”


“ Apakah mau ikut saya weekend ke Jilin. Sabtu kita berangkat dengan pesawat dan minggunya kita kembali denga kereta. “


“ Dengan senang hati kalau tidak merepotkan anda. “


“ OK. Hari sabtu pagi saya jemput di Hotel. Kita sama sama ke Bandara. “ katanya. “ Baik terimakasih untuk malam yang menyenangkan.” sambungnya, Saya segerak menjaga ujung korsinya untuk memberikan ruang bagi dia untuk berdiri. Ketika saya hendak antar dia ke loby, dia menolak halus. “ tidak perlu antar saya. Terimakasih. Selamat malam”


Saya mengangguk sambil setengah menunduk sebagai rasa hormat kepadanya. Saya segera minta pelayan untuk melarang wanita itu membayar bill. Semua bill atas tanggungan rekening saya. Pelayan itu bersegera pergi menuju kasir.

***

Hari Jumat saya menghubungi call center Centurion agar menyediakan private jet dengan standar layanan pribadi. Pesawat saya carter selama dua hari. Petugas itu berjanji akan memberikan layanan terbaik bagi saya.  Semua ongkos dibebankan dalam bill corporate saya. “ Hari Jumat malam private jet sudah standby di bandara. Kami akan kirim kendaraan standar limo ke hotel anda jam 6 pagi. Apakah confirmed ” katanya kemudian.


“ Yas Confirmed. “


“ Terimakasih.” 


Setelah itu saya menghabiskan waktu di kamar membaca buku dan setelah makan siang, saya istirahat di spa center untuk berenang, sauna, facial, massage. Semua kegiatan itu berakhir menjelang jam 5 sore. Selanjutnya waktu saya habiskan menelphone ke Eropa dan Hong kong. Diskusi dengan direksi saya dan update segala hal tentang business process. Mereka mungkin bertanya tanya karena saya tidak nampak terkesan kawatir. Padahal dalam hitungan hari apabila saya tidak bisa lolos dari masalah maka semua yang saya bangun hancur, juga reputasi.


***

Sabtu pagi jam 5 saya sudah di loby dengan pakaian casual. Tshirt Armany dan celana denim. Sweater dan jacket GG menahan udara musin dingin. Wanita itu tepat jam 5.30 masuk kedalam loby dengan pakain longcoat namun dari balik longcoat nya dia menggunakan Tshirt berkerah  tinggi berbahan catoon yang dirajut dan juga celana panjang denim dengan Winter Boots . Nampak cantik seperti bintang film Hong Kong, nampak lebih muda dari usianya yang saya perkirakan tak lebih 45 tahun. 


“ Kita langsung ke Bandara” Katanya melirik kearah kendaraanya yang masih parkir depan loby.


“ Ya. Tapi lebih baik gunakan kendaraan saya.” kata saya. Hanya lima menit setelah itu, nampak kendaraan standar limo merapat depan loby. Seorang pria dengan seragam driver limo keluar dari dalam kendaraan dalam posisi sempurna menanti kami masuk kedalam kendaraan.


“ Itu  kendaraan saya” Kata saya. 


Dia melirik dengan agak sedikit terkejut namun saya bersikap santai sehingga dia tidak terkesan canggung. Driver membukakan pintu kendaraan. Nampak didadanya pin berlogo , nama saya. 


‘ Kita langsung ke bandara keberangkatan domestik. Disana sudah menanti orang saya yang akan memberikan ticket untuk kita berdua.” Katanya.  Kemarin memang dia minta copy passpor saya, Saya langsung kirim via email tanpa bertanya untuk apa.


“ Kita langsung ke bandara private. “


“ Mengapa ?


“ Maaf, mungkin lebih praktis gunakan private jet. Jadi kita bisa pulang kapan saja tanpa diatur oleh jadwal penerbangan atau kereta.”


“ oh..”Dia melirik saya dengan bingung. 


Di depan gate parkir pesawat , passport saya dan wanita itu di periksa tanpa di cap. Karena ini penerbangan domestik.  Kendaran limo masuk kedalam bandara menuju tempat pesawat sedang di parkir. Dipintu pesawat nampak logo nama saya pribadi. Ada dua pramugari yang melayani kami juga dengan seragam. Didadanya ada pin logo nama saya. Wanita itu tersenyum kearah saya ketika pilot menyalami saya dengan seragam yang juga berlogo nama saya didadanya. 


“ Mereka semua menaruh hormat kepada anda. Dan sangat hangat layanannya.” 


“ Mereka professional. Jadi biasa saja.”


“ Tapi mengapa harus menggunakan fasilitas ini semua “


“ Apakah ada yang salah. Maafkan saya.”


“ Tidak ada yang salah. Maksud saya kan lebih baik dengan pesawat komersial”


“ Tapi kita tidak bisa bebas mengatur waktu. Apalagi ini liburan. Mengapa kita harus terjebak dengan jadwal penerbangan dan kereta. Dan lagi ini hanya standar layanan biasa, bukan hal luar biasa.”


“ Bagi anda ini hal biasa, tapi bagi saya ini luar biasa.”


“ Maafkan saya. Kalau ini membuat kamu tidak nyaman.”


“ Engga apa apa..saya malah tersanjung kamu perlakukan seperti ini” 


“ Terimakasih.”


“ Apakah semua wanita kamu perlakukan seperti ini ?


‘ Apakah selama di club pernah ada wanita mendampingi saya? 


“ Tidak ada. Walau tidak sulit bagi kamu minta layanan premium escort yang muda dan cantik seperti bintang film Hongkong.” 


Hanya butuh waktu 1 jam perjalanan udara, kami sudah sampai. Jadi belum sempat bicara banyak. Tapi saya tahu dia menikmati perjalanan udara ini.


***

Ketika pintu pesawat terbuka, nampak kendaraan standar limo sudah standby dekat parkir pesawat. Udara dingin yang menerpa wajah terasa menyengat. Suhu sudah dibawah nol deraja celcius. 

“ Saya sudah atur hotel untuk dua kamar. “ kata saya. 


“ Tidak perlu dua kamar. Cukup satu kamar saja.” Katanya cepat.


“ Oh…”


“ Maksud saya, cukup anda tinggal di hotel, saya tidur ditempat lain”


“ Tempat apa ?


“ Nanti anda akan tahu sendiri. Bukankah kita kemari liburan”


“ Ya. Saya paham”


Perjalanan ke pusat kota jilin  dari Longjia airport ditempuh dalam waktu sekitar 30 menit. Kota Jilin terletak di Provinsi Jilin. Ini kota kecil dengan standar China, dengan populasi sekitar 4 juta orang. Kota ini indah dengan sungai Songhua yang mengalir ke kota dan di kelilingi oleh bukit-bukit pegunungan. Ketika itu bulan februari nampak pepohonan berbingkai es spektakuler berjejer di tepi sungai Songhua.


”  Orang-orang Jilin ramah dan sedikit penasaran dengan orang asing. Karenanya ada sedikit orang asing di Jilin, Anda akan menarik sedikit perhatian saat Anda pergi, tapi Anda akan terbiasa.  Tapi tidak seperti beberapa kota besar lain di china yang lebih kebarat baratan  seperti Beijing atau Shanghai. Tinggal di Jilin memberikan pengalaman China yang lebih otentik.” Kata Wanita itu. Saya hanya tak bosan melihat keluar pemandangan.


“ Sebaiknya kita tidak langsung ke Hotel tapi ketempat  saya dulu” Kata wanita itu lagi.


“ Ok beri  tahulah kepada supir kemana arah tujuan kamu “ kata saya. Dia menggunakan bahasa china kepada driver itu dan nampak driver itu mengangguk tanda tahu arah yang dimaksud. Lokasinya agak jauh dipusat kota atau tepatnya pinggir kota. Ada bangunan tua namun disebelahnya ada bangun modern dengan taman luas. Saya masih bertanya tanya, tempat apa ini ? Ternyata setelah kendaraan parkir dan kami masuk kedalam gedung itu, barulah saya tahun bahwa ini panti Asuhan. 


Kami di sambut oleh Seorang wanita setengah baya dan pria muda. Mereka adalah pengurus panti. Dengan ramah mereka menuntun kami ke aula dimana anak anak panti sudah menanti kami. Ketika kami masuk mereka mengucapkan selamat datang secara serentak. Saya masih terpesona dengan keadaan ini. Ada apa dia bawa saya kemari.


Kemudian wanita itu berbaur dengan anak anak. Dia duduk ditengah tengah dan anak anak usia dibawah 12 tahun itu mengelilinginya. Dia bercerita semacam kisah spiritual untuk mendidik anak anak agar berbudaya , sambil bercengkrama bersama anak anak itu. Kegiatan itu berlangsung sampai siang. Kami makan siang bersama sama anak anak itu. Mereka sangat tertip sekali. Tidak ada yang berisik selagi makan. Seusai makan siang , wanita itu bersama sama anak anak panti bergotong royong membersihkan ruangan. Sore hari wanita itu mengajak saya kepaviliun yang terletak dibelakang panti 


“ Di sinilah saya tinggal selama weekend. Sebetulnya saya ingin mengajak kamu tinggal disini. “ Katanya dengan wajah merona seakan sungkan menawarkan sesuatu yang dia yakin saya akan menolak. Maklum tempatnya tidak semewah hotel. “ Itu masih ada kamar satu lagi. Mari kita lihat” sambungnya. Saya meliat kamar yang ditunjukannya itu. Bersih dan sederhana. Ada AC dan meja kecil namun tidak ada TV. “ Bagaimana ? katanya.


Saya berpikir sejenak. “ Baik, saya tinggal di sini. Dan lagi mengapa kita harus berpisah tempat. Bukankah saya kemari karena ajakan kamu.” Kata saya. Dia tersenyum senang. “ Terimakasih untuk mengerti saya.” 


Usai makan malam di panti, dia mengajak saya jalan jalan ke pusat keramaian di pinggir Sungai Songhua , ini adalah anak sungai dari sungai Amur, yang dikenal oleh orang China sebagai Heilong Jiang ( Sungai Naga Hitam ). Nampak beberapa orang memainkan instrumen china kuno di tepi sungai. Di depan saya melihat sebuah gunung yang tinggi dimahkotai oleh kuil, pagoda. “ Menurut legenda ada  seorang kaisar bernama Kangxi, mengunjungi gunung itu pada abad XVII dan menciptakan sebuah puisi tentang keindahannya. “ kata wanita itu mencoba menjelaskan keindahan  gunung itu.


Banyak tempat menggunakan tulisan bahasa korea, seperti toko dan restoran khusus. “ Dulu kala ketika kami akan diserang Rusia, kami mengundang orang korea bergabung melawan invasi orang Rusia. Tapi belakangan ketika kami bergabung dengan Jepang, Soviet berperang melawan jepang di Manchuria dan berhasil menduduki sebagian besar wilayah kami, bahkan kereta yang melintasi Manchuria melalui Harbin dibangun oleh orang-orang Rusia.” Katanya menjelaskan mengapa banyak tanda tanda korea di kota itu.  Kami minum Soju di restoran korea sambil bicara santai.

 

“ Setiap weekend kalau tidak ada urusan kantor saya lebih memilih berlibur kemari. Saya senang berada di antara anak anak yatim. Mungkin karena sedari kecil saya besar di panti. Dari kecil saya tidak mengenal orang tua. Kehidupan panti merupkan kenangan terindah yang tak mungkin saya lupakan. Terutama para mentor yang juga volantir dari kakak kakak yang sudah lebih dulu mandiri. Mereka selalu kembali ke panti di waktu luangnya menjadi penghibur bagi adik adiknya. Hidup memang tidak ramah. Namun berkat cinta, kami punya keyakinan dan harapan bahwa kami akan baik baik saja. “ katanya membuat saya tertegun dan terpesona. 


“ Memang pemerintah china menanggung semua biaya makan dan sekolah mereka tapi mereka bukan hanya butuh itu tapi juga butuh perhatian. Dari petugas panti tidak bisa diharapkan perhatian penuh. Karena mereka hanya pekerja yang dibayar pemerintah tapi dari kami , mereka mendapatkan kehangatan cinta , rasa kebersamaan, dan kasih sayang. Itulah sebabnya mengapa bila berada di tengah tengah mereka dan merasakan kehidupan yang kini saya miliki maka rasa syukur kepada Tuhan tidak pernah habis. Saya mecintai semua dan rasa terimakasih kepada pemerintah juga tidak pernah berkurang. Saya harus memberikan yang terbaik kepada negara dan bangsa karenanya saya harus bekerja jujur dan memastikan keberadaan saya memberikan manfaat bagi pemerintah yang  harus bertanggung jawab kepada lebih 1 miliar penduduk”  Katanya  yang kembali membuat saya terpesona.


“ Ingat dulu ketika tamat SMU, saya harus hidup sendiri di Beijing karena dapat beasiswa masuk universitas. Pemerintah memberikan biaya hidup hanya cukup untuk makan dengan standar sederhana sekali. Bertahun tahun saya tidak pernah makan daging. Baju hanya berganti dua kali setahun.  Tapi dengan mendapatkan kesempatan belajar di universitas rasa terimakasih kepada pemerintah tidak terkirakan. Saya tidak mau menyianyiakan kesempatan yang diberikan pemerintah. Negara butuh sarjana untuk membangun peradaban guna mengangkat saudara kami yang miskin berada dipelosok negeri. Kerja keras dan belajar keras adalah keniscayaan yang harus menjadi mindset kami untuk cina yang lebih baik” 


“ Tamat Universitas saya berkarir di Bank Tani di sebuah distrik di Hunnan. Saya harus mendidik petani agar disiplin menggunkan uang dan membuat mereka smar dalam mengatur financial planner nya. Saya juga membina kelompok tani agar dana kredit bantuan produksi yang disediakan pemerintah melalui bank dapat efektif menolong mereka mandiri. Bertahun tahun saya hidup lebih banyak bersama petani. Akhirnya usia 30 saya dapat beasiswa ke Harvard. Ini kesempatan yang harus saya manfaatkan. Dua tahun di AS saya lalui dengan belajar keras. Dana beasiswa sangat minim namun saya bisa survival berkat hidup hemat. “ Katanya. Saya kagum. 


Di hadapan saya ada wanita sederhana. Tidak seperti informasi yang saya terima bahwa dia wanita besi. Hatinya sangat lembut. Kalaupun dia tidak bisa didekati dan di loby karena dia bekerja dengan prinsip amanah dan focus dengan misinya untuk hanya bekerja demi kepentingan negara. Dia tidak ada waktu dengan segala hal yang akhirnya merugikan negara. Bahkan waktu liburnya ada bersama orang miskin dan yatim. “ Tak terasa usia saya sudah 42 tahun. Rasanya baru kemarin saya tinggal dirumah panti. Namun proses hidup yang keras dan penuh cinta membuat waktu berlalu begitu cepat. “


“ Maaf, apakah pernah punya pacar ?


“ Pernah tapi itu hanya cinta monyet waktu SMU. Setelah itu tidak ada yang mendekati saya. Entah mengapa? tapi saya juga tidak merasa kesepian. Pergaulan saya dikantor hanyalah rutinitas diantara orang orang yang sudah mapan secara intelektual dan spiritual. Jadi walaupun mereka dekat dengan saya namun secara pribadi mereka asing bagi saya. “


“ Apakah kamu tidak punya sahabat sejati ? “


“ Ada tapi mereka semua sudah berkeluarga. Tentu engga bisa dekat lagi  seperti sebelum mereka menikah. Tapi tidak apalah. Toh setiap ada kesempatan  berkumpul mereka selalu undang saya. “ 

Pembicaraan terhenti. Karena dia mengingatkan harus memberi cerita spiritual kepada anak anak sebelum mereka berangkat tidur. Kami segera meluncur kembali ke Panti. 


Ketika ingin berangkat tidur. Saya kehilangan semangat untuk memprovokasinya membantu saya keluar dari kesulitan. Dengan sikap hidupnya dan jalan hidupnya sebagai abdi negara, rasanya tidak seharusnya saya mempengaruhi sikapnya hanya karena ingin menyelamatkan saya. Kembali saya berdialogh dengan diri saya sendiri. Apa yang telah saya lakukan untuk negeri yang saya cintai. Atau bisakah saya sedikit mengerem nafsu ingin memiliki banyak hal dengan menghalalkan segala cara. Teringat semua orang yang bekerja untuk saya dengan satu tujuan yaitu memuaskan ego saya. Teringat semua hal, yang membuat saya merasa bersalah tak berujung. 


Hanya satu cara untuk memaafkan semua ini , yaitu saya harus meninggalkan cara bisnis yang saya geluti. Stop. Apapun yang terjadi dan apapun resiko akan saya hadapi. Mungkin inilah pesan cinta dari Tuhan kepada saya. 


**** 

Pagi pagi saya saya terjaga. Setelah sholat subuh saya duduk di teras paviliun menghadap kataman. Kabut musing dingin mentupi fajar sehingga sepagi itu masih gelap. Wanita itu nampak melangkah mendekati saya dari sebelah paviliun “ Bagaimana tidurnya ? nyaman”


“ Nyaman.” 


“ Rencana jam 1 siang kita kembali ke Beijing. Sebelum jam 1 saya harus rapat dengan pengurus panti membicarakan perbaikan fasilitas panti agar lebih baik dari yang sediakan pemerintah. Tadi malam sebelum tidur saya baca proposal dari pengurus panti. Mereka butuh anggaran sebesar 100,000 yuan. Semoga ada solusi untuk mereka.  Saya ada tabungan sebesar 60,000 yuan.  Maklum saya butuh tabungan karena di apartement saya di Beijing juga saya menampung anak yatim piatu  2 orang. Keduanya sedang kuliah sekarang.” 


“ Oh begitu.”


“ Sebelumnya saya sudah di janjikan oleh donatur untuk memberikan bantuan tapi sudah lebih tiga bulan belum juga dipenuhi janjinya. Mungkin dia lagi sulit. Baiklah kamu tunggu disini atau kamu bisa ikut dalam rapat. Gmana ?


“ Sebaiknya saya tunggu disini.”


“ Ok. “


Dia melangkah kegedung utama. Tinggal saya sendirian. Segera saya menghubungi call center centurion bahwa saya butuh uang tunai sebesar 100,000 yuan. Masalahnya  hari minggu tidak mudah dapatkan uang tunai sebanyak itu namun mereka memberikan fasilitas kemudahan mendapatkan uang tunai dimana saja, kapan saja. Tak berapa lama driver yang sedari kemarin standby ditempat parkir menanti untuk melayani saya datang ke paviliun 


“ Saya dapat perintah menyerahkan uang kepada anda. “ kata driver itu seraya menyerahkan amplop. Amplop itu saya simpan didalam di sakut jaket bagian dalam.


Jam 12 siang wanita itu datang ke paviliun. “ saya sudah selesai. Sekarang kita siap berangkat. Sebelumnya kita makan siang di restoran di pusat kota.” katanya.  


“ Terimalah ini. Mungkin bisa meringankan kamu. “ Saya menyerahka amplop itu. Dia terkejut sambil melihat isi amplop “ mengapa ? 


“ Apalah arti uang itu dibandingkan kepedulian anda kepada anak yatim.”


“ Tapi saya cerita tentang panti ini bukan berarti saya minta bantuan kepada anda. Lantas apa yang anda harapkan dari saya? ”


“ Apakah boleh saya menjadi sahabat kamu?


“ Hanya itu ?


‘ Ya”


“ Dengan semua kebaikan anda? “


“ Ya”


Wanita itu berpikir lama. Dia terdiam duduk dikorsi menatap kebawah. “ Kamu tidak tahu siapa saya. Kita baru kenalan seminggu. Tapi kamu telah berbuat banyak untuk saya. Dan baru kali ini saya merasa tersanjung sebagai wanita. Apa lagi oleh pria sekelas anda. Muda, kaya dan terpelajar.”


Dengan terenyum saya berkata lambat “ Saya hanya ingin jadi sahabat anda. Itu saja. Kalau anda tidak bersedia , jadikanlah saya sebagai teman” 


Dia berdiri dari tempat duduknya seraya memberikan kelingkingnya untuk saya tautkan “ kita sahabat sekarang “.


*** 

Ketika dalam pesawat saya masih membayangkan apa yang akan terjadi buruk nanti hari senin depan. Tapi saya sudah pasrah. Saya ingin mengakiri ini semua, apapun itu , yang terjadi terjadilah.


“ Ada apa? Katanya. Membuat saya terkejut.


“ Ah engga apa apa “


“ Saya perhatikan sekilas kamu sedang berpikir keras. Benar benar galau”


“ Ah engga apa apa. Saya baik bak saja”

“ Bukankah kita sudah berjanji sebagai sahabat. Bukankah sahabat itu saling  mendengar dan memberikan jalan keluar. Katakanlah kalau kamu benar yakin saya adalah sahabat kamu”


Saya terdiam lama. Entah bagaimana harus bicara. Sampai saat ini dia tahu bahwa saya tidak tahu pekerjaannya. Sampai saat ini dia tahu bahwa saya tidak mengenal dia sebagai pejabat otoritas moneter. Lantas mau ngomong apa ?


“ Bicaralah ..”Katanya setengah memelas.


“ Ya..saya ada masalah di Beijing. Ini hanya soal bisnis. Bukan masalah serius. Biasa terjadi dalam bisnis.”


“ Masalah apa ?


“ Sebagai pendatang baru dalam bisnis private fund, saya terjebak oleh permainan  yang diciptakan oleh kompetitor saya. Entah bagaimana setelah saya unggul dalam lelang mereka ciptakan rumor bahwa saya menggunakan cara cara hedge fund untuk akuisisi. Padahal itu dana dari Arab yang saya SWAP dengan islamic Bond yang mendapat exit dari buyer di Jepang dengan harga 112%. Jadi tidak ada yang salah. Yang salah karena saya pendatang baru dan terlalu ambisi “ 


“ Saya kurang paham, Ini berkaitan dengan transaksi apa ? 


“ Akuisisi salah satu Block city yang ada di Beijing”


“ Oh i see. Saya juga baca di media massa.” katanya. Dia tidak lagi menanggapi dan bertanya. Dia memilih diam. Tapi saya segera mencairkan suasana dengan mengajaknya diskusi soal lain. Tak terasa satu jam berlalu pesawat sudah mendarat di bandara Beijing.


***

Senin pagi saya terbang dengan pesawat pertama. Malam sebelumnya saya sudah beritahu rencana keberangkatan saya ke Hongkong.  Dia berharap dapat bertemu kembali dengan saya. 


Jam 11.30 pagi saya mendarat di Hong Kong. Ketika HP dibuka, SMS masuk “ Bejing meloloskan tranksasi kita dan proses financial closing bisa dilanjutkan. Berita tadi jam 10.30 dari Beijing. Selamat. Anda sukses keluar dari masalah” Berita dari Lawyer saya.

Berjalan di sepanjang kurudior kedatangan bandara, terasa berjalan diatas awan. Tubuh saya terasa melayang. 


Tapi entah mengapa saya semakin takut kembali ke Beijing untuk  bertemu dengan wanita itu…Mengapa orang baik harus jadi korban?  Apalagi SMS masuk dari wanita itu " You always my mind. You take care my dear"  Saya seakan masuk kedalam lobang hitam dalam sesal tak bertepi. Mengapa ini saya lakukan.?   Wanita itu tidak Pantas jadi korban permainan saya.


***

Tiga bulan berlalu saya masih tetap gelisah. Ada perasaan bersalah yang sulit di ungkapkan. Sementara proses akuisisi block city di Beijing  sampai pada pelepasan kembali kepada pihak exit buyer di Jepang sudah selesai di lakukan. Pihak investor, partners &  associates,  fund manager , lawyer, dan semua pihak yang membantu process transaksi merasa happy dengan prestasi yang dicapai. 


Selama tiga bulan itu saya tidak ada komunikasi apapun dengan wanita itu. Saya tidak mencoba menghubunginya dan diapun tidak. Apakah dia sudah melupakan saya. Atau menganggap pertemuannya dengan saya hanya sekedar intermezo. Tapi bagaimanapun saya harus bertemu kembali dengan wanita itu dan berkata jujur. Setidaknya saya bisa tahu apa sebenarnya yang terjadi sehingga otoritas begitu saja mengizinkan proses akuisisi di lanjutkan, padahal sudah dalam kondisi di block karena alasan suspect. 


Dari Seoul saya terbang ke Beijing. Ini kepergian tanpa missi business. Lebih karena alasan pribadi bahwa saya harus bertemu dengan wanita itu. Harus. Sesampai di Beijing saya memilih hotel yang berada di club dimana wanita itu sering membuang waktu usai jam kantor. Jam 7 saya datang ke club. Salah satu pelayan yang masih mengenal saya menegur dengan ramah. 


“ Tuan, apa kabar. Senang bertemu kembali.” 


“ Terimakasih. “ Kata saya dengan menyapu pandangan ke semua sudut ruangan.


“ Wanita  itu tidak pernah datang lagi Tuan. “


“ Sejak kapan ? 


“ Sudah lebih satu bulan dia tidak pernah datang lagi “ 


Entah mengapa terdorong begitu saja saya menelphonenya melalui selular. Tapi telp tidak diangkat atau tepatnya sudah tidak aktif lagi. Segara saya telp fund manager saya untuk mencari tahun tentang wanita itu. 


“ Dia sudah tidak lagi menjabat di posisi yang sama sejak sebulan lalu. “Kata fund manager.


“ Dimana posisi dia sekarang ?


“ Tidak ada sumber informasi tentang itu.”


“ Mengapa ?


“ Lah ini China. Selain presiden, tidak ada Jabatan  yang sakral. Tapi karena profesionalitas. Pejabat datang dan pergi , naik dan jatuh itu bukan hal luar biasa, Sudah biasa. Bahkan sangat biasa. Jadi bukan berita. Apalagi pejabat sekelas teman wanita kamu itu. “


Saya ingat sepulang dari Jilin , saya pernah antar dia ke apartement tapi tidak tahu pasti alamatnya. Saya hanya tahu kawasan apartementnya yang berada di super block city Beijing. Tapi tentu saya bisa dapatkan alamat wanita itu dari management kawasan apartement. Namun apa yang saya dapat? Pegawai management apartement menyebutkan tidak ada nama wanita yang saya maksud. Memang ada beberapa apartement di miliki oleh pemerintah untuk pejabat tapi tempatnya tersebar di beberapa block. Rasanya sama saja mencari jarum di tengah lautan. Saya putuskan menghentikan upaya mendatangi satu persatu block apartement. 


Dalam kebingungan, saya ingat Jilin. Ya saya harus ke Jilin.  Dari pengurus panti saya yakin bisa mendapaktan informasi lebih banyak tentang wanita itu. Dan bagaimana saya bisa menemukannya. Keesokannya saya terbang ke Jilin. Dari petugas panti saya dapat informasi bahwa wanita itu sudah  pindah ke Shanghai. itu kabar terakhir sebulan lalu ketika wanita itu berkunjung ke Panti. Dari pengurus Panti saya dapat alamat di mana dia bertugas sekarang. Tapi saya agak bingung kebenaran informasi yang saya terima itu. Bagaimana mungkin sekarang di berubah profesi jadi dosen. Universitas terkenal lagi. Tapi saya tetap jadikan itu sebagai informasi. Saya putuskan terbang ke Shanghai dari Jilin.


Ketika itu musim semi. Dari bandara saya langsung menuju kampus dimana wanita itu jadi dosen. Dari staf management kampus saya diminta untuk menanti karena wanita itu akan segera datang menemui saya di ruang tunggu. Tapi setelah lebih satu jam menanti, saya malah dapat memo dari wanita itu. “ Beri tahu dimana kamu menginap nanti seusai jam kerja saya usahakan datang ke hotel kamu. “  Saya memberikan catatan di  belakang memo itu, nama hotel saya. Dan setelah itu berlalu. Padahal saya belum check in hotel. Namun  saya bersegera check in dan menanti kedatangannya. 


Telp selular saya bergetar. Tidak ada nama penelphone. Tapi segera saya angkat “ Saya sudah di loby “ terdengar suaranya diseberang dan itu suara wanita tadi. 


“ Segera saya kebawah”


“ tidak perlu. Biar saya ke kamar kamu. Boleh ?


“ Tentu. “ Saya menyebut kamar saya.


Tak berapa menit dia sudah didepan pintu kamar saya. Nampak tersenyum namun keadaanya tidak se glamor dulu ketika masih menjadi pejabat otoritas moneter. Ketika saya hendak menyalaminya, dia merangkul saya.  Cukup lama. “ Long time no see. “ Katanya. 


“Bagaimana kamu bisa tahu saya di sini ? Katanya ketika saya persilahkan dia duduk diruang tamu kamar panthouse saya.


“ Dari pengurus Panti.”


“ Sudah kuduga. Karena hanya mereka yang tahu.”


“ Mengapa kamu pindah kerja ?


“ Di china sudah biasa. Sebelum pejabat dirotasi ke bagian lain, pejabat tersebut harus kembali ke kampus jadi dosen untuk memberikan pengalaman dan ilmunya selama jadi pejabat. Ya semacan refresh. “


“ Oh begitu ?


“ Ya.”


“ Mengapa ?


“ Kami semua yang jadi pejabat tadinya adalah program beasiswa negara. Dan terus berkembang berkat investasi pemerintah dalam mendidik kami.  Kelak generasi setelah kami juga akan mengikuti ritme yang sama kini kami lakukan. “


Setelah itu, saya terdiam. Entah mengapa saya tidak berani menatapnya. Semakin saya pandang dia semakin ada rasa bersalah. Selang beberapa lama suasana kikuk itu mencair. Karena dia bisa menangkap pikiran saya. 


“ Setelah kembali dari Jilin, saya segera menghubungi staff saya untuk mencari tahu tentang kamu. Malam hari staff saya membawa berkas tentang kasus kamu. Semalaman saya pelajari semua berkas itu. Pagi hari saya hubungi kontak saya di Eropa. Dari mereka saya dapat informasi bahwa sumber dana kamu clean. Transaksi SWAP melalui bank di Dubai atas islamic bond yang kamu terbitkan memang limited offering dan  tidak memerlukan izin dari otoritas. Reputasi kamu pun di financial market tidak ada catatan black list. Makanya keesokan paginya langsung saya membuat keputusan agar transaksi cross border kamu di keluarkan dari list suspect” Katanya dengan tenang dan lancar sekali menjelaskannya menujukan dia orang yang rasional dan professional.


“ Terimakasih “ Hanya itu yang bisa saya katakan sambil menarik nafas lega.


“ Nah sekarang pertanyaan saya” katanya seraya menatap mata saya dengan  tajam “ Katakan dengan jujur apakah kamu mengenal saya sebelumnya ? 


“ Ya” Kata saya dalam keadaan berlutut dengan menundukan  wajah. Tak sanggup saya menatapnya.


“ Kebiasaan saya sering nongkrong di club itu ?


“ Ya.”


“ Jadi kebaikan demi kebaikan yang kamu lakukan terhadap saya , itu semua sudah direncanakan?


“ Ya.” 


“ Juga emosi persahabatan yang kamu bangun juga sudah di rencanakan?


“ Ya.”


“ Lantas mengapa kamu terus mencari saya dan ingin bertemu dengan saya.”


“ Awalnya semua saya rencanakan dengan baik. Seperti artis melakonkan skenario.”


“ Dan kamu artis yang baik menurut saya” katanya tersenyum.


“ Ya.  Tapi malam terakhir di Jilin keadaan berubah. Saya ingin terus terang kepada kamu tentang semua yang saya lakukan. Tapi logika saya mengatakan akan lebih baik saya tidak perlu cerita niat saya mendekati kamu. Apapun yang terjadi saya tetap ingin bersahabat dengan kamu. Saya juga tidak berharap lagi kamu menggunakan jabatanmu membantu saya. Tidak. Saya hanya berserah diri kepada Tuhan agar kebenaran yang selama ini saya perjuangkan tidak sia sia. Tapi …


“ Apa ?


“ Rasa bersalah saya karena menggunakan cara berbohong untuk menarik empati kamu, Itulah yang menjadi beban batin saya. Ini kesalahan yang tak tertanggungkan. Sulit untuk saya lupakan“


“ Mengapa begitu besar rasa bersalah kamu”


“ Kamu orang baik. Baik sekali. Sebagai abdi negara kamu sangat tinggi moralnya, Sebagai pribadi kamu punya spiritual yang tinggi dengan dekat kepada anak yatim, bahkan sebagian besar penghasilan kamu di korbankan untuk anak yatim. Sementara kamu hidup dalam kesendirian ditengah kompetisi dan individualisme. Sementara saya, hanya berpikir soal uang dan melakukan segala cara untuk mendapatkan uang, termasuk  berbohong” Kata saya dengan mata tertunduk dihadapannya. Saya tak sanggup lagi bicara. Saya rasa sudah cukup saya bicara. Rasa bersalah itu sudah mulai berkurang. Soal dia maafkan atau tidak saya sudah pasrah. Kepada Tuhan saya mohon ampun.


Keadaan hening.


“ Jaka…Berdirilah. Liaht saya..” terdengar dia memanggil saya, Saya mendongak dan berdiri . “ Boleh saya panggil nama kecil kamu. itupun kalau kamu tidak berbohong soal nama kecil kamu. Karena beda dengan nama di passport.” Katanya dengan wajah berias senyum. Tak nampak dia sinis. Di hadapan saya, dia seperti seorang ibu yang baru saja mendengar anaknya mengeluh atas hidup yang tidak ramah. 


“ Bo bo boleh. Itu memang nama kecil saya. Itu panggilan sayang ibu saya“


“ Saya berharap suatu saat kamu ajak saya makan malam. Tapi oleh seorang Jaka. Saya ingin berteman dengan Jaka, putra dari ibunya, yang tanpa setelan Armany, tidak menginap di panthouse, tidak punya limosin , tidak punya private jet. Dan Jaka hanya tahu saya seorang Lyly yang yatim dan tidak secantik artis Hong Kong. “ 


Saya terpesona dengan kata kata sederhananya. Apakah itu sebagai tanda dia sudah memaafkan saya dan memaklumi saya. Lagi, saya merasa kecil di hadapannya.


“ Saya harus pulang. “ Katanya hendak mengakhiri pertemuan itu. Saya berdiri dan diikuti olehnya. “


Saya mengantarnya sampai ke lift 

“ Apakah saya masih bisa bertemu kamu, lyly ?


“ Lain kali datanglah sebagai seorang Jaka, dan jangan lupa undang saya makan malam. “Katanya dan pintu lift tertutup.


Sikap rendah hati memang mampu menghancurkan tembok tebal kesombongan dan melunakan hati sekeras baja, membersihkan kebohongan dan kemunafikan untuk orang kembali ke jalan Tuhan. Demikian tentang Lyly. Sejak itu kami bersahabat.


***




Saturday, December 04, 2021

Dia menggali kuburannya sendiri.





2011


“ Mengapa dia harus jujur bilang bahwa dia selingkuh? . Kan lebih baik berbohong demi menjaga perasaan istri. " Kata Linda dengan air mata berlinang. " Mengapa ? katanya mengulang pertanyaannya.


" Karena pria yang kuat memang tidak takut  berkata jujur termasuk minta maaf. " Kataku.


" Lantas mengapa dia tidak minta maaf. "   


“ Mengapa harus minta maaf. Mencintai kan bukan dosa “ kataku tersenyum.


“ Itu penghianatan perkawinan.” katanya cepat. Dia tahu aku bersahabat dengan Aheng, suaminya. Dia seakan mencibirku. Anggap aku  tidak bisa objektif.


“ Loh, pria itu sudah takdirnya bisa mencintai banyak wanita selain istrinya. Sementara wanita tidak ditakdirkan begitu. “


“ Emang hanya pria yang bisa selingkuh.”katanya mencibir.


“ Benar. Wanita juga bisa. Tapi takdirnya engga boleh. Kalau dilakukan juga, akan menimbulkan paradox. “ Kataku.


" Paradox ? Apa maksud kamu?


" Bagi pria hubungan sex itu kesenangan yang tidak beresiko. Tetapi bagi wanita, hubungan sex itu beresiko. Yaitu melahirkan anak manusia. Itu menyabung nyawa. Apa jadinya kalau perjuangan hidup mati melahirkan itu tanpa diketahui siapa yang membuahi? Itu maksud saya selingkuh bagi wanita itu sama dengan paradox. "


" Ah kan bisa pakai alat kontrasepsi." Linda berargumen.


" Itu bentuk lain dari paradox."Kataku tersenyum.


“ Aku yakin dia akan membayar atas pengkhiatannya ini. Hidupnya akan sial”


“ Pernikahan itu janji kepada Tuhan, bukan kepada Manusia. Kalau suami kamu tidak menafkahi kamu lahir batin, memukul kamu,  berkata kasar dan menghina kamu, nah itu jelas  dia berkhianat kepada Tuhan. Soal dia mencintai wanita lain, itu tidak salah. Yang salah kamu menganggap suami itu milik kamu. Padahal dia milik Tuhan. Nah kalau kamu berharap buruk terhadap mantan suami kamu, itu artinya kamu memberi kesempatan dia untuk kedua kalinya melukaimu. Setidaknya merusak pikiranmu. Liatlah nanti. Buktikan omonganku”


“ Jadi apa yang harus aku lakukan ? Kata Linda dengan nada putus asa.


" Saya tidak akan mengarahkan apa yang harus kamu lakukan. Tetapi yang harus kamu tahu dan sadari tiga hal.  Pertama, ketika kamu menikah dengan Heng, dia sudah established secara ekonomi. Tidak ada ikatan emosional yang menjerat hati dia kecuali kecantikan kamu. Kedua. Kalau dia jatuh cinta lagi dengan wanita lain, tugas kamu merebut hatinya agar dia kembali dalam pelukan kamu. Caranya? teserah. Kamu lebih mengenal suami kamu.  Ketiga. Hadapi dengan sabar. Kalaupun pilihan kamu adalah bercerai. Jangan emosional. Ini kan soal pilihan. Setiap orang berhak atas pilihannya. Tugas kita menghormatinya, bukan malah menghujat. Bukankah hidup kita tidak bergantung kepada manusia, tetapi kepada Tuhan." Kataku. Dia terdiam. 


Mungkin dia pahami, atau tidak. Tetapi dua minggu kemudian aku bertemu lagi dengan Linda. "Ah terlalu tolol mau ngalah dengan pria yang sudah mengakui selingkuh. Aku beralasan menghujatnya dengan segala kata kata yang menyakitkan." Kata Linda.


" Apa reaksi suami kamu? 


" Dia diam saja. Walau kata kata saya sangat kasar menghujatnya. Tidak ada satupun kata balasan keluar dari dia. Seakan dia menerima saja."


" Itulah yang bahaya. Dia diam, dan dia menang dan kamu akan mendapatkan karma "


"  Bodohamat. Yang penting karena itu perceraian akhirnya terjadi. Aku puas. “ Kata Linda dengan wajah menyimpan benci..


“ Lin,  kesalahan terbesar kamu adalah  menghujatnya dan dia tidak membalas hujatan itu. Itu seperti jeofardize. Semua kebaikan dan pengorbanan kamu sebagai istri, yang tadinya jadi tumpukan pahala, menjadi terbakar begitu saja. Value kamu sebagai wanita lenyap sudah. Itu semua karena amarah berlebihan. Kata kata berupa umpatan itu tidak akan sirna. Dia terus berdengung di langit dan menjadi penyempit rezeki dan berkah kamu.” Kataku. 


“ Jadi apa saran koh koh. “


“ Sebaiknya kamu minta maaf. Dan selanjutnya bersabar. Tutup aib dia. Karena bagaimanapun dia ayah dari anak kamu dan orang yang pernah satu tempat tidur dengan kamu. Setidaknya keringatnya pernah menghidupimu. “ Kataku. Tetapi dia tidak peduli.


***

2013. Aku bertemu lagi dengan Linda. Dia sedang merintis usaha importir mainan anak anak. Uang gono gini lebih dari cukup untuk buka outlet di Mall. Dia keliatan sangat percaya diri dengan perceraiannya. Aku yakin dia tidak lagi mengingat mantan suaminya. Aku senang. “ Engga ada niat untuk nikah lagi? kataku. Karena usianya ketika itu masih 28 tahun. Masih muda untuk dapatkan kesempatan kedua. “ Koh Heng pernah datang minta rujuk lagi. Tetapi aku tolak.” katanya enteng.


“ Gimana dengan pria lain?


“ Ogah. Laki laki pintar banget menyakiti hati perempuan. Lebih baik sendiri dan urus anak saja. “ Katanya. Aku hanya tersenyum. Moga dia baik baik saja.


***

2016. Aku bertemu lagi dengan Linda di pameran  property. Dia sedang jaga stand pameran perumahan. Kami amprokan ketika dia berusaha mendekati siapa saja yang melihat stand nya. Dia tersenyum melihatku “ Koh Jel, apa kabar. Sama ibu ya.” tegurnya sambil melirik istri saya.


“ Loh tadi kan kamu bisnis importir mainan anak anak dan buka outlet di mal. Gimana kelanjutannya? “


“Udah bangkrut koh.” Katanya dengan suara lambat. Rahut wajahnya keliatan murung.


“ Anak kamu gimana ?


“ Udah ABG dia. “ 


“ Jaga kesehatan ya.”  Kataku dan berlalu.


***

2018. Dari kamar hotel, aku pergi ke Rooftop Marina bay sands Singapore. Sekedar killing time. Minum segelas dua gelas Macallan menjelang tidur. Baru duduk 20 menit, ada suara wanita menegurku dari samping.” Koh jely ya.” aku menoleh kesamping “ Linda. Kamu disini? ngapain ? kataku terkejut. 


“ Mancing. Siapa tahu dapat kakap.” katanya tertawa.


“ Serius lah.”


“ Benar. “Katanya agak serius. “ Biasanya aku tunggu panggilan mami. Tunggu orderan lah koh.” katanya serius dengan senyum indahnya. Aku hampir tidak percaya. Dia memang bisa bahasa inggris dan mandarin. Postur tubuh tinggi. Cantik, pastinya. Memang punya nilai jual untuk para bos berduit yang iseng.

 

“ Boleh gabung di table nya” Kata Linda.


“ Silahkan.” kataku. Dia pesan cocktail campuran miras.


“ Kamu udah makan? Tanyaku.


“ Boleh pesan ? 


“ Pesan lah.” 


Kalau tadinya dia hanya minum cocktail, tetapi makin malam dia minta buka botol Macallan. Sepertinya malam ini dia tidak ada tamu. AKu biarkan saja sesukannya. 


“ Aku kesel koh. Kesel banget dengan hidupku. Buka usaha apa saja gagal. Terakhir modal amblas. Sementara koh Heng semakin bahagia dengan istrinya. Bisnisnya makin maju. Anakku ikut koh Heng. Dia lebih suka dengan papanya. Katanya mama tirinya membuat dia nyaman. Sekarang aku hanya seonggok daging yang ditawarkan ditengah pasar. “ Katanya mengingau. Aku diam saja.


“ Benar koh koh bilang dulu. Umpatan yang aku sampaikan kepada  koh Heng itu terus berdengung di langit dan menjadi penyempit rezeki dan berkahku. Belum lagi aku bully dia sosmed. Semakin ramai teman temanku mengumpat koh Heng, semakin sempit jalanku. Dan kini inilah hidupku. “


Aku diam saja mendengar dia menggigau. 


“ Kamu tinggal dimana.”tanyaku. Karena hari sudah larut.


“ Panggilkan saja taksi. “ Katanya dengan suara parau. Aku mengambil tas tangannya. Memasukan lembaran dollar singapore ke dalam tasnya. Dia melirik “ Itu uang lebih dari cukup boking aku. Kenapa engga ke kamar koh koh aja.”


“ Aku tidak pernah beli untuk sex. Kamu harus pulang, Lin. “ Aku tuntun dia keluar dari Hotel dan panggil taksi.


Setelah Linda pergi. Aku termenung. Aku tidak berniat jadi sipahit lidah kepada Linda. Seakan kata kataku itu kutukan atas hidup yang dia alami. Aku hanya mengingatkan kepadanya bahwa dia tidak akan pernah bisa bangkit diatas kebencian dan dendam. Ketika dia menghujat, maka saat itu dia  mematik rasa dendam dan kebencian. Menggali kuburannya sendiri dimulai. Hanya satu solusi. Dia harus berlutut di hadapan mantan suaminya dan minta maaf. Setelah itu berusahalah jadi sahabatnya. Itu aja. Mungkinkah.?

Jalan menemukan rizki...

  “ Ale, bosoboklah kita” kata Mardi lewat SMS kemarin. Walau kami jarang sekali bertemu. Mungkin setahun belum tentu ketemu. Kami saling ma...