Friday, October 15, 2021

Transformasi diri.

 




2008, pada satu kesempatan makan malam bersama Cha, saya datang bersama sahabat saya, David. “ Kita memindahkan pekerjaan remeh kepada negara miskin yang padat penduduk, agar mereka bisa menghidupi rakyatnya lewat industri padat karya namun nilai tambah rendah. Sementara di Eropa , AS dan Jepang sibuk berinovasi lewat riset dan teknologi untuk menghasilkan produk high tekhnologi. Itulah sebabnya sejak 20 tahun lalu terjadi gelombang relokasi industri besar besaran dari Eropa, AS ke China, Vietnam dan negara berkembang lainnya.


“ Manusia bukan  budak yang bekerja keras untuk produksi sandal, sepatu, tas dan pakaian dengan standar upah rendah. Dengan tekhnologi tinggi, tinggi juga nilai tambah dan tentu tinggi juga upah. Dengan begitu terjadi tranformasi dari masyarakat industri tradisional ke industri modern high tech. Itu cara mudah dan cepat mencapai kemakmuran. “ Lanjut David. 


“ Tekhnologi bukanlah solusi menyelesaikan masalah subtansi kehidupan. Ia hanya sebagai alat mempermudah upaya manusia. Walau ada uang digital, namun fungsi uang tidak berubah. Ia tetap sebagai alat bertransaksi. Market place online bagus, tetapi tidak akan menggantikan off line. Product high tech bagus, tetapi barang remeh tidak tergantikan. “ Kata Cha. David tersenyum mendengar ucapakan Cha yang pilosofis itu. 


Setahun setelah itu Pabrik Garment David di Spanyol dan Pabrik sepatu di Italia dia tutup. Saya beli merek dagangnya dan jaringan marketingnya. Pabrik saya pindahkan ke  Dongguan-China. Cha membantu saya dalam proses relokasi pabrik itu. Kami terus bersahabat.  Cha, saya kenal kali pertama ketika dia jadi Sales di Guangzhou. Tapi tahun 2013 dia sudah jadi boss pabrik besar di China. Bagaimana secepat itu dia dapat sukses.? Begini ceritanya…


***

Dia cerita bahwa awalnya dia mengetahui ada informasi dari Internet tentang new produk. Produk ini dibuat dari bahan alami atau istilahnya friendly environments. Kegunaanya adalah untuk membersihkan toilet atau mencuci piring kotor atau membersihkan kramik kamar mandi. Hebatnya lagi, limbah dari produk ini ,kalau mengalir kesaluran pembuangan maka dapat membersihkan juga saluran tersebut dan sekaligus menghilangkan aroma busuk. Dia melihat ini suatu peluang yang luar biasa kalau dapat dipasarkan di China. 


Kemudian , dia mengirim email ke perusahaan yang memproduksi barang tersebut di AS. Hampir sebulan , tidak ada response. “ Padahal dalam sebulan itu saya berkirim email lebih dari 100 kali.” 


“ Mengapa ? Apa pasal ?


“ Karena dalam email itu saya menawarkan diri sebagai sole agent di china.Naif ya. “ Katanya tersenyum. Saya tahu, dia hanyalah salesman ,yang tidak punya kantor sendiri , apalagi karyawan.Tapi dia jujur menyampaikan background dia kepada produsen barang itu.


Akhirnya berkat kegigihan itu datang juga response. Perusahaan di AS itu bersedia menujuk dia sebagai agent asalkan dia dapat memenuhi persyaratan yang ditentukan. Syarat tersebut , tentu syarat yang normative. “ saya harus punya gudang, harus punya kantor, harus punya cabang, harus punya bukti kemampuan menjual sesuai target selama setahun. “ Kata Cha tersenyum. Secara logika, tidak mungkin Cha mampu memenuhi syarat tersebut. Tapi yang logika bagi orang awam, tidak bagi dia. 


Dia berjuang untuk dapat memenuhi syarat yang ditetapkan oleh produsen. Sebelum dia melangkah lebih jauh dia minta ada penjanjian sederhana (seperti MOU ) yang memberikan hak dia untuk memproses sesuai sarat yang ditentukan dan juga kewajiban produsen memenuhi janjinya apabila dia dapat memenuhi persyaratan.


Setelah MOU ditanda tangani. Dia mulai bergrilya mendatangi target pasar. “ Saya memilih meyakinkan pasar sebelum saya melengkapi persyaratan lainnya. Beberapa rumah sakit besar, Hotel dan apartement resort , saya datangi. Setiap hari sedikitnya ada sepuluh calon target pasar yang saya kunjungi. Saya mendatangi target market itu menggunakan angkutan umum dan kadang berjalan kaki. Karena kendaraan pribadi saya telah terjual untuk keperluan biaya sehari hari. 


Disamping itu saya juga mengirim brosur via email lebih dari enam ribu sasaran. Hasilnya dalam tiga bulan , saya bisa mendapatkan response lebih dari 500 target market. Total permintaan tak disangka , lebih dari valume penjualan produsen AS selama setahun di lima negara.” Kata Cha.


Hasil penjajakan pasar ini , dia laporkan kepada produsen di AS tapi tidak ditanggapi serius karena dia belum melampirkan kesiapan yang lainnya seperti kantor, izin perusahaan dan lain lain. ‘ Saya sadar jalan sebagai agent terlalu sempit peluang. Ada ruang yang lebih besar yaitu sebagai industriawan. Naif ya.” Katanya. Saya mengangguk.


Maka dengan keyakinan pasar yang begitu besar, jalan sebagai industriawan dipilihnya. Walau dihadapan produsen AS dia tidak dianggap sebelah mata, namun dia tidak ragu untuk mengajukan proposal sebagai industriawan. Lebih dari empat bulan, proposal itu tidak pernah digubris oleh produsen. Walau setiap hari dia selalu mengirim email tentang hal yang sama. Kadang sehari dia kirim 5 email. Menurutnya, tidak sedikitpun dia ragu akan diterima proposalnya. Dia yakin seyakinnya. Selagi belum ada jawaban maka peluang masih ada. Kalaupun ada jawaban penolakan maka dia masih punya cara untuk meyakinkan.


Akhirnya , benarlah keyakinannya bersua dengan kenyataan. Pihak produsen , menyanggupi untuk bekerja sama” Mereka minta technology fee berdasarkan volume penjualan danh golden share sebesar 15%. Mereka juga miinta transfer right untuk patent sebesar USD 1 juta dollar didepan. Itu wajar saja. Tapi sarat ini tidak mungkin dapat saya penuhi. Apalagi dengan keadaanya saya yang hampir bankrupt. Maklum lebih dari setahun saya hidup dari tabungan karena tidak lagi bekerja sebagai sales. Seluruh energy dan waktunya dicurahkan untuk ini. “ Kata Cha.


Dalam keadaan serba kurang , dia tetap yakin akan berhasil. Apalagi istrinya selalu mendukungnya dan tak sedikitpun meragukan obsesinya. Dukungan istrinya sangat luar biasa. Di saat terpuruk istrinya selalu meyakinkan dia untuk terus berjuang dan focus. Istrinya terpaksa kerja di Pasar Ikan untuk biaya hidup mereka. Padahal sebelumnya hidupnya nyaman sebagai sales manager di Pabrik Kimia. Dia juga insinyur kimia. Tentu tidak sulit dapatkan kerjaan. Tetapi jalan wirausaha,  jalan yang sulit dan terjal dipilihnya.


Waktu dilaluinya dengan berat dan jalan terseok seok. Semakin sulit semakin membara semangatnya. “ Andaikan semua mudah, tentu sukses akan menjadi milik semua orang. Hanya pejuang yang berhak memenangkan pertempuran “  Demikian philosopy hidup Cha. 


Itulah sebabnya tidak ada istilah menyerah baginya. Ditengah sulit akan selalu ada cara untuk keluar dari kesulitan asalkan selalu bergerak dan bergerak , tidak menyerah dengan keadaan. Dia juga tidak mengemis dengan produsen untuk mengasihaninya agar melunakan kondisi. Baginya, kemitraan adalah keseimbangan. BIla dia ingin dihargai maka dia harus memastikan dirinya qualified untuk dijadikan mitra dan itu hanya satu jalan yaitu dia harus memenuhi syarat dari produsesn.


“ Lantas apa solusinya ? Tanya saya. 


“ Jalan yang ditempuh adalah mencari orang lain yang bisa dijadikan sinergi untuk meraih impiannya.” Katanya.


Pertama tama yang dia datangi adalah Perusahaan Distributor besar, yang mengageni banyak produk import. Ada banyak distributor yang didatanginya. Akhirnya beberapa menyanggupi untuk mendukung rencananya membuat pabrik dan bersedia menjadi distributor. Masalah marketing teratasi. 


Masalah kedua , darimana modal untuk merealisasikan ini. “ Inilah yang paling utama. Tanpa modal , semua impian akan menjadi tetap impian. Tapi saya tidak frustrasi. Tanpa izin perusahaan, tanpa kantor , tak mengurangi rasa pecaya diri saya untuk bertemu dengan bank. “ Katanya. Ya, hanya bank yang dia tahu sebagai sumber pembiayaan. Lain tempat tidak dia paham. Apalagi mengharapkan bantuan dari keluarga Itu tidak mungkin. Dia terlahir dari keluarga miskin, juga istrinya.  


Dengan bermodalkan proposal bisnis dan MOU dengan produsen di AS, dia berusaha meyakinkan bank untuk mendukungnya. Bukan hanya satu bank yang didatanganinya ,tapi beberapa bank. Jawaban bank semuanya sama bahwa dia harus punya track record sebagai businessman atau collateral, juga perizinan yang lengkap. Tanpa itu bank tidak bisa beri dia modal. 


“ Tract record , saya tidak ada. Collateral, apalagi, izin jangan tanya.” katanya. Dia tidak kecewa dengan penolakan itu. Karena dari penolakan itu dia mengetahui apa yang harus dilakukannya agar qualified mendapatkan pinjaman dari bank.


“ Ya saya harus mencari mitra yang punya tract record sebagai debitur bank yang sehat. Tentu mereka orang yang sukses dan perusahaan yang hebat. Bila saya bermitra dengan orang itu maka perusahaan saya akan memenuhi syarat untuk dibiayai oleh bank.”  Katanya. “ Tapi saya tidak mau bermitra hanya bawa badan dan semangat. Saya harus mendirikan perusahaan terlebih dahulu. Darimana uang biaya izin dan sewa kantor ? Saya menjual apartement. Hanya itu tersisa sumber daya keuangan kami. Selanjutnya, kami pindah ke rumah orang tua saya.” Lanjutnya.


Selanjutnya dia mendatangi beberapa nasabah bank yang sudah punya track record. Dia tidak meminta modal dari mereka. Dia hanya minta nama mereka tercantum sebagai pemegang saham perusahaanya. Karena nasabah bank yang sudah punya track record adalah perusahaan besar , tentu tidak mudah mendatangi mereka apalagi meyakinkan petinggi perusahaan itu. 


“ Untuk mendapatkan kesempatan bertemu, tidak sekali saya terpaksa duduk seharian di depan sebuah restoran, yang biasa dikunjungi CEO perusahaan itu. Tak sedikit yang langsung menolak rencana bisnis saya. Namun saya tak pernah kehilangan harapan. Saya sadar, apalah saya untuk dengan mudah dipercaya orang”Kata Cha.


Akhirnya ada satu perusahaan yang tertarik untuk mendukungnya. Benarlah. Mereka tidak keluar uang hanya bersedia menempatkan namanya sebagai pemegang saham mayoritas. Mereka minta saham 60% namun dia punya opsi untuk membeli kembali saham itu dalam jangka waktu tertentu dengan harga 50% diatas harga nominal. Dia terima deal itu tanpa sedikitpun merasa dirugikan. 


“ ini wajar, menurutnya.”  Karena siapa yang akan percaya kepada pemula. Namun saya yakin , walau saya minoritas saya  akan menjadi pemenang karena saya sangat memahami bisnis ini dan tahu bahwa mitra venture saya hanya mengejar rente saham. “ 


Setelah kemitraan terjadi maka proses pengajuan pinjaman ke bank dilaksanakan. Bankpun setuju memberikan kredit dengan kondisi semua saham dijadikan jaminan, termasuk personal guarantee dari pemegang saham mayoritas yang dikenal bank sebagai nasabah yang punya track record bagus.


Maka, jadilah Cha sebagai direktur perusahaan dengan investasi raksasa. Tiga tahun setelah perusahaannya beroperasi , produksinya sudah membanjir pasar dalam negeri China maupun manca negara. Hebatnya lagi , principalnya yang di AS memilih menutup pabriknya di AS dan memindahkan businessnya ke china. Melalui venture capital  dia mengajukan skema pembiayaan untuk menbeli kembali saham yang 60% tersebut dan kemudian menjualnya kembali kepada mitranya dari AS seharga 4 kali lipat. Kini dia bermitra langsung dengan principal yang menguasai riset dan technology.


Sukses sudah ditangannya. Apakah penampilannya berubah, seperti orang kaya baru ? tidak !.Justru dia semakin keras bekerja. Sehari dia berkeja hampir 18 jam. Hidup sederhana. Tidak membeli rumah mewah. Dia bahagia dengan tetap tinggal di tempat yang lama. Kenapa ? dia masih punya obsesi ? “ saya ingin membuat imperium business , bukan hanya untuk saya dan keluarga tetapi juga untuk masyarakat china.”. Tahun 2013 saya mendukung  perusahaanya untuk masuk ke bursa Shenzhen Stock exchange dan Shanghai Stock Echange.


***

Hikmah cerita.

Apa yang dilakukan oleh Cha adalah suatu semangat entrepreneurship.  Jeli membaca peluang, creative mencari solusi, tidak kenal lelah dan selalu bekerja keras , tidak takut menghadapi resiko ketidak pastian, selalu berpikir positif, tidak rendah diri, bersikap terbuka dan mau berkerjasama demi mencapai tujuan. Lebih daripada itu adalah niat baik untuk kepentingan semua pihak. 


Ya, Keberhasilan tidak pernah datang dengan mudah. Semuanya harus diperjuangkan ditengah keterbatasan yang ada. Hidup adalah proses , yang semua orang harus melewatinya. Tanpa kecuali. Yang membuat orang lain kagum bukanlah hasil yang dicapai seseorang melainkan proses dibalik keberhasilan tersebut. Jangan pernah tergoda dengan istilah miracle atau short cut atau kekuatan doa miskin effort. Bila kita percaya kepada Tuhan maka kita juga harus percaya kepada hukum Allah, yaitu sunattulalh, bahwa semua harus dilalui dengan kerja keras, istiqamah dan sabar. Ini juga yang ajarkan agama kepada semua orang beriman.


Sumber “ MyDiary.

Tahun 2013.





Saturday, October 09, 2021

Secuil aksi

 





Dina tidak harus bertemu dengan Mahdi. Tapi takdir tidak bisa dihindari. Itupun karena Dina ingin jadi anggota DPR. Ingin mengubah keadaan jadi berkeadilan bagi rakyat. Mahdi membuka jalan untuk dia jadi elite negeri. Tentu Dina membuka jalan liang senggamanya disentuh Mahdi. Perselingkuhan biasa terjadi. Apalagi untuk tujuan politik. Ada rasa salah, tetapi terselesaikan dengan berdamai pada diri sendiri. 


Dina tahu, dia hanya dimanfaatkan kencantikan dan ketenarannya untuk menarik massa dalam Pemilu. Aku tahu itu. Aku kenal Dina. Dia tidak bodoh amat. Itu sebabnya, aku tidak sulit mendekatinya. Walau aku bukan politisi namun aku punya teman politisi dan punya uang untuk bergaul dengan mereka. “ Kamu, terlalu muda untuk masuk dalam lingkaran politik. Tetapi ya aku maklum. Pengusaha selalu melewati dirinya sendiri. Berada di lingkaran komunitas apa saja. Yang penting ada peluang.” Katanya waktu kali pertama bertemu di Bali. 


Aku tidak tahu. Mengapa aku terus berusaha mendekat dengan dia. Memang dia cantik tapi dia lebih tua 4 tahun dariku. Tidak ada desire untuk mengencaninya. Tetapi lambat laun dia semakin mendekat. Diapun semakin mudah bicara apa saja. “ Kemarin, sang jenderal, sehabis acara di stasiun TV, ajak aku ke check in di hotel. Perkasa sekali dia. Aku suka dia. Suka banget.” 


“ Hanya suka “


“ Ya sukalah. Emang ada nikma di dunia selain sex ? Dia tertawa.


Lain waktu, dia cerita pergi ke Bali untuk bertemu dengan teman politisinya. Sama dengan cerita sebelumnya. Cerita  vulgar tentang permain sex. Tapi kali ini, “ Pria yang hebat dan cerdas. Tapi kehidupan sex nya buruk. Egois dan cepat sekali selesai. “ Katanya dengan senyum kecut. Pada akhirnya, kalau pria bangga bisa membawa wanita ketempat tidur, wanita juga bangga bisa berpura pura orgasme. Aku hanya senyum saja.


Tahun  1997 Dina ikut lagi bersaing dapatkan kursi  pada Pemilu ke-7. Dia sibuk keluar kota. Situasi jakarta nampak memanas.  Insiden sering terjadi di antara massa pendukung OPP atau bahkan antara massa dengan aparat keamanan. Fenomena Mega-Bintang mulanya disulut oleh pecahnya internal PDI, antara PDI pimpinan Soerjadi dan PDI pimpinan Megawati Sukarnoputri. Kabar yang beredar kala itu menyebut bahwa kubu Megawati mendekat dan akan mengalihkan suara pendukungnya ke PPP. Islam,.  NU mulai diseret untuk berhadapan dengan Soeharto. 


Megawati dengan dukungan pro demokrasi dan barisan marhaen semakin berani melontarkan kritik selama kampanye. Itu karena PPP bersama OPP Islam, ada di belakang mendukungnya. Kritik yang terkenal saat itu adalah  praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme yang kian kentara di tubuh rezim. Mereka protes peran ABRi dalam politi, yang dapat 100 kursi tampa Pemilu. Rezim Soeharto berusaha meredam protes itu dengan menerbitkan Undang-Undang No. 5/1995 tentang Susunan dan Kedudukan MPR baru. Dalam UU ini, jumlah kursi ABRI di DPR dikurangi, dari 100 menjadi 75. 


Namun, upaya ini ditanggapi sini oleh oposisi. Pasalnya, Golkar masih menjadi kendaraan politik Orde Baru. Ormas berlambang pohon beringin ini selalu meraih kemenangan telak di setiap pemilu berkat campur-tangan pemerintah. “ Semua infrastruktur politik pemerintah punya misi memenangkan Golkar. Jangan kaget bila semua harus dipaksakan menang” Kata Dina tersenyum. Usai dilantik jadi anggota DPR, Dina tetap saja sibuk bersama teman temannya,. Kadang dia sempatkan juga bertemu denganku.


“ Kemenagan partai kamu sebenarnya adalah kemenangan pro demokrasi.” Kataku. Dina terkejut.” Maksud kamu ?


“ Pemilu 1997 ini, Megawati berhasil menarik simpatik massa islam. Gus Dur mendukung dia. Pertarungan internal PDI dimanfaatkan Megawati untuk melambungkan namanya secara nasional. Kalau itu terjadi, ABRI akan melirik ke dia. “ Kataku.


“ Mengapa ?


“ ABRI itu dokrin idiologinya adalah rakyat. Kalau rezim tidak lagi didukung oleh NU, maka moncong bedil tidak lagi diarahkan ke rakyat tetapi ke istana. Tanpa dukungan militer, rezim pasti jatuh”


“ Oh itu sebabnya Gus Dur tidak mau bergabung dengan Amin Rais dan kawan kawan di ICMI. Karena dianggapnya itu cara Soeharto membonsai gerakan islam., Justru Gus Dur mengarahkan prodem ke Megawati. Itu sama saja mengarahkan kapal besar NU ke Megawati. Paham aku sekarang. “ Kata Dina manggut manggut. 

” Eh kamu tahu engga. Aku dengar beberapa petinggi partai, jenderal dan menteri pindahin uangnya ke luar negeri. “


“ Oh Ya..”


“ Ya. Gila banget. Uang gede di bank ditranfer ke luar negeri. Bahkan rame rame mereka jual asset dan uangnya ditranfer ke luar negeri juga.?


“ Oh ya? Aku berkerut kening. “ Kenapa?


“ Mereka bilang dengan bisik bisik, sudah muak dengan diktator tua. Sebentar lagi jatuh tuh Diktator tua itu. Tetapi tidak semua punya rekening di luar negeri. Mereka maunya punya rekening offshore. Kamu tahu caranya”


“ Kenapa?


“ Bantu mereka lah. Kan kasihan. Kamu kan punya teman banker banyak di luar negeri.” Katanya.


“ Ok. “ Kataku


***

Bertempat di Ruang Business center Mandarin Hotel, Singapore. Aku bertemu dengan banker Asing. “ Pastikan semua rahasia. Jangan bocor ke publik. Ini sama dengan money loundry. Kita engga tahu apa benar presiden akan jatuh” Kata banker itu.Aku berusaha menjelaskan situasi politik yang kudapat dari Dina.  Setelah membaca proposalku, akhirnya mereka bersedia membuka kantor perwakilan offshore bank di Jakarta. Aku dapat finding fee sebesar 0,25%. Lumayah. Rencana berkantor di hotel bintang V kawasan Sudirman. Sebenarnya bukan kantor. Itu hanya ruang pertemuan saja.


Setelah itu, Dina setiap hari bawa tamunya ke ruang Business center Hotel. Setelah bertemu denganku, mereka isi form aplikasi. Teken. Dalam 5 menit mereka sudah punya rekening offshore. Dengan itu mereka akan minta banknya untuk transfer uang itu ke luar negeri. Caranya sederhana sekali. Bank asing itu punya cabang di Indonesia. Itu bisa dilakukan secara cross settlement atau pindah buku dari rekening dalam negeri ke rekening offshore di luar negeri. Saat itu belum ada larangan cross settlement antara rekening dalam negeri dengan rekening luar negeri.


Ternyata bukan hanya aku, ada beberapa orang juga jadi agent  rekening offshore dari beberapa bank asing di luar negeri. Dalam setahun, puluhan triliun rupiah berpindah ke USD. Rupiahpun jatuh secara berlahan lahan. Akhirnya terjun bebas. diktator tua oleng.


***

Aku masuk rumah. Dina tidur di sofa ruang tengah.  Aku mendekat, kurapikan daster yang tersibak dengan hati-hati. Dina bergerak. Matanya perlahan terbuka. Dia lihat aku sejenak, lalu beralih melihat tivi. ”Makin ramai mahasiwa ke DPR ya. Menyemut sudah mereka. Jatuh tuh sebentar lagi dia?” Katanya.


” Ya.Katanya kamu sakit ? sautku. Dia menggeleng. “ Aku kangen kamu..” Katanya tersenyum menggoda.


“ Kita jahat ya Din? katanya dengan pandangan ke arah TV.


“ Dia lebih jahat.” kataku sekenanya


“ Tapi kan karena kita rupiah jatuh dan berujung krisis moneter. "


" Kalau rupiah engga jatuh, dia tidak akan jatuh” Kataku sekenanya." Bukan hanya kita. Semua teman dekat dia ikut jatuhkan dia. Itu para pengusaha rame rame minta KLBI dan BLBI. Kan pengusaha teman dia juga. Semua penguasa jatuh bukan karena oposisi tetapi oleh orang terdekat dia sendiri. Teman temannya sendiri”


“ Tetapi mereka lebih terbuka malawan. Sementara kita…” kata Dina.


“ Apa bedanya?. Terbuka atau tidak tidak, sama saja. Lawan ya lawan aja. Hidup kan begitu. “ Kataku sekenanya. Dia melirikku. Berdiri dari rebahan. “ Apa rencana kamu dengan fee yang kamu terima? Kataku.


“ Aku mau mengundurkan diri dari panggung politik. Aku mau jadi ibu rumah tangga aja. “


“ Dengan uang itu kamu bisa hidup aman selama lamanya?


“ Tidak. Aku akan gunakan fee itu untuk dukung partai yang bisa memimpin reformasi.”


“ Wah mulia sekali”


“ Aku senang saja. Berkat kenal kamu, aku bisa cerdas menentukan pilhan. Seumur hidupku, baru kali ini aku bisa benar menentukan pilihan. “


“ Ok. Bagaimana dengan pilihan suami? sudah ada? Kataku. 


Dia tersenyum. 


“ Tadi aku lagi tidur kamu benerin dasterku. Kamu sayang banget dengan aku. “Katanya merapat. Susu kenyalnya menyetuh pundakku.


“ Kamu kan kakakku.” kataku berusaha menjauh dari wajahnya.

“ Kakak yang bugil depan adiknya ya..” Katanya tertawa. Aku hanya tersenyum kecut. Napasnya terasa berburu di pundakku.  Udara Jakarta terasa panas. Di luar yel yel mahasiswa terdengar terus menerus. Reformasi tidak bisa dihindari. Semua berperan dalam perjuangan untuk tegaknya demokrasi. Aku ingat tahun 1984 ketika digiring ke Laksus seperti anjing jalanan. Diperlakukan seperti anjing kurap. Kini tunai sudah. Moga  dengan lahirnya reformasi, anak cucuku tidak mengalami nasip sama sepertiku. Itulah bagian secuil aksi rakyat jelantah untuk  negeri yang  dicintai selamanya.

Friday, October 08, 2021

Hadiah cinta dari Tuhan.

 


“ Pulanglah. Sudah 15 tahun kau merantau. Ketika ayahmu meninggal kau tidak datang. Kini ibumu sedang sakit sakitan pula dan kau masih juga belum mau pulang. Anak macam apa kau ini ? Laki laki memang harus merantau tapi jangan pula merantau china. Lupa pulang. Lupa kampungmu sendiri. Lupa orang tua yang mencintai siang dan malam. “ Demikian kata teman lamanya ketika dia amprokan di Bandara Changi singapore.


“ Entahlah. Aku masih sulit berdamai dengan sikap Ayahku. Ayahku tidak restui aku menikah dengan Linda. Padahal itu cinta pertamaku. Sampai kini sudah kepala 3 usiaku, kututup hati untuk semua wanita."


“ Linda sudah menikah. Ikut suaminya ke Medan. Apalagi yang kau nanti? menanti dia jadi janda? 


“ Ya. Bila perlu janda beranak 4 pun aku tunggu dia.”


“ Tolol kau Bas. “ Kata temannya seraya mencibir. “ Tapi okelah. Itu sudah pilihan kau. Bagaimana dengan ibumu? apakah kau lupakan juga hanya karena cinta kau kepada Linda tidak direstui?


“ Aku tidak pernah lupakan orang tuaku. Sejak di rantau, setiap bulan tetap aku kirimin uang ke kampung.”


“ Ibumu bukan hanyan perlu uang tetapi kehadiran kau, Bas..”


“ Masalahnya ibuku minta aku menikah dengan Marina, tetanggaku yang juga sepupuku. Kalau aku pulang, pasti ibuku suruh aku menikah dengan Marina, ada kolot itu.


“ Kenapa ? Karena tidak secantik Linda?


“ AKu tidak mencintainya, B. “ 


“ Cinta bisa datang belakangan.  Pulanglah dan sujud di kedua kaki ibumu. “


***


Dia terbayang kemasa lebih 15 tahun lalu ketika di kampung. Dia pria yang gagah dan pandai berseni. Pemain gitar yang hebat dan disenangi oleh banyak gadis. Dia bangga dengan semua yang ada pada dirinya. Apalagi ketika Linda, gadis cantik,  berlesung pipi anak babah Amo terpukau dengan setiap lentingan gitarnya. Linda selalu memberikan senyum indah kepadanya, di sekolah, di jalan. Tak sulit untuk menjangkaunya. Semua isyarat yang dilihatnya sudah memastikan Linda menyukainya. Dari bertegur sapa dan akhirnya menjadi akrab. Cintapun berlabuh dalam hati untuk melihat yang tak terlihat. Hatinya berbunga manakala membayangkan wajah Linda sebelum berangkat tidur.


Namun cinta yang bersemi itu tidak diatas lahan yang rata. Ada pematang yang luas memisahkan mereka. Linda tak seiman dengannya. Soal harta dan kekayaan , dia tak sebanding dengan keluarga Linda yang pedagang besar di kotanya. Ayahnya hanyalah pegawai negeri golongan rendah. Teramat rendah untuk di sejajarkan dengan orang tua Linda.  Cinta itu mengaburkannya dari realitas bersyarat. Dia yakin akan diterima oleh keluarga besar Linda. Namun syaratnya diapun harus bisa membuktikan bahwa dirinya pantas untuk ditumpangi. Bagaimana caranya?. Dia hanya pelajar sekolah menengah. Dia akan rebut keyakinannya untuk seorang Linda. Kelak bila dia lulus sekolah , dia akan pergi merantau  untuk mengejar harapannya menjadi orang sukses di kota. Dia yakin.

Di tengah untaian kebahagiaan bersama Linda, ada sesuatu yang membuat dia berang. Apa? Seorang gadis lain, Marina, yang begitu akrab dengan keluarganya. Maklum saja Marina itu tak lain adalah sepupunya, yang juga tetangganya. Diam diam dia mengetahui betapa kedua orang tuanya menginginkan agar Marina kelak menjadi istrinya. Pulang kabako, itu ada kolot.


“ Tak perlulah merantau jauh. Di kota ini kamu bisa melanjutkan kuliah. Atau kamu bisa bekerja di tempat ayahmu bekerja sekarang. Atau kamu bisa membantu ayah Marina berdagang di pasar. Kelak kamu bisa pula menjadi pedagang untuk bekal kamu berkeluarga.” Demikian kata ibunya ketika dia lulus sekolah. 


Ada kekesalan di dalam dirinya ketika ibunya menasehati itu. Dia merasa tak lebih hanya seonggok daging yang tak punya nilai apapun. Masa depannya begitu mudah direncanakan dan dilalui. Tapi hanya untuk jadi jongos dan pedagang kumuh di pasar yang berlantai tanah. Tak bisa! Aku bukanlah pria yang selemah itu. Aku akan menjadi lain bila aku bisa mengambil resiko untuk masa depan yang kutentukan sendiri. Demikian tekadnya. Tak ingin dia berdedat panjang lebar soal masa depannya kepada orang tuanya. Hanya satu yang dia tahu bahwa niat orang tuanya agar dia tak jauh dari rumah dan menikah dengan Marina , sepupunya. Ini pikiran kolot.


“ Bercerminlah dengan diri kamu sendiri. Apa yang kamu harap dari Amoi itu. Agamanya berbeda dengan kita. Adat kita tak sama dengan mereka. Kau juga tahu , orang tuanya tak suka dengan kau. Mau apa lagi?. Mau merantau kemana ? apa yang kamu bisa untuk bertahan hdiup di kota besar? Paling paling kamu hanya membebani kerabat kita di sana. Di sini sajalah , ya nak. “ Nasehat ibunya. Kan benar. Ujung ujungnya nasehat itu berakhir pada niat orang tuanya untuk menjodohkannya dengan Marina.


Dia hanya tahu bahwa orang tua Linda tak keberatan untuk menerimanya asalkan dia pantas diterima. Dan itu bila dia punya kelas yang sama dengan keluarga LInda. Ini bukanlah permintaan yang berlebihan. Semua calon mertua menginginkan calon mantu yang hebat. Dia akan buktikan itu. Tekadnya sudah bulat untuk merantau. Diapun berangkat meninggalkan kota kelahirannya dengan dilepas linangan airmata oleh ibunya. " Elok elok di rantau. Jaga selalu sholat ya Nak." Kata Ibunya, memeluknya erat. Ayahnya hanya diam tanpa ada satu kata keluar. 


"Selamat tinggal kampungku, selamat tinggal teman sepermainan. Tunggulah aku datang dengan wajah dan nasip berbeda." Katanya dalam hati.


***


Awal merantau dan merasakan kejamnya ibukota , dia merasa kecut dan ingin segera pulang. Tapi ingat akan janjinya dengan Linda, niat itu diurungkannya. Untuk masuk universitas dia tak berbakat. Untuk berdagang, modal tak ada. Maka satu satunya modal yang dia punya adalah jadi salesman freelance. Dia hanya berharap agar suatu kelak dia dapat sukses. Setiap bulan dia terus berkirim surat kepada Linda soal hidupnya di kota dengan segala impiannya. Awalnya surat itu berbalas cepat. Namun tahun demi tahu sudah lambat dibalas dan akhirnya tak lagi berbalas. 


Namun dia terus mengirim surat dan surat. Dia baru berhenti berkirim surat ketika dia tahu bahwa Linda sudah menikah dengan pria pilihan orang tua. Harapannya pun punah. Tapi tak mengurangi tekadnya untuk sukses menurut caranya. Justru dengan menikahnya Linda, menimbulkan dendang dengan masa lalunya. Dia yakin kemiskinannya telah membuat dia berjarak dengan Linda dan akhirnya kehilangan Linda.


Setelah lebih 5 tahun dia merantau, Hidupnya memang berubah. Dia sudah jadi pengusaha sukses. Namun hatinya tetap hambar. Pintu hatinya tertutup kepada wanita.  ibunya tak lagi menyebut nyebut soal Marina. Ibunya hanya menitipkan pesan agar dia tak meninggalkan sholat dan terus berdoa agar dia selamat di rantau dan segera pulang. Itu saja. Di dalam surat ibunya tak pernah mengabarkan soal sakit. 


Dia baru tahu ibunya sakit itu dari teman lamanya yang kebetulan bertemu di Bandara Singapore. Tak terasa telah hampir 15 tahun dia merantau. Setelah bertemu dengan temannya, bila memikirkan keadaan ibunya yang sakit, keinginan untuk pulang itu semakin besar. “ Pulanglah. Sudah cukup waktu yang ada untuk membuktikan siapa kau. Sehebat apapun nasipmu, seburuk apapun nasipmu, kau tetapkah putra ibumu. Pulanglah. “ nasehat temannya.


***


Dari bandara dia naik taksi ke rumahnya. Dalam perjalanan dia perhatikan kotanya. Keadaan sudah banyak berubah namun kotanya tetaplah kota kecil. Sampai di rumah. Rumah terkunci. Nampak pekarangan rumahnya bersih dan terawat dengan baik. Di ketuknya pintu rumah itu. Tak berapa lama, pintu terkuak dan di hadapannya nampak Wanita yang tak lagi remaja. Marina..


“ Bang Basarudin ?


“ Marina ..” Katanya terkejut. Dia cepat masuk kedalam rumah “ Mana Mandeh? “ katanya setengah berlari kedalam kamar ibunya. Marina mengikutinya dari belakang. Di dalam kamar itu nampak ibunya berbaring. Dia peluk ibunya dan airmatanya tumpah. Di lihatnya ibunya semakin tua dan renta, apalagi dalam keadaan sakit ini.


“ Alhadulillah. Pulang juga akhirnya kamu nak..”


“Maafkan aku Mandeh. Maafkan aku.. Aku anak yang tak pandai berbakti kepada orang tua. Maafkan aku Mandeh. Seharusnya setelah ayah meninggal, aku menggantikan ayah untuk menjaga Mandeh.. “ Kata Basarudin dengan airmata berlinang.


“ Engga apa apa. “ Kata ibunya dengan terengah engah. “ Kan ada Marina yang setia merawat Mandeh. Dulu waktu ayahmu sakit, Marina membantu Mandeh merawat ayahmu. Hampir 6 tahun ayahmu lumpuh karena terserang struk dan akhirnya meninggal. “


Di tetapnya Marina yang ada di belakangnya. Marina tersenyum kepadanya. “ Kata dokter mandeh terkena penyakit jantung. Kesehatannya dari hari kehari semakin menurun, bang. “ Airmata Marina berlinang “ Setiap hari Mandeh selalu menyebut nama abang. Dan kini lihatlah wajahnya mulai memerah dan nampak segar. Kiranya rindunya tertunaikan kini. “


“ Ya , Mar…Abang memang anak durhaka. “ Hanya itu yang dia dapat katakan sebagai ujud sesal yang tak bertepi.


“ Kau sudah mau pulang saja ,sudah lebih dari cukup bagi Mandeh. “ Kata ibunya dan berusaha untuk duduk dari pembaringannya. Dia  membantu ibunya duduk.


“ Nah , mandeh, sekarang bisa makan kan ? Mar suapin ya? .” Marina tersenyum kearah ibunya. “ tadi malam mandeh bermimpi melihat abang pulang. Sejak itu dia tak mau makan. Setiap sebentar dia melirik ke pintu rumah. Dia yakin sekali abang akan pulang.” Kata Marina. Dia perhatikan setiap suap makanan yang masuk kedalam mulut ibunya. Diapun memperhatikan pancaran wajah Marina yang begitu tulus merawat ibunya.


‘ Gimana keadaan suami kamu., Mar “ Katanya tersenyum. Marina diam memerah wajah.


“ Si Mar belum menikah. Dia masih sendiri. Usianya sudah 30 tahun. “Kata ibunya dengan airmata berlinang.


“Kenapa belum juga menikah? “


Marina hanya diam.


“ Awalnya banyak pria yang hendak malamarnya. Tapi Mandeh mengharapkan dia untuk jadi istri kau. Dan orang tuanya juga setuju. Tapi setelah lima tahun kau dirantau , orang tuanya tak lagi berharap kepada kau. Namun setelah itu tak ada lagi pria yang hendak melamarnya.l Kini usianya sudah 30 tahun, dikota ini mana ada pria yang suka dengan wanita seumur itu. “


Dia tersentak. Walau cinta tak berbalas, namun Marina tak berkurang cintanya kepada kedua orang tuanya. Marina juga tahu bahwa dia tak pernah mencitainya. Cintanya ada pada Linda. Diapun tak pernah berkirim surat kepada Marina. Tak ada janji apapun. Apa yang dilakukan Marina kepada kedua orang tuanya tak lebih ujud keiklasan kepada Budenya, (adik dari ayahnya)  dan itu berkat didikan orang tuanya. 


Lima belas tahun penantian untuk cinta bukan waktu yang lama. Tapi penantian tuntuk sesuatu yang tak berharap kepada manusia kecuali kepada Tuhan , bukanlah waktu yang sebentar dan mudah. Benarlah ibunya yang menginginkan dia menjadikan Marina sebagai istri. Gadis sederhana yang santun kepada orang tua. Yang tak pandai bersolek namun wajahnya bercahaya. Yang tak pandai mengungkap perasaan hatinya kecuali ikhlas menerima apa saja hanya untuk beribadah kepada Tuhan.


Setelah seminggu dia berada di rumah. Ketika dia sedang duduk di beranda rumah menghadap taman bunga. Marina muncul dari balik pintu. “ Kapan abang kembali ke Jakarta “ Kata Marina dengan tertunduk. Tak ingin duduk berhadapan dengan dia. Begitu adat mendidik perempuan di kampung.


‘ Abang akan kembali ke Jakarta, setelah… “ katanya


“ Setelah apa bang? Kata Marina dengan wajah tertunduk.


“ Setelah abang bertemu dengan paman untuk melamar kau. Marina,  mau ya jadi istri abang.? Ikut Abang ke Jakarta. Mandeh juga ikut kita ke Jakarta. Sama sama kita rawat mandeh ya” 


Wajah marina bersemu merah. 


“ Alhamdulillah..” Kata ibunya yang ternyata mendengar pembicaraan itu. Dia berdiri dari tempat duduknya dan berlutut dihadapan Ibunya, “  Mandeh, restui aku menikah dengan Marina.” katanya. Ibunya mengusap kepalanya. “ Kau anak satu satunya mandeh. Kau permata hati mandeh. Berdirilah. Temuilah segera pamanmu. Dia juga merindukan kau.” Kata Ibunya tersenyum bahagia seraya melirik kearah Marina yang tertunduk malu dan sekejab kemudian Marina berlari kecil menuju rumahnya yang berada disebelah. 


Sebuah keikhlasan akan pasti berbalas dari Tuhan, untuk sesuatu yang tak terbayangkan. Marina mendapatkan Basarudin lewat proses yang tidak pasti dan cinta yang tak berbalas. Namun semua itu mudah bagi Tuhan. Cinta sejati ( true love) datang seiring dengan waktu dalam  kesabaran tanpa batas.

Hijrah dari atmosfir kemiskinan

  ” Udah tembus 16 ribu rupiah harga beras sekilo. Gula juga udah tembus 17 ribu rupiah. Cepat sekali berubah harga. Sebentar lagi listrik j...