Saturday, September 04, 2021

Terimakasih pah..

 


Dalam diam bayanganku tetap kepada papa. Aku kangen Papa.. Berulang ulang kucoba untuk merangkai kalimat demi kalimat pada buku harianku. Namun kalimat itu tidak pernah selesai. Pandanganku tertuju pada sebingkai photo seseorang yang sangat kuhargai dan kucintai. Dua puluh tahun sejak aku dijemput di panti asuhan oleh papa dan mama, waktu berjalan tak terasa. Allah membuatku menjadi yatim dan piatu dalam usia kanak. Karna kasih Allah maka akupun mendapat belaian kasih sayang dari orang tua angkatku. Walau mereka kristen, namun mereka juga yang menjaga keislamanku sejak lahir. 


Bila air pegunungan mengalir dengan begitu beningnya dan terus hanyut menebarkan kehidupan disetiap alirannya maka begitulah perumpamaan tentang kemuliaan orang tua angkatku. Kuusap photo itu dengan halus. “ Papa terlalu baik , terlalu baik. Mudahkan rezeki dan panjangkan umurnya , ya Allah ”. Mataku melirik kesamping , dimana suamiku tidur dengan lelapnya. Dua orang pria yang hadir dalam hidupku. Aku tidak bisa menyesali takdir bila akhirnya mendapatkan suami yang tidak seperti papa.. Inilah kehendak Allah.


Suamiku memang pekerja keras namun juga tidak stabil emosinya. Ketika awal aku berumah tangga kehidupan begitu bahagianya. Namun kini prahara itu datang. Pria yang kini menjadi suaminku butuh pertolongan. Sejak di PHK sikap suamiku tidak lagi hangat seperti dulu. Mudah sekali tersinggung dan kadang membuat anakku Tika takut. Hal yang kecil dapat menimbulkan pertengkaran. Tidak banyak yang kuharapkannya dari suamiku kecuali sabar menerima kenyataan. Tapi hal ini pulalah yang sulit bagi suamiku. Walau aku sendiri punya penghasilan dari pekerjaan sebagai bidan. 


Memanglah andai ada catatan statistic tentang angka perceraian yang disebabkan oleh PHK tentu jumlahnya sangat besar di negeri ini. Tak terbilang gelombang PHK terjadi setiap hari nya. Pemerintah memang memberikan peluang dimana saja, bagi siapa saja. Namun kehidupan yang berkompetisi kadang membuat orang putus asa. Aku sebagai istri harus tetap di samping suamiku untuk mendorong tidak kalah dalam kompetisi. Bagaimanapun dia adalah imamku. 


Kusudahi niat untuk menulis buku harian setelah menggores kalimat singkat “ Maafkan aku papa …“


Mas, aku kangen papa “ kataku ketika sarapan pagi. Suamiku hanya menatapku sekilas dan tanpa menjawab seakan tidak peduli dengan kerinduanku.. Entah mengapa saat sekarang aku sangat merindukan papa.


“ Sudah dua kali ulang tahun papa, kita tidak datang. Mengapa Mas ? Bukankah papa selama ini selalu baik dengan kita ? “ Kataku.


“ Aku engga mau datang. Lagian apa peduli mu?. Bukankah mereka adalah orang tua angkatmu. Kafir lagi.”


“ Mas ..! “ Seruku tersekat dan menahan keterkejutan mendengar kata kata itu ..” Tolong jangan pernah keluar lagi kata kata seperti itu. Bagiku walau papa dan mana orang kristen namun mereka adalah orang tuaku.” Dan akupun menangis.


“ Kamu tahukan.? Kita sedang dalam keadaan sulit dan mereka tidak peduli.”


“ Mereka peduli “ jawabku seketika.


“ Mengapa mereka tidak bantu kita ?“


“ Karena aku memang tidak mau membebani mereka. Ini adalah rumah tangga kita dan kitalah yang harus menyelesaikannya. “


“ Itulah karena kamu memang bukan anak kandung mereka. Kamu muslim dan mereka kristen. Beda dengan Mbak Meri, Linda dan Bobi. Mereka hidupnya senang karena orang tuanya selalu membantu mereka “ kata suamiku dengan sinis.


“ Mas..” Aku tak bisa menahan tangin. “ Dari kecil aku dipungut papa dan mama. Namun Papa dan Mama tidak pernah membedakan kami satu sama lain. Mbak Linda dan Meri, Mas Bobi memang hidup mereka mapan. Mereka dapat menyelesaikan pendidikannya sampai tuntas dan mendapatkan pekerjaan yang baik.. Hanya aku yang tidak. Karena otakku tidak seencer mereka.” Kataku dengan terisak. Suamiku terdiam. Dia mungkin tidak mau aku  terluka dengan kata katanya barusan.


“ Aku hanya ingin kita hadir dalam acara ulang tahun papa ini. Tolonglah mengerti Mas perasaan ku “Suamiku tidak mengubris dan segera menyudahi sarapan pagi sebelum waktunya dan . langsung pergi meninggalkanku seorang diri di meja makan.


Sejak menikah , aku diboyong oleh suamiku pindah kekota lain. Sudah lebih dua tahun sejak suamiku di PHK , aku tidak menghadiri acara ulang tahun yang selalu diadakan oleh papa dan mama. Walau mereka tidak pernah berharap ulang tahunnya dirayakan oleh anak anaknya namun mereka tidak bisa menolak bila acara itu diadakan. Apalagi usulan ini awalnya datang dariku. Kini dua kali acara ulang tahun itu terlewatkan begitu saja. Aku tidak ingin untuk kali ini akan sama dengan yang sebelumnya


.“ Dian , ““ Ya Papa ? Kataku ,setengah terkejut mengangkat telp genggamku


.“ Kamu jadi datang. ?“


“ Eeeh ya, ya pa. ? Jawabku bingung


“ Ada apa , dengan kamu.? Kedengaran sepertinya kamu lagi ada masalah. “


“ Tidak ada masalah Pa..”


“ Katakan dengan papa. Kamu adalah anak tersayang papa. Kamu akan salalu jadi anak bungsu papa. Katakan , sayang” Kata papa dengan lembut dan bijak.


“ Mas, Ton , tidak mau datang. “ Entah mengapa kata kata itu terlontar begitu saja. Tidak seperti sebelumnya dimana aku selalu pandai merangkai cerita bohong agar papa tidak kecewa dengan ketidak hadiranku


.“ Kenapa ? ada masalah apa dengan dia ?”


“ Dia malu datang ka Jakarta.”


“ Kenapa harus malu. Bukankah kami adalah orang tua kalian. “


“ Ya Papa. Sebetulnya sudah dua tahun Mas Ton tidak lagi bekerja. Kami memang lagi sulit. Tapi papa engga usah kawatir. Kami baik baik saja. Hanya Mas Ton malu dengan keadaanya yang tidak lagi bekerja. Dia malu dengan Mbak Linda, Mbak MEri dan Mas Bobi. Dia minder. “ Akirnya akupun tidak bisa lagi menyembunyikan rahasia yang seharusnya kujaga agar papa tidak mengetahui.


“ Oh begitu masalahnya. Katakan dengan suamimu, datanglah karena kami sangat mengharapkan kedatangan kalian. Terutama dengan mamamu Dia sangat merindukanmu. Sebetulnya kalau papa engga sibuk pengen sekali ke Kalimantan menemui kalian. “ Kata papa dengan lembut “Juga papa sudah kangen dengan Tika, cucu papa” Sambung papa. Tika memang dekat sekali dengan opanya. Pernah dua kali diajak papa keluar negeri ketika usianya masih berumur lima tahun. Padahal papa keluar negeri untuk urusan dinas..


“ Ya. Pa “ Kataku terisak.


Sehari sebelum acara ulang tahun, suamiku berubah pikiran. Suamiku setuju untuk datang ke Jakarta.“ Kita jadi berangkat ke Jakarta. “


“ Benar ya Mas.” Kataku setengah beteriak riang . “ Tapi acaranya besok. “ sambungku bingung


“ Ya. Sekarang kita langsung ke Airport. Kita jemput Tika kesekolah dan langsung ke Jakarta. “ kata suamiku.


“ Terimakasih ya Mas, Sudah mengerti perasaan aku “ kupeluk suamiku.


“ Ada lagi yang harus kamu ketahui” Kata suamiku lagi sebelum hilang keceriaan karena jadi berangkat.


.“ Apa itu? “


“ Aku tidak perlu malu lagi dengan keluargamu. Karena sekarang aku sudah dapat kerjaan. Aku sudah diterima bekerja. Aku tidak lagi nganggur sekarang. “ Kata suamiku beruntun sambil mengangkat tubuhku tinggi tinggi dan menggendongku dengan berputar putar. Itulah sifat suamiku yang memang terlahir sebagai anak bungsu dan selalu manja.“ Oh Ya Mas .Alhamdulillah,..” kubalas pelukan suamiku dengan air mata berlinang


.“ Maafkan aku bila selama ini sering membuat kamu tersinggung dengan sikapku yang kasar. Aku memeng depresi melihat kamu terus bekerja sementara aku hanya di rumah. AKu sayang kamu. Aku tidak mau kamu menderita hidup bersamaku. “ kata suamiku..


Kedatanganku dan suami serta anakku Tika disambut oleh papa dan mama dengan gembira. Juga oleh seluruh keluarga besar yang ikut datang jauh jauh hanya ingin menghadiri ulang tahun papa yang ke 56. Ditengah acara pesta itu , papa menarik tanganku untuk dikenalkan dengan seseorang“ Pak Robet. Ini anak saya. “


“ Oh Ini toh anakmu yang suaminya akan bekerja di cabang perusahaan kami di Surabaya. “ kata pria yang dipanggil Robet itu. Aku terkejut dan tidak mengerti maksud dari kata pria itu


“ Betul. Pak. Tolong didik suaminya. Saya serahkan kepada Pak Robet lah. Anggap dia seperti anak sendiri.” Kata papa dengan angkrap kepada pria itu.


“ Tentu! Tentu!, Pak. Mantu bapak juga mantu saya. Tidak usah kawatir. Dan lagi hasil test memang mantu bapak pantas diterima diperusahaan kami. “ Kata pria itu. Sementara aku bengong. Ternyata papalah dibalik suksesnya suamiku diterima bekerja.


Kemudian Papa berbisik kepadaku “ Jangan pernah cerita kepada suamimu bahwa dia bekerja karena rekomendasi papa. Pak Robet itu pemegang saham di perusahan. Kebetulan suamimu pernah masukin lamaran dikantornya setahun yang lalu. Jadi , sampai sekarang suamimu hanya tahu dia diterima bekerja karena dia pernah mengirim lamaran. “


“ Mengapa papa harus rahasiakan “ Tanyaku haru.


“ Anakku , “kata papa sambil merangkul pundakku. “ Semua pria sama. Pekerjaan adalah harga diri bagi mereka. Bukan masalah berapa penghasilan yang akan didapat tapi kehormatan dihadapan orang lainpun penting. Jadi selagi suamimu merasa malu karena tidak bekerja itu pertanda kamu mendapatkan suami yang benar benar sebagai laki laki. Jadi membuat ini tetap menjadi rahasia adalah lebih baik agar suamimu dapat menjadi lelaki yang sesungguhnya untuk membuktikan diri kepada siapapun bahwa dia pantas dihormati dan dihargai.” Kata papa. 


Aku tak bisa menahan tangis. Aku bersyukur mendapatkan papa sebaik ini. Yang selalu menjadi pelindungku dan selalu bijak.


“ Apakah mama tahu tentang ini, Pa ? “ tanyaku lagi


“ Mamamu tidak tahu. Juga kakak kakamu. “ Kata papa dengan tersenyum.” Untung kamu beritahu keadaan suamimu hingga papa dapat berbuat sesuatu untuk kalian. “


“ Makasih ya Pa. “ kupeluk papa dengan linangan airmata


“ Jangan menangis Anak papa jelek kalau nangis” Kata papa sambil memegang daguku. Dari kejauhan nampak suamiku memperhatikan kami dan melangkah mendekat. Segera kuusap airmataku.


“ Pa, mulai minggu depan aku sudah diangkat sebagai kepala cabang di Surabaya. Kami mohon doa restu semoga didaerah baru ini kami dapat sukses. “ Kata suamiku dengan wajah yang nampak percaya diri.


“ Oh ya. Jadi engga di Kalimantan lagi? “ Kata papa dengan roman agak terkejut.


"Tidak pa. Aku udah pindah keperusahaan lain. Sekarang jabatan baruku sebagai kepala cabang disurabaya. “ Lagi lagi nampak suara suamiku terdengar membanggakan diri.


“ Hebat kamu. Papa bangga sekali. Jaga diri kalian baik baik di tempat baru.. “ Kata papa sambil memeluk suamiku.


“ Ya. Pa. “ Kata suamiku sambil melirik kearahku dengan bangganya.

Friday, September 03, 2021

Kelap kelip lampu di kota..

 






Di ruang Spa di hotel bintang V, Julius menepuk  bahu Robi. “ Ada apa ? tanya Robi mengerutkan kening. “ Luci semakin lengket denganku.  Hebat sekali dia di tempat tidur.”  Kata Julius. Robi hanya diam. Dalam situasi sulit dan seluruh asset tergadaikan kepada Julius, dia hanya menyerah ketika Julius terobsesi meniduri istrinya.  Apalagi secara seksual dia sudah tidak mampu memuaskan  Luci. Namun yang membuat dia sedih dan pencudang, dia membiarkan Luci masuk perangkap Julius tanpa dia berusaha menghalangi


“ Kamu harus top-up loh jaminan saham transaksi REPO kita. Harga saham kamu turun terus. “ Kata Julius. “ Terus kas bon keluargamu juga udah diatas limit. Mana jaminan yang kamu janjikan?. Saham hotel aja dech saya pegang. “ Julius melanjutkan.


“ Saya udah perintahkan orang saya untuk menyerahkan saham hotel. Besok udah selesai penyerahan di hadapan notaris. Soal Top Up, saya nyerah. Engga ada lagi tersisa saham saya mau digadaikan. Beri saya waktu” kata Robi dengan raut putus asa.


“ Dengar kabar jadi juga reklakmasi untuk bangun pulau di teluk jakarta “ Kata Robi


“ Ya terimakasih. Kamu udah bantu saya dapatkan akses politik. Tapi komisi sudah saya bayar lunas kan”


“ Fee udah habis kapan tahu. Saya benar benar lagi sulit. Semua bisnis jatuh.  Yang enak kamu lah. Jadi penampung uang haram.” 


“ Ya mau buka usaha yang benar era sekarang sulit untung. Sementara bisnis lendir dululah. “  Kata Yulius. Robi dan Yulius memang berteman. Sama sama pengusaha.


***


Untuk kesekian kalinya Luci berusaha untuk bertemu dengan Julius dan Julius tidak bisa menolak. Sebetulnya, hubungan ini sia sia. Luci sedang dalam prahara rumah tangga dengan Robi. Mungkin karena pernikahan bertaut usia 30 tahun, Luci tidak siap bersabar dengan keadaan Robi yang sudah berusia 65 tahun.  Julius belum 60 tahun. Sementara perkawinan itu terasa hambar karena tampa kehadiran anak. Harta dan uang yang ada pada kehidupan mereka, tidak bisa membuang sepi dan meraih bahagia. 


Luci berdiri di dekat jendela. Temaram lampu kamar, membingkai bayangannya seperti setengah memanjang. Sesaat, Julius hanya menangkap nuansa kesedihan di wajah Luci. Wajah yang menyiratkan selaksa kepucatan yang membentang seperti iring-iringan awan melingkupi langit. Juius lebih banyak diam, mendengarkan suara seseorang di seberang. Julius tahu, Luci sedang menerima telepon suaminya. Tetapi, Julius tak mendengar dengan jelas: suaranya pelan setengah berbisik, seperti dengung serangga. Sesekali, ia mengangguk-angguk.


Julius masih meringkuk dibalut selimut. Tapi tiba-tiba, dia lihat segumpal warna serupa sisa badai yang menggumpal di sudut mata Luci. Mata yang membuatnya bergidik menatapnya lebih lama. Tak sampai semenit, Luci mematikan handphone, kemudian berjalan ke arah Julius ”Aku harus pulang,” suaranya datar tidak terlalu mengejutkan. Seperti hari-hari yang lain, Luci  tidak selalu mengungkapkan satu alasan pun sebelum pergi.


”Apakah Robi tahu kalau malam ini kamu di apartementku?” Kata Julius. Luci  menggeleng. “ Dia tahunya aku pergi bareng teman teman ke Sing untuk shoping. “ Sorot matanya kelabu dan ganjil serasa meninggalkan bekas luka pedih bagai timbunan kardus kumal yang teronggok di tempat sampah. Lama, mereka bersitatap pandang. Mata mendidih, serupa air yang dijerang di atas tungku. Julius ingin bertanya…, tetapi genangan hitam di sudut mata Luci itu membuatnya beringsut. Luci buru-buru berpakaian. Julius hanya menatapnya dengan diam, bahkan ketika Luci pergi dengan tergesa dan meninggalkan Julius yang masih meringkuk setengah telanjang dalam balutan selimut.


***

Dalam perjalanan pulang, Luci benar-benar merasa bergidik dan disesap rasa takut. Itu karena, dia tidak ingin pernikahannya hancur. Kesenangan hidup berakhir. Kalau sampai suaminya tahu hubungannya dengan Julius, dia tak tahu apa yang terjadi dengan perkawinannya. Tiba di rumah, dibukanya pintu dengan gugup. Lebih gugup lagi tatkala yang menyambut bukan suaminya, tapi anak suaminya dari perkawinan pertama. 


”Mami boleh bebas dengan teman teman mami, tapi tugas mami menjaga papi kami harus utamakan. Emangnya semua yang mami dapat gratis ? pandailah berterimakasih. Jangan seperti seleb gayanya.” Kata putra suaminya

”Ya, mana papi…,” jawab Luci kawatir

Hening sejenak.


”Papi sudah dilarikan ke RS karena stroke. Nih aku mau kesana” Kata putra suaminya ketus. Luci tercekat. Teringat kata kata suaminya via telp tadi siang “ Mengapa kamu selalu tidak ada disaat aku membuhtuhkan. Kalau kamu tidak suka aku sibuk, itu bukan alasan kamu bersibuk juga di luar. Dari awal kamu tahu bisnisku memang menyita waktuku. Pulanglah segera.” 


Luci  langsung ke rumah sakit dan menemukan suaminya terbaring dengan tubuh lemas di ruang ICU. Sampai akhirnya dokter mengabarkan bahwa suaminya telah pergi ke haribaan Tuhan.


***

Sebulan setelah suaminya meninggal. Luci diusir oleh keluarga suaminya dari rumah. Untuk menghidupi dirinya, dia bekerja di cafe sebagai PR. “ Eh pak Budi, apa kabar?  Kata Luci menyapa Budi ketika masuk wine cafe.“ Baik. Gimana kabar kamu? Kata Budi sambil melangkah ke ruang smoking room.

“ Saya keluar dari rumah suami tanpa harta. Karena Perusahaan Mas Robi dan termasuk hotel disita oleh Pak Julius.”


“ Terus gimana hubungan kamu dengan Julius ?


“Kok tahu hubungan saya dengan Pak Julius ? Luci terkejut. “ Jadi mas Robi tahu hubunganku dengan Pak Julius.” Kata Luci berlinang airmata dan akhirnya menangis. Budi memberikan tissue untuk Luci mengusap airmatanya. Hening. 


Luci kembali sibuk melayani tamu. Sebentar bentar dia melirik kearah Budi dan tersenyum. Dia kembali mendekati tablel Budi ketika aku mau bayar bill. “ Aku ada sedikit uang untuk kamu. Mulailah hidup baru.” Kata Budi seraya menyerahkan uang dollar.


“ Kenapa sebanyak ini kasih uangnya?


“ Robi sahabat saya. Dia pernah bantu saya ketika saya terpuruk. “ Kata Budi.


“ Saya berasa diri ini kotor dan sulit bagi saya memaafkan diri sendiri. Apalagi saat Mas Robi sakit saya sedang di kamar dengan Julius”


“ Apapun yang terjadi itu sudah jalan hidup kamu. Jadikan itu pelajaran untuk kamu berubah jadi lebih baik. “


“ Tidak mudah, Pak Budi. ” Luci menangis


“ Berusahalah untuk tegar. “ Kata Budi berlalu. 


Pernikahan Luci  dengan Robi berada disituasi yang retak. Tanpa ada rasa hormat dari putra putri suaminya dan disaat suaminya menua, dia kesepian. Sementara suaminya tidak berdaya melindungi dia dari jeratan julius. Entah siapa salah atau siapa berdosa. Robi sudah meninggal dalam keadaan bangkrut. 


Setahun kemudian  Julius ditangkap KPK karena menampung uang haram hasil korupsi lewat business money changernya. Anak anak Robi tidak bisa menahan selera hidup hedonis ketika ayahnya kesulitan keuangan. Mereka paranoid terhadap Luci padahal luci dikorbankan ayah mereka demi hutang yang sulit dibayar. Semua sudah membayar kesalahanya.  


Namun Budi tidak bisa menghakimi kehidupan orang. Sebisanya membantu Luci keluar dari kehidupan malam. Moga dengan uang yang dia beri bisa sebagai modal awal Luci untuk mandiri dan mendekat kepada Tuhan


Saturday, August 28, 2021

Terimakasih Mas.

 



Aku yatim piatu. Punya kakak seperti Mas Rudi,  aku tidak merasa sendirian di bumi Allah ini. Kemarin malam aku sempat telp  Mas Rudi yang sedang business trip ke luar negerz “ Mas, tahukan besok acara nikahku. Kok mas masih di luar negeri.” 

“ Ya sayang. Mas mu sudah di Taipeh transit terus ke Jakarta. Diperkirakan subuh sudah sampai. Langsung ke Bandung. “


“ Mas kenapa engga dari kemarin marin pulang? Kataku 


“ Duh, Mas berusaha pulang dari kemarin marin tetapi urusan belum selesai. Tenang saja sayang. Mas pasti hadir di acara perkawinan kamu. Kamu kan adik kesayangan Mas. “ 


“ Ya mas harus hadir. Kalau engga hadir, Rani nangis..”


“ Ya ya..


Tapi pagi hari Mas Rudi sudah nampak. Padahal acara sejam lagi akan mulai. Kini mas Rudiku hadir diacara terpentingku. 


***


Setelah ayahku meninggal karena sakit, Ibuku menikah lagi. Ayah  tiriku membawa anak laki laki,  Rudi namanya. Ayah tiriku juga cerai mati dengan istrinya. Usia kami bertaut jauh. Aku usia 4 tahun. Mas Rudi berusia 11 tahun. Kasih sayang ibuku terhadap kami berdua sama. Ayah tiriku juga sangat sayang kepadaku. Aku pertama masuk sekolah TK diantar ayah tiriku. Mas Rudi pintar di sekolah. Dua keluarga kami sangat bahagia. Namun tahun ketiga, prahara datang. Ayah tiriku sakit jantung. Stroke. Selama 8 bulan dalam perawatan akhirnya meningal.


Setelah penguburan ayah tiriku, Mas Rudi diambil oleh Pamannya. Dia pindah ke Semarang. Waktu itu Bunda keberatan. “ Aku dapat amanah dari mendiang suamiku untuk merawat Rudi. Biarlah dia tinggal samaku saja. “Kata bunda.


“ Wah engga enak merepotkan mbak. Rudi biarlah saya bawa.”  Kata pamannya. Bunda tidak bisa berbuat banyak. Karena hak keluarga Rudi lebih besar untuk menjaganya. 


Setelah Mas Rudi pergi. Aku merasa kehillangan. Selama ini dia yang mengajarkanku membaca dan menulis. Dia yang selalu menjagaku. Dia selalu mengalah dengan kenakalanku. Bunda buka usaha warung depan rumah untuk melanjutkan hidup kami. Setahun setelah kepergian Mas Rudi, Bunda dapat kabar dari sepupu paman mas Rudi.


 “ Rudi saya liat sering di terminal. Dia seperti gembel. Tidur dimana saja.’ “ 


“ Kenapa? kan pamannya yang urus dia.”


“ Lah pamannya pergi ke Malaysia jadi TKI. “


Saat itu aku meliat bunda berlinang air mata. “ Dia anakku. Biarlah aku jemput kalau engga ada yang urus dia.” Kata Bunda.


Keesokannya, Bunda ajak aku pergi ke Semarang “ Ran, kita ke Semarang. Kita cari Mas Rudi kamu ya. “ Kata Bunda. Aku senang sekali. 


Benarlah sampai di terminal bus. Tidak lama mencari mas Rudi.  Dia kami dapati sedang duduk dalam kelelahan tidak jauh dari Toilet umum,  dengan bungkusan karung pemulung di sebelahnya


“ Rudi..” tegur  Bunda halus. Mas Rudi mendongak dengan raut terkejut meliat aku dan bunda. Dia segera berdiri. Bunda langsung peluk dia “ Kita pulang ya sayang. Ikut Bunda ya”


“ Tapi kata paman, aku tidak boleh tinggal sama Bunda. Karena ayahku sudah tidak ada.” Kata Mas Rudi polos.


“ Engga sayang. Ini Bunda kamu. Tidak berubah walau ayah sudah tidak ada. Mari kita pulang. “ Kata Bunda. Mas Rudi sujud di kaki Bunda. Bunda memeluknya. Akupun ikut memeluk mas Rudi. Kami seakan hari itu dipersatukan dalam cinta dan karena cinta kami akan selalu bersama tak terpisahkan.


Mas Rudi kembali sekolah kelas 1 SLTP. Mas Rudiku memang pintar di sekolah. Dia juga pintar mengaji. Pulang sekolah dia dagang asongan di stasiun. Itu caranya membantu Bunda untuk kami bisa terus bertahan dalam kemiskinan. Mas Rudi sangat sabar mengajariku matematika.  Kelas tiga SLTP dia juara sekolah, lulus dengan terbaik. 


SMU mas Rudi sudah punya lapak teh botol di stasiun. Jadi setiap hari praktis sebagian besar biaya rumah tangga yang tanggung Mas Rudi. Karena Bunda sakit sakitan. Kata dokter bunda kena radang lambung. Entahlah.Tetapi sejak itu berat badan bunda terus turun. Tidak bisa lagi sepenuhnya buka warung. Aku kelas 5 SD bunda meninggal. Karena kanker usus. Mas Rudi masih kelas 3 SMU. Kami yatim piatu. 


Keluarga ibuku membawaku pergi dan rumah dijual untuk biaya hidupku, kata Om. Soal Mas Rudi, Omku tidak peduli. Untunglah pengurus masjid dekat rumah kasihan dengan Mas Rudi. Apalagi dia sering azan sholat subuh dan maghrib di masjid. Mas Rudi bisa tinggal di Masjid. Aku berat sekali berpisah dengan Mas Rudi. “ Ran, Mas janji, tamat SMU kamu  mas jemput. Kita berkumpul lagi. Yang sabar ya Ran. “ Katanya berpesan. Ya karena situasi,  kami harus terpisahkan. Aku pindah ke Bali ikut Om. Mas Rudi tetap di Bandung. 


SLTP aku tinggal di Bali. Tamat SLTP aku dikirim oleh Omku ke rumah sepupu Om di Metro, Lampung. SMU aku di lampung . Tetapi hari hariku harus kerja keras membantu menganyam Bambu. Sejak aku pindah ke Bali dan akhirnya di Lampung aku tidak pernah bertemu dengan Mas Rudi. Aku sangat merindukan Masku. Hanya  dia satu satunya yang tulus menyayangiku. Sejak di Bali dan di lampung aku diperlakukan sangat buruk. Tapi aku ingat pesan Mas Rudi agar bersabar. Hanya sholat penolongku bertahan dari hidup yang tak ramah. Tamat SMU aku benar benar serba salah. Karena merasa dipaksa pergi dari rumah sepupuku. 


“ Asal kamu tahu aja. Om kamu di Bali tidak pernah kirim uang sejak kamu tinggal di sini. Padahal uang hasil jual rumah warisan ibumu dia yang ambil semua. Kamu itu ya tahu diri. Udah besar kok masih numpang makan di rumah. Tuh liat teman teman kamu, sudah pada pergi merantau ke jakarta. Bahkan ada yang kerja di luar negeri jadi TKW. “


Nada ketus dan tidak suka,  terasa dibebani seperti itu selalu diulang ulang. Membuat aku tidak betah. Memang apalah aku?. Yatim lagi piatu. Miskin lagi. Sementara yang kutumpangi bukan keluarga kaya. Sepupuku juga miskin. Wajar kalau mereka lelah dengan dibebani olehku. Aku menyanggupi untuk merantau ke Jakarta. Tidak ada hakku untuk bertahan.


Disaat galau dan bersiap untuk merantau itulah, satu hari aku melihat sosok pria yang tak asing ada di depan pintu rumah sepupuku.  Masku. Mas Rudi berdiri dengan gagah. Dengan senyum khasnya dia merentangkan kedua tangannya. Aku menghambur kedalam pelukannya. Aku menangis dalam pelukannya“ Kamu ikut mas ya.” bisiknya. Keluarga sepupuku senang melepas kepergianku. 


Aku dibawa mas Rudi ke Jakarta. Ternyata Mas Rudi sudah punya rumah sendiri. Dia bekerja di perusahaan asing sebagai salesman. Sering melakukan perjalanan keluar kota dan ke luar negeri. Memang sejak SMU, Mas Rudi sudah bisa bahasa inggris. Dia juga hafid Al Quran.  Walau tidak sarjana tapi Mas Rudi  cepat sekali berkembang karirnya. Berkat Mas Rudi aku bisa melanjutkan ke universitas. Aku diterima di PTN di Bandung. Dia sendiri yang mencarikan rumah kontrakan untuk aku tinggal selama kuliah di Bandung. Setiap bulan dia tidak pernah telat kirim uang untukku. 


Setiap liburan aku tinggal di jakarta bersama Mas Rudi. Aku menyediakan sarapan paginya. Memasak untuk mas Rudi. Mencuci bajunya. Mas Rudi memang sibuk sekali. Pulang selalu larut malam. Kadang keluar kota berhari hari. Tetapi kalau di rumah dia selalu jadi imamku sholat. Selalu menesehatiku untuk mendoakan orang tua. Menasehatiku untuk jaga pergaulan. Tapi anehnya mas Rudi tidak pernah cerita soal pacarnya. Padahal dia sukses dan gagah. Apalagi sekarang dia pengusaha yang bermitra dengan asing bangun pabrik kimia. Posisii direktur  pastilah banyak wanita yang suka. Aku tidak ingin bertanya lebih jauh.


Aku tamat kuliah dapat tawaran bekerja pada perusahaan swasta di Bali. Tapi mas Rudi tawarkan aku ambil S2 di Luar negeri. Semua biaya dia yang tanggung. Selama di luar negeri aku berkenalan dengan pria. Hubungan kami sudah serius. Ayah pacarku pengusaha besar di Indonesia. Ketika aku kabarkan kepada mas Rudi. dia senang sekali. “ Jaga hubungan dengan baik. Kalau kamu akhirnya menikah, menikahlah karena Allah. “  Nasehatnya. Setelah tamat S2 aku menikah. 


***

Mas Rudi hadir mendampingiku sebagai wali di acara pernikahanku.  Lengkaplah kebahagianku.


 “ Ran, tugas mas selesai melaksanakan amanah bunda. mengantarmu sampai ke pelaminan. Apakah setelah ini mas boleh menikah?


“ Ya menikahlah mas. Mana calon mbaku. Kenalkan keaku. “kataku antusias.


Mas Rudi melambaikan tangan kepada wanita yang ada ditengah  tengah undangan resepsi pernikahan. Nampak wanita bermata sipit yang cantik menghampiriku dan mas Rudi. “ Ini calon mbaku ya mas. “ Kataku. Mas rudi tersenyum. Kami saling berangkulan. 


Semoga bunda di alam baqa menyaksikan kebahagian kami. Keikhlasan Bunda menjaga dan menyayangi Ma Rudi, anak yatim piatu yang miskin dibalas oleh Allah dengan sebaik baiknya balasan.


Obsesi di masa tua

  Bulan mendengkur. Aku mendengarnya. Aku selalu dapat mendengar dengkurnya yang keras menggaung di antara awan dan gedung tinggi. Bulan sel...