Sunday, June 11, 2023

Membakar feodalisme

 





Persahabatan kita yang terjalin lama telah membuatku terpanggil untuk mengungkap china dari sisiku sebagai pribadi, sebagai rakyat China. Mungkin ini untuk meyakinkan kamu bahwa jangan melihat china dari apa yang kini diraih tapi lihatlah jumlah korban dari system yang diterapkan partai untuk membuat semua kemajuan itu menjadi kenyataan. Aku seorang wanita yang terlahir ketika China masih dalam ketertutupan oleh kebijakan Mao. Aku lahir ditahun 1967 dan merupakan anak tertua dari empat bersaudara


Pada saat aku lahir dan usia Balita, Mao sedang berusaha mengganyang feodalism yang sudah terlanjur menjadi budaya di China. Sebagaimana kamu tahu. Ratusan abad China dikuasai oleh dinasti kerajaan. Raja penguasa tertinggi. Raja dikelilingi oleh para bangsawan, pendeta, dan pejabat sipil dan militer. Dasar kekuasaan kaum feodal ialah hak milik mereka atas  tanah. Diatas tanah itu mereka berkuasa terhadap pekerja kaum tani. Raja hanya menguasai sebagian kecil dari daerah kekuasaan secara langsung, sedangkan selebihnya dikuasakan kepada para bangsawan lewat konsesi bisnis dan pejabat sebagai wakil raja. 


Wakil-wakil raja inilah yang berkewajiban mengumpulkan setoran hasil panen kaum tani untuk keperluannya sendiri dan untuk raja. Di samping harus menyetorkan hasil panennya, kaum tani juga diwajibkan kerja paksa untuk para bangsawan dan punggawa, membangun istana dan tempat ibadah, membikin saluran-saluran dan bendungan-bendungan, dan dalam keadaan perang harus mengerahkan jiwa dan raga untuk memenangkan peperangan.  Kaum tani dan buruh juga diwajibkan mengongkosi tentara, yang digunakan terutama untuk menindas kaum tani dan jarang-jarang untuk melawan serangan musuh dari luar. Atas nama raja para bangsawan dan pejabat menjalankan kekuasaan pemerintahan, pengadilan dan pembuat undang-undang. Untuk memperdalam kebaktian rakyat kepada raja, rasa keagamaan dipertebal. Agama sudah menjadi bagian dari politik kekuasaan Raja. 


Feodalisme yang  mengagungkan milik privat seperti tanah dan benda lainnya, sebenarnya adalah racun kebudayaan yang membuat manusia suka menindas yang lemah dan merusak keadilan sosial. Mao mengumandangkan bahwa justru kaum buruh dan tani yang tak punya apa-apa, kecuali ”rantai yang membelenggunya”—yang akan jadi pelopor penggerak ke masa depan yang bebas dari keterasingan. Saat aku lahir Mao melepas belenggu itu melalui  revolusi kebudayaan. Deng mewarisi China baru. China lama sudah jadi debu api revolusi kebudayaan. Deng membawa China ke masa depan. Tapi jalan ke masa depan itu tidak mudah. Benar benar sulit dan penuh derita yang kadang tak tertanggungkan. 


Aku termasuk tidak beruntung lahir di China. Karena anak wanita dianggap sebagai anak lahir tanpa mampu melanjutkan generasi atau mereka menyebutnya hu-Jue guo. Atau mungkin juga di China keluarga akan dihormati bila punya anak laki laki. Maklum, kehidupan desa yang keras hanya membutuhkan pria untuk bekerja keras. Ibu tidak pernah bisa menatap tegar mata nenek sebelum adik laki lakiku lahir yang kesemuanya pria. Sebagai anak yang tinggal didesa , sedari kecil aku menyaksikan kami hidup dalam kemiskinan yang sangat. Ini merupakan akibat kebijakan partai yang mengharuskan semua untuk semua.  Ya buah dari revolusi kebudayaan adalah lahirnya masyarakat egaliter.


Kamu mungkin bertanya mengapa orang tuaku sampai mempunyai anak banyak. ? sementara nasip kami begitu buruk. Dulu memang tidak ada pembatas kelahiran anak. Juga tidak ada program keluarga berencana. Tapi memang kini China punya aturan jelas bahwa hanya orang kaya yang boleh punya anak lebih dari satu. Kehidupan di desa memang tak punya pilihan hiburan setelah berlelah bekerja seharian.  Mungkin sex adalah sesuatu hiburan yang menggelikan diatas dipan yang terbuat dari batubata dan tanah liat. Aku masih ingat , aku pernah menyaksikan ibuku mengikat perutnya dan kadang memakan abu tembakau untuk menghentikan kehamilan. Namun itu memang tidak efektif untuk menghentikan kelahiran dan bayi bayi baru lahir untuk menyaksikan dan merasakan kehidupan yang serba miskin.


Ketika awal Deng membuka china dari dunia luar. Berbagai program perlindungan kesehatan dan sosial dihentikan pemerintah kecuali pendidikan bagi yang berprestasi tinggi. Kakek saya meninggal dirumah sakit tanpa diobati karena petugas rumah sakit tidak punya anggaran untuk mengobatinya. Aku sempat melihat betapa ibu dan Ayah sampai bersujud kepada petugas rumah sakit agar kakek diobatin tapi tidak bisa kecuali kami bisa menyediakan 2 yuan ( Rp, 2000 ). Jalan desa terbuat dari tanah dan tidak datar. Pada hari yang cerah, angin menderu dengan suara yang keras menerbangkan aroma busuk debu jalanan yang bercampur dengan kotoran ternak. Pada musim hujan lumpur akan akrab dengan kami, tentu bau busuk kotoran ternak melekat pada diri kami. Untuk sampai kepinggir jalan besar membutuhkan 20 kilometer berjalan kaki atau bersepeda. 


Bila musin dingin kami hidup dari keju beku, lemak babi dan itik yang diasap bercampur cuka agar tahan selama empat bulan. Tak ada sayuran beraneka ragam. Desa kami hanya bisa ditanami buncis dan loba, ubi rambat. Itulah yang mengisi piring sepanjang tahun. Jangan harap kami mendapatkan mudah makanan yang digoreng karena kami tidak punya cukup minyak untuk menggoreng. Jangan pernah berpikir soal nilai nilai kemakmuran ketika itu. Ketika itu pemerintah sibuk menyiapkan segala infrastruktur untuk mimpi Deng , untuk lompatan china jauh kedepan. Petani dipajaki untuk membiayai itu semua. Subsidi Petani dihentikan. China tumbuh memang tanpa hutang luar negeri namun memeras rakyat khususnya petani. Beberapa anak di setiap keluarga, dan setiap anak berjuang untuk hidup tanpa peduli orang lain. 


Aku ingat bahwa ketika berusia 5 tahun, orangtuaku berangkat kerja pertanian, aku merawat adik di rumah, dan salah satu tetangga datang meminjam pisau dapur tetapi juga diam-diam mencuri makan malam berserta panci. Setelah orangtua ku kembali, mereka menemukan panci hilang, jadi mereka pergi ke tetangga itu, tapi gagal mendapatkan panci kembali karena tetangga ku menolak untuk mengakui bahwa ia mengambil panci . Gara gara ini ayah memukulku keras dan kami memasak tanpa panci untuk jangka waktu lama.


Dilain waktu ketika aku berusia 9 tahun, aku melihat kakak ipar dari sepupuku tertangkap basah mencuri kapas di gudang pamanku. Paman marah besar dan mengancam akan menceritakan ini kepada seluruh orang desa. Dia ketakutan dan berjanji bersedia berhubungan sex dengan pamanku di gudang itu asalkan dijamin untuk dibebaskan. Tapi setelah itu berita tentang ini tersebar luas dikampung. Ibu marah besar kepada paman dan Iparku juga dimarahi oleh kedua orang tuaku. Tapi bagaimanapun, itulah cermin kehidupan desa. Semua orang lapar dan sulit. Semua orang berusaha untuk bertahan hidup. Batas moral sulit diterjemahkan bila sudah menyangkut perut.


Aku bersyukur karena Ayahku seorang venteran perang pembebasan. Dia tahu betapa pentingnya pendidikan. Dan tidak begitu memperdulikan soal budaya anak laki laki harus lebih hebat dari anak perempuan. Ayah mengirimku kesekolah dasar yang jaraknya 10 kilometer dari tempat tinggalku. Setiap hari aku berjalan kaki kesekolah. Ada puluhan anak yang satu angkatan denganku tapi ketika lulus SD yang tertinggal hanya segelintir anak saja. Sebagian besar mereka ditarik oleh orang tuannya membantu bekerja di pertanian.  Tapi aku dan adik adiku bersyukur mendapatkan kebebasan untuk belajar. Nilai dan prestasi sekolahku sungguh luar biasa. Dua kali aku lompat kelas sampai SMU dan berkali kali aku mewakili sekolah desaku untuk konpetisi antar sekolah. Namun disela sela belajar ,aku tetap sibuk membantu keluargaku membuat Cao bian yang dapat digunakan untuk pembuatan jerami. Dalam periode itu, Cao-bian bisa menjual untuk 0,2 yuan, dan aku bisa merajut 5.


Ayah mengirimku kekota untuk melanjutan SLA. Karena itu aku berhenti merajut Cao bian. Aku terpaksa tinggal jauh dari keluarga dan harus hidup mandiri. Aku dipaksa untuk hidup hemat karena tahu betul betapa sulitnya ayahku bekerja agar aku mendapatkan kesempatan sekolah. Karenanya aku berusaha secepat mungkin menyelesaikan pendidikan dan benarlah, dalam usia 16 tahun aku bisa melanjutkan ke universitas. Ketika itu reformasi Deng sedang gencar gencarnya mendorong orang untuk bersaing mendapatkan pendidikan terbaik. Pemerintah tidak punya anggaran cukup untuk menjamin semua pelajar mendapatkan beasiswa ke universitas kecuali yang sangat berprestasi. Untunglah,aku termasuk pelajar yang mendapatkan beasiswa dari pemerintah karena pretasiku bagus.


Namun beasiswa yang diberikan oleh pemerintah hanya 60 yuan perbulan. Sementara ayah harus membayar uang pangkal sebesar 600 yuan. Aku ingat , ayah harus menjual persedian lemak babi seharga 600 yuan dan tentu aku tidak tahu apa yang harus diperbuat ayah selama musim dingin nanti tanpa lemak babi. Dan ayah masih harus berhutang untuk mencukupi uang masuk uninversitas. Dan untuk membayar hutang itu, ketiga adikku terpaksa sementara berhenti sekolah membantu ayah bekerja. Mereka berkorban untukku. Mereka sadar bahwa dikeluargaku hanya aku harapan mereka untuk merubah masa depan menjadi lebih baik. Aku tahu ketika itu, ayah berpikir praktis dan sadar tidak semua telur bisa menetas. Berkorban bukanlah sesuatu yang buruk untuk sebuah keluarga. Kami akan selalu bersama sama untuk masa depan kami.


Dengan 50 yuan beasiswa dari pemerintah, aku bisa mengirim kekampung 20 yuan. Namun aku harus hidup sangat prihatin sebagai mahasiswi dikota. Selama empat tahun diasrama dan dikampus, aku hampir tidak mengenal satu sama lain temanku. Waktuku habis di perpustakaan dan kurang sekali untuk bersosialisasi dengan teman temanku yang kebanyakan dari keluarga kaya. Maklum di China, keluarga kaya tidak membutuhkan beasiswa dari pemerintah dan mereka bebas menyekolahkan anaknya kemanapun. Lingkungan seperti inilah aku tumbuh menjadi dewasa. Wanita desa yang tak lepas dari pakaian seragam tani. Yang tak pernah ber make up. Acap aku diolokan teman, cantik tapi kampungan. Aku tidak peduli itu. Aku dengan hidupku dan pemerintah telah berela hati untuk memberikan aku kesempatan menjadi segelintir orang menjadi sarjana untuk membangun negara..


Aku lulus universitas ditahun 1990. Aku satu satunya wanita didesaku yang berhasil jadi sarjana. Kebanyakan teman teman priaku waktu disekolah dasar tidak menyelesaikan pendidikannya. Mereka pergi kekota untuk menjadi kuli bangunan atau buruh pabrik yang memang tersedia begitu luas sebagai akibat dari perubahan ekonomi china. Yang wanita ada juga yang menerjunkan diri sebagai pelacur dikota atau jadi selir pria kaya Hong Kong.


Kebijakan pemerintah berubah ketika aku lulus kuliah. Tidak ada lagi jaminan bekerja bagi sarjana. Kami harus masuk dunia kompetisi kapitalisme. Aku tidak bisa lagi mengandalkan hidup dari beasiswa karena sudah lulus. Ini tidak mudah bagiku seorang wanita desa yang harus tinggal dikota besar yang serba mahal. Kembali kedesa jadi pengangguran adalah tidak mungkin. Karena ini akan menimbulkan efek negatif bagi orang desa yang ingin berjuang menyekolahkan anaknya sampai tinggi. Dan lagi mereka akan mengolok ngolok keluargaku. Maka aku putuskan untuk tetap tinggal dikota.


Pekerjaan yang pertama kudapat adalah administrasi disebuah perusahaan swasta. Gaji yang kuterima sebulan 1800 yuan. Dengan uang ini aku harus membayar sewa apartement sebesar 600 yuan dan mengirim uang kekampung sebesar 800 yuan. Tersisa hanya 400 yuan bagiku untuk mengganjal perutku dikota termasuk untuk biaya transfortasi dan lain lain. Itulah makanya aku sempat stress ketika mendapat kabar adik bungsuku membutuhkan uang sebesar 10,000 yuan untuk masuk universtas. Dari mana aku mendapatkan uang sebanyak itu. Ayah sudah semakin renta. Pekerjaannya disamping bertani juga menjadi pengangkut gerobak batu bata.Ini pekerjaan yang sulit untuk bertahan terhadap semua yang tidak murah. Kebijakan baru pemerintah telah memungkinkan orang desa mendapatkan kebebasan tapi semua harus dibayar. Tidak ada yang gratis seperti era Mao.


Aku tidak tahu darimana mendapatkan uang 10,000 yuan untuk adikku. Pekerjaan dikota memang menghasilkan uang selagi bekerja keras. Namun tidak ada perlindungan bila anda sakit. Karena yang lebih menakutkan lagi, bila anda jatuh sakit maka gaji akan dipotong, dan akhinya anda akan kehilangan pekerjaan untuk meradang menghadapi tuntutan tagihan sewa apartement dan lain lain. Itulah yang kualami ketika sakit. 


Ditambah lagi ketika itu hukou (KTP ) nasionalku sudah kadaluarsa. Di China semua registrasi penduduk harus mendapat validasi dari tempat kelahiran. Tapi ketika aku datang ke desa mereka menolakku dengan alasan bahwa hukou ku tidak berada di sana karena pendidikan ku. Kemudian, aku pergi ke kota untuk itu, tapi aku tak punya apa-apa. Jadi aku hanya memiliki Surat Jalan dengan biaya 200 yuan. Tanpa pekerjaan, sumber daya keuangan aku dapat diusir oleh pemilik apartmen karena tidak bisa membayar sewa, dan aku mungkin mati kelaparan.


Pada saat itulah aku terpikir untuk bunuh diri. Kematian mungkin cara terbaik lepas dari persoalan hidup. Tapi mati sia sia juga tidak bagus. Setidaknya aku ingin mati demi berkorban untuk keluargaku. Tapi keberanian itu tidak pernah ada. Kesempatan untuk tidak lebih buruk adalah ketika ada tawaran untuk membeli ginjalku. Tanpa pikir lebih jauh aku menyanggupi untuk melepas satu ginjalku demi uang agar adiku bisa masuk universitas dan sedikit tabungan untuk biaya hari harinya.. Tak ada satupun anggota keluargaku mengetahui soal ini. Mereka hanya tahu aku bisa diharapkan mereka. Aku kembali mendapatkan pekerjaan setelah memperdalam kemampuan bahasa inggrisku di pusat Kursus Shanghai. Aku berjuang dapatkan beasiswa kuliah ke luar negeri. Peluang yang diberikan pemerintah berhasil kudapat setelah melewati kompetisi yang ketat. Menjadi satu terpilih dari 1000 yang gagal.


Kini aku seorang wanita berusia diatas 40 tanpa suami. Aku bekerja dipusat penelitian swasta dengan standar hidup yang serba higinise agar aku bisa tetap hidup dengan satu ginjal. Adiku sudah menjadi sarjana, bekerja diperusahaan raksasa. Adiku satunya lagi menjadi pengusaha hebat. Yang lain berkembang sebagai wiraswata desa yang berhasil seiring semakin pesatnya pembangunan infrastruktur ekonomi di seluruh china. Hidup kami memang berubah seiring perubahan ekonomi china. Petani tidak lagi dipajaki dan dibebaskan dari semua bea dan pajak. Kami sudah boleh memiliki tanah sendiri tanpa harus menyewa kepada negara. Kredit tani diperluas. Subsidi sosial diperluas. 


Tadinya usaha asing mendapatkan fasilitas keringanan pajak. Tentu maksudnya untuk membujuk asing membangun pabrik di china dan menampung angkatan kerja. Namun kini usaha lokal sudah mampu menggantikan asing. Pajak usaha lokal diturunkan dan asing dinaikkan. Itulah perubahan nyata dari niat baik pemerintah yang kami rasakan. Tapi bagaimanapun, Negara tidak akan pernah besar bila rakyatnya tidak percaya kepada pemerintah dan begitupula sebaliknya. Contoh, pengorbanan untuk sebuah pendidikan memang sangat mahal dan kami dipaksa untuk menjadi pionir dengan segala keterbatasan negara menyiapkan kami sebagai kader masa depan.


Kami sadar bahwa pemerintah tidak punya cukup uang untuk membiayai semua kebutuhan penduduk lebih dari satu miliar. Walau tanah daratan kami luas namun tidak semua bisa ditanami dan bahkan tidak sepanjang tahun bisa menghasilkan.Tapi pemerintah punya cara dan keyakinan akan semangat kami untuk berubah. Para sarjana kini ada digaris depan sebagai agent pembaharu untuk china yang lebih baik. 

China kini tumbuh percaya diri dan tentu masih terlalu banyak kekurangan yang harus diperbaiki, Rakyat china sebagaimana aku, tak pernah menuntut lebih kepada negara kecuali kebutuhan tempat tinggal dan makan. Itu saja. Untuk itupun masih banyak yang belum terjangkau tangan pemerintah. Kemajuan memang terjadi hebat walau dengan korban tak terbilang dari generasiku.. Generasi sebelumnya juga mengalami hal yang sama. Setiap generasi memang harus terus berkorban untuk generasi berikutnya.

Friday, June 09, 2023

Amanah Cinta..

 


Tahun 2013, saya ketemu Andi di KL“ Lue tahu kan, abeng” Tanyanya. Saya menganguk. Betapa tidak. Abeng sahabat saya. Kami berteman sejak tahu 87. “ Sekarang dia tidak punya apa apa lagi. Dia diusir oleh istri dan anak anaknya. Tengoklah dia. Dia ngekos di Mangga besar “ Lanjut Andi. Kami berpisah. Saya berikan kartu nama. Andi janji akan ke kantor saya kalau saya sedang di KL.


Sepulang dari KL, saya sempatkan datang ke tempat Kos Abeng. Saat saya datang pagi hari. Dia terkejut. Dia peluk saya lama. 

“ Ada apa Beng. ? kenapa engga telp gua? Tanya saya. 


Abeng diam saja sambil tertunduk.


“ Sejak perusahaan gua serahkan ke anak gua yang tertua untuk kelola. Gua praktis pensiun aja. Kemudian bini gua diangkat oleh anak gua sebagai direktur keuangan. Gua sendirian aja di rumah. Pas gua sakit, yang urus nurse. Entah mengapa mereka curiga gua selingkuh dengan nurse. Akhir cerita gua dibuang oleh mereka. Adik gua rawat gua di Bangka. Setelah sembuh gua balik ke jakarta. Karena gua mau urus uang gua di Singapore.” Kata Abeng dengan nada datar. Saya juga tidak mau bertanya lebih jauh. Itu masalah keluarganya.


“ Ale, bisa bantu gua.” tanya.


“ Ya pastilah. Apa yang harus gua bantu?


“ Bebarapa tahun lalu gua ada teken kontrak investasi di Singapore. “ Katanya seraya menyerahkan kontrak dari balik tasnya yang kumuh. Saya baca kontrak itu. “ Kita ke singapore hari ini. Lue cepatan mandi. “ kata saya. Dia segera mandi. Dari mangga besar kami go show ke bandara. Hanya dua jam saya urus, investasi Abeng di Asset manager itu bisa saya cairkan. Jumlahnya USD 5 juta.


“ Terimakasih Ale. Padahal udah capek gua urus. Engga juga cair. Tapi ama lue sebentar doang, selesai.” Kata Abeng berlinang air mata.


“ Lue ya..aneh. Kata saya mengerutkan kening. “ Gua kan teman lue. Kenapa engga tel kalau ada masalah.”


“ Ale, gua malu. Kata teman teman lue udah jadi orang hebat. Apa iya masih ingat gua. Malu ale. Gua tahu diri.” Katanya. Saya geleng geleng kepala. Memang udah tabiat Abeng. Dia sangat perasa sekali. Tapi hatinya baik.


“ Terus apa rencana lue dengan uang itu? tanya saya. Abeng hanya diam. Saya juga maklum. Tidak mau desak dia. Sejak itu dia tidak pernah telp saya lagi. Tapi dari Awi saya tahu usahanya semakin berkembang sebagai eksportir sarang walet. Dia memang punya network di Taipeh.


Tahun 2020 saya dapat kabar dari Awi. Abeng masuk rumah sakit karena COVID. Segara saya datang ke ruman sakit bersama Awi. Kondisinya memang parah. Dia minta dikeluarkan dari RS. Awi urus agar Abeng di rawat inap di luar. Abeng sempat menyerahkan kunci safety box bank dan PIN. Dia tidak bisa bicara lagi. Tapi saya tahu bahwa kalau terjadi apa apa dengan dia, saya mendapatkan amanah dari dia. Sebisanya saya berusaha menghubungi istri dan anak anaknya. Tetapi mereka tidak mau tahu.


Seminggu kemudian. Telah berlaku takdir untuk ABeng. Dia dijemput pulang oleh Tuhan. Awi urus jenazahnya dan penguburunnya. Tetap anak anak dan istrinya tidak mau datang ke rumah duka. Seminggu setelah Abeng meninggal, saya temui anak dan istrinya. Saya serahkan semua dokumen kepada mereka. “ Ada 4 rumah. Salah satunya di Pantai Mutiara. Termasuk reksadana di Singapore. Dan saham perusahaan yang sekarang ada. “ Kata saya. Istrinya terkejut. 


" Papa engga punya istri  lagi ? tanya anaknya yang perempuan


" Papa kamu tidak pernah menikah lagi. " Kata saya.


Anaknya yang perempuan langsung menangis saat baca surat warisan. Dia teriak histeris menyalahkan mamanya. Anaknya yang laki laki hanya tertunduk dan diam. Sayapun keluar dari rumah itu. Semoga Abeng damai di alam sana dan keluarga yang ditinggalnya …Tentu akan menjadi sesal yang tak berujung bagi mereka..


***


 “ Ale…” terdengar di seberang suara Andi. “ di KL kah?

“ Ya.” 

“ Boleh jumpa awak?

“ Kemarilah. “ Kata saya senang. 


Tak lebih 40 menit. Andi sudah di kamar kerja saya. “ Lama engga ketemu ya. Terakhir tahun 2013. Artinya udah 7 tahun engga ketemu ya.” Kata Andi. 


“ Eh lue masih bisnis di Penang?  tanya saya.


“ Ya. Setelah kerusuhan Mey 98, gua hijrah ke Penang. Bareng Achuan di sana. Buka pabrik kecil kecilan.” 


“ Achuan sehat ? 


“ Wah tambah gemuk dia. Dua anaknya perempuan sekolah di Amrik. Dia sendirian di Penang. Karena istrinya ikut dampingi dua putrinya  sekolah di Amrik. Tapi setahun dua kali Achuan ke Amrik, Dia punya rumah di California.” 


“ Lue gimana kabarnya? Tanya Andi. Saya senyum aja. 


“ Gua dengar lue  bisnis di Cungkok. Bareng anak anak Petojo ya. Sering ketemu mereka di sana?


“ Ya jarang sekali. Kalaupun ketemu ya hanya kebetulan aja. Semua sibuk.” Kata saya tersenyum. 


“ Gua dengar kan lue partner sama Awi ya. Tapi sejak tahun 2003 lue engga pernah keliatan. Kata Awi lue di China. Sekarang bisnis Awi keren ya. “ Kata Andi.


“ Tahun 2003 gua hijrah ke China. Bisnis gua di Jakarta yang kelola hari hari ya Awi. Awi dibantu oleh Yuni. “


“ Hebat Awi. Tahun 2003 hanya dagang ikan. Tapi sekarang udah ada 16 pabrik berdiri. Pasti lue support dia terus”.


“ Sejak berdiri gua engga terlibat dalam operasional. Paling kalau ada masalah yang tidak bisa mereka selesaikan, barulah mereka laporkan ke gua. Biasanya cepat gua selesaikan. Karena gua engga ada waktu. Gua sibuk kelola l bisnis di China.”


" Kenapa lue lebih banyak berbisnis di Luar negeri daripada di Indonesia? Tanya Andi. Saya sulit untuk menjelaskan. Karena alasan Andi hijrah ke luar negeri karena pabriknya dibakar massa saat kerusuhan Mey 98. Keluarganya trauma tinggal di Indonesia.  Sedangkan saya, selama 15 tahun bisnis di Indonesia,  4 kali bangkrut. Hijrah karena memang karena alasan ingin berkembang tanpa harus berkubang dengan rente dan hidup melayani pejabat yang tidak pernah merasa puas. Tapi apakah itu perlu dijelaskan. Saya diam saja. " Ayolah Ale, jelaskan. Gua engga minta apapun dari lue. Gua hangan ingin belajar. Diatara teman teman kita, hanya lue yang melek pengetahuan. " Desak Andi. 


" Ya oklah saya jelas." Kata saya. Andi tersenyum. " Karena tiga alasan. Pertama. Gua berbisnis tidak menggunakan uang keluarga. Tetapi uang investor, ya uang Bank, lembaga keuangan, sophisticated investor. Kedua. Bisnis gua adalah bisnis kreatif. Artinya tidak bergantung kepada sumber daya alam. Tetapi bergantung kepada tekhnologi dan business model. Ketiga, Gua berbisnis skalanya international, tentu skalanya juga ekonomi. Bukan nasionalisme. “ kata saya.


“ Bisa jelaskan tiga hal itu? Tanya Andi. 


“ Baiklah, gua jelaskan satu persatu alasan tersebut. Pertama. Sumber daya keuangan di Indonesia itu rendah sekali. Rasio kredit Indonesia hanya 35,47 persen dari PDB. Artinya kalau PDB kita USD 1,186 triliun, maka kredit bank hanya USD 415 miliar. Nah bandingkan dengan Singapore. Rasio kredit bank terhadap PDB singapore sebesar 136%. Artinya kalau PDB Singapore USD 397 miliar, maka likuiditas kredit bank mencapai USD540 miliar. Bayangkan dengan negara liliput saja kita kalah. Padahal penduduk banyak dan PDB besar.” 


“ Mengapa ? Tanya Andi. “ Padahal jumlah nasabah bank di Indonesia lebih besar dari Singapore. 


“ Ya benar. Tapi dana nasabah yang nongkrong di bank itu kecil. Rasio dana pihak ketiga bank di Indonesia hanya 38 persen dari PDB. Apa artinya?, 68% PDB memang berupa aset nganggur yang tidak produktif, bahkan buang ongkos. Sedangkan Singapura sebesar 135 persen dari PDB. Bahkan rasio aset bank  di Indonesia sebesar 54,08 persen dari PDB. Itu artinya pejabat bank kita engga kerja, tapi ngerjain. Bandingkan dengan Singapura sebesar  272 persen.


Oh  itu bukan hanya terhadap singapore. Dengan Thailan saja kita kalah. Rasio kredit terhadap PDB Thailand sebesar 118 %. dan Rasio DPK terhadap PDB , Thailand 121%. Jadi dalam hal ekonomi kita udah jauh banget ketinggal dari Singapore, thailand. Apalagi negara maju seperti Korea, jepang, Amerika, dan Eropa.” Kata saya.


“ Terus yang kedua ?


“ Kedua. Di Indonesia  biaya riset tanggung sendiri. Tidak ada trade off atas biaya riset yang dilakukan swasta. Lah pemerintah sendiri aja engga peduli dengan Riset. Berdasarkan data terakhir UNESCO, besaran anggaran riset yang dialokasikan pemerintah Indonesia pun masih sangat rendah, yaitu 0,1% dari Pendapatan Domestik Bruto. Coba dech dibandingkan dengan beberapa negara tetangga. Tuh lihat Thailand saja 0,5% dari PDB. Malaysia 1,3% dari PDB, dan 2,1% Singapura. Indonesia memang tidak didesign negara makmur karena otak manusia tetapi dengan otot dan SDA. “  Kata saya.


“ Terus yang ketiga? Tanya Andi. Sepertinya dia antusias.


“ Ketiga, Indonesia sudah ratifikasi Regional Comprehensive Economic Partnership ( RCEP) seperti ME-ASEAN, China-FTA, Korea-FTA dll. Jadi batasan wilayah dalam konteks nasional udah engga ada. Saya punya pabrik di Malaysia atau Vietnam sama saja dengan saya punya pabrik di Indonesia. Karena tarif sama. Jadi apa pertimbangan utama saya? ya ongkos logistik. Logistic Performance Index (LPI) Indonesia pada 2022 menempati peringkat ke-60 dari 139 negara. Di ASEAN saja kita kalah. Gimana mau invest. “ Kata saya. Andi tersenyum dan mengacungkan jempol.


“ Oh ya. Gua dengar Abeng meninggal karena Covid ya” Tanya Andi. Kemudian saya ceritakan pertemuan saya dengan Abeng sampai mendampinginya menjelang ajal. Setelah Abeng meninggal, saya mentunaikan janji Abeng untuk menyerahkan harta warisan kepada anak dan istrinya. Andi keliatan berlinang air mata. 


“ Lue , gua, Awi, Achuan, kita semua lahir dari keluarga miskin. Entah kenapa kita menikah dengan wanita dari keluarga kaya. Tapi kita tidak numpang kaya dari keluarga istri. Sama juga entah mengapa kita lahir dari rahim ibu pertiwi yang kaya raya akan SDA. Tapi kita tidak numpang makan dari kekayaan SDA negeri. Sepanjang hidup kita berusaha survival dari ketidak adilan. Disaat tidak ada ruang bagi kita untuk bernapas di negeri sendiri, kitapun hijrah ke tempat lain. Disaat anak dan istri tidak bisa bersabar dengan keadaan kita, kita memilih ikhlas dibuang atau  ditinggalkan, dilupakan. Namun cinta kita tidak pernah surut untuk mereka dan tentu untuk tanah air, tempat kita dilahirkan. “ Kata Andi.

Friday, June 02, 2023

Beruang...

 



“ Bro, uang saya di rampok orang “ kata Steven lewat safeNet jam 7 pagi. Dari nada suaranya dan di screen dia keliatan benar benar stress. “ Hampir 60% cadangan uang saya dikuras. “ Lanjutnya.  


“ Ok, kita ketemu hari ini. “ Kata saya. Setelah itu saya telp Paladium siapkan private jet untuk ke Macao.  Jam 5 sore saya sudah di kantornya di Macau. Dia perlihatkan terminal komputernya. “ Saya kelola dana lewat ETFs yang terintegrasi dengan payment gateway API. “ Kata Steven. Saya segera buka log terminal komputer dia. Saya perhatikan secara detail code yang ada. “ Saya paham bagaimana mereka masuk. Ok, kita buat rencana untuk ambil lagi uang kamu.” Kata saya.


“ Gimana caranya? Steven keliatan panik betul.


“ Bisa engga kamu tenang? Kata saya dengan mengguncang tubuhnya. “ Bagaimana kita akan melewati kesulitan kalau tidak tenang. Saya yakinkan, semua akan baik baik saja. Yang penting sekarang focus selesaikan masalah ini. “ Lanjut saya. Steven menatap saya dengan seksama. Sepertinya dia mencari keyakinan di dalam mata saya. “ OK, B. Saya serahkan dengan kamu"


" Mari kita atasi ini.” 


“ Siap B.”


Saya kembali focus kepada log transaksi di komputer dia.  Di log itu ada code accepted USD 100 juta. Saya curiga. Sumber masalah ada pada code ini. “ Mengapa kamu izinkan orang kirim uang sejumlah USD 100 juta dalam dua kali wire ? Kamu kenal orang itu ?


“ Saya kenal dari pelanggan tetap casino saya. Seperti biasa, mereka harus setor uang lebih dulu sebagai collater untuk dapatkan credit judi. “ 


“ Mana nomor rekening pelanggan kamu yang rekomendasikan orang kirim uang USD 100 juta? Tanya saya.  Steven perlihatkan data file nasabah itu. Rekening bank di Dubai. Saya telp George via SafeNet. " Ada apa B. "Kata Goerge tampi di screen. Saya kirim file rekening ke server dia. " Kamu lacak rekening itu. "Kata saya setelah menjelaskan kasus Steven. 


" Siap B."


Tak lebih 5 menit. "  ini rekening antar muka di bank di Dubai. Rekening sebenarnya di Budhapes. Stave kena trap mafia Rusia. Mereka memang spesialis fraud. Target mereka adalah bandar judi yang jadi tempat layering uang haram.” Kata George. Dia kirim file data pihak dimaksud.


Saya telp Victor via safenet di Moscow. “ Ya B. “ terdengar suara Victor diseberang.


“ Lacak nama ini. “ Kata saya kirim file nama yang dimaksud. Kurang lima menit Victor kembali ke saya.” Saya sudah dapatkan datanya. Lengkap dengan routing access API nya. “ 


“ Kalau gitu buru orang itu. Pastikan dapatkan code terminal dia. “


“ B, ini orang besar. Pasti pengawalnya banyak. Gimana ? tanya victor.


“ Kamu dapat izin gunakan Bear team. “ 


“ Siap saya laksanakan. “


“ Butuh berapa lama ? tanya saya


“ Tiga jam. “


“ Ok laksanakan.” 


“ Siap B.”


***

Saya duduk di sofa dan mengisap Cigar. Steven masih nampak panik. “ Kamu duduk aja Stev. “ Kata saya melihatnya berdiri mondar mandir. Dia patuh. Duduk depan saya. “ Saya punya hobi diving. “ Kata saya bercerita. “ Di dalam guwa di dasar laut pada kedalaman 80 meter. Guwa itu gelap gulita. Saya gunakan senter untuk bisa masuk ke lubang guwa. Tapi kamu tahu. Di tempat yang gelap gulit itu ada ikan. Ikan itu tidak ada mata. Penuntunya bukan mata tapi kulitnya yang sensitif terhadap riak dan suhu. “ Kata saya.


“ Kamu tahu, itu ikan tidak perlu mata. Karena lingkungannya memang gelap tanpa cahaya.  Dia bisa mencari makan dan bertahan di lingkungan gelap gulita itu. “ Kata saya. Steven menyimak.


“ Di indonesia ada suku Badui dalam. Mereka tidak tahu apa itu uang. Tetapi mereka bisa survival tanpa merusak alam dan tanpa merugikan orang lain. Kehidupan terus berlangsung walau di era modern. Di negara miskin dalam dimensi orang modern, banyak orang tidak punya uang tapi dia tidak buta. Mereka baik baik saja. Sama seperti ikan  tanpa punya mata yang  ada di dalam guwa di dasar laut yang gelap gulita itu. “ Kata saya. Steven menyimak.


“ Tahu mengapa saya ceritakan ini.” Tanya saya. Steven menggelengkan kepala. “ Karena kamu sangat membutuhkan uang, maka tanpa uang kamu buta. Seakan tanpa uang kehidupan berhenti. Kok kamu kalah sama ikan. Manusia itu makhluk multi dimensi. Yang bisa hidup diatmosfir apapun, temasuk hidup tanpa benda modern atau uang. Paham.” kata saya. Steven termenung dengan analogi itu. Mungkin dia bisa tercerahkan. 


“ Mari kita ke tempat spa. Berendam air hangat. Moga bisa bikin relax. “ Kata saya. Steven setuju dengan idea saya. Dia mengikuti langkah saya keluar dari kamar kerjanya.


***

Dua jam lebih berlangsung di ruang Spa, kami kembali ke kamar kerja Steven. Belum 10 menit, saya dapat panggilan telp dari SafeNet. “ B. saya sudah dapatkan code nya. “ 


“ Kirim segera.” kata saya. Tidak berapa lama, file masuk ke terminal Safenet. Saya copy code itu  dan paste ke terminal API Steven. Dalam hitungan detik kelihatan traffic transaction. Saya allocated ke rekening Steven. Saya stop setelah cukup sejumlah uang Steven yang dirampok. 


“Case closed. Semua uang dirampok mereka sudah kembali ke kerekening kamu “ kata saya kepada Steven yang dari tadi terus perhatikan kerjaan saya depan komputer. “ B, kenapa engga rampok juga mereka” tanya steven.


“ Kamu lebih bodoh dari ikan. “ Kata saya menatap keras ke Steven. “  change your attitude. Tidak ada yang bisa bantu kamu kecuali dirimu sendiri. Itulah attitude. Saya tidak bisa terus jadi malaikat kamu“


“ Ya B. Terimkasih udah selamatkan saya lagi. Kamu benar benar sahabat dan tage saya.” Kata Steven.


Saya diam saja seraya melangkah ke mini bar.


 “ B, boleh tanya? 


“ Ya “ 


“ Bagaimana mereka merampok uang saya di Bank. Kan mereka kirim uang ke saya lewat SWIFT MT 103/202. Kok uang mereka tidak masuk, malah uang saya dirampok.” tanya Steven.


“ SWIFT 103 itu adalah metode pengiriman uang. Tapi karena ada code 202, maka itu bukan uang cash tapi the fund. Artinya, uang dikirim lewat struktur Fund yang membutuhkan konfirmasi dari bank pihak ketiga. Nah saat kamu, open position dengan mengizinkan bank kamu mengakses file SWIFT 103/202, itu sama saja kamu memberikan peluang bank pihak ketiga merampok rekening kamu lewat nostro exchange market. Cepat sekali mereka lakukan itu. Tidak sekaligus tetapi bertahap. Kamu baru sadar setelah saldo kamu berkurang dalam jumlah besar.” Kata saya.


“ Gimana mereka bisa melewati sistem perbankan?  Tanya Steven.


“ Kamu kan punya Application Program Interface. Itulah kecanggihan API yang bisa berjalan diatas platform SWIFT system. Dan mereka udah pelajari sifat kamu. Kebiasaan kamu termasuk kebodohan dan kerakusan kamu.  Ini udah direncanakan lama. Makanya kamu mudah kena trap.” 


Steven langsung telp Victor. Saya diam saja. Memangn saya, victor, dan Steven, udah lebih 10 tahun bersahabat. 


“ B. Terimakasih. Itu kelompok perampok semua di eliminate oleh Bear team. “ Kata Steven usai telponan dengan Victor. " Salah milih target mereka. Manpus dah semua. " Wajahnya terpancar kepuasaan. Saya hanya geleng geleng kepala. Kapan dia akan berubah dan dapatkan hikmah dari kasus ini ?.


“ Mulai sekarang. API kamu yang kelola George di London. Semua uang dia yang atur. Kamu tinggal perintah dia saja. Paham” Kata saya.


“ Siap B. “ 


***


Saya berdiri “ Antar saya ke Bandara. Saya harus pulang. Karena izin saya dari istri  hanya semalam di luar negeri. “.”


“ Private jet kamu kan engga bisa standby. Palladium akan kirim besok pagi jam 7. “ Kata Steven. Saya kaget. Duh ingat janji pulang malam ini. 


“ Udah tenang aja. Pakai private jet saya aja” kata Steven langsung melangkah keluar kamar kerjanya. Kami turun lift langsung ke lobi udah menanti kendaraan antar kami ke airport Macau.  Tapi setelah usai immigrasi menuju kuridor private jet parkir saya ada 4 orang wanita venezuela tinggi semampai menuju parkir pesawat. Saya cuek aja. Nah ketika saya masuk mereka juga ikut masuk. Saya melirik ke steven “ Ada apa ini?

“ Service boss “

“ Suruh mereka pulang. Saya mau tidur dan istirahat. “ Kata saya serius. Steven tepuk tangan. Minta mereka keluar. Staff Steven atur mereka keluar dari boarder.


Sampai di dalam  pesawat saya sempatkan baca buku, “ more more money than god. “ Tak berapa lama saya terhanyut dalam kantuk. Sayup sayup saya lihat Steven ambil buku saya dan selimuti saya. Sayapun pulas. 


Sebelum landing saya terjaga. Saya tersenyum menatap Steven. “ Kamu engga tidur ?.”


“ Gimana mau tidur?. Empat pramugari kamu suruh pulang. Ya terpaksa saya yang jadi pramugara “ kata Steven tersenyum. “ Dari sejak awal saya kenal kamu, kita pernah satu kamar di London dan Swiss, Dubai, Kamu tidur benar benar pulas dan tenang. Tidak ada terjaga sampaisaatnya terjaga. Apa resepnya?


“ Hiduplah dengan jiwa yang tenang.  Taklukan diri  dengan kekuatan ikhlas. “


“ Ya B. Kamu kakak dan tage, juga mentor saya. Terimakasih udah sabar dengan kelakuan saya. “ Kata Steven. Saya senyum aja. Sampai rumah saya sholat subuh dan sarapan pagi bareng Oma.

Kelas Menengah di Indonesia.

  Saya datang ke Cafe itu dengan agak males. Karena ini cafe anak muda yang ada di jantung kota di puncak office tower. Entah mengapa Alisa ...