Monday, May 30, 2022

Saya butuh uang

 



Tahun 2014 saya dapat email dari seseorang yang cukup singkat namun padat. Intinya dia ingin bertemu dengan saya. Alasanya dia terkesan waktu bertemu dengan saya tahun 2013. Pada satu acara Hari kemedekaan negaranya di Kedutaannya di Beijing. Memang walau hanya sekali bertemu, namun kami sempat diskusi cukup lama. Tadinya hanya ngobrol santai di tengah standing party. Kemudian dia ajak saya ngobrol ke ruang khusus. Waktu itu saya datang bersama sahabat wanita yang juga pejabat moneter di China. 


Saya sanggupi bertemu dengannya. Dia tidak ingin bertemu di negaranya. Pertemuan di Singapore.  Dengan ramah dia merangkul saya. Seperti sahabat lama.  “ Bagaimana kabar ms Lyly” Katanya mengawali pembicaraan.


“ Dalam setahun ini dua kali betemu dia. Terakhir bertemu tiga bulan lalu. Dia baik baik saja.”


“ Bagaimana bisnis anda.?


“  Sudah hampir 6 bulan saya pensiun. Tetapi masih memimpin komite investasi di Holding.”


“ Anda terlalu muda untuk pensiun” Katanya dengan tersenyum.


“ Pensiun dipaksa oleh situasi. “ kata saya. Kemudian pembicaraan mengalir begitu saja. 


“ Mr. B” serunya. Dia tatap mata saya dengan serius. “ Tahun depan akan ada Pemilu di negara saya. Peluang saya menang sangat besar. Apalagi saat sekarang saya Wapres. Namun kamu tahulah. Saya pemimpin termiskin di antara elite negara saya. Snarnya tanpa korupsi pun saya bisa dapatkan dari fee tambang tapi saya menolak segala bentuk korupsi. Saya sebetulnya engga lagi tertarik di Politik. Sudah cukup pengabdian sejak tahun 1995. 


Tetapi kalau saya tidak lanjutkan, saya masih merasa punya utang kepada negara saya. Saya harus melakukan perubahan agar SDA bisa dirasakan oleh rakyat. Dan itu harus sebagai Presiden. “ katanya. Nampak dia sedang berpikir sebelum melanjutkan pembicaraan.


Saya menyimak.


“ Mr. B. Entah mengapa saya sangat percaya kepada anda. Terutama waktu awal kita bertemu. Saya terkesan. Terutama persahabatan anda dengan pejabat moneter China. “ katanya dengan tenang. 


“ Maaf, kalau pertanyaan saya konyol. Apakah bisa memberikan solusi kepada saya. Khususnya bagaimana saya dapatkan dana untuk kampanye.” Katanya. Saya tahu dia tulus. Karena setelah berbicara dia menarik napas. Itu artinya dia bicara dari hati dan sangat berat untuk punya keberanian bicara seperti ini. Apalagi kepada orang yang belum terlalu dekat.


“ Mengapa anda percaya kepada saya?


“ Saya tidak percaya dengan China. Tidak percaya dengan Eropa. Apalagi AS. Selama ini mereka investasi di negara saya, mereka hanya memperkaya elite politik. Saya saksikan itu  di depan mata saya.  Uang komisi haram di negara saya bukan lagi dilakukan diam diam oleh pejabat negara tetapi dilakukan secara vulgar seperti bisnis pada umum. Sangat permisive. Dampaknya mereka seenaknya   membayar pajak tanpa aturan yang berlaku. Karena itulah saya mencoba berbicara dengan anda. Entah mengapa nurani saya menguatkan bertemu anda.”


“ Mr M,  dari awal juga saya percaya dan terkesan kepada anda. Terutama kesedehanaan anda. Saya tahu berapa harga setelan jas anda waktu awal kita bertemu. Itu setelan memang tidak pantas untuk jabatan Menteri.  Dan sekarang juga anda tidak berubah. “ Kata saya. 


Dia tersenyum.


“ Saya tidak menjanjikan apapun. Namun saya akan berusaha membantu anda. Tetapi sebelumnya, saya hanya ingin mengingatkan kepada anda. Kalau tidak berkenan, mohon saya  dimaafkan” Kata saya menati responnya


“ Silahkan Mr. B”Katanya seraya menyatukan kedua telapaknya ke dada.


“ Dalam politik tidak boleh ada garis keras suka dan tidak suka. Terutama hubungan dengan negara lain. Karena pada akhirnya, bukan China atau Eropa atau AS yang salah. Selama ini syarat bantuan atau hutang yang memberatkan negara anda mungkin karena banyak titipan kepentingan dari elite politik yang bermain dalam setiap proyek investasi. Wajar investor bersikap seperti itu. Nah Itulah yang harus dihindari. Nah kalau anda tetap berpihak kepada rakyat. Aturan harus ditegakan secara konsisten. Mereka akan menghomati. Yakinlah. “


“ Terimakasih. Tapi saya tidak mungkin minta tolong kepada mereka yang sudah berkomitmen dengan teman teman saya. Itu semua korup. “


“ Setuju.” Kata saya tegas.


“ Jadi gimana ?


Kemudian saya sampaikan strategi secara gamblang bagaimana dapatkan uang untuk kampanye. Dia setuju. “ Nah kalau anda percaya saya, data yang saya minta itu tolong di scann dan email ke jalur safeNet.” kata saya seraya menyerahkan pin untuk kirim file ke safeNet saya. “Engga usah kawatir. Server email saya adalah ghost server. Engga ada yang bisa hacker.” kata saya. Dia mengangguk. Kemudian,  saya undang dia makan malam di Restoran Mandarin Mauritius Hotel. Setelah itu saya pulang ke Jakarta dengan penerbangan terakhir. 


***

Seminggu kemudian saya dapat file dokumen dari Mr. M. Saya pelajari semua dokumen kerjasama investasi dengan China, Eropa dan AS. Saya juga malakukan riset untuk investasi sejenis di negara lain. Setelah saya kuasai semua data itu, saya terbang ke Beijing. Bertemu dengan sahabat saya. “ Kamu tahu perusahaan ini “ kata saya seraya menyerahkan file ke dia. Teman saya ini pejabat di China.


“ Ya tentu saya tahu. “ Katanya setelah melihat file saya.


“ Saya berharap kamu selidiki perjanjian investasi luar negeri mereka di negara yang ada di file tersebut.”


“ Mr.B sebelum saya lakukan investigasi. Coba jelaskan secara singkat dimana kecurangan mereka. “


“ Kamu lihat data investasi sejenis di Bangladesh, di Mesir dan negara lain. Ini saya sudah susun list perbandingannya. “ Kata saya menyerahkan dokumen analisa saya.


“Ah gila. Ini bukan lagi bantuan tapi perampokan. Ini korup. Benar benar merusak agenda pemerintah saya. “


“ Tapi kamu engga bisa tuntut pengusaha kamu. Karena kotrak  semua disetujui oleh Presiden dan parlemen lokal. “


“ Ya bagaimanapun ini harus dibatalkan.” 


“ Ya silahkan. Saya hanya ingin mengingatkan. Kalau pembatalan karena intervesi pemerintah China, tentu akan merugikan china secara politik. Kamu lebih pahamlah.”


“ Ya saya paham. “ Dia terdiam seakan berpikir. Lama dia pandang saya. “ Ada apa Ly? Ada yang salah dengan saya" Kata saya.


“ Kamu ada bisnis di negara tersebut?


“Engga ada. “


“ Jadi apa motif kamu beri dokumen ini?


“ Keadilan. Negara mereka udah miskin, janganlah dimiskinkan terus.”


“ Hanya itu.?


“ ya.” 


***

Sebulan kemudian, saya dapat telp dari banker di China. Dia ingin bertemu dengan saya di Financiall Club Hong Kong. Saya sanggupi apalagi dia menyebut nama Lyly. Ini pasti berkaitan dengan file yang saya berikan ke lyly. Saya minta waktu dua hari karena saya masih di Jakarta. Dia setuju. Setelah itu saya telp Mr. M di negaranya. Saya undang dia makan malam di Financial Club Hong Kong. Jam dan waktu itu sama dengan meeting dengan  banker. Saya sampaikan dia tidak perlu kawatir terlalu lama meninggalkan negaranya. Saya janji akan pulangkan dia pada hari yang sama.” Saya akan kirim private jet jemput anda. “ kata saya. Artinya keesokanya dia tetap masuk kantor. Dia setuju.


Benarlah. Makan malam terlaksana. Waktu banker datang, saya sedang bersama Mr. M. Saya segera berdiri menyambutnya dan memperkenalkan Mr M kepada Banker itu. Kemudian saya membawa bangker itu ke private room dinner. Mr. M tetap di table nya. 


“ Maaf Mr. B. saya juga undang beberapa relasi saya. Sebentar lagi mereka datang. Apakah boleh?


“ Oh engga ada masalah. Ini korsi ada 8. “ Kata saya. Tak berapa lama datang empat orang. Mereka menyalami saya. Setelah banker itu memperkenalkan mereka satu persatu, langsung bicara ke pokok masalah. 


“ Mr.B saya dapat file ini dari rekan saya. Saya sudah pelajari semua analisa  yang anda buat.  Saya rasa ini solusi yang baik. “ Katanya.


“ Ya anda dukung calon presiden yang bersih, kemudian dia akan perbarui kotrak itu sesuai dengan stadar good governance. Jadi tidak ada yang kehilangan muka. Tidak perlu ada dispute yang berujung ke pengadilan.”  Kata saya dengan tenang.


“ Bagaimana? kata banker itu kepada relasinya yang empat orang itu. Saya tahu relasi itu adalah Kontraktor dan investor. Kalau mereka menolak maka bank akan batalkan kredit mereka. Proyek akan batal. Berujung dispute. Penguasa lokal aka bawa kasus ini ke Pengadilan. Kalau masuk ke pengadilan maka semua relasi yang di hadapan banker itu akan kena UU anti korupsi di China. Investigasi akan dilakukan secara detail.


Setelah itu , empat orang itu keluar. Kami melanjutkan makan malam. Banker itu dengan rendah hati meminta kepada saya agar teman saya yang ada diluar ikut gabung. Saya datang ke table Mr. M untuk ajaknya  gabung. Langkah kuda mulai digelar dengan skenario apik memastikan Mr. M menang dan dapat dana kampanye.


***

Tahun 2015 masuk masa kampanye. Saya rajin mengikuti berita kampanye itu.Dia dengan lantang menyuarankan ketidak becusan kotrak investasi dengan China. Mengkritik kerjasama dengan Eropa dan AS. Singkatnya dia benar benar capres yang pro rakyat dan anti asing. Hasil Pemilu dia berhasil menang. MR M menjadi orang nomor 1 di negaranya. 


Saya kirim email ke dia mengucap selamat. Dia jawab dengan melampirkan photo santai bersama istri dan anaknya. " You always in our heart my dear brother" Kata email penutupnya.  


Setelah dia terpilih, kontrak investasi direvisi. Yang tadinya konsesi 99 tahun. Jadi 30 tahu. Skema BOT. Selama masa konsesi investor tetap harus bayar pajak tanpa ada pemotongan. Aturan konsesi tambang diperbarui. Tidak ada lagi insentif pengurangan pajak bila ekspor mentah. Bahkan pajak ekspor mentah naik 100%. Pajak untuk industri smelter mendapat tax holiday 2 tahun. Banyak penambang besar hengkan akibat aturan baru itu. Karena memang mereka dari awal pengusaha rente.


***

Tahun 2017 saya diberi Mr. M konsesi tambang emas tapi harus akuisisi terhadap Perusahaan tambang yang mau hengkang. Harga murah. Karena hanya bayar replacement cost. Karena tahun 2017 saya sudah pensiun dari holding tentu tidak ada lagi akses untuk membiayai pengambil alihan tambang itu. Saya panggil Wenny makan malam untuk membicarakan solusi pembiayaan. Kami duduk di teras restoran. Karena saya mau merokok“ Saya butuh uang diatas USD 1 miliar. “


“ Untuk apa?


“ Akuisisi tambang emas. 


“ Jadi serius nih urusannya.?


“ Ya serius.” 


“ Jadi darimana dapat uang. Perusahaan saya, kamu kan tahu. Nilainya ratusan juta dolar. Minta ke holding kamu engga bisa.”


“ Tenang saja. Itu masalah saya. Perhatikan.” kata saya menatapnya serius. Wenny siap dengan tablet untuk mencatat setiap kata kata saya. “ Kamu buat perusahaan cangkang untuk tujuan penerbitan surat utang dengan underlying akuisisi tambang emas.” Kata saya.


“Siapa mau beli kalau engga ada rating.”


“ Kamu terbang ke Swiss. Temui Asset Manager (AM). Kan kamu pemegang saham di sana. Aku udah telp CEO nya. Dia setuju mendukung program credit link note untuk pembiayaan tambang emas. Jadi walau tidak ada rating namun di mata investor dia ada rating.”


“ Mengapa ?


“ Karena AM menyediakan CDS dengan tingkat premium sesuai dengan rating yang diinginkan investor “


“ Kenapa AM itu mau sediakan CDS atas surat utang kita.?


“ Karena kita sediakan cash collateral“


“  Woww kalau cash collateral, credit link note nya pasti AAA rate.  Itu pasti antri yang beli. OK. Siapa yang sediakan cash collateral itu” Kata Wenny


“ Steven. “


“ Dana casino? 


“ Ya, Kenapa ? Yang penting clean. Kan casino nya ada izin resmi. Jadi urus kontrak dengan Steven.


“ Exit untuk Steven gimana?


“ Dua tahun setelah proses produksi, kamu beli perusahaan Listed Perdagangan emas yang sudah stuck lewat backdoor di bursa Hong kong. Perusahaan Tambang emas yang ada di spint off ke dalam perusahaan yang listed di bursa itu. Lakukan right issue untuk bayar utang MTN. Jadi cash collateral punya steven bisa free. Paham. ” 


“ Wah harga saham bisa melambung. “


“  Nah bisnis tambang emas dan perdagangan itu jadi anak perusahaan kamu “ 


Wenny langsung memeluk saya. "Jangan apapun bisnis dikasih ke Yuni." Katanya. Bikin pening kepala saya kalau sudah masuk banding membandingkan.


“ Nah kamu betuk team yang solid dari aspek legal tambang, SDM, Operation, keuangan. Saya bantu doa saja.”


" Siap boss "


Saya mulai terasa dingin menggigil. Karena musim  dingin di Hong Kong memang menusuk tulang kalau angin laut mendera. “ Wen, saya kedinginan”


“ Udah briefing nya ? 


“ Ya udah”


“ Nah kita masuk ke dalam restoran. Aku sudah pesan table “


Sedang makan, Wenny berkata seperti berbisik. “ Aku sudah sebulan masuk monopouse.” 


“ Esther monopouse, Yuni monopouse dan terakhir kamu juga. Ya biasa saja. Namanya perempuan. Yang penting sehat.”


" Kita bersahabat lebih 15 tahun. Sampai hari ini walau kamu sudah menua tetapi nyali dan power kamu masih seperti awal saya kenal. Lah, engga ada uang, pensiun, berani akuisisi tambang emas. Dan jadikan orang presiden lagi. “


" Sepertinya tahun 2018 saya harus kembali ke Holding. Selesaikan hutang.”


" Asyik...benar ya."Wenny memegang kedua pipi saya dengan kedua telapaknya dan berwajah lucunya.


Saya hanya tersenyum.


2019 Wenny berhasil right issue anak perusahaan bidang tambang. Dengan value 8 kali dari harga nominal. Utang bisa dilunasi.

***


Siangnya itu saya bertemu dengan David di Shangrila Hotel, Hong Kong. David janji akan kenalkan temanya dari Itali, Marcini.  Menurutnya, Marcini punya akses ke dana offshore. Mungkin bisa digunakan untuk jaminan credit link note.  Waktu bertemu, David terlalu banyak cerita untuk sekedar kenalkan saya dengan Marcini. Saya sudah bosan dengan celoteh lucunya. Orang Italia memang terkesan santai saat bicara dengan teman. Sebisanya saya tahan kebosanan saya. Sejam lebih bicara, barulah masuk kepada pembicaraan inti.


“ B, kita tidak usah bicara lebih jauh. Saya hanya ada akses code untuk ke rekening offshore yang saya kuasai. Kalau kamu bisa buka, tolong di print out file itu. Atas dasar print out, kita adakan akad. “ kata Marcini dengan tenang tanpa terkesan memaksa saya percaya. Saya paham, pemilik rekening offshore memang hanya memberikan akses code untuk orang  yang tahu uangnya. Dan kalau benar orang itu qualified, tentu bisa membuka akses code itu. Itu hanya sebatas membuka dan mengetahui jumlah uang, bukan untuk bisa diambil.


Saya juga tidak akan bertanya mengapa dia mau deal dengan saya. Karena saya paham, pemain dana offshore adalah para gangster berdasi yang bekerja untuk kepentingan  kriminal, terutama pejabat dan korporat korup.  Marcanti menyerahkan selembar kertar berisi code access. Saya mengerutkan kening menatap Marcanti. Dia tahu saya tidak suka dia. Tetapi dia paham saya sedang mengukur dirinya. 


***

2015.

Usai meeting saya langsung ke Financial Club bertemu dengan Esther. Namun dalam perjalanan saya dapat telp dari esther, pertemuan digeser ke kawasan central Hong kong. Saya tahu cafe favoritnya. Sampai di cafe, Saya tidak langsung ke table dia karena dia sedang bersama pria. Jarak tempat duduk saya hanya tiga table saja.  Setelah sekian menit , nampak pria itu mendorong Esther. Saya segera berdiri mendekati Table mereka. Ketika Pria itu akan menampar Esther tangannya saya tahan. 


“ Jangan ikut campur” teriaknya.


“ Dia sahabat saya, sekarang anda berurusan dengan saya.” Kata saya tenang. Pria itu kembali memukul namun diarahkan ke saya. Jarak kami sangat dekat. Hanya selengan saja. Secara replek saya menunduk dan memukul rusuknya, dan dengan cepat memukul dagunya. Pria itu terjatuh. Tidak sadarkan diri. Itu hanya berlangsung 10 detik. Satpam datang. Untunglah, pria itu bisa sadarkan diri dengan cepat.  Dia berlalu, dengan wajah amarah.


“ Siapa dia ? Ada apa kamu dengan dia.”kata saya menatap Esther dengan wajah tanda tanya. Bukannya dapat jawaban, malah dia menangis. Saya tenangkan dia dengan memeluknya. “  Dia tipu saya B. Dia pinjam uang saya. Hanya uang kecil. Masalahnya dia bohongin aku. Ternyata dia sudah punya istri di Kanada. Tapi dia tidak mengaku. Saya paksa dia mengaku malah dia marah. ”  Kata esther dengan terisak. 


“ Ya sudah. Lupakan. Kamu terlalu kuat untuk dihancurkan oleh pria lemah seperti itu.” Kata saya. Sebagai banker dia menang cerdas, tetapi soal percintaan, dia pecundang. Kemudian saya ajak Esther ke Financial Club.


***

Di Financial Club.


“ Ini rekening restriction. Engga semua orang bisa dapat akses ke rekening ini, walau sudah ada access code. “ Kata Esther ketika melihat secarik kerta dari saya. “ Hanya trader berlisensi level 7 yang bisa.  Dia butuh trader semacam itu untuk kolaborasi. “ Katanya.

 

“ Siapa yang punya akses.?


“ Hanya VVIP saja, atau Qualified institution saja. Ya top prime bank berkelas dunia dan terhubungan dengan Open market Commission dari  the fed” Kata Esther. Saya terdiam. Berpikir gimana dapatkan akses. Saya bukan Qualified institution, bukan pula trader level 7. Kata Esther menjelaskan. “  Apa dealnya dengan kamu ? tanya Esther kemudian.


“ Kerjasama.” 


“ Sebaiknya menjauh aja dari dia. Buang waktu.”


***

Seminggu kemudian saya terbang ke Budapes, Hongaria. 


“ Are you Mr, B ?” Suara empuk menyengat saya tiba-tiba setelah keluar dari Airport.

”Ya. Are you…? Kata saya tak sanggup meneruskan kata kata karena ada wanita cantik di depan saya.

“ Karel. “

“ Oh Ya. Apa kabar”

“ Saya diminta George menemani anda sampai senin. Jadi dua hari kita akan bersama sama.”

“ Ah George terlalu berlebihan memperlakukan saya. “ kataku.

“ Dia memang sibuk sekali. Weekend ini ada acara keluarga. “

“ Saya maklum seharusnya saya datang senin. Tetapi saya memang ingin menikmati weekend Praha. 

“ Ya. Di musim panas seperti ini, Praha diserbu turis”


Entah mengapa kami bisa cepat sekali akrab. Karel  sangat charming membuat saya tidak merasa berjarak. Setelah Check in di Art Nouveau Palace Hotel. Dia temanin saya ke museum. Dia temanin  saya nongkrong di cafe pinggir jalan. Dan saat terbangun pagi di hotel dia terbenam dalam selimut saya dalam keadaan bugil. Tubuh yang sempurna seperti patung lilin tanpa noda. Dia tersenyum " Wonderful. " katanya kehilangan kata kata mengungkapkan pengalamannya tadi malam.  Dan itu tanda dia sudah dalam kepasrahan dalam cengkraman predator. Dia akan jadi mesin saya melakuan operasi beresiko. 


Walau George sahabat saya, tetapi yang mengatur saya dapat akses kepada perbankan di Praha adalah Karel. Dia menjadi bagian deri team saya untuk operasi yang sedang saya lakukan. Semua direncanakan dengan detail. Padahal saya hanya perlu waktu 5 menit di dalam ruang private banking untuk mengakses file offfshore Fund dan memindahkan file itu ke terminal team saya di London lewat secure email. Jam 10 pagi saya sudah ada di gedung Bank Papan Atas Eropa. 


“ Mr. Michael Mandosa” Kata officer bank ketika menerima kartu nama saya. Dia sengaja menjemput saya di ruang private banking. “Saya dapat kabar dari Victor bahwa anda akan datang. “ Katanya ramah.


“ Ya.  Ini saya mau setor uang “ Kata saya menyerahkan bank draft USD 10 juta. Dia memperhatikan bank draf itu. 


“ Saya akan beli draft itu namun sebelumnya saya minta confirmation kepada bank penerbit. Bisa tunggu sebentar.” Kata Bank officer itu keluar dari ruang meeting. Menanti 30 menit dia sudah kembali ke ruang meeting. “ Kami sudah dapat confirmation. Anda setor kemana? Katanya. Saya serahkan nomor rekening yang dapat dari Micantie. 


“ OK, saya segera lakukan.” Katanya. Tak berpa lama, officer itu kembali ke ruang meeting. 


“ Anda harus buka code access di rekening offshore. Kalau engga, saya tidak bisa posting setoran uang anda. “ katanya menjelaskan prosedur ringkas penempatan dana. “


Dan anda bisa gunakan komputer itu” Katanya menunjuk komputer yang ada di ruang meeting dan kemudian dia  berlalu. Saya tahu dia memberikan privasi kepada saya. Dengan menggunakan access code dari Marcanti saya bisa mengakses file itu. Dengan cepat saya Download dan pindahkan ke file storage saya di SafeNet. Selesai kurang dari 5 menit. Officer itu masuk kembali ke ruang meeting.


“  Maaf, kami engga bisa setor uang ke rekening anda. “Kata Officer itu seraya menyerahkan kembali bank draf itu kepada saya.


“ Apa ada masalah ?


“ Datanglah lagi besok” kata officer itu dengan ramah. Saya keluar dari ruang private banking dan terus ke Bandara untuk kembali ke Hong kong. Di dalam kendaraan, team saya musnahkan ID dan bank draft itu dan tentu mengembalikan wajah saya seperti semula. 


***

Esther telp saya “ B, kita harus ketemu sekarang.”


“Ada apa?


“ Penting.”


Saya sanggupi bertemu. 


“ Kemarin kalangan komunitas financial Eropa heboh.”


“ Ada apa ?


“ Ada yang bobol dana offshore USD 2 miliar.”


“ Kenapa bisa? kan itu rekening restriktit. Dan lagi itu kan pakai PIN. Apa iya selemah itu sistem IT banking Eropa “ Kata saya.


Esther menatap saya lama. Lama lama saya jadi risih. “Ada apa? Kata saya.


“ Kamu ya pelakunya? Tebak Esther dengan mata melotot


“ Engga lah. Manapula saya punya kemampuan itu?


“ Bohong kamu.” Kata Esther dengan nada tinggi 


Saya diam saja. 


“ Minggu lalu kamu cerita ke saya. Kamu bertemu David yang tawarkan dana offshore. Kamu minta advice saya. Jangan berbohong depan saya B. Saya kenal David, itu memang yahudi gila. Jago bobol brangkas Offshore orang” Esther menampakan wajah kesal. “ Kenapa kamu begini?


“ Saya orang miskin. Apa ada orang kaya mau beri saya modal? Apa ada orang yang peduli kalau saya kelaparan di jalan.?   Sejak ada sistem neoliberal, batasan pasar uang dan pasar modal sudah tidak ada. Cross border uang terjadi sangat mudah. Dan itu hanya berputar putar kepada orang kaya saja. Menetes hanya secuil kepada orang miskin. Dan lagi saya tidak rampok. Apa ada buktinya? Dia kan hanya beri saya code access untuk tahu saldo uang. Saya juga patuh apa katamu. Jangan terlibat. Apalagi yang pertanyakan?.”


“ Bohong kamu B. Ya benar, code access itu hanya sebatas melihat saldo, bukan untuk pindahin uang. Tapi David yang ajarkan kamu jebol PIN code untuk pindahin uang. Kamu masuk ke bank eropa papan atas karena kamu tidak temukan orang yang punya akses level 7. Kamu pilih budapest karena negara itu lemah  dalam hal IT system dan financial nya dikendalikan Rusia. Dan saya tahu gank kamu kan Moscow Connection.  ” kata Esther dengan suara agak tinggi. 


Saya diam saja. Eshter juga terdiam. Mungkin dia udah capek nasehatin saya agar tidak berteman dengan yahudi, dan saya juga capek nasehatin dia agar tidak pacaran dengan pria pecundang.  Sama saja. Hanya beda kebutuhan saja. Saya butuh uang dan dia butuh cinta.


***

Tahun 2017 saya gunakan rekening Steven yang punya bisnis casino untuk kaburkan asal usul uang dana offshore itu.  Rekening itu saya jadi kan jaminan untuk terbitkan sintetik bond dengan skema Credit link Note. Hasil penjualan bond itu saya gunakan untuk investasi tambang emas di Afika. Bukan soal moral. Tetapi saya tidak punya kemewahan dapat sumber dana dari orang kaya.  Karel saya beri saham di tambang emas itu. Karel juga miskin sama dengan saya. Ya mau gimana lagi. Tentu tidak bisa standar Esther disamakan dengan saya. Dia banker dan hidupnya secure.  ***


Source : MyDiary. Disclaimer " nama dan tempat fiksi belaka.

Saturday, May 28, 2022

Jangan lagi...

 


Muklis datang juga ke pertemuan yang diadakan Amir. “ Sombong sekali Bung. Lama tak jumpa kita. Padahal tak mantap diskusi kita kalau bung tak hadir. “ Kata Amir menyambut Muklis di teras. “ Sudah datang semua teman ? Kata Muklis.

“ Dari tadi. Mirna juga datang. “

“ Mirna ?

“ Ya. Tiga kali datang tiga kali dia tanyakan Bung. Tapi Bung selalu beralasan tidak hadir“ 


Di dalam ruangan sudah hadir 8 orang pria dan satu wanita. Mardi menepuk bahu Muklis. “ Tuh lihat wajah Mirna. Senang sekali dia bung datang.” Mereka semua tertawa. Mirna merona wajah. Kemudian, hening. Karena Darto mendehem. 


“ Baik kita lanjutkan diskusi kita “ Kata Mardi. Semua menyimak.


“ Cobalah jujur kita bersikap. Negeri ini tidak akan jadi republik kalau tidak ada janji keadilan sosial sesuai amanah Pancasila. Karena faktanya sebelum kita merdeka. Sudah ada kerajaan yang eksis dan diakui international di nusantara ini. Dan mereka kaum bangsawan dan kerajaan happy aja. Ngapain merdeka segala kalau akhirnya dijajah asing lagi dalam bentuk lain” Kata Mardi


“ Ya benar.  Ngapain mereka mau bergabung dengan kita kaum republikan kalau tidak ada janji keadilan dan kehidupan lebih baik. Apalagi mereka hidup di bawah sistem kolonialisme yang kesejahteraan mereka sudah established. “ kata Amir.


“ Ya. Walau kolonialisme, sistem berjalan sesuai dengan UU dan aturan yang disepakati bersama antara kolonial dengan kerajaan. Selama itu peradaban berlangsung secara normal. Jalan, sekolah, universitas, irigasi, jembatan, kereta api, kapal dll dibangun secara terprogram.


Sementara kita kaum republikan tidak menerima sistem kolonialisme itu karena sebetulnya kita marah kepada sistem feodalisme yang mendukung keberadaan kerajaan dibawah kolonialisme. Mereka adalah elite dan kita mayoritas adalah rakyat jelata. Kita ingin adanya keadilan. Walau tidak mungkin diperlakukan sama dengan mereka kaum bangsawan dan belanda itu tapi kita ingin dimanusiakan. Karena selama ratusan tahun kita tidak merasa dimanusiakan.


Kita inginkan revolusi tidak setengah hati, yang pada gilirannya yang berkuasa adalah mereka kaum feodal juga. Kita ingin revolusi kaum proletar. Biarkan api revolusi terus menyala sampai tak lagi ada yang tersisa kaum bangsawan. Kaum hipokrit. Ini revolusi mental. Benar benar mengubah mental feodal menjadi mental egaliter.  Hanya dengan cara itu kita bisa menata kembali republik ini dengan cara baru dan semangat baru” Kata Darto. Suaranya lambat namun dengan nada tegas. Tidak ada satupun jeda dalam setiap kata katanya. Itu tandanya dia memang sangat menguasai masalah bangsa ini.


“  Bung harus paham “ Kata Muklis, “ Benar rakyat jelata merasa tidak dimanusiakan. Tetapi itu sudut pandang kita dari kaum terpelajar. Rakyat jelata sendiri tidak merasa tidak dimanusiakan. Masyarakat kita adalah masyarakat religius. Mereka tidak melihat diluar dirinya. Mereka hanya melihat dirinya dan lingkungan terdekatnya. Dari itu mereka mendekat ke Tuhan. Soal kekuasaan yang berkolaborasi dengan kolonial, engga ada urusan dengan mereka. “ Lanjut Muklis.


“ Ya. Suka tidak suka , masyarakat kita masih terikat dengan primordial. Hubungan antara patron dan klen itu sangat kuat. Itu budaya kita. Mengubahnya tidak mudah. Akan terjadi bentrokan horisontal. Itu sangat tidak bijak.” kata Amir. Semua terdiam. Kemudian Darto terus bicara dan semua menyimak. Muklis perhatiannya lebih kepada Mirna. Kadang dia melirik Mirna yang mencatat semua kata kata Darto. Maklum Mirna adalah kolumnis kator Berita Tionghoa.


Usai diskusi jam 10 malam. Mereka bubar tanpa ada kata kesimpulan. Berjanji akan melanjutkan acara diskusi minggu berikutnya.  Menjelang Pemilu 1955 memang terjadi banyak diskusi lintas golongan, idiologi dan agama. Namun tetap dengan suana persatuan dan idealisme yang membara. 


Muklis beriringan sepeda dengan Mirna. Menyusuri jalan Di Ponegoro, Menteng kearah Tanah Abang“ Masih tinggal di Tanah Sereal kamu Mir.”


“ Masihlah. Babah larang aku ngekos di menteng dekat kantor. Abang tinggal dimana? 


“ Tanah abang. Babah sehat ?


“ Sehat.  Udah lama abang tidak mampir ke rumah. Mama tanyain terus. “


“ Apa mama bilang?.”


“ Mana anak Minang kesayangan mama, katanya. “


“  Ya hari minggu , abang mampir ya.” Kata Muklis dengan wajah sedih. Sulit menjelaskan keadaan rumah tangganya selama ini, yang tidak memungkinkan dia dekat dengan keluarga Mirna.


“ Sempatkanlah. Mentang mentang sudah jadi asisten Walikota lupa tempat kos lama”


“ Jabatan boleh tinggi tetapi rezekiku engga  berubah. Masih lebih enak waktu dulu jadi wartawan dan tinggal di Tanah sereal. Bisa tiap hari ketemu amoy cantik.  Gimana hubunganmu dengan Abun? 

“Tidak jelas. Pergi tampa kesan. Sepertinya aku  ditakdirkan jadi jomblo. Usia seperempat abad belum ada jodoh.”


“ Masih lebih bagus. Aku menikah dan akhirnya bercerai. Bukan menceraikan tetapi diceraikan wanita, yang lebih suka dengan pengurus partai. Lebih kaya tentunya.” 


" Oh ya Abang bercerai ? Kapan.? Mirna terkejut.


" Seminggg lalu. Kalau tak cerai manapula aku bisa ikut diskusi dengan teman teman”


***

Tahun 1956, Muklis mendapat posisi sebagai asisten Menteri. Mungkin kedekatan Muklis kepada Menteri itu karena sama sama berasal dari partai agama. Muklis memang secara diam diam penyokong partai islam. Sejak jadi asisten menteri, sudah jarang Muklis datang berkunjung ke rumah Mirna. Apalagi Mirna sibuk sebagai aktifis partai Komunis Indonesia. 


Posisi Mirna sebagai staf propaganda  partai komunis. Mirna terlibat membantu partai menulis propaganda mendukung wakil Komunis di sidang kostituante. Sementara Muklis juga sibuk menulis menyudutkan komunis di sidang konstituante. Maklum dewan konstituante bertugas  menyusun UUD yang baru. Antara golongan islam dan komunis berusaha agar agenda mereka masuk dalam UUD. Sementara Kelomnpok Nasionalis menolak keduanya. Setelah pemilu mereka terpisah dan berjarak. Antara golongan islam dan komunis saling curiga dan saling mengejek di media massa.


***

Tahun 1958, Mirna dapat kabar Muklis pulang ke Padang. Setahun setelah itu, 1959 Soekarno mengeluarkan dekrit kembali kepada UUD 45 dan membubarkan konstituante. Mirna dapat kabar bahwa Muklis ikut dalam pemberotankan PRRI. Saat itu entah mengapa dia sangat mengkawatirkan Muklis. Apalagi sebelum mamanya meninggal, Muklis ada mampir ke rumahnya. Memberi uang untuk mama berobat. Saat itu Mirna sedang sibuk sebagai aktifis PKI dan tidak ada waktu mengurus mamanya sakit. Seakan partai lebih utama daripada orang tua.


Mirna menggunakan semua akses politiknya menemukan keberadaan Muklis. Namun tak kunjung ada berita tentang Muklis. Tahun 1960 Mirna dapat kabar dari temannya di AD bahwa Muklis ada di tangsi militer. Mirna tidak peduli dengan statusnya sebagai kader partai Komunis. Tidak peduli kalau PKI ikut mendukung Soekarno melancarkan operasio militer terhadap PRRI.  Betapa sedih hati Mirna ketika melihat kaedaan Muklis. Badannya kurus dan kumal. Wajahnya nampak menua. Tapi matanya tetap terpancar semangat.


“Abang sehat. ? Tanya Mirna dengan raut wajah kawatir dan rindu.


“ Mama gimana kabarnya? Kata Muklis. Mirna menangis. Tak nampak Muklis berbeda dari sebelumnya.  Ternyata politik telah membuat dia paranoid terhadap Muklis. Perhatia Muklis kepada mamanya tidak berkurang.


“ Sudah meninggal bang. “ kata Mirna menangis.  Muklis terpengkur dan nampak airnya mata berlinang. “ Dulu waktu, mama sedang sakit. Dia sangat merindukan kamu, Mir. Sulit aku menjelaskan kesibukan kamu. Doktrin partai kamu memang memishkan kamu denga orang yang kamu cintai.…”


“ Ya bang, Maafkan aku. " Mirna terus menangis. " 


“ Mengapa kita harus berjarak hanya karena politik. Padahal politik itu hanya bicara tentang kekuasaan golongan saja. Tak ubahnya dengan era kolonial. Kalaulah para elite itu berpikir hanya untuk rakyat. Tidak ada yang sulit untuk dipersatukan. Tidak perlu tentara harus menembaki dan memburu rakyatnya sendiri. Masalah kita, kalau berbeda, kamu disana , saya disini. Mana nilai nilai perjuangan kita diawal mendirikan republik ini?


Kalaulah kita percaya kepada Tuhan, tidak perlu kita saling membenci. Urusan politik cukuplah sebatas prosedure formil kekuasaan saja. Namun secara personal kita sebagai rakyat harus tetap bersatu. Jangan karena politik kita sebagai rakyat terbelah, sehingga tidak punya kekuatan tawar dihadapan penguasa. Kalau rakyat bersatu dari semua golongan, manapula kekuasaan bisa seenaknya memperlakukan kita. 


Mir, aku dari partai Masyumi, dan kamu dari Partai Komunis. Sejak Pemilu 1955 dan dibentuknya dewan konstuante kita dipakasa oleh politik berseteru. Lewat media massa aku terus memojokan tulisan kamu. Kamu juga mengejek tulisanku. Kitapun secara personal sudah sulit untuk bertemu. Aku sedih. Bukan karena perbedaan politik itu. Sedih karena seharusnya aku menjagamu. Itu pesan dari Mama mu kepadaku sebelum meninggal.” Kata Muklis dengan raut sedih dan sesal.


“ Minggu depan abang sudah bebas. Akan ada amnesti  dari Bung Karno” Kata Mirna. Muklis menatap lama kepada Mirna. Muklis tahu bahwa Mirna sangat menyesal atas keadaannya. Dia mungkin tidak pernah membayangkan kalau politik bisa memakan anak bangsa sendiri.  Mirna tidak tahu, Berapa banyak rakyat di Padang yang terbunuh oleh operasi militer menumpas pemberontak. Dan itu hanya karena politik kekuasaan.


***

Tahun 1970, Muklis mendampingi menteri berkungung ke  Paris dalam  rangka diplomasi hutang luar negeri. Dia sudah bertekad menemui Mirna di Paris. Dia dapat kabar Mirna bekerja sebagai wakil kantor berita Tiongkok. Bayangannya kepada masa masa berdarah dan kelam sekitar tahun 1965 paska pemberontakan G-30 S PKI. Kebetulan ketika peristiwa itu Mirna sedang di Beijing atas tugas  sekjen Partai Komunis Indonesia. Mirna memutuskan tidak kembali ke tanah air. Berita Radio situasi tanah air mencekam. Banyak orang PKI dibunuh dan dipenjara. Termasuk Darto dan Amir juga dikirim ke penjaran Pulau Buru. Yang lain meninggal.


Sementara etnis  Tionghoa, saat itu banyak terjadi pengusiran dan penganiayaan oleh amuk massa. Muklis berusaha menyelamatkan Ayah Mirna dan kedua adiknya. Membawa mereka ke Lampung. Tinggal bersama pamannya yang Tentara  Setelah keadaan politik reda, Ayah Mirna tetap tinggal di Lampung namun di daerah pesisir pantai. Jadi pedagang hasil bumi. Kedua adik Mirna menamatkan sekolah SMA di Jakarta. itupun berkat bantuan dari Muklis.  Mereka berdua tinggal di rumah Muklis. 


Namun Muklis putus komunikasi dengan Mirna. Tidak tahu keberadaan Mirna. Muklis gunakan semua sumber dayanya untuk mengetahui keberadaan Mirna. Akhirnya dari Dubes Indonesia di Paris dia dapat kabar keberadaan Mirna. 


Jam 10 pagi Mirna datang ke kamar Hotel Muklis. Mengenakan longcoat, Dia tetap cantik walau tidak lagi muda. Usia kepala 4. Mirna langsung memeluk muklis. Lama pelukan itu tanpa suara. Muklis tahu Mirna manangis.


 “ Tahun 1967, Aku sebenarnya mau pulang ke tanah air. Tetapi pemerintah indonesia memutuskan hubungan diplomatik dengan Tiongkok. Sementara aku tahun 1965 sudah dapat suaka politik di Tongkok. Tahun 1966 jadi warga negara Tiongkok. Aku kangen babah, Akok, Amok. Gimana kabar mereka.? Kata Mirna dengan airmata berlinang.


“ Aku berusaha menyelamatkan mereka dari chaos politik. Mereka aku bawa ke lampung. Sekarang Baba sehat. Buka usaha di Lampung. Akok dan Amok tinggal bersamaku sampai tamat SMA. Mereka sekarang sedang kuliah di Universitas partikelir. Maklum tidak ada universitas negeri mau terima mereka. Padahal mereka pintar sekolah. Mereka sangat merindukan kamu, Mir, Apalagi Babah, setiap hari kadang termenung kalau ingat kamu, dan akhirnya menangis”


“ Abang..” Tedengar suara tertahan dalam isakan tangis. “ kenapa abang baik sekali kepada keluaga Mirna..” 


“ Mir, aku datang ke jakarta dalam keadaan tak punya apa apa. Tapi Babah tampung aku. Beri aku pekerjaan di toko. Dia juga membiayaiku kuliah sampai tamat. Sehingga aku bisa bekerja.  Selama itu aku tinggal di rumah kamu tidak pernah bayar. Aku bagian dari keluaga kamu, Mir. Kita terpisah karena politik tetapi batin kita tetap satu. Agama dan etnis kita berbeda tetapi secara kemanusiaan kita sama.”


“ Ya bang..” Mirna terduduk dengan air mata masih sembab. Hening. Muklis mendekati Mirna yang duduk di sofa kamar.


“ Aku rencana musim  semi tahun ini akan menempati pos-ku di Paris sebagai wakil tetap pemerintah untuk urusan utang luar negeri. Aku pernah gagal berumah tangga. Karena feodalisme. Istriku bermental feodal sementara aku kaum jelata. 


Muklis berlutut di hadapan Mirna. “ Menikahlah denganku Mir.. “ Mirna terkejut. Hampir tidak percaya dengan kata kata Muklis. “ Kalaupun aku hitam dan jelek, tapi aku mencintaimu. Mau ya..” Lanjut Muklis. 


Mirna mendekati Muklis yang berlutut dihadapannya. dia berkata sambil berlutut juga  “ Abang adalah heroku. Dari sejak SMA aku suka abang. Tetapi abang selalu anggap aku adik. Dan ketika abang menikah karena pilihan orang tua, aku sempat sedih. Apalagi sejak itu abang tidak pernah datang lagi ke rumah. Mirna rindu, bang.  Mirna, mau menikah dengan bang. Bawalah Mirna pulang ke tanah Air. Mirna kangen sama adik adik dan Babah. “ Tahun 1970 bulan desember, Salju diluar berjatuhan bagaikan kapas. Pagi itu mereka tenggelam dalam kerinduan yang dalam. Hari esok menanti mereka. Bahwa cinta adalah cinta. 


Namun setelah itu, Muklis tidak pernah lagi bertemu dengan Mirna. Diapun menghentikan usahanya mendapatkan Mirna kembali. Karena hubungan diplomatik antara Tiongkok dan Indonesia tidak memungkinkan dia memboyong Mirna ke Indonesia. Cintanya kepada Mirna dibawanya ke liang lahat.


***


Tahun 2002, Mirna datang ke Indonesia. Tapi yang dia temui hanyalah pusara Muklis. Dia rangkul Akok, Amok dengan senyuman getir” Apapun politik, kita sebagai rakyat harus terus bersatu. Jangan dibelah oleh perbedaan agama dan politik.  Hanya itu caranya agar sejarah kelam bau amis darah tidak terulang lagi. Cukuplah kami saja yang merasakannya. Kami adalah generasi yang gagal. Gagal menjadi dirinya sendiri.” Kata Mirna berjalan keluar dari TPU. Saat itu usianya 72 tahun. 


" Mah, itu tadi pusara papaku ya.? Tanya Mei Lan.


" Ya sayang. Dia hero mama. Papa biologis kamu. Jangan ada dendam. Cintai negeri ini seperti kamu mencintai mamah, ya sayang."


" Ya mah" Kata Mei Lan memeluk Mirna. " Kamu mewarisi semua bakat papa kamu. Kamu muslim yang baik dan cerdas. "


" Aku ingin berbakti kepada Indonesia. Boleh Mah?


" Boleh sayang. Tapi kamu harus selesaikan phd kamu di Tianjin University. Mama bangga kalau kamu ingin berbakti kepada Negeri ini, karena dalam darah kamu ada darah Minang, darah para pendiri bangsa ini. Negeri ini butuh banyak sarjana hebat untuk mengisi kemerdekaan. Mereka harus jadi hero bagi mereka yang masih berada di kubangan kemiskinan. " Kata Mirna.

Fenomena dari masa ke masa...

  Hari jumat usai sholat maghrib. Saya sempatkan bertemu dengan anak muda. Dia mahasiswi. “ Saya suka baca blog bapak. Itu dasar saya jadika...