Saturday, August 20, 2022

Aku ingin bertani

 


Beberapa tahun lalu kuajak suamiku lihat tanah di kawasan Bogor.  Setelah lihat lokasi. Aku tidak berminat membeli. Karena mobil engga bisa lewat kecuali motor. Mau buat kontrakan juga engga layak. Jauh dari pusat industri. Siapa yang mau sewa? Aku bukan collector tanah. Tetapi pedagang tanah. Diatas lahan itu penuh rimbun pohon mawar kampung. Luasnya 5.000 meter persegi. Dalam perjalanan pulang, di dalam kendaraan suamiku berkata “ Ma, beli ajalah tanah itu?.


“ Untuk apa ? Kataku menatap aneh ke arahnya.

“ Aku suka mawar kampungnya.”

“ Lah sejak kapan papa suka Bunga? mawar lagi. Apa ada hobi yang tersembunyi yang mama engga tahu? Udah bosen dengan hobi menulisnya ?

“ Aku mau betani Bunga. Boleh ya.”

“ Siapa yang mau beli bunga mawar kampung. Udah ah. “ Kataku sekenanya. Suamiku diam tapi dia nampak sedang berpikir. Entah apa yang dia pikirkan. Aku tahu kalau dia sudah ada kemauan, akalnya banyak.  Aku hapal sekali sifatnya.


“ Ma, mana duluan telor atau ayam” Katanya. Aku cuek saja. 

“ Ma, jawab dong “ 

“ Ih aneh aja. Pertanyaan yang engga jelas. Pasti jawabannya juga engga jelas. Mau becanda lagi.? Mama lagi setir. Capek ketawanya. “Kataku. Suamiku memang punya stok candaan. Itu pengalaman hidupnya sendiri dan dia sangat mudah menjadikan cerita yang membuat aku tertawa habis. 

“ Ayam “ Kataku singkat.

“ Salah!

“ Ya udah telor” Kataku lagi.

“ Salah.”

“ Tuh kan salah semua.”

“ Ya memang salah. 

“ jadi apa dong ?

“ Jawabannya adalah tanah.” 

“ Aneh? Itu sama saja jakasembung. Engga nyambung alias oon. Out of nalar.” Kataku.

“ Semua kehidupan di planet bumi ini berawal dari tanah. 

“ Ya kalau adam betul diciptakan dari tanah. Tetapi semua kehidupan termasuk hewan, dan ikan terbuat dari tanah gimana dalilnya? 


“ Mama tahu, “ Katanya. Nah ini pasti dia bicara literasi. Aku suka. Artinya dia sedang provokasi aku. “ Semua mahluk hidup itu berasal dari Sel, sebagai cetak biru dalam bentuk RNA dan DNA. Nah bahan dasar dari sel adalah protein. Sedang protein disusun oleh berbagai asam-asam amino. Asam amino sendiri merupakan caplet atau codon, alias kombinasi rangkaian 3 buah nitrogen basa, yaitu Adenin , Thymine, Guanine dan Cytine ( ATGC ). Itu semua gas yang banyak terdapat di ruang angkasa.


“ Bingung. Tapi ya udah, Lanjut terus ceritanya. “ Kataku.


“ Yang jadi pertayaan adalah darimana basa-nitrogen itu berasal ?, lalu bagaimana mereka bergabung tiga-tiga membentuk asam-asam amino, kemudian terangkai sedemikian rupa menjadi protein. Sebagian menjadi cetak biru dalam bentuk RNA, lalu jadilah sel – sel awal. Seraya menghasilkan oksigen dalam proses fotosintesis dan respirasinya. Ini yang bikin bingung. Itu sama saja pertanyaan, mana duluan oksigen atau mahkluk hidup. Makhluk hidup tidak bisa hidup tanpa oksigen. Sementara oksigen tidak ada tanpa CO2. “


“ Ya bingung juga. Terus..”


“ Pertanyaan berikutnya,  bagaimana asam amino terbentuk. Kan tanpa asam amino tidak akan terbentuk protein. Tanpa protein  sel pun tak punya building-block nya yang paling elementer. Hasilnya tak pernah ada kehidupan di muka bumi ini.”


“ Eh busyet tambah bingung. Kenapa sih mikirnya kejauhan. “


“ Ini penting melatih kita menemukan jawaban, mana duluan telor atau ayam “ Kata suamiku. Entah darimana dia tahu soal ini.


“ Ya udah. Sekarang pertanyaannya bagaimana terciptanya asam amino? Lanjut lagi “ 


“ Ternyata asam amino itu ada di tanah. “


“ Gimana ceritanya.?


“ Bumi ini kan dilapisi oleh bebatuan. Bebatuan ini berasal dari penggerusan permukaan bumi oleh air, angin, dsb. Mereka terkumpul yang membentuk lapisan sedimen, sebagai bahan yang paling halus. Saat zat ini bercampur dengan air, mereka berubah menjadi lumpur berwarna gelap, alias tanah lempung. Tanah lempung secara molekular ternyata berupa lembaran-lembaran atau sheet dengan rongga yang diisi air diantaranya. Lembaran yang mengandung silikon oksida, gantian dengan lembaran yang mengandung aluminium oksida. Kadang jumlahnya sama, alias 1 : 1, atau 2 silikon dan 1 aluminium alias 2 : 1. Aluminium dan silikon, sama sama bersifat elektro-positip ( ion positip ), serta sama sama konduktor panas yang baik.”


“ Darimana asal zat zat itu ?


“ Itu berasal dari ruang angkasa, turun ke atmosfit dan jatuh ke permukaan bumi dan terperangkap diantara bebatuan, lapisan tanah. Namun satu hal yang pasti, bahwa setiap senyawa baru, mempunyai permukaan sebagai jangkar, untuk tumbuh dan lalu saling mengait, seraya membentuk untaian baru. Dan bahkan bukan hanya alat untuk saling terkait, namun ikut serta dalam seluruh prosesnya. Tanah lempung ini menjadi bagian dari keseluruhannya. Bukan hanya asam amino, bahkan RNA mampu dibentuk. Akibatnya bentuk kehidupan mampu mereplika dirinya dengan persis. Jadi sama dengan teori gravitasi sebagai hukum alam terbentuknya semesta.”


“ Terus apa hubungannya dengan kehidupan makhluk hidup? 


“ Nah dengan adanya RNA, maka bakteri ber sel tunggal prekaryotik mulai berkembang dengan pesat. Mereka melakukan proses fotosintesa, mengambil CO2 dari artmosfir, dan melepas O2 ke atmosfir. Oksigenpun tercipta. Spesies bersel tunggal ini berubah menjadi ribuan jenis mahluk multi-selular pertama di muka bumi. Diantaranya yang paling tua adalah trilobits. Binatang sebesar kuku, namun untuk pertama kalinya mahluk mempunyai “shield” sebuah tameng kuat untuk pertahanan diri. Kemudian, muncul bentuk kehidupan di air dalam bentuk ikan atau pisces, lalu amfibi, reptilia, aves alias burung, dan 65 juta tahun yang lalu muncul spesies mamalia. Dari sini spesies naik dalam derajat kompleksitasnya. Yang berakhir di primata, di mana puncak kompleksitas mahluk, kita namakan sebagai homo sapiens-sapiens, itulah manusia. Paham?


“ Jadi benar kan, manusia berasal dari tanah dan kembali ke tanah.”


“ Ya makanya beli aja tanah itu. “


“ Untuk apa ? engga nguntungi.”


“ Papa mau bercocok tanam dengan tangan papa sendiri. Untuk menghayati arti kehidupan. Sumber kehidupan.”


“ Ganti profesi ya? Mau jadi petani tanah seukuran setengah hektar? Aneh!


“ Ya itu lebih bermakna daripada punya saham perusahaan perkebunan. Setidaknya untuk diri sendiri. Tapi itu nanti setelah pensiun. “


“ Engga masuk akal, Aneh aja Pa “ Kataku. Suamiku terdiam. Dia seperti berpikir lagi.


“Emangnya, cinta itu masuk akal? terlalu besar buat diselipkan di akal kita yang sempit…,” godanya sambil mencoel daguku yang lagi setir kendaraan.


“Idih, tua-tua, genit…,” Kataku tersenyum. Sebetulnya, aku paham apa yang dimaksudnya. Setidaknya baru kali ini aku tahu dia menginginkan sesuatu untuk dirinya sendiri.


“ Papa hanya hanya ingin bertani saja. Ketika aku bocah, aku adalah milik impian dan harapan bapak-ibuku. Ketika aku menikah, aku milik tatanan sosial dan tentu saja menjadi milik istriku. Ketika memimpin berbagai perusahaan, aku milik orang banyak, dan segala sesuatunya harus terikat pada logika orang banyak. Seperti sebuah iklan televisi, aku selama ini harus “sempurna” tampil. Tapi bertani dengan tanganku, aku menjadi diriku sendiri. “


Aku tersentak. Di usia menuannya suamiku berkata jujur tentang sebuah kesimpulan. Tanah adalah kehidupan dan darisanalah kita berasal. Terlalu sombong kalau kita merasa terhormat dan pantas dihormati. Karena kita hanyalah tanah lempung. Apa yang mau dibanggakan. Menjadi diri sendiri adalah sikap rendah hati yang sadar kita berasal dari tanah dan kembali ke tanah. “ Ya besok kita beli tanah itu. “ Kataku. Suamiku tersenyum. Dia berhasil provokasiku dan aku terlalu arogan untuk tidak sepakat.

Friday, August 19, 2022

Racun itu bernama korupsi...


Saya makan malam di Shenzhen, Saya mau makan menu Chicken pot. Dimasaknya secara tradisional ala budaya canton. Tentu bukan di restoran kalangan atas. Karena sudah tidak ada yang masak dengan cara tradisional itu. Hanya ada di restoran di komunitas bawah. Jadi maklum ya komunitas tempat saya makan itu, Tempatnya rapi tetapi sebagian besar dipenuhi oleh preman. Mereka berbisnis barang falsu. Apapun falsu. Termasuk menawarkan wanita dengan cara memberikan kartu nama mucikari.


Saya milih restoran yang menyediakan meja di pinggir jalan. Pengunjung cukup ramai. Yang pria duduk sambil makan dengan bertelanjang dada. Umumnya mereka berkelompok mengeliingi meja. Biasanya satu meja ada 4 orang. Satu pot chicken mereka makan bareng bareng. Mereka tidak makan pakai nasi tetapi mie. Harganya satu porsi hanya 150 yuan atau Rp. 250.000. Saat itu saya makan bareng Wenny.


Saat sedang menanti menu. Terdengar keributan di seberang jalan. Ternyata terjadi perkalahian dua kelompok. Yang makan di restoran cuek saja. Mereka tidak peduli. Nonton juga engga. Hanya noleh dan terus lanjut makan. Kedua kelompok itu berkelahi dengan golok babi. Perkelahian seru dan jarak dekat. Saat ribut itu, terdengar pluit panjang. Mereka yang sedang berkelahi itu serentak jongkok semua. Ternyata ada polisi pakai sepeda datang.


Polisinya kerempeng. Hanya satu orang. Seragam dengan topi berlambangkan palut arit. Mereka semua jongkok dengan kedua tangan diatas kepala. Entah apa yang dikatakan polisi itu. Mereka semua buka baju dan celana. Tinggal celana dalam saja. Setelah itu mereka bubar meninggalkan tempat itu dengan hanya celana dalama saja. “ Kapok mereka semua. Itu sangat memalukan bagi orang china. “ kata Wenny.


“ Kenapa mereka takut dengan polisi kerempeng itu. Satu orang lagi, Padahal mereka semua preman. Bawa golok babi” Tanya saya kepada Wenny.


“ Mereka takut dengan topi itu.” Kata wenny tersenyum.


“ Kenapa ?


“ Itu topi ada lambang palut arit, lambang negara. Itu topi mudah jatuh. Kalau sampai mereka lari dan dikejar polisi, Pasti topi itu jatuh. Urusannya pasti runyam. Sama saja menghina negara. Hukumannya mati.”


“Emang pernah kejadian?


“ Pernah di provinsi lain. Mereka dorong polisi dan topi jatuh. Tentara rakyat buru mereka semua. Semua di hukum mati pada keesokan harinya. Makanya sangat menakutkan. “


“ Oh i see.”


“Orang China engga takut dengan polisi bersenjata. Apalagi polisi baju preman. Mereka hanya takut dengan polisi dengan topi lambang negara. Dan tidak semua polisi punya topi lambang negara. Petugas KPK kalau tangkap jenderal atau pejabat selalu didampingi polisi bertopi lambang negara. Engga peduli pangkatnya rendah, Orang segan dengan topinya. “


“ Oh i see.”


“ Di china, menghina lambang negara itu berurusan dengan tentara rakyat, bukan polisi.”


***

Keesokannya. Saya bersama Wenny datang ke kantor teman saya di China. Dia baru diangkat sebagai direktur di Pemda China. Saya ingin tahu arah kebijakan China soal pembangunan infrastruktur ekonomi di kawasan Guangxie. Dia presentasikan proyek yang akan dikerjakan dan sedang dikerjakan. “ B, setiap mega proyek dibangun, pasti ada  saja kader partai yang kena pidana atau tersingkir dari proses kompetisi kader partai. “ Katanya tersenyum.


“ Mengapa ?


“ Kami ya membangun. Tapi pada waktu bersamaan kami juga menjadikan proyek itu ujian kesetiaan pejabat dan kader partai kepada rakyat dan negara. Manusia teruji dengan otoritas dan uang. Kalau mereka bisa lolos, ya mereka naik kelas. Kalau gagal, ya masuk bui atau dihukum mati. Memang tidak ada rencana yang sempurna. Tetapi membiayarkan orang brengsek memanfaatkan kelemahan rencana untuk memperkaya diri, itu jelas salah.” Katanya.


Saya terpesona. Begitu sederhananya mereka cara membangun dan mendidik para elite dan pejabat berproses dalam pengabdiannya kepada negara. “ Kekuasaan itu bukan kemewahaan. Juga bukan paksaan. Tetapi adalah pilihan. Saat mereka jadi abdi negara, maka saat itu juga mereka tahu resiko. Mereka duduk diatas bara. Salah langkah, habis mereka. Tetapi kalau benar, mereka punya kehormatan. Yang akan jadi kebanggaran keluarga. Jadi legacy bagi generasi berikutnya” Lanjut teman.


Saya mengangguk. " Tetapi B, itu semua hanya mungkin hukum tegak dan aparat hukum yang punya kompetensi atas dasar sistem dan moral. Kamu tahu, yang paling banyak jadi korban pedang hukum, justru aparat hukum sendiri. Cobaan mereka sangat berat. Pada diri mereka ada pedang hukum, kekuasaan dan uang. Negara tidak paksa mereka jadi aparat hukum. Itu pilihan mereka sendiri dan rasa hormat diri pribadi. Tentu mereka sadar resikonya.”


“ Mengapa?


“ Kala aparat hukum mempermainkan hukum, maka  kejahatan menang. Negara akan dapat karma. Akan selalu ada masalah dan kehilangan trust di hadapan rakyat. Walau negara kuat secara idiologi, ia akan hancur dengan sendirinya. Hancur bukan dari luar tetapi dari dalam dirinya sendiri. Makanya aparat hukum itu adalah pahlawan sejati kalau dia bertanggung jawab secara moral kepada tugasnya dan bisa jadi penjahat terburuk kalau dia khianati tugasnya. Yang lebih buruk dan jahat adalah pemimpin membiarkan sistem korup  itu.” Kata teman.


***


“ Kamu tahu B, uang korupsi itu bukan hanya menghancurkan negara tetapi merusak mental keluarga, dan lebih buruk lagi itu yang di hancurkan adalah hubungan sakral dari sebuah rumah tangga. “ Kata Wenny waktu kami dalam kendaraan kembali ke Hong kong.  “ Dulu saya ada teman. Suaminya pejabat lokal. Hidup mereka mapan. Karena ada pengusaha yang ongkosi kehidupan the have nya. Dia cerita. Awalnya dia tidak tertarik ajakan teman teman sosialitanya untuk gangbang. Tetapi entah mengapa dia terdorong untuk mencoba. Sekali mencoba ketagihan.”


“ Apa yang terjadi setelah itu? tanya saya penasaran ingin tahu kelanjutannya.


“ Rumah tangganya stuck. Bercerai tidak tetapi udah engga satu ranjang dengan suaminya. “


“ Suaminya tahu ulah dia? mengapa tidak bercerai saja mereka?


“ Suaminya juga terjebak dalam penyimpangan sex LGBT. “


“ Oh suaminya juga bisex ?


“ Sebenarnya pada awalnya, suaminya normal. Namun belakangan berubah? 


“ Mengapa ?


“ Karena dia sendiri provokasi suaminya untuk lakukan sex anal. Setelah itu, suaminya ketagihan. Akhirnya di luar, suaminya cari pria untuk disodomi. Rumah tangganya hampir karam. Seiring semakin intennya pemberantasan korupsi. Kehidupan glamour udah semakin sulit. Akhirnya mereka berdua berkomitmen untuk healing. Mereka ingin selamatkan perkawinan yang sudah berlangsung 15 tahun. Butuh waktu 2 tahun mereka ikuti konseling psikiater untuk bisa sembuh. “ Cerita Wenny.


“ Itu sebabnya, kepada teman teman yang belum pernah di gangbang, dia berpesan. Jangan pernah coba. Sekali coba, itu akan ketagihan. Sehingga hubungan sex normal udah engga menarik lagi. “ Lanjut Wenny.


“ Mengapa sebegitu besarnya pengaruh ?


“ B, bagi mereka gangbang itu sangat nikmat. Tapi bayangin aja meladenin lebih dari 2 pria itu pasti melelahkan. Tanpa obat obatan engga asik. Jadi udah sex nya menyimpang, terjebak juga dengan obat obatan. Dan itu kalau mau jujur, kelas menengah atas sebagian besar terjebak sex menyimpang dan narkoba. Yang menyedihkan kesakralan rumah tangga dan perkawinan itu udah engga ada. Rasa hormat udah engga ada.” Kata Wenny.


“ Ya. Uang harus dicari dan diperjuangkan. Itupun dengan cara yang benar dan halal. Kalau sudah didapat, cari Tuhan, dekati Tuhan. Sayangi orang miskin, berbagilah. Karenanya tanamkan pada diri untuk selalu hidup sederhana. Tanggalkan semua instrument dan atribut orang the have.” Kata saya.


“ Benar kamu. Umumya para koruptor itu, hidup mereka tidak lagi dijalan Tuhan. Tidak punya rasa malu. Mereka berusaha di hormati  tapi tidak merasa terhormat. Ingin kaya raya tapi mereka tidak pernah bisa merasa kaya. Selalu kekurangan dan selalu kawatir, selalu berbohong dan bahkan cerdas merekayasa kebohongan. Nah bayangin aja kalau pajabat dan mereka yang berada di posisi pemimpin terjebak korupsi. Apakah mereka punya niat baik untuk kesejahteraan rakyat? Pastinya engga dech. “


“ Pada akhirnya kekuasaan itu bukanlah kemewahan, Tetapi adalah liablities yang harus ditanggung sepanjang usia dan jabatan. Tidak mudah memang menjadi elite. Mereka memang orang terhormat dan sepatutnya hidup dengan standar terhormat juga terutama dari segi moral“ Kata saya.


Saya terpesona.  Dalam hati saya sadarl. Kalau negara ini besar dan mampu mengelola penduduk diatas  1 miliar orang, itu bukan karena Sumber daya alam yang melimpah. Tetapi karena PNS nya yang tahu diri. Tahu bererimakasih kepada negara yang telah memberikan mereka kesempatan sebagai elite negerinya. Saya ceritakan kepada Wenny akan kekaguman saya kepada mereka. China punya aparat yang hebat. Mereka hero dan karena itu wajar kalau pemerintah China walau sistemnya diktator namun trust rakyat sangat tinggi.


 Trust itu sangat personal dan lebih kepada perasaan. Kalau rakyat merasakan sendiri tidak nyaman berurusan dengan aparat, diperlakukan tidak adil, ya citra yang dibangun lewat media tv atau film hanya omong kosong. Memuakan. Pemerintah bukan teater tetapi realitas untuk pengabdian. Jadi engga perlu minta dihormati berlebihan atau disebut hero segala. Kalau mereka baik ya memang harus baik. Karena itu mereka dibayar mahal. Tahu diri sajalah. Dan lagi tidak ada yang maksa mereka jadi pejabat elite kekuasaan.” kata Wenny.


Saya terhenyak. Ingat dengan teman saya, Lin. Dia  PNS di Hobei, China. Dia bekerja di Pusat pengeloaan lingkungan hidup.  Suaminya Perwira tentara rakyat. Keluarga kecil itu sangat bersahaja. Saya kenal dengan teman ini waktu dia kuliah di Belanda tahun 2008.  Berkali kali saya ajak makan malam, justru dia tawarkan balik agar makan malamnya di rumah mereka. Padahal saya sudah siapkan restoran terbaik. Ya saya datang. ke rumah mereka. Mereka adalah 8% dari total populasi 1,5 miliar rakyat China yang terpelajar dan mungkin hanya 0,01 % dari mereka yang dapat beasiswa sekolah sampai ke luar negeri.  Mungkin 0,001 % dari mereka yang dapat sekolah dinas gratis dari negara. 


“ B, maafkan kami kalau berkali kali menolak undanga makan malam? Kata suaminya dengan bahasa inggris yang sempurna.


“ Saya malu. Karena ini entah yang keberapa kali saya makan malam di rumah ini.” Kata saya.


“ B, kamu adalah sahabat istri saya dan kakak tertua kami. Jangan merasa sungkan.” Kata suaminya. 


“ B, kami yang sebenarnya malu kalau makan malam mewah bersama kamu. “ Kata teman saya.


“ Mengapa ?


“ Kami hanya segelintir rakyat China yang dapat program  sekolah kedinasan, yang gratis. Selama ikut pendidikan, kami tetap dibayar pemerintah. Ada ratusan juta rakyat yang bertarung bertahan hidup untuk bisa makan dua kali sehari. Sementara kami menikmati kemewahan makan setiap hari selama pendidikan. Padahal kemewahan itu kami dapatkan dari uang pajak rakyat. Mungkin pemerintah harus mengurangi program sosial untuk rakyat agar orang seperti kami bisa terus belajar. “ Kata Lin.


Saya terdiam. Terpukau akan sikap rendah hati nya.


“ Setiap hari kami merasa berhutang kepada negara. Dan terus berjuang agar bisa memberikan pengabdian terbaik. Tapi itu tetap saja tidak membuat kami berbangga diri dan punya kemampuan financial makan di restoran mewah. Bahkan walau kamu bayarin, tetap saja kami malu.   Malu karena apa yang kami berikan belum cukup membayar pengorbanan rakyat untuk kami. Apalagi kalau melihat keadaan sebagian dari mereka masih ada yang miskin” Kata Lin.


Ya negara exist karena adanya rakyat. Mereka dipersatukan oleh lambang. Dalam lambang itu ada komitment dan vision, juga hope. Semua rakyat menghormati lambang. Tapi yang kadang merusak adalah aparat negeri sendiri. Ketika mereka korup, mereka sudah menginjak injak lambang negara. Dan tidak malu kalau mereka sukses ini dipuji.Padahal apa yang mereka persembahkan belum secuil pengorbanan rakyat. Dan rakyat tidak dibayar untuk itu, bahkan mereka membayar dalam bentuk pajak dan pungutan.  Trust rakyat kepada negara bukan karena pencitraan tetapi rasa keadilan yang mereka rasakan. Mencari rezeki mudah dan pajabat yang melayani. Itu aja. 

Tuesday, August 16, 2022

Drama keadilan?



Club Societeit Concordia, sebuah  klub mewah yang beranggotakan para saudagar zaman Kolonial. Sebagian besar adalah kalangan elite yang berasal dari Eropa. Mereka punya tempat  hiburan eksklusif, pramuria kelas premium dan makanan serta minuman mahal. Berbeda dari tempat hiburan lainnya, tempat ini juga menyediakan perpustakaan dan meja baca, dengan banyak buku dan jurnal. 


Setiap Brinkman datang ke club ini dia merasa pecundang. Betapa tidak. Semua pria anggota club menceritakan tentang kehebatan Fientje di tempat tidur. Dia tidak bisa marah. Hanya sebatas geram saja. Karena Fientje bukan miliknya.


Fientje adalah komoditas kapitalis. Pelacur yang memang menjual sumber dayanya untuk uang. Usianya 19 tahun. Parasnya blasteran, campuran pribumi  dan Eropa. Kulitnya putih, Matanya bulat dan hidung mancung. Rambutnya panjang, hitam, serta ikal berombak. Senyum mengalahkan semuanya.


“ Apa sih masalah kamu?, kenapa terlalu terbawa perasaan dengan seorang pelacur. Fientje bukan siapa siapa. “ kata Ivan sahabat Brinkman ketika dia minta pendapat. 


“ Aku tahu dia pelacur. Aku tahu dia menawarkan tubuhnya kepada siapa saja. Tapi masalahnya bukan sekedar dia pelacur. Aku merindukan wanita berparas Eropa dengan kepribadian wanita pribumi. Di rumah,  aku tidak merasa pria seutuhnya. Posisi equality terhadap istri tidak membuatku nyaman. Apa arti kekuasaan dan uang kalau akhirnya kita tidak berdaya dihadapan istri, wanita yang kita ongkosi hidupnya. “ kata Brinkman. Dia mengusap kepalanya dan tertunduk seperti menahan kesal dan bosan”  Terutama ditempat tidur. Kering. Membosankan. “ kata Brikman. Dia terdiam sejenak. 


“ So…” Irvan ingin tahu suasana hati Briekman.


“ Kamu tahu artinya kekuasaan pria? Kata Brinkman. “ Ketika aku  masuk kamar tidur, Fientje  mencuci kakiku. Menggunting kukuku. Mengelap dadaku  dan semuanya. Setelah itu dia membersihkan dirinya. Berias dan seharum mungkin. Dia menyerahkan tubuhnya dengan total. Tidak berusaha lead. Tetapi ketika dia kusentuh, dia lead tanpa ragu untuk memanjakanku dan memuaskanku. Wajahnya sangat dekat denganku. Itu wajah Eropa, Ivan! Sementara sepanjang hidupku tak kudapati wanita Eropa seperti itu. Mereka ingin dilayani dan mudah mengeluh ditempat tidur. “ lanjut Brinkman. 


Ivan hanya tersenyum. Dia tahu Brinkman sedang memasuki usia krisis rumah tangga. Biasa itu terjadi ketika memasuki usia perkawinan diatas 15 tahun. Dia tidak hendak berusaha meyakinkan Brinkman, tentang rumah tangga bukan melulu soal sex tapi sentuhan persahabatan jiwa. Itu lah yang membuat hubungan nyaman. Kalau ukurannya sex, itu tak akan bertahan lama. Sama halnya orgasme yang hanya berselang sekian detik saja. Setelah itu sepi dan lelah.


***

Sekian bulan kemudian, lewat koran pagi. Ivan membaca berita “ ditemukan mayat wanita dalam karung tersangkut di pintu air di daerah Senen, Batavia. Menurut berita itu, walau kulitnya putih dipastikan mayat itu  bukan orang china. Namanya Fientje. Wanita penghuni rumah bordil mewah di Batavia. Ruempol, komisioner besar polisi memimpin penyelidikan dan penyidikan kematian pelacur ini.


“ Sebenarnya tidak ada yang istimewa. Fientje hanyalah seorang pelacur. Mengapa harus repot. “ kata Brinkman kepada Ivan. “ media massa saja terlalu mendramatisir keadaan. Engga jelas lagi fakta dan fiksi” lanjutnya.


“ Ya ini fenomena tentang keadilan yang sudah lama diragukan oleh rakyat. Berita ini seperti wahana rakyat menumpahkan ketidakpercayaanya kepada penguasa Belanda. Apalagi mereka sudah bosan baca berita pemberontakan kaum pribumi. Selalu kalah di medan perang dan kalah di pengadilan. 


Mereka udah bosan baca berita cerita seks, sensasi, dan kekerasan. Mereka butuh oase ditengah kehausan akan rasa keadilan. Mereka muak dengan hukum pemerintahan kolonial yang tidak ramah kepada rakyat pribumi. Tajam kebawah tumpul keatas” kata Ivan.


Polisi sudah tahu siapa pembunuh sebenarnya. Apalagi Fientje adalah pramuria terkenal dikalangan elite Belanda di Batavia. Hampir semua mereka pernah merasakan kehangatan tubuhnya. Mereka juga tahu kedekatan Brinkman dengan Fientje. Namun mereka tidak  yakin bahwa ada perasaan khusus Brinkman kepada Fientje.  Semua elite aparat hukum berusaha saling menutupi kasus ini. Maka skenario dibuat sedemikian rupa atas kematian Fientje itu.  Seakan kematian Fientje disulut perasaan dendam dan marah oleh seorang Centeng yang tak mau tubuh Fientje dibagi ke pria lain. Tak lupa media Massa juga ceritakan kehidupan glamor Fientje dengan para elite Eropa. Rakyat tetap tidak percaya skenario itu.


“ Cobalah kalian pikir. Tersangka pastilah orang Belanda. Hukumnya dari Belanda. Polisi dan hakim juga Belanda. Yakin akan ada kebanaran yang diungkapkan. ? Kata rahmat sahabat Ivan dari kaum terpelajar pribumi yang sering jadi narasumber kolom berita koran. “ Hukum kolonial hanya di design untuk menjerat rakyat jelata, bukan elite kolonial “ lanjut rahmat. Ivan hanya diam. Ada benarnya tapi bisa saja itu dibawa dalam dialektika. Bahwa keadilan itu tidak bisa memuaskan semua orang. Masalahnya selalu yang tidak puas adalah rakyat jelata. Penguasa selalu baik baik saja. 


***

Berita koran sore mengejutkan Ivan. Apa pasal? Brinkman ditangkap karena diduga sebagai pelaku pembunuhan. Nama Ruempol komisaris besar polisi menghias berita koran. Polisi hebat. Berpihak kepada keadilan. Walau elite Eropa sekalipun, kalau salah tetap harus dihukum. 


Rakyat menantikan proses penyidikan sampai ke pengadilan. Setiap proses penyidikan, hasilnya pasti menimbulkan spekulasi di tengah menyakat yang sudah terlanjur tidak percaya kepada pemerintah. Apalagi semua tahu. Dari polisi sampai elite poltik pasti terkait dengan Brinkman. Brinkman juga menebar uang kepada siapapun yang berwenang menangani kasus ini. Sebagian besar polisi Batavia sudah dibelinya.


Darimana Brinkman punya uang banyak? Dia pengusaha besar Eropa yang punya koneksi kuat dengan elite kerjaan Belanda. Hampir semua bisnis pedagang china di Batavia mendapatkan rente dari kedekatan Brinkman dengan kekuasaan. Termasuk bisnis candu, yang sangat digemari oleh orang kaya. 


Dia juga menjadi mediator keluarga kerajaan di Jawa untuk dapatkan upeti lebih dari pejabat kolonial. Pada waktu bersamaan membujuk kerajaan menghabisi pangeran yang pro ke rakyat jelata.  Tentu banyak masalah rumit mengenai politik antara pemerintah kolonial dengan kerajaan dapat diselesaikan oleh Brinkman. Itu berkat candu, uang dan wanita yang mudah didapatnya dan dibagikannya.


Dengan sigap Brinkman menangkal tuduhan yang ditujukan kepadanya. Ia segera dibawa ke pengadilan untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya. Pada masa itu, seorang Belanda tulen diadili karena membunuh seorang indo tentu sangat luar biasa. Mungkin bagi Brinkman, nyawa seorang pribumi tidak ada harganya. Terlebih ia juga dibela pengacara terkenal, Mr Hoorweg. Brinkman sempat sesumbar bahwa rekan-rekannya di Societeit Corcondia bakal membelanya habis-habisan. Namun jaksa tidak peduli. Proses jalan terus.


Akhirnya setelah melalui proses pengadilan yang panjang, Gemser Brinkman di pidana dengan pasal Pembunuhan berencana. Ia diancam hukuman mati. Apa motifnya ? lantaran cemburu. Gemser Brinkman rupanya ingin menjadikan Fientje de Feniks sebagai gundik atau isteri gelapnya. Namun, mucikari Fientje menolak dan Fientje lebih memilih terus menjalani pekerjaannya sebagai pramuria. Penolakan ini rupanya membuat Gemser Brinkman gelap mata. Ia mencekik Fientje sampai tewas. 


Keterangan saksi Raonah, seorang pelacur pribumi, turut menguatkan keterlibatan Gemser Brinkman. Raonah mengaku pernah melihat Gemser Brinkman dan Fientje bertengkar.  Raonah menyatakan bahwa ia melihat Gemser Brinkman mencekik Fientje de Feniks di sela-sela bilik bambu. Kesaksian Raonah itu lebih meyakinkan hakim daripada kesaksian lain,  yang mengatakan pembunuhan dilakukan orang bayaran, yaitu centeng  Silun dan dua anak buahnya. Mereka menghabisi nyawa Fientje de Feniks sekaligus membuang mayatnya di Kali Baru Batavia. Karena itu, Pak Silun juga ikut tertangkap. Ia sangat menyesal, terlebih bayaran yang diterimanya baru uang muka.


***

Ivan bertemu dengan Ruempol di Club Societeit Concordia. “  Sangat tragis nasip seorang Brinkman. Dia kaya, terpandang, terpelajar, punya koneksi luas. Akhirnya terhina oleh hanya seorang pelacur “ kata Ivan. Ruempol hanya tersenyum sambil melirik pemain piano yang sedang melantunkan lagu klasik. Dia meneguk minumannya dan menghela napas.


“ Dengan kasus ini kita memberikan panggung teater terbaik kepada rakyat kolonial. Bahwa apa yang mereka ragukan selama ini bahwa hukum tajam ke bawah, kini kita buktikan bahwa hukum tetaplah sandaran untuk mendapatkan keadilan bagi siapa saja, bahkan untuk seorang pelacur sekalipun. Politik perlu drama kolosal agar orang tetap percaya dengan pemerintah dan melupakan realitas bahwa mereka sedang dijajah oleh sistem kekuasaan. Kini atau nanti andaikan bangsa ini merdeka, keadaan itu tetap akan ada. 


Selagi poltik sebagai panglima maka selama itu pula kekuasaan perlu drama. Ya sekedar cara menghapus trauma dan ingatan bahwa kekuasaan itu menindas dan berbohong.” Kata Ruempol.  Ivan teringat Brinkman. Selama menanti eksekusi hukuman mati, dia akhirnya memilih jalan  bunuh diri.. Kadang sesama elite saling menghabisi atas nama hukum. Itu juga demi mempertahankan legitimasi di hadapan rakyat. Apakah itu tanda sebuah perubahan ? No way. Just drama!  Mengapa ?  Sistem kolonialisme menjadikan politik sebagai panglima, selama itu pula tidak akan ada keadilan bagi rakyat.

Tahu diri...

  Aku berdiri di dekat jendela. Temaram lampu kamar kerja, membingkai bayangan Esther seperti setengah memanjang. “ Ah mimpi kamu B. “ kata...