Tuesday, January 26, 2021

Mecintai tanpa memiliki







Tahun 1985

Florence adalah wanita etnis Tionghoa. Dia kelahiran Riau. Sebetulnya dia cantik. Tetapi karena penampilannya tomboy dan malas berhias, tidak ada pria yang naksir dia. Kami kenalan ketika sama sama jadi sales training pada perusahaan Jepang. Akhirnya kami bersahabat tak tepisahkan.  Dia tidak suka berpura pura. Tegar dan sangat tinggi empatinya. 


Suatu saat aku mengabarkan kepadanya bahwa aku telah membuat keputusan untuk menikah.  Dia senang. Tapi berkali kali aku lamar, dia tidak meresponse. Suatu saat aku mengabarkan bahwa orang tuaku menjodohkan aku dengan wanita pilihan keluarga. Dia menguatkan aku untuk tidak ragu menikah. Waktu acara pernikahan dia datang memberikan bingkisan buku harian. Yang menarik di halaman depan buku harian itu ada sajak yang dia tulis.


Senja di pangkal akanan.

Menitip rindu anak rantau.

Kepada angin malam.

Di bawa elang menuju entah kemana.

Dalam kesunyian hati merintih.

Berharap dalam doa.

Sang pengeran menjepu

Namun apalah diri ini.

Hanya melihat matahari terbenam

Yang hanya merasakan kehangatan sejenak

Namun dia tetap di pangkal akanan.

Tak akan bisa menjangkau ujung langit.

Esok matahari akan terbit lagi.

Dia tetap di pangkal akanan.


Buku harian itu selalu menamiku selama lebih setahun. Setelah itu buku harian itu penuh dengan catatan tentangku. Kehidupanku berubah dan aku tidak lagi bertemu dengan Florence.


Tahun 1988-1989

Usahaku bangkrut. Aku harus memulai dari nol. Aku tak ingin melanjutkan usaha yang lama. Aku harus mengubah bisnis. Karena aku tidak ingin jatuh di tempat yang sama dan tidak ingin berkubang dengan cerita lama. Aku harus berubah. Usiaku masih muda. Tapi memulai hal yang baru tidak mudah. Aku hubungi Florence di Singapore. Dia kirim uang untuk aku bangkit lagi. Setelah itu aku bertemu lagi dengan florence. Dia punya usaha di Singapore. Dia sudah sukses sebagai agent alat berat. Dia tawarkan aku bermitranya dengan dia sebagai agent di Jakarta. Bukan itu saja. Dia memberiku modal untuk memulai usaha.


Belakangan aku sukses menjual alat berat kepada BUMN. Namun usaha keagenan itu tidak berlangsung lama. Aku mengundurkan diri karena dia terdepak oleh mitranya di Singapore. Florence kembali ke Jakarta. Walau mitranya tetap berharap aku melanjutkan keagenan di Jakarta. Tapi aku tegaskan. Bahwa aku mau berbisnis karena tawaran dari sahabatku, Florence. Tapi dari bisnis keagenan itu aku punya modal untuk bangkit lagi. Saat itu aku tahu Florence sedang pacaran dengan pengusaha Kimia. Keluarga konglomerat. Setelah itu kami disconnect lagi.


Tahun 1993.

Aku bertemu lagi dengan Florence. Dia cerita tentang hubunganya yang gagal dengan pacarnya. Tetapi dia bersukur sebelum menikah dia sudah dapat bayi laki laki. Dia jadi single parent. Tinggal di Kawasan pluit. Usahanya berkembang sebagai suplier spare part alat berat pada perusahaan minyak. Saat itu usahaku sedang terpuruk akibat kospirasi relasiku yang akhirnya menendangku dalam kemitraan. Florence datang menarwarkan bisnis. Dia bantu aku modal. Bukan itu saja dia beri aku proyek. Kamipun bermitra dalam proyek Telecom di Malaysia. Proyek itu berhasil menyelamatkanku keluar dari keterpurukan. Setelah itu disconenect lagi.


Tahun 2000.

Usahaku bangkrut. Aku bertemu lagi dengan Florence. Dia bercerita bahwa dia mengambil anak asuh perempuan. Dia tak lagi berniat untuk menikah lagi. Diapun hijrah ke Batam mengembangkan industri alat beratnya. Dia bukan hanya suplier tetapi juga punya industri alat berat. Dia tawarkan aku bermitra dengannya. Tapi aku menolak. Tapi selama aku bangkrut dia selalu kirimi aku uang. Tanpa pernah aku minta. itu berlangsung hampir setahun. Dia baru berhenti kirimi uang setelah aku bisa bangkit lagi.


Tahun 2002.

Aku berhasil dalam kemitraan dengan eks keluarga cendana mengakuisi group perusahaan melalui BPPN. Dari akuisisi itu, group perusahaan itu dipecah jadi kecil kecil. Salah satunya diberikan kepadaku. Ternyata perusahaan itu adalah keagenan alat berat yang tahun 1989 mendepak Florence sebagai mitra. Perusahaan itu sudah berkembang besar. Punya longterm kontrak maintenance dengan beberapa BUMN di Indonesia. Punya agent di beberapa negara ASEAN.


Di penghujung tahun 2002 aku bertemu dengan Florence di Jakarta. Keadaannya sudah beda dengan dua tahun lalu. Dia ditipu oleh mitranya dari korea. Dia harus bayar hutang bank atau semua disita. Aku jual perusahaan keagenan di singapore itu kepada salah satu konglomerat. Uang hasil penjualan itu aku transfer ke rekening Florence. Dengan itu dia bisa bayar hutangnya dan selamat dari sita jaminan bank. Dia terharu. Padahal saat itu aku masih dalam keadaan merintis untuk berusaha bangkit. Setelah itu aku hijrah ke China kami disconnect.


Tahun 2010. 


“ Padang, gua mau ketemu lue di Hong Kong. Jemput gua ya di Bandara.” kata Florence via SMS. Aku tersenyum. Terakhir ketemu dia tahun 2002.  Ketika itu dia kena trap mitranya orang Korea. Sehingga dia harus bayar hutang. Dia gagal bayar selama 2 tahun. Aku bailout hutangnya. Jadi dia bisa terus melanjutkan bisnis bidang Perkapalan.


Dari jauh kulihat dia jalan cepat di kuridor gate kedatangan. Dia mengenakan jacket musim dingin. Walau usianya sudah 47 tahun. Dia masih keliatan lebih muda 10 tahun. 

“ Selamat datang, Ubi.” Kataku merangkulnya. Dia tersenyum cerah. Aku ambil luggage nya. 

“ Naik apa kita ke downtown? katanya.

“ Kendaraan. Sebentar lagi datang. Aku sudah call. Kita tunggu di sini saja.  “ Kataku depan loby bandara.

“ Langkah kamu masih tegap, padang. “ Kata Florence perhatikan aku. 

“ Emang gua udah tua? Kita seumur. Kamu aja keliatan usia 30 an”


Dalam kendaraan dia perhatikan aku yang duduk di sampingnya.

“ Padang, apa mimpi gue ? Ini benar lue disamping gue, teman jelek gue? Katanya.

“ Emang kenapa sih, Ubi.”

“ Lue beda banget sekarang. Ini mobil lue ?

“ Kantor gue yang punya. Emang kenapa ?.”

“ Kok kulit lue putihan. Mukanya klimis.” Katanya menyentuh pipihku. Aku hanya tersenyum. Florence cerita tentang sahabat kami semasa sales tahun 80an. Aku mendengar. Kadang tertawa. Cara dia bicara tidak berubah. Sama seperti tahun 80an. Tak berapa lama dia tertidur. Mungkin dia lelah. Aku rebahkan kepalanya di pundakku. Dia sepertinya sadar. Dia peluk lenganku. Tak berapa lama.. “ Kita sudah sampai. “ Kataku menyentuh pipihnya. Dia terbangun. 


“ Ini apartement lu? katanya sampai di apatementku

“ Ini apartement khusus tamu perusahaan.  Apartemen gua ada di blok sebelah. Tuh keliatan towernya. “ kataku menunjuk gedung sebelah “  Ini semua kamar menghadap laut. Lue  bebas tidur dimana lue mau.  ART nya orang philipine. “ lanjut Aku. 

“ Keren apartementnya. “ Kata Florence masuk ke semua kamar yang ada. “ Tapi gua engga mau tinggal di sini.”

“Jadi dimana ?

“ Di apartemen lue lah. “

“ Serius? Kataku terkejut

“ Keberatan ? lue engga percaya sama gua? Kehormatan keluarga lue adalah kehormatan gua. Itu udah gua buktikan selama ini. “ 

“ Ya ya…Udah. Mari kita pindah. “ Kata Aku tarik tasnya. 

“ lue istirahat. Gua harus kembali ke kantor. Nanti jam 7.30 gua jemput. Kita makan malam.  Ok , Ubi” Kataku sampai di apartementku

“ Engga mau. Gue iku lue. “ Katanya cuek. Dia letakan tasnya. 

“ Ya udah. Ikut..” kataku tampa bisa menahan.


Florence duduk di sofa kamar kerjaku. Aku sibuk dengan aktifitas kerja. Membaca laporan lewat komputer.  Diskusi dengan BDG dan komite investasi.  Mereka datang ke kamar kerjaku silih berganti. Semua diperhatikan Florence. Jam 6 selesai. Aku hampiri Florence di sofa. “ Mari kita makan di luar.” Kataku. Dia berjalan cepat mengikutiku. 

“ Anak buah lue, ada orang Jepang, China, Hong Kong, Korea, Ausi, Belgia.  Lengkap dech. “Kata Florence di dalam kendaraan.

“ Ya. Mau cari orang Medan, kan engga ada di sini.”Kataku tertawa.

“ Eh gua ingat dulu. Waktu lue diomelin boss Kawamura. Lue pernah ngomong ke gue. Lue bermimpi punya anak buah orang asing. Lue janji engga akan kasar sama mereka. Ingat engga lue?

“ Engga lah. Lupa”

“ Ya udah. Gua saks.  Lue udah berhasil dengan mimpi lue.”


Ketika masuk restoran. “ ini lantai 108. Kita ada di atap. Restoran rooftop paling mahal. Apalagi di Ritz “‘ kata Florence. Dia terkejut meliat ada wanita menanti depan pintu. “ Itu kan staff  lue di front office." Katanya

“ Ya.Kenapa ?

“ Kenapa dia ada disini ?.” Florence mengerutkan kening.

“ Pesan table untuk kita makan malam.”

“ Duh segitunya lue persiapkan. Hanya untuk makan.”

“ Tenang aja. Cuek aja. “


Florence berwajah masam. Aku tidak tahu ada apa ? Ada keinginan untuk bertanya. Namun aku berpikir positip. Mungkin dia sedang memikirkan sesuatu. “ Itu kenapa dia ada di belakang lue” kata Florence ketus. Aku menoleh ke belakang. Lena berdiri.


“ Itu Lena. Sektaris gua.  Dia ada di sini. Kalau ada telp masuk dia akan berikan ke gua. Tapi telp yang penting saja.”


“ Hmm.” Dia langsung buang serbet ke arahku. “ Gua pulang aja.” Katanya. Dia keluar dengan setengah berlari. Aku bengong. Ada apa ini? Aku kejar. Tetapi dia sudah lebih dulu masuk lift. Aku terpaksa pakai lift sebelah. Pintu Lift tersibak. Aku liat FLorence berlari kearah Stasiun MRT di kuridor IFC. Aku kejar dan berhasil menjangkaunya.


” Ada apa, Ubi. Apa salah gua.?


“ Besok gua pulang.” teriaknya.


“ Ya kenapa? kan kamu janji mau liburan di  sini. Gua udah siapkan semua”


“ Gua engga kenal lue lagi, Padang. “ Florence menangis. “ Gua bayangin setelah 8 tahun engga ketemu, gua bisa ketemu dengan pria yang gua kenal. Ternyata gua salah. Kamu seperti orang asing. Gua engga cocok dengan hidup lue, padang. Maafin gua. Gua doain lue selalu. Biarkan besok gua pulang”


“ Ubi. Gua juga engga pengen berubah. Perubahan terjadi seperti slow motion sejak gua hijrah ke Hong Kong. Kalau gua ada modal, engga mungkin gua hijrah ke Hong Kong. Lue kan tahu…” Kataku seraya jongkok menundukan kepala.  Tak berapa lama. Terasa ada yang membelai kepalaku. Florence ikut jongkok mengusap kepalaku, “ Dari mana kamu dapatkan semua bisnis kamu itu ? katanya dengan suara lembut layaknya seorang ibu.


“ Dari hutang, Ubi ” Kataku dengan air mata berlinang. “ utang semua. Lu kan tahu, gua engga ada modal. Gua orang miskin. Di Indonesia berkali kali gua bangkrut” Kataku. Dia dekap kepalaku. Diletakannya di dadanya. Aku bisa dengar gemuruh jantungnya. Entah mengapa aku terharu. Begitu besar kepeduliannya kepadaku.  “ Sangking besarnya hutang, kadang gua takut bangun tidur pagi hari. Kadang gua merasa tidak cukup waktu tersedia untuk semua kerja keras gua. “ 


Aku merasakan Florence menahan tangis. Akhirnya dia menangis dihadapanku. “ Lue harus kuat. Gua engga mau liat lue lemah. Lue pria yang pertama menyentuh gua. Lue kebanggaan gua, padang. Hadapi semua. Kuatlah selalu. ” katanya. Aku mengangguk. Kami terdiam. Di tengah kuridor MTR.  Orang lewat mungkin perhatikan. Kenapa ada pria berjas mahal jongkok bersama wanita.


Akhirnya dia tersenyum memukulku. “ lue terlalu nekat. “ 


“ Ya hanya itu modal gua. Kalau engga nekat, siapa yang mau beri gua uang.” Kataku tersenyum


Dia tarik lenganku. “ Kita cari makan kaki lima seperti di Jalan Pecenongan. Kamu tahu tempatnya. Aku traktir kamu. Ayo..” katanya. Ketika aku akan telp, dia segera  mengambil telp " Telp siapa ? katanya

" Lena"

" Sekretaris lue? engga perlu. Gua dan bini lue lebih hebat jaga lue. Apa lue juga engga yakin lagi soal itu.  " Katanya ketus.

" Ya. Udah. " Kataku menyerah.


Kami pergi ke Time Square. Di belakang South Pacific Hotel, ada restoran seafood kaki lima. Florence memesan menu kesukaanku kepada pelayan dengan bahasa mandarin. Setelah itu kami pergi ke Cafe di kawasan Wanchai. Menikmati kebersamaan dalam suasana bersahaja seperti dulu kami muda.  Florence naik ke panggung setelah dipanggil oleh MC. Ternyata dia ingin menyumbang lagu. Dia menarik lenganku untuk ikut ke panggung.  " Lue pakai iringi gua pakai organ. " Katanya. " Lagunya apa ? kataku terkejut. 

" Labuhan hati. Gampangkan. " Katanya. Aku tersenyum. 


Tapi setelah dia lantunkan. Di tengah lagu dia nampak berlinang air mata. Para pengunjung cafe nampak terpesona. Padahal mereka tidak tahu artinya. Ketika sampai pada bait, Manga kok uda baibo hati, Apo sabab Da karano nyo.." Dia menangis. Namun bisa menyelesaikan lagu itu. Usai nyanyi itu saya peluk dia diatas panggung. Semua pengujung cafe itu umumnya adalah orang asing, bertepuk tangan.


“ Dari awal kita bertemu gua mencitai lue.” Kata Florence setelah kami duduk kembali ke table.


“ Gua juga. Tetapi lue selalu terkesan gua hanya sahabat saja. Ingat engga waktu gua cerita soal gua akan dijodohkan orang tua. Dan lue tertawakan gua ketika gua melamar lue jadi istri gua. ” Kataku. 


" Ya sebetulnya waktu itu gua senang sekali mendengar lue akan melamar gua. Tetapi entah mengapa gua tidak bisa membuat orang tua lue kecewa. Orang tua lue lebih berhak atas lue, bukan gua. Tetapi..." Suara Florence terhenti. Dia terdiam dan akhirnya airmatanya berlinang. " Andaikan dulu gua bisa perjuangkan cinta gua dan kuat menghadapi semua rintangan, mungkin cerita akan lain. Tetapi itu tinggal hanya sesal yang tak berujung. Gua hanya berharap lue bahagia. Apapun gua akan lakukan." Kata Florence. Aku mengusap airmatanya. “ Waktu lue menikah, kado gua, buku harian. Pada halaman depan gua tulis puisi. Gua berharap setiap lue menulis buku harian, lue ingat gua.” Kata florence berlinang air mata.


“ Oh…Tapi sudahlah. Itu sudah masalalu. Tetapi yang pasti selama ini kita selalu bertemu disaat kita harus berbagi. Lue  sahabat gua dan itu tidak akan berubah.” Kataku.


“ Di ruang hati gua hanya lue. Walau gua pernah pacaran dengan orang kaya dan akhirnya gagal, itu karena gua engga bisa bahagia. Gua senang ambil bagian disetiap masalah lue. Kebahagian yang luar bisa ketika gua bisa berkorban untuk lue. Nah sekarang, satu permintaan gua.” Kata Florence.


“ Apa ?


“ Binalah mantuku. Walau secara legal saham masih aku punya namun perusahaan itu eksis karena uang kamu. Ingat engga, kamu kirim uang untuk selamatkan aku dari kebangkrutan. Aku selalu bilang ke anak dan mantuku. Bahwa perusahaan itu punya sahabatku. Aku hanya pemegang amanah saja. “


“ Engga ren. Udahlah. Itu sudah masa lalu.” Kataku menggeleng gelengkan kepala.


“Dear, lue  pria yang pertama kali menyentuh gua dan itu abadi dalam hati gua. Gua bahagia sekali karena pertama kali darah menitik di sprey, itu gua dapat dari pria yang gua cintai. Kini...gua hanya ingin dimasa tua gua ada pelindung. Anak bisa berubah kapanpun. Tetapi lue sahabat gua. Apa salah gua lebih percaya kepada lue..” Florence berlinang air mata. Saat itu gua serasa jatuh ke jurang terdalam. Ada perasaan bersalah. Aku peluk dia. “ Ya kita akan buat secara legal pengabil alihan itu. Tetapi izinkan gua mmenjadikan lue  sebagai proxy.” Kataku.


“ Thanks my dear..” Florence semakin erat memelukku.


Keesokan sore Florence minta pulang. Dia tidak bisa ditahan. Waktu berpisah  dia peluk aku lama. “ Pikirkanlah untuk menetap di Indonesia. Perusahaan gua udah berkembang 3 kali sejak kamu bailout. Itu semua punya lue, padang. Lue jual aja tuh perusahaan. Lue bisa pensiun. Itu bukan hanya harapan gua, tetapi juga harapan istri lue. Dia pernah curhat kegua. “ 


Aku hanya diam. Florence tahu, aku tidak mungkin surut langkah. No way return..


***

2015

Setelah Pilpres 2014 aku ke Medan bersama istri untuk ninjau proyek. “ Masih ingat Florence? “ kata sahabatku di Medan waktu makan siang. 

" Ingatlah. Gua masih sering komunikasi via telp. "

" Sekarang dia di Medan"

“ Medan? bukannya tinggal di Riau sama anak angkatnya. Kenapa dia engga cerita pindah ke Medan.?

“  Tiga bulan lalu dia pindah” Kata sahabatku. Aku segera telp Florence. “ Ya hallo.” terdengar suara khas

“ Hai Ubi. ..” Kataku.

“ Lue pindah ke Medan? Kok engga bilang kegua ?

“ Panjang ceritanya. Tapi engga apa. Bisnis di Batam jalan terus. Lancar semua. Kan tiap tiga bulan gua buat laporan keuangan ke lue“

“ Oh gitu. Aku di Medan, Eli ikut gua. “ Kataku menyebutkan bahwa aku datang bersama istri.

“ Hah. " Florence terkejut senang. " Eli ikut elu?.  Gua kangen dia, Padang. Ajaklah ke rumah gua." Florence antusias. Aku sudahi telp itu setelah berjanji sore akan ke rumahnya.


Malam hari aku datang ke rumah Florence bersama istri. Rumahnya di kawasan real estate di Medan. Sampai di rumahnya yang luas. Florence merangkul istriku. Istriku sudah mengenal Florence sejak sebelum kami menikah. Hubungan mereka semakin dekat, disaat aku terpuruk. Istriku tahu Florence selalu ada untuk kami. Dia sahabat kami. Malam itu aku hanya diam saja. Menyaksikan keakraban mereka berdua. Rencana keluar makan malam batal. Istriku dan florence memutuskan makan di rumah. Mereka masak bersama untuk kami makan malam.


***

Saya  ketemu dengan Florence di PIK. Kami nongkrong di cafe dan pilih tempat terbuka menikmati malam minggu. Dia cerita bahwa minggu lalu dapat proposal untuk jadi angel dalam bisnis NFT. Dia sendiri tidak mengerti apa itu NFT. Tetapi karena proposalnya terkesan too good to be true. Dia menghindar.


“ Apa sih jel yang dimaksud dengan NFT itu. Jelaskan secara sederhana dalam bahasa indonesia yang bisa gua ngerti” Katanya.


“ Contoh kamu punya punya rumah atau lukisan. Kan rumah dan lukisan itu ada sertifikatnya. Kalau rumah yang keluarkan sertifikat adalah negara. Kalau lukisan, yang keluarkan sertifikat,  lembaga lelang. Dengan sertifikat itu aset kamu terlindung dari orang yang mau curi atau serobot. Jualnya juga gampang. Paham?


“ Kalau itu pasti paham. Terus lanjut”


“ Nah NFT itu aset digital yang disertifikasi oleh sistem blockchain.”


“ Apaan itu blockchain?


“ Blockchain itu sistem terbuka melalui publik domain namun bersifat tertutup. Ketertutupannya karena proses validasi dalam setiap interaksi hanya melibatkan pribadi, tanpa ada pihak lain atau sistem lain. “


“ Bisa kasih saya contoh konkrit binatang bernama Blockchain ini”


“ Contoh setiap orang modern pasti punya akun sosial media, akun email, akun di  wechat, berbagai akun belanja online. Nah setiap informasi tentang orang perorang itu tersimpan di cloud atau big data yang ada dalam jaringan komputer. BLockchain memisahkan informasi orang perorang itu dalam satu block. Bukan hanya data nama, alamat dll yang bersifat formal tetapi data kebiasaan dari orang itu dikodekan. Nah setiap block menyimpan kode unik yang disebut hash yang memungkinkan bisa membedakan satu block dengan block lainya. “


“ Hash? binatang apalagi itu ?


“ Hash adalah kode kriptografi yang dibuat melalui matematika algoritme khusus. “ Kata saya tersenyum.


“ Ok lanjut “


“ Setelah data orang perorang itu sudah di-block dan dikawal oleh Hash maka dia akan ditempatkan di cloud menjadi data publik. Ketika orang melalukan transaksi atau interaksi , sistem blockchain bekerja efisien untuk memastikan orang itu adalah orang yang tepat. Cepat sekali validasinya. “


“ Jadi sebenarnya hash itu sama dengan cetak biru DNA.?


“Tepat sekali. Makanya tidak bisa ditiru oleh siapapun. “ 


“ Nah mulai terang gua. Ok lanjut”


“ Karena begitu hebatnya sistem blockchain, maka misal kalau aset digital sudah terverifikasi milik kamu, maka itu valid. Tidak mungkin bisa digandakan orang lain. Nah bayangkan kalau kamu jago seni lukis atau nyanyi, atau hobi photographi atau video game, atau apa saja. Kamu jadikan itu dalam bentuk digital  atau disebut NFT atau bahasa mesranya non-fungible token. Aset kamu itu dapat identitas yang unik sehingga kamu bisa jual aset. Yang beli dan jual aman. Engga mungkin tipu menipu” Kata saya.


“Apa ada orang mau beli.” Katanya berkerut kening.


“ Kan pasar kripto itu punya market place sendiri.”


“ Apa mungkin ada resiko bisnis ini? 


“ Ya namanya bisnis pasti ada resiko. Mungkin dari sisi tekhnologi tidak ada masalah. Tetapi bisa saja fraud terhadap UU hak cipta real. Misal kamu lagi melamun, Ada orang yang photo kamu. Dia jadikan NFT. Kalau ada yang lihat photo kamu itu unik, dia bisa saja beli. Kan kamu engga dapat apa apa. Tetapi yang dapat yang punya Id dari NFT. Bisa juga pelanggaran hak cipta lain lainnya.”


“Apa bisa dituntut ?


“ Mau tuntut gimana? Itu kan jalur pier to pier tanpa ada bukti siapa yang lakukan transaksi. Atau ada juga penipuan. Dia masukan karyanya atau orang lain yang sudah dijual di dunia nyata. Kemudian dia copy dijadikan NFT. Dijual dengan harga murah. Kan bego jadinya. Apalagi dengan begitu mudahnya aset NFT itu di create maka akan mendongkrak pasar kripto. Ini bisa jadi ajang penipuan creator. “ Kata saya.


Florence manggut manggut. “ Kemarin anak gua telp. Dia tanya kenapa suaminya hanya kerja bagian umum. Padahal waktu gua yang kelola itu perusahaan jabatannya direktur. Ada apa ?


“ Kamu jawab apa ?


“ Gua enggga jawab. Gua bilang akan tanyakan ke lue “ 


“ Sejak perusahaan kamu diakuisisi Perusahaan Yuni, kan Yuni lakukan restruktur bisnis. Bisnis model juga berubah. Kalau tadinya hanya kerja sebagai kontraktor dan kadang kalau dapat order, dijual kepihak lain. Itu tidak bisa berkembang berkelanjutan. Karena semua tergantung kepada kemampuan kamu menjual dan melobi dapatkan kontrak. 


Nah sekarang bisnisnya adalah menjual jasa infrastruktur lapangan Gas dan Oil. Ini jasa yang rumit. Melibatkan ahli logistik dan project management. Ya mau engga mau organisasi juga dirombak. Kompetensi mantu kamu hanya bisa bagian umum saja. “ Kata saya.


“ Kenapa lue lemah banget dihadapan Yuni.” Kata Florence bermuka masam.


“ Yuni hanya melaksanakan visi gua saja. Semua gua yang putuskan dan resiko ada pada gua. Soal mantu kamu engga usah kawatir. Dia akan berproses untuk dapat posisi direktur, bahkan dirut. “


“ Lue janji ya”


“ Lah mantu lue, kan mantu gua juga. Yang penting lue percaya ajalah ke gua.”


“ Kasihan juga dia.” Wajah nampak sedih.


“ Ren, lue dapat uang dari hasil penjualan perusahan ke Yuni,  kalau engga salah USD 6 juta. Nah kalau lue  beri wariskan hasil kerja keras seumur hidup lue, itu akan habis hanya hitungan tahun, mungkin bulan. Tetapi kalau lue didik dia dengan mindset kerja keras melewati process. Dia akan lebih hebat dari lue. Harta yang lue tinggalkan akan berlipat nantinya. Manfaatnya akan lebih besar bagi orang banyak. Tahu mengapa ? Kata saya.


“ Ya mengapa ? 


“ Dia beda dengan kita. Karena dia engga pusing soal biaya hidup hari hari. Walau gajinya kecil tetapi kapan saja dia bisa minta uang ke lue. Jadi dia hanya perlu buktikan pride nya bahwa dia pantas menjadi pewaris lue. Ya kerja keraslah. Lewati proses yang lue tentukan. Jadi jangan pernah ikut apa yang dia mau. Jangan libatkan emosi dalam mendidik dia. Lue harus lebih keras mendidik dia dibandingkan dengan anak buah sendiri. " Kata saya. Florence masih belum puas jawaban saya.


" Lue kan tahun anak laki laki gua. " Kata saya.


" Ya tahulah. Kenapa dia.?


" Setahun  COVID, dia bangkrut. Gua cuekin. Gua bilang kalau mau kerja dengan gua, ya dari bawah.  Dan itu pastikan lulus test. Kalau engga mau test, ya pastikan lulus proses magang. Dia engga mau kerja dengan gua. Alasanya, tanpa kerja aja dia tetap dapat duit dari mamanya. Ya dia focus untuk bangkit lagi. Gua lihat aja.  Nanti kalau benar effort-nya ya pasti gua all out dukung dia. Gitu juga mantu lue. Paham ya sayang.” kata saya tersenyum.


Florence tersenyum. Dia tercerahkan. “ Intinya, pastikan anak mantu kita menghargai proses dan tugas kita mendidik mereka untuk beproses dengan benar. Tidak ragu dengan effort mereka, walau harus terhina, teracuhkan, bahkan gagal sekalipun. Hindarkan mereka dari too good to be true. Dari situlah kita bisa berharap mereka akan lebih  baik dari kita. “ Kata Florence. 


Saya menangguk. 


“ Too good to be true. Itu racun merusak mental mereka dan memperbodoh, sehingga mudah jadi korban predator.” Kata saya.


“ Jel , kapan lue belajar tahu segala galanya. Padahal lue engga kuliah. “ Tanya Florence.


“ Dalam keadaan bisnis  naik, atau bahkan bangkrut sekalipun, semangat belajar gua tidak kurang. Bagi gua belajar itu soal kebutuhan dan  sekaligus perintah Tuhan yang harus gua patuhi. “ Kata saya.


***


Saya sempatkan juga menjenguk Florence yang sedang sakit. Di apartermennya yang nyaman di Kawasan PIK. Ketika pintu tersibak. yang nampak ART. “ Ibu sedang di kamar”  Katanya. Saya tersenyum. Saya langsung ke kamar.” Sakit apa kamu? Kata saya. Florence terkejut. Dia membuka matanya. 


“ Padang? Kamu? Florence nampak langsung berusaha bangun dari pembaringannya. Saya menahan kedua bahunya. Agar dia tetap di tempat tidur “ Ini lutut gua sakti. Tetapi setelah ke dokter, mendingan. Udah engga lagi sakitnya. “


“ Iu biasa. Faktor usia. “ Kata saya. “ Gua juga begitu. Kita kan seumur” Sambung saya. Dia pegang kedua pipi saya. " Kamu tetap tidak nampak menua. Kamu  tidak berubah seperti kali pertama aku kenal ." Katanya. 


" Usia tidak bisa boong sayang."


“ Iya. Faktor usia ya. Ingat waktu dulu tahun 83, kamu ajak aku ke belantara sales jalanan. Jalan kaki dari Roa Malaka, ke Pinangsia. Terus naik angkot ke Tanah abang. Kelilingi kios cari pembeli tekstil. Balik lagi ke Kota. Terus ke Blok M ke pasar mayestik. Dulu waktu masih muda, Kita kuat melangkah jauh. Seperti engga ada capeknya.” Kata Florence dengan suara datar. 


Dia melepas selimutnya. Duduk menyender di tempat tidur. Dasternya tersingkap. Dari atas lutut sampai sampai betis tersingkap. Saya berusaha beresi dasternya. " Kenapa? emang lue engga pernah liat tubuh gua?Katanya tersenyum.


“ Lue masih ingat. Kenapa gua panggil Ubi? Kata saya. “ Itu karena tubuh lue sangat putih. Itu kali pertama gua lihat tubuh telanjang lue. Gua terpesona.” Lanjut saya. 

" Lucunya gua yang goda lue ya. Habis capek pancing lue. Engga ada inisiatifnya." Katanya tertawa. Saya hanya nyengir.


“ Ya ingat. Kenangan masa muda kita sangat indah. Sampai kini gua engga bisa lupakan. Dan menjadi sesal yang tak berujung. Mengapa kita harus bertemu. Mengapa gua teganya mentertawakan lue yang ingin menikahi gua. Tetapi ya sudah. Semua soal pilihan cara kita bersikap di masa muda. Toh akhirnya masing masing kita punya cara berdamai dengan itu. Walau gua menolak lue menikahi gua, tetapi lue sangat bijak terhadap gua. Walau kita tidak menikah namun,  tetap saling menjaga, sampai usia menua ini.” Kata Florence dengan airmata berlinang.


Dia telp ART. “ Bu, antar kopi untuk bapak  ke kamar “ Katanya. Tak berapa lama ART masuk membawa kopi. 


“ Kalau ada kopi. Gua harus ngudut. Boleh gua duduk di teras.” Kata saya. Florence tersenyum. Dia berdiri dari tempat tidur. Melangkah ke arah teras yang ada di kamarnya, Dia membuka pintu teras. Saya duduk bersebelahan dengan dia. Dari jauh keliatan pemandangan teluk Jakarta. 


“ Lue memang bukan pria yang romantis. Tetapi sikap lue sangat romantis. Ingat waktu kita masih muda. Dulu disaat gua stress engga ada uang untuk bawa orang tua gua ke Rumah sakit. Lue datang sebagai pahlahwan gua. Lue selesaikan dengan cepat. Dimasa tua gua lue kasih gua apartement yang indah dan juga lingkungan yang sangat indah. Terutama ketika sunset. Gua kadang  termenung di teras ini. Gua ingat lue..” Katanya dengan airmata berlinang. Saya remas jemarinya. Kami berdiam. Saya asik dengan rokok Gudang Garam. Florence,  entah. 


Dia melantunkan lagu “ Diratoki. Dia memang lahir di Riau. Bahasa minangnya bagus. Usai nyanyi airmatanya berlinang. Saya bingung. Ada apalagi nih. Duh nenek selalu ada drama disaat hari baik dan santai. “ Kalau aku mati, engga usah kamu tengok, tak perlu diantar ke kuburan. Itu lebih baik.”


“ ya aku tahu. Itu sair lagu kan” Kata saya.


“ Ini serius. “


“ Serius ? Serius apa ?


“ Aku benci dengan diriku dan benci semua.”


“ Termasuk benci sama aku?


“ Ya terutama kamu”


“ Ya udah. “ Kata saya. Diam.


Dia mengusap air matanya. “ Mengapa kamu selalu baik sama aku? AKu udah tua. Engga kepakai lagi. Mau ngejek keputusan aku dulu salah. Salah menolak lamaran kamu?


“ Duh aku engga kepikiran begitu. Aku hanya ingin kamu baik baik saja”


“ Boong! Teriaknya.


“ Jadi aku harus gimana ? mengenggam dendam karena kamu tolak cintaku. Tolak lamaranku. Duh..itu udah masa lalu. Kenapa kita harus putar jarum jam ke belakang..puluhan tahun. Kita harus melangkah ke depan” Kata saya.


“ Pintar sekali kamu. Terus ejek aku. Kamu sediakan nurse. Apartement dan segala fasilitas. Apa kurang puas ejek aku. ?


“ Duh..udah dech, bi. Ada apa sih kamu?


“ Aku benci kamu..” Teriaknya.


“ Ya bencilah..” Kata saya. Saya melangkah ke luar apartement. Florence kejar saya” Jangan pergi dalam situasi begini…Katanya pegang tangan saya dengan airmata berurai. 


‘ Salah aku dimana ? Tiga kali aku lamar kamu, tetapi kamu tolak. Bahkan kamu dorong aku menikah dengan pilihan orang tua. Aku terima dengan lapang dada. Tak sedikitpun aku kecewa dan marah. Cintaku padamu mengalahkan egoku. Kuhargai semua alasanmu menolak. Yang salah aku. Terlalu tinggi angan angan. Tapi mencintai itu tidak dosa. Hanya takdir yang tidak menyatukan, kamu sudah membayar sesal kamu. Aku juga, kini kita menua bersama. Bencilah aku tapi jangan larang aku jaga kamu bi. Hanya itu pintaku. Apakah aku terlalu egois? Salah ? Naip ? kata saya. 


Dia terduduk di lantai menangis. Saya diam saja. “Pulanglah. Anggap aku sampah aja” Katanya meratap pegang kedua kaki saya. 


Saya duduk dan merokok sampai dia berhenti menangis.


“ Maafkan aku Jel. Udah lah. Pulang lah. “ Katanya dorong saya keluar.


“ Kalau kamu perlu liburan. Pergilah Kemana kamu mau. Awi akan temanin kamu”


“ Awi .. Awi … ogah. Aku pergi sendiri aja “


“ Engga bisa. Usia kamu 60.. Gimana kalau terjadi apa2 dengan kamu ? 


“ ya udah aku engga akan kemana mana kecuali sama kamu “ kata Florence dekap saya dengan erat. “ sayangi aku selalu Jel, aku engga punya siapa siapa” katanya. Saya belai kepalanya dengan kasih setulus tulusnya…



***


Kalau sampai seseorang berkorban untukmu, maka itu dia lakukan dengan hatinya. Dia berbuat 

karena cinta. Tuhan mengirim seseorang untukmu dan akhirnya menjadi tongkatmu tidaklah gratis. Akan ada proses sampai akhirnya kamu dan dia tak terpisahkan. Ketika Tuhan memberimu sahabat, pada waktu bersamaan juga Tuhan memintamu berkorban untuk dia. Hadapi sahabat atau orang terdekatmu dengan sabar dan ikhlas sampai akhirnya kamu tidak berharap apapun dari dia kecuali inginkan yang terbaik untuk dia..maka setelah itu tunggulah. Tangan Tuhan akan bekerja memberikan reward...selalu indah pada akhirnya..


Friday, May 15, 2020

Cobaan dalam kebersamaan.




Ale gagal diterima di universitas. Itu aku tahu sebelum jadi istrinya. Karena dia bukan orang lain. Dia bagian dari keluarga besar kami. Kadang Ale ditertawakan oleh sepupuku dan kakak kakaku. Itu hanya karena Ale yang miskin dan tidak kuliah berusaha mendekat kepada keluarga kami yang berada. Tetapi Ale tidak pernah tersinggung orang lain merendahkannya. Pernah ditawari oleh orang tuaku agar Ale mengelola kios di Tanah Abang. Ale menolak dengan santun.  “ Aku tak ingin jadi beban Paman.” Katanya.  Sebenarnya aku pernah tanya, jawaban Ale. “ Semua orang berdagang yang sama pada tempat yang sama. Tidak ada tantangan yang berarti. Masa depan seperti apa yang kuharapkan dari situasi itu ? Katanya. Sangat logis dan rendah hati.


Belakangan aku tahu Ale sudah bekerja sebagai Salesman  di perusahaan Asing. Memang dia bisa bahasa inggris walau hanya tamat SMA.  Dan setelah itu orang tuaku mengatakan bahwa aku dijodohkan dengan Ale. Aku terima begitu saja. Ale sempat ragu aku akan menerima pinangannya. Tetapi semua keraguan itu terhalau saat kami bersanding di pelaminan.  Setelah menikah aku tahu Ale bukan orang yang suka bicara kalau tidak ditanya. Dia lebih banyak diam. Dia sangat hebat menyembunyikan suasana hatinya. Hobi membacanya adalah hal yang sangat aku sukai. Engga kebayang. Ale mau terus belajar dan membaca. Padahal dia bukan mahasiswa.  Setiap bulan dia pasti mampir ke toko buku untuk membeli buku apa saja.


Empat kali dia bangkrut dan empat kali dia berganti usaha. Ale tidak pernah dan tidak ingin mengulang kegagalan ditempat yang sama. “ Aku mungkin engga dapat uang dan harta karena bangkrut. Tetapi aku dapat pengalaman. Kalau aku tetap di bidang yang sama. Pengalamanku tidak akan bertambah kecuali usia. “  Katanya. 


Dia suka sekali tantangan. Bagi orang lain tidak masuk akal dan beresiko, tapi bagi Ale itu peluang besar. " Apalah aku ini. Mungkin peluang semacam itu hanya untuk orang seperti aku yang miskin dan tidak terpelajar" Katanya saat kali petama bangun pabrik amplas dan terus berkembang ke  pabrik pengolahan rumput laut.  Walau akhirnya dia bangkrut karena dizolimi orang lain. Dia tidak bangkrut dengan beban utang terus dipundaknya.. Dia sangat disiplin pisahkan uang bisnis dan uang pribadi. Jadi walau dia berhutang tapi itu hanya untuk bisnis. Makanya saat dia bangkrut tidak sulit bagi Ale untuk lunasi semua utang. Semua aset perusahaan yang didapat dari utang dijualnya. Jadi setelah itu dia tidak punya beban apapun kecuali focus mencari peluang usaha baru.


Dalam keadaan bangkrut. Ale tidak berdiam diri di rumah. Dia malah gunakan waktu untuk kursus dan seminar. Apa saja. Biasanya dari kursus dan seminar itu dia dapat teman baru untuk bisnis baru. Saat dia memulai bisnis baru, dia benar benar dengan semangat dan percaya diri tinggi sekali.  Seakan dia tidak punya trauma atas kegagalan yang pernah dia lalui. Entah bagaimana akhirnya Ale dapat modal untuk bangkit lagi. Memang Aku tahu, dia tidak punya banyak sahabat. Hanya segelintir saja. Tetapi yang segelintir itu dia jaga dengan tulus.  Tak lama dia bisa sukses dan setelah itu dia akan jatuh lagi. Dalam 15 tahun usia pernikahan kami, Ale tidak pernah suskes dalam arti sesungguhnya. Dia hanya berusaha bertahan hidup dan belajar dari segala hal.


“ Orang yang lebih pintar menggilas aku. Padahal dia mitraku.  Pengetahuanku memang terbatas. Aku yang salah. “ Katanya. Kadang aku marah dan kesal dengan sikapnya. Apalagi dia gagal diatas kerja keras yang tak terbilang.  Aku tahu betul dia dipecundangi oleh mitranya. Tapi Ale tidak ingin mengeluhkan itu, apalagi menyalahkan orang lain. “ Mungkin karena  aku berusaha ingin melewati bayanganku dan tentu pastilah kegagalan yang aku dapat. Ya aku harus tahu diri jadi orang. Ukur diri.” Katanya. Nah gimana engga kesel. Tetapi begitulah Ale ku. Sehingga aku tidak lagi berharap banyak dari dia,  kecuali berharap dia sehat dan kami bisa sekolahkan anak sampai pergurun tinggi. Setidaknya mereka akan lebih baik dari kami. 


Tahun 2003 kami pergi ke Baitullah melaksanakan rukun Islam ke Lima. Aku tahu saat itu Ale sedang berjuang untuk bangkit lagi. Dia tidak bisa menolak keinginanku melaksanakan ritual haji. “ Waktu papa bangkrut, semua orang dan keluarga yang tadinya memuji berbalik menghina. Papa diam saja. “ Kataku di Makkah. ALe jawab. “ Sebenarnya hinaan itu jauh lebih baik bagi kesehatan mental kalau kita hadapi dengan sabar. Karena pujian jauh lebih buruk untuk kesehatan mental. Biasanya kita tidak bisa sabar dengan pujian. Akhirnya kita larut dalam kesombongan. Sementara sombong itu adalah kebangkrutan spiritual. Kita bisa jatuh ribuan kali bangkrut dan akan selalu bisa bangkit lagi asalkan secara spiritual kita tidak bangkrut. " 


“ Dan mereka kadang membenci saat kita jatuh bankrut. Papa diam saja “ Kataku. Ale menjawab. Kalau orang membenci kita. Engga apa apa. Karena mereka merasa tidak mampu sebaik kita. “ 


“Kalau orang merendahkan dan berghibah tentang kita ? tanyaku. Ale menjawab, “ Tidak apa apa orang lain rendahkan kita. Karena itu artinya kita diatas mereka. Orang berghibah tentang kita?. Abaikan saja. Itu artinya  mereka tidak punya waktu memikirkan dirinya  sendiri kecuali diri kita. Mereka tidak akan lebih baik dari kita. Yang harus kita lakukan adalah focus kepada diri kita aja dan terus berusaha lebih baik karena waktu. Apapun yang terjadi antara akita dengan orang lain, sebenarnya itu antara kita dengan Tuhan. Untuk menguji keimanan kita  “  Saat itu aku tahu. Ale sudah sampai pada tahap menemukan kesejatian dirinya. Hanya ada antara dia dan Tuhan saja. 


Tahun 2004, Ale menyerahkan usahanya yang di Jakarta dikelola oleh sahabatnya dan dia sendiri pergi hijrah ke China. Sebisaku mendukungnya dengan amanah menjaga kedua putra putri kami saat dia sedang di luar negeri. Aku tidak tahu apakah Aleku akan bisa bertahan di negeri orang. Aku hanya bisa memberi dia semangat dan percaya diri. Selebihnya aku berdoa siang malam untuk kesuksesannya.


Tahun 2006 aku pergi liburan ke Hong Kong bersama kedua anakku.  Ale saat itu jemput kami di Bandara Hong Kong. Tetapi keesokannya Ale pergi ke Beijing dan terus ke Seoul. Dia berat untuk membiarkan aku bersama anak anak tanpa dia selama liburan di HongKong. Tetapi aku bersikeras agar ALe focus ke bisnis saja. Aku tahu dia pasti punya hutang dengan mitra dan bank. Itu lebih penting dia jaga daripada kami. Toh itu sudah tugasku menjaga anak anak. Saat kami akan pulang ke Jakarta. Ale minta aku mampir di Singapore. Karena dia dari Seoul akan mempir di Singapore.


Keesokannya Ale datang ke Singapore. Langsung ke Mandarin. Executive Floor tempat kami menginap. Kami makan di restoran Hotel itu. Aku tetap dengan pakaian muslim. Ale menggunakan setelah jas. Karena dia ada breakfast meeting dengan cliennya. Ini kali pertama aku  lihat Ale diantara teman teman internationalnya. Dari caranya bicara tidak ada kesan dia rendah diri. Percaya dirinya tinggi sekali. Saat itu juga aku tahu Ale telah menjelma jadi elang. Tidak lagi ayam kampung. Pengalaman jatuh bangun mengubahnya…Setelah itu, tahun tahun berikutnya Ale semakin tinggi terbang. Semakin tak terjangkau olehku. Tapi Aku yakin Ale akan baik baik saja.


Lantas apa arti pencapaian yang Ale dapatkan ? Baginya hidup adalah perjalanan spiritual. Bagaimana kita bisa bersabar dalam keadaan sempit maupun lapang. Disaat sempit kita bersabar atas kekurangan. Disaat lapang, kita bersabar untuk rendah hati dan bersukur. Begitu aja. Memang sederhana sikapnya.  Sesederhana orang kampung berpikir. Itu sebab mengapa selama menikah Ale tidak pernah membentakku atau memarahiku dengan bahasa yang kasar. Dia sangat lembut sekali memperlakukanku dan menjaga suasana hatiku. Yang pasti Ale tidak akan pernah menjadi pria sempurna, karenanya dia butuh aku melengkapinya.

Sunday, May 10, 2020

Menciptakan pilihan sendiri






Disuatu tempat berkelas, berada di financial center Hong Kong. Ada sebuah café yang aku gemar belama lama duduk sambil memonitor transaksi pasar melalui laptop kesayanganku. Mataku tertuju kepada wanita yang duduk tepat didepan mejaku. TIdak begitu jauh hanya 2 dua meja. Wanita berusia 30an tahun. Wajahnya oval. Lebih mirip wanita Indonesia dengan rambut hitam dan mata bulat. Baju yang dikenakannya adalah blazer hitam. Sangat sesuai sebagai wanita karir yang berkelas. Ketika mata kami beradu pandang, dia memalingkan wajahnya. Aku tersenyum didalam hati , karena begitulah wanita yang terlalu pandai berpaling dari sikapnya.

Didepannya ada tas warna hitam. Tas yang biasa untuk menyimpan document sebagai standard para executive disini. Juga ada majalah Fortune tergeletak dimejanya. Dia tidak menyentuh majalah itu. Namun tangannya asik menulis diatas meja. Seakan menghitung angka karena kadang kepalanya terdongak keatas. Pertanda dia sedang berpikir. Barangkali. 

Tak berapa lama , wanita itu berdiri meninggalkan meja dengan tas dan majalah yang tergeletak begitu saja. Kemana wanita ini pergi ? mengapa dia membiarkan tasnya tertinggal. Mungkinkah dia pergi ke toilet ? Aku hanya diam , menanti harap agar dia kembali. Benarlah, tidak lebih limat menit dia kembali melangkah menuju mejanya. Langkahnya sangat anggun. Sangat sempurna. Ketika dia melewati mejaku , aku mencium aroma perfume lembut. Entah kenapa mata kami kembali beradu pandang. Aku mengangguk dan tersenyum. Dia membalasnya dengan simpatik.

‘’ Saya pikir anda sudah pergi dan lupa dengan tas anda ‘’ kataku dalam bahasa indonesia. Mata dan perasaan ku mengatakan hal yang sama bahwa dia adalah wanita indonesia.

‘’ Sorry. say again‘’ katanya dalam kebingungan namun senyumnya tetap membayang. Maka tahulah bahwa mata dan perasaanku tidak tepat. “ I am from Nepal ” sambungnya.

“ Oh sorry.  I thought you were Indonesian.. ‘’ kataku . Seketika tanganku tergerak , mengulurkan tangan untuk berjabat tangan , dia menanggapinya dengan hangat. Kamipun berkenalan.

 I thought you were going home"  “ Kataku

‘’ Not yet. I'm still happy here.” Mata bulatnya nampak semakin indah.

“ Anda nampak asik nulis tadi. Nulis apa? ‘’ Tanyaku

‘’ Anda juga asik dengan laptop mu. Ngetik apaan ? Dia balik tanya.

‘’ Ya , Saya hanya monitor harga dibursa London dan sebentar lagi Wallstreet buka , makanya saya suka berlama lama disini....’’

‘’ Anda pialang ? “ Sergahnya dengan cepat.

‘’ engga juga. Anda ? “ Aku mengangkat bahu.

‘’ Konsultant “ Jawabnya dengan tegas.

“ Bidang apa ?“

“ Finance “ jawabnya dengan raut anggun berwibawa.

Kemudian pelayan cafe datang menghampiri wanita itu ‘’ maaf , apakah pesanan anda saya antar ke meja anda ? “ wanita itu terdiam sambil menatapku “ bagaimana kalau anda gabung dengan meja saya “ aku menawarkan diri. Dia tersenyum dan mengangguk “ Ya , sudah tarok disini saja “ katanya kepada pelayan. Kemudian dia berjalan kearah mejanya untuk mengambil barang barangnya dan kembali kemejaku dengan tersenyum,

“ Saya memperhatikan anda dari tadi “ kataku.

“ Saya juga “ Jawabanya.

“ saya melihat anda menulis sesuatu dengan sangat serius “ Kataku.

« Saya melihat anda memelototi screen komputer dengan serius « Katanya.

‘’ dan anda ke toilet “ Kataku lagi.

‘’ anda berdiri sambil memperhatikan langkah saya ‘’. Katanya tangkas.

‘’ anda tersenyum kearah saya.’’ Kataku tidak kalah tanggap.

‘’ anda mengangguk dan mengajak saya bergabung dengan meja anda“

Katanya enteng menunjukan kelasnya sebagai negosiator piawai. Kamipun akhirnya tertawa. Dia cantik sekali kalau tertawa. Suasana menjadi lebih santai.

“ Ceritakan padaku apa yang kamu cari dalam hidup ini “ Kataku

“ Aku mencari laki laki sejati."

Kamipun tertawa lagi.

‘’ Serius ? Kataku

‘’ ya serius. Aku mencari pria sejati untuk mendampingi hidupku. ‘’

‘’ Apa kriterianya ‘’

‘’ Hem...." matanya menerawang seakan sedang membayangkan sesuatu yang diidamkannya. " Seorang laki-laki sejati. Seseorang yang dapat melihat yang pantas dilihat, mendengar yang pantas didengar, merasa yang pantas dirasa, berpikir yang pantas dipikir, membaca yang pantas dibaca, dan berbuat yang pantas dibuat, karena itu dia berpikir yang pantas dipikir, berkelakuan yang pantas dilakukan dan hidup yang sepantasnya dijadikan kehidupan Bila aku menemukannya maka aku akan berkata terus-terang, bahwa aku mencintainya. 

Aku tidak akan malu-malu untuk menyatakan, aku ingin dia menjadi pacarku, mempelaiku, menjadi bapak dari anak-anakku, Biar dia menjadi teman hidupku, menjadi tongkatku kalau nanti aku sudah tua. Menjadi orang yang akan memijit kakiku kalau semutan, menjadi orang yang membesarkan hatiku kalau sedang remuk dan ciut. Membangunkan aku pagi-pagi kalau aku malas dan tak mampu lagi bergerak. Aku akan meminangnya untuk menjadi suamiku, ya aku tak akan ragu-ragu untuk merayunya menjadi suamiku , kenapa tidak, aku akan merebutnya, aku akan berjuang untuk memilikinya”

Aku tercengang terlalu ideal dan hampir tidak mungkin anda dapatkan pria seperti itu didunia ini..Kalau anda berharap maka harapan itu akan berakhir dengan kesia siaan. Kalau kamu masih merindukan laki-laki sejati, kamu akan menjadi perawan tua. Lebih baik hentikan mimpi yang tak berguna itu. “ Kataku yang membuat dia tercengang. 

" Mengapa kamu katakan ini. Bukankah kamu juga seorang laki laki ?
“Aku ingin kamu menyadari kenyataan. “

“ lantas bagaimana saya harus bersikap. Usia saya tidak muda lagi..” Sekarang dia mulai tergiring dengan emosinya. Ada kecemasan diwajahnya. Namun aku berusaha untuk tetap tersenyum.

“ Jangan tempatkan kriteria dan harapan ketika kamu memilih pria. Raihlah ketulusan cinta seorang pria dimana kamu dapat merasa nyaman untuk menempatkan cintamu. Setelah itu berjuanglah untuk menjadi belahan jiwanya. Ditangan mulah kelak pria itu akan menjadi apa. Dia akan menjadi beban atau pelindungmu ? kamulah yang membentuknya. Siapapun wanita , akan mampu membentuk pria menjadi laki laki sejati. Kenalilah kekuranganmu dan temukan pelengkapnya pada pria pilihanmu. Kenalilah kelebihanmu dan lengkapilan kekurangan pria pilihanmu.Jadi berhentilah mencari yang sempurna tapi berusahalah menciptakan sendiri kesempurnaan itu. Bukankah hidup adalah perjuangan dan proses itu harus kamu lalui agar kelak kamu mendapatkan kebijakan dan menghargai setiap hasil yang di peroleh.Maka hidupmu akan lebih berarti ”

“ Kamu benar. Kamu telah menyadarkan saya. Ini kali pertama saya mendapatkan nasehat terbaik dalam hidup saya. Pengalaman saya mengajarkan itu semua. Saya lelah mencari dan saatnya sekarang saya harus menciptakan laki laki sejati bagi diri saya sendiri. Siapapun dia , asal dia mencintai saya dan saya mencintainya maka selanjutnya saya akan berjuang menjadikannya sesuai apa yang sesuai untuk saya. Mungkin inilah kesempurnaan yang sesungguhnya."

Hari mulai berangkat malam. Suasana cafe semakin ramai. Tua dan muda mulai berdatangan. Group band yang mengiringi penyanyi dari philipina melantunkan lagu begitu apiknya. Kemudian dia terkejut ketika telp selularnya bergetar. Ada keraguan diwajahnya untuk menerima telp tersebut. " Ya..Baik. Kamu boleh jemput saya sekarang. " Kata wanita itu dengan senyum penuh keyakinan.

" Ada apa ? " Entah mengapa kuberanikan untuk bertanya padahal bukan urusanku.

" Berkat kamu , berkat pertemuan malam ini. Saya telah mengambil keputusan. Sebentar lagi ada pria yang akan menjemput saya dan inilah awal walau tidak mudah namun saya akan berjuang menciptakan laki laki sejati bagi diri saya sendiri...

Mencintai Ibu







Tahun 1980an saya bangkrut. Saya pun gunakan tenaga yang ada berdagang antar pulau. Target saya adalah pulau terluar yang tidak ada komunikasi dengan dunia luar. Kalau bisa pulau itu engga kenal uang. Sebelum berangkat saya sudah punya rencana apa saja komoditas yang menjadi target saya. Jadi dengan menyewa KLM ( kapal layar mesin), saya berlayar ke target setelah dapat informasi dari ABK tentang potensi pulau itu. Waktu berangkat, saya membawa kebutuhan pokok yang akan dibarter dengan komoditas dari penduduk pulau. Seperti Kopi bubuk, gula, garam, dan beras. Hampir pulau terluar pernah saya kunjungi. Tadinya saya sewa, akhirnya saya bisa punya sendiri dan menakhodai sendiri kapal itu. Sebetulnya inilah cara saya fundrasing untuk memulai business lagi.

Untungnya sangat besar. Saya beli lola ( keong ukuran besar ) 3 kwintal di puluar terluar Enggano. Itu saya tukar dengan 10 KG gula pasir dan 2 kG Kopi bubuk ,dan Rokok Djambu satu pak. Tahu berapa saya jual lola itu sekilo ? Rp. 7.500. jadi 3 kwintal seharga Rp. 22 juta. Belum lagi komoditas lain seperti damar mata kucing , rumput laut, batu apung.

Suatu hari, ketika kapal memasuki teluk Jakarta, setelah berlayar dari Pulau Pagai, saya serahkan kemudi kepada ABK, untuk siap siap ganti pakaian. Karena sebentar lagi akan ada pedagang China yang akan datang kekapal untuk meriksa muatan kapal dan transaksi di lakukan diatas kapal. Ketika itu jam 2 pagi. Terdengar suara keras dari lambung kapal, Saya sempat terhuyung. Segera saya naik keanjungan. Mesin kapal kehilangan daya dorong. Saya sadar kapal duduk diatas batu karang. Saya menghela nafas. Segera saya perintahkan kepada ABK untuk segera lompat ke laut. Karena sebentar lagi kapal akan pecah dihantam gelombang. Itu akan berbahaya kalau kami masih di dalam kapal.

Saya memasukan surat kapal kedalam dompet yang melekat dengan ikat pinggang dan Wesel ( bank draft ) sebesar Rp. 50 juta. Terasa dingin menusuk ketika menyentuh air laut. Tak berapa lama, kami bisa menjauh dari kapal, dan menyaksikan kapal pecah. Kami menggunakan pecahan kapal untuk bertahan di laut. Namun saya mulai kawatir karena terasa arus menyeret kami ke tengah laut. Benarlah, nampak teluk jakarta semakin menjauh dan akhirnya tak nampak lagi. Kami berempat bersedekap dengan sebilah papan mengapung ditengah laut. Pagi datang menuju senja dan malam kembali datang. Kami terus terapung. Untuk bertahan hidup, kami makan dari sampah laut seperti rumput atau apa saja. Kalau hujan kami menengadahkan kepala keatas untuk minum.

Saya tidak tahu berapa lama kami di laut terapung apung. Salah satu ABK nampak sudah makan jempolnya sendiri. Saat itulah saya kehilangan harapan. Saya merasa maut sudah sangat dekat. Apalagi berkali kali ABK terlepas dari pagutannya dipapan. Saya berusaha menariknya kembali ke papan dengan memaksanya sadar. Ketika sampai pada puncak kehilangan harapan dan kekuatan, saya berdoa atau tepatnya berbicara kepada Tuhan,

 “ Tuhan, aku berniat akan mengirim ibuku ke Makkah. Beri kesempatanku untuk berbakti kepada ibuku, Ya Tuhan. Kalau niat dan tekadku untuk berbakti kepada IBuku adalah kebaikan di sisiMu, selamatkan kami ya Tuhan. “

Entah mengapa, tak berapa lama, ketika itu matahari baru saja tergelincir menuju malam, nampak cahaya putih tak begitu jauh dari kami. Kapal besar mendekati kami.Terasa gelombang menghentak kami sehingga kami terlepas satu sama lain dari pagutan pada papan. Tapi ada cahaya kearah kami. Tak berapa lama, nampak sekoci diturunkan. Satu satu kami dinaikan kedalam sekoci. Ketika sampai di deck kapal itu, saya langsung tidak sadarkan diri.

Saya perhatikan ruangan semua serba putih.Ada salip Yesus. Saya bingung. Mengapa saya ada diruangan ini. Tak berapa lama, datang suster berbaju serba putih “ Kamu di RS Charitas palembang. Kamu tidak siuman 8 hari. Saya akan panggil dokter. “ Katanya.
“ Mana ABK saya ?“
“ Teman kamu sudah keluar dari rumah sakit. Mereka semua sehat. Hanya dua hari di rumah sakit. “

Saya kembali ke Jakarta. Semua hasil yang saya peroleh dari bisnis ini habis, Untunglah saya tidak ada hutang apapun, karena kapal saya beli dari laba yang saya kumpulkan. Beberapa tahun kemudian saya berhasil mengirim ibu saya ke makkah.

Pesan moral : Bila ada niat baik untuk berbakti kepada orang tua, maka Allah akan selamatkan kita dari prahara. Kalau ingin mendapatkan sorga di dunia maka berbaktilah kepada Ibu. Ada banyak sekali ulama dibelakang Prabowo.Para ulama itu bukan hanya mendoakan tapi juga mendukung tolal PS. Tetapi seorang ibu yang tak henti berdoa untuk seorang Jokowi, bisa membuat Jokowi sebagai pemenang. Yang dibela ulama malah jadi pecundang. Doa ibu sangat dahsyat namun semakin dashyat apabila anak itu menjadi anak yang soleh…

Rasa takut...





Dulu tahun 1987 saya pernah pergi ke suatu daerah. Ketika sampai di daerah tersebut, saya menyaksikan orang kampung sangat mensakralkan bukit. Diatas bukit itu katanya ada kuburan kramat. Setiap malam jumat mereka memberi sesajian ayam dua ekor. Kadang ada juga memberi sesajian kambing. Entah kenapa baik ayam maupun kambing hilang begitu saja. Tanpa bekas. Rasa ingin tahu mengundang saya untuk naik keatas bukit tersebut. Saya perhatikan sekeliling bukit itu. Tidak ada yang aneh. Namun ketika senja datang, ada warna gelap bergerak arah bukit. Ternyata itu jutaan burung walet.

Burung itu hilang tidak jauh dari tempat saya berdiri. Saya perhatikan ternyata ada lubang ukuran setengah meter. Ternyata burung tersebut masuk lewat lubang itu. Saya berkesimpulan bahwa lubang itu mengarah ke goa besar di bawah bukit. Ke esokannya, saya membeli tali panjang dan karung. Dengan tali itu saya masuk kedalam lubang. Setelah turun sepuluh meter dengan bergelantungan tali, saya gunakan senter untuk melihat sekeliling gua. Ternyata ada jutaan burung walet bersarang. Ahaaa..ini rezeki. Dengan berayun ayun saya menjangkau tebing gua , sambil mengambil sarang burung walet. Itu saya lakukan berkali kali. Walau burung walet berharburan kearah saya, saya tidak peduli. Ini uang!

Setelah dapat satu karung terigu sarang burung walet,saya memutuskan untuk masuk lagi kedalam lubang itu dengan tali yang ukuran lebih panjang. Saya yakin kalau agak kebawah mendekati dasar goa akan semakin banyak sarang burung walet. Benarlah , semakin mendekati dasar goa semakin banyak sarang burung walet. Udara terasa pengap ketika kaki saya menyentuh lantai goa. Tapi anehnya terasa empuk pijakan di kaki saya. Ketika saya senter, tempat pijakan saya bergerak. Saya gunakan senter untuk melhat arah gerakan itu dengan jelas. Ternyata bergerak sampai keatas bebatuan di pinggir goa. Nampak agak jauh dari saya berdiri ada kepala ular besar sekali. Tapi matanya nampak tertidur. Wah saya berdiri diatas tubuh ular.

Dengan lambat lambat saya mundur dan melompat kearah samping agar tidak menginjak tubuh ular itu. Saya kembali keatas.Ke esokannya saya membeli karbit. Saya isi kedalam botol. Kemudian saya turun kembali kedalam goa. Dengan obor di tangan saya pancing agar ular itu bangun. Benarlah ular itu terbangun dengan bergerak lambat. Saat ular itu menggerakan kepalanya kearah saya, dengan cepat saya bergerak kesamping melempar botol itu kedalam mulut ular raksasa itu. Ular itu menelan karbit itu dan berusaha turun dari batu tempatnya bergelantung. Saya segerak naik keatas dengan cepat untuk menyelamatkan diri.

Keesokannya saya kembali ke bukit itu dan masuk kedalam goa sambil menyenter kearah ular itu. Nampak ular itu sudah terkapar tak bernyawa. Dengan tali saya dan teman teman tarik ular keatas. Hampir dua jam saya kuliti ular itu. Dalam dua hari saya dapat sarang burung walet hampir 200 kilo dan kulit ular. Keduanya laku di jual. Orang kampung menjadikan bukit itu kramat dan menakutkan tapi saya tidak melihat itu. Rasa ingin tahu saya menemukan rahasia bahwa ular itulah yang selama ini memakan sesajian dan membuat bukit itu kramat.. Bagi saya, ketika resiko datang saya hadapi dengan tenang untuk mencari tahu dan mendapatkan solusi , dan rezeki pun didapat…

Pesan moral cerita : Ketakutan adalah kegelapan dan kebodohan.


Friday, May 08, 2020

cinta itu memberi...




Cinta ? Dimanakah cinta itu kini ? Lelah aku bertanya pada diriku sendiri. Kamu mungkin bertanya pula padaku, bagaimana mungkin seorang ibu, seorang istri bertanya dimana cinta ? Bukankah cinta itu sudah menjelma menjadi sebuah lembaga yang dirahmati Allah. Yang bernama Rumah tangga. Rumah yang ada tangganya. Tangganya itu adalah kekuatan hati untuk masuk kedalam. Kedalam mana ? Ya, dalam hati. Rumah adalah simbol sebuah ruang didalam hati. Di dalamnya ada mahligai untuk saling berbagi dalam susah maupun senang. Ah, bukan itu yang kumaksud. ! Jadi apa ? Itu , yang kumaksud , aku ingin Bang Udin ada di sampingku ketika dia melangkah. Aku ingin dia mengerti aku ketika aku tidak memahami. Kuingin dia menyediakan pundaknya ketika aku menangis dalam dekapannya. Kuingin dia ada seperti apa yang kumau. Itu aja.

Tapi itu yang tidak kudapatkan. Bukankah keinginan ku sangat sederhana. Kalau keinginan ku itu adalah ujud cinta yang kuharapkan, seharusnya aku mendapatkannya. Tidak perlu sulit atau memohon darinya. Ya. Kan. Aku mulai berpikir Bang Udin hanya mempermainkanku, mempermainkan aku sebagai ibu dari anaknya dan juga istri yang di nikahinya secara syah dihadapan Tuhan. Betapa tidak ? Setiap hari yang kurasakan, tidak ada lagi respect. Bila dia pergi , dia akan pergi begitu saja. Beli dia ada janji untuk pulang cepat , semudahnya dia melupakan. Bila aku ingin pergi keluar dan berharap di antarnya, seenaknya dia bilang sibuk. Ketika aku sakit perut, seenaknya dia bilang, cepat kedokter sambil melotot. Ketika aku lelah dengan anak anak di rumah, dia malah minta di pijit sepulang kerja dari Kantor. Bah, bukankah ini penjajahan era baru dari sebuah lembaga bernama Rumah tangga.

Kemarin , hari ini, dan mungkin besok aku akan tetap seperti ini. Selalu merasa kalah dan di kalahkan olehnya. Ingin aku marah tapi kepada siapa?. Tidak ada yang salah dari bang Udin. Dia setia dan tidak pernah selingkuh. Aku yakin betul itu. Karena aku tidak terlalu tolol untuk mengetahui dia selingkuh atau tidak. Selama pra nikah, aku mengenal Bang Udin dengan baik. Setelah menikah , aku hapal setiap gerak tubuhnya dan bahasa tubuhnya. Juga bahasa matanya. Aku tahu segala galanya untuk mengetahui pasti apa yang tidak terungkapkan dengan kata kata. Yang jadi masalah, Bang Udin terlalu bodoh mungkin. Ya bodoh, itu yang kumaksud. Dia tidak tahu bagaimana bersikap untuk sebuah cinta dan memahami arti di balik cinta itu. Dan menganggap cinta selesai ketika diucapkan ketika melamarku sebagai istrinya. Setelah itu , yang ada hanya rutinitas yang membosankan.

Bahwa aku ingin Bang Udin bersikap layaknya Romeo yang berhati lembut memahami aku. Membiarkan tangan kokohnya kupeluk. Membiarkan tubuhnya ku dekap manja dihadapan setiap orang. Membiarkan waktu sibuknya terluangkan untuk bersamaku pergi belanja dihari libur. Pergi kedokter untuk memeriksa kehamilanku. Mendengarkan keluhanku , kelelahanku dirumah, Tapi memang itu terlalu mahal baginya. Kini, sekarang, aku harus menentukan sikap. Aku harus menuntut hakku. Hak sebagai  orang yang katanya di cintainya. Hak untuk diperlakukan layak sebagai istri, sebagai mitra dan juga saebagai kekasih. Harus. Suka tidak suka harus dia hadapi sikapku ini. Agar aku tidak merasa kalah dan dikalahkan.Agar aku merasa ada equality.

Malam itu seperti biasa setelah Bang Udin lelah dengan kerjaanya yang di bawanya dari kantor. Setelah bercengkrama di depan Notebooknya. Bang Udin langsung ketempat tidur. Aku memunggunginya. Dalam beberapa detik ” Mah, urut dong” Bah, benarkan, Kebiasaan jelek penjajah datang lagi.

” Ogah. Aku capek ” Jawabku ketus sambil tetap memunggunginya.

” Tolong dong, ”

” Ogah.”

” Eh, kenapa sih. Ketus amat. ” Katanya sambil berusaha membalikan tubuhku menghadap kearahnya. Aku tetap bersikeras untuk memunggunginya. Tapi tangan kokohnya memang perkasa dibandingkan tubuhku yang mungil.

” Loh..kenapa ? mah ” Katanya dengan terkejut karena melihat airmataku berlinang. ” Kamu ada apa ?”

” Aku bosan, Bosan. ” Suaraku agak keras. Aku bangkit dari tidurku. Aku duduk menghadap kearahnya yang tetap rebahan dan kebingungan ” Setiap hari kamu perlakukan aku dengan seenaknya. Aku capek urus anak anak tadi siang, Aku capek urus rumah. Aku capek melayani Rini yang terus rewel. Aku capek antar pulang pergi Riki kesekolah dan kursus. Sementara kamu enak aja suruh aku mijit. Seenaknya sibuk dengan urusan kamu. ” Kataku dengan airmata berlinang.

Eh , Bang Udin malah bingung mendengar kata kataku. Kan benar, dia memang bodoh. Engga paham perasaanku. ” Oh itu. Ya aku tahu kamu capek. Ya udah. Kalau engga mau ngurut ya bilang aja. Aku mau tidur ah. ” Katanya sambil tengkurap. Benar benar ini orang tidak punya hati.

” Bangun ! Kataku sambil menarik tubuhnya dari telungkup paus. Tapi tubuhnya memang kokoh, Tak berdaya aku membalikan tubuhnya. ” Aku mau tidur, mah, Besok pagi aku harus datang lebih awal di kantor untuk persiapan rapat. ”

” Aku mau bicara ! Sentakku.

” Besok aja ya bicaranya. ”

” Sekarang ! Kataku berusaha membalikan tubuhnya

” Ya, Ya.. ” Dia kembali telentang. Rasanya aku ingin marah dan memukul tubunya sekencang kencangnya. Tapi senyumnya membuat aku luluh,. Oh Tuhan, ya senyum inilah yang membuat aku jatuh cinta. Senyum yang ringan tanpa beban apapun. Kadang terkesan manja di hadapanku. ’ Mau bicara yaaaa. Apaan sih ” katanya sambil berusaha menciumku. Tapi aku cepat mengelak. Bibirnya terus di mancungkan kearahku dengan mata terpejam. Terkesan lucu bagiku. Aku tak bisa meneruskan kata kataku. Tak terasa , entah kenapa akupun tersenyum sambil memeluknya. ” Eh udahan ya marahnya.” Katanya sambil membalas pelukanku. Dengan lembut dia berkata :

” Aku tahu kamu lelah dengan segala keseharian kamu. Aku tahu kamu inginkan kelembutan seperti ketika kita pacaran dulu. Aku tahu kamu inginkan kehangatan seperti ketika kita bulan madu dulu. Aku tahu itu. Tapi berjalannya waktu, bagi ku cinta bukan hanya sekedar kata kata, tapi perbuatan. Setiap hari aku bekerja keras, Itulah caraku mengungkapkan cinta itu. Bahwa aku tidak pernah berhenti mencintaimu. Marriage is not a noun. it's a verb. It isn't something I get. It's something I do. It's the way i love you every day

Aku tersentak...

Di hadapanku kini ada pria yang kokoh sebagai pelindungku, sebagai imamku dan juga belahan jiwaku. Tentu tidak mudah baginya untuk membuat rumah tangga utuh di tengah situasi dunia seperti sekarang. Aku tersenyum di hadapannya. Memberikan senyum terindah baginya, sebagai ujud keikhlasanku mendampinginya untuk menjaga amanahnya, menjaga hartanya, menjaga anak anak yang lahir dari rahimku. Itulah harus kulakukan kini dan besok. Cinta yang dulu kumaknai ketika awal bertemu dengannya harus ku defenisi ulang agar aku tak perlu lagi kecewa dan merasa kalah. Aku ingin menjadi pemenang dalam diriku dan untuk itu harus kuperjuangkan dengan segala susah payah sebagaimana suamiku berjuang memenuhi kebutuhan hidup yang tak ada lagi yang gratis…

Obsesi di masa tua

  Bulan mendengkur. Aku mendengarnya. Aku selalu dapat mendengar dengkurnya yang keras menggaung di antara awan dan gedung tinggi. Bulan sel...