Friday, January 06, 2023

Caracas kelabu..





.


Lim, relasi saya di China menawarkan peluang bisnis. “ Enam cargo crude milik perusahaan minyak venezuela PDVSA dihentikan oleh otoritas AS. Dianggap melanggar sanksi dagang terhadap Iran.”  Kata Lim.


“ Memang benar itu cargo ke Iran? tanya saya.


“ Ya benar sih. Tapi yang dilarangkan transfer uang. Pengapalan tidak bisa dilarang. Tapi ya mau gimana lagi. Itu suka sukanya Amerika. Dia punya kuasa dan kekuantan. Kemarahan dan protes dari Hugo Chavez tidak dianggap AS. “


“ So?


“ Saya bingung. Kamu ada solusi?


“ Apa mungkin kita lakukan skema counter trade? Tanya saya.


“ How?


“ Saya akan atur  melalui agent di London. Mereka punya cara untuk koneksi ke pelabuhan hub trading oil seperti Singapore atau Hong kong. Saya akan bayar dalam bentuk produk yang diperlukan venezuela seperti alat kesehatan dan obat obatan atau makanan atau apalah. 


“ Gimana settlement transaksinya? 


“ Trader Iran yang terdaftar di UEA akan teken kontrak dengan seller crude di Venezuela. Trader di UEA itu membayar transaksi pembelian produk dengan perusahaan yang terdaftar di Xinjiang, China. Kemudian produk itu dikapalkan ke Venezuela melalui pelabuhan Hong Kong sebagai pembayaran Crude.” Kata saya. Setelah melakukan perundingan dengan Teheran, Dubai dan Venezuela, transaksi itu bisa terlaksana sempai 12 cargo. Lumayan untungnya bisa 200%. Tahun 2011 terjadi skandal. Bank inggris yang memfasilitasi transaksi itu kena denda USD 1 miliar.


***

Tahun 2014, saya dapat email dari Aliana. 


My dear,

Saya berharap kamu baik baik saja. Saya merindukan kebersamaan kita beberapa tahun lalu. Ingatkah kamu ketika kita habiskan malam di Caracas, Las Mercedes. Kota yang tak pernah tidur. Kita pergi ke restoran,  nonton film , pergi ke Bar dan berakhir ke night club. Mentertawakan pria China yang gagal menggoda wanita latin berbokong besar. Sepertinya sosialisme tidak applicable dalam hubungan asmara, ya kan. 


Kini kehidupan malam di Caracas telah berubah banyak. Kamu tidak akan menemukan keceriaan di semua tempat di Caracas. Pada malam hari, rasa takut merasuk. Setelah jam 8 malam, jalan-jalan sepi, seakan berlaku jam malam. Caracas menjadi kota dengan tingkat pembunuhan tertinggi di dunia. Wajah malam kelam karena listrik di jatah hidupnya. Wajah murung di ujung malam dalam antrian di depan apotik mengharapkan jatah obat yang terbatas, dan di depan swalayan yang malas melayani karena stok tidak tersedia cukup. Harga melambung sampai 7 kali lipat. Kehidupan sehari hari penuh curiga dan awas. Caracas tidak lagi menawarkan kesenangan dengan banyak pilihan. Semua karena pemerintah salah urus perekonomian.


Kamu ingat kan La Quinta Bar tempat kita menghabiskan malam dengan live music salsa, kini hanya buka tiga hari dalam seminggu. Pengunjung sepi kecuali orang China yang masih suka datang karena merindukan wanita berbokong besar. Kami merindukan semua yang hilang itu. Mungkin tadinya kami tidak pernah berpikir akan jadi begini. Tapi sebetulnya sudah dapat di tebak karena mana mungkin kita mempercayakan kemakmuran dengan penguasaan sumber daya di tangan pemerintah. 


Saya ingat dulu kamu bilang bahwa kemakmuran itu harus datang dari upaya kemandirian rakyat. Pemerintah tidak boleh mengintervensi pasar hanya untuk mengendalikan harga. Sekali harga dikendalikan maka itu akan menimbulkan paradox, sehingga orang malas berkompetisi. Sekali semangat kompetisi menurun maka kreatifitas hilang dan kekuatan bangsa melemah. Benarlah adanya. 


Ingat dulu ketika  Hugo Chavez terpilih kembali pada tahun 2006, ia mengambil alih sektor peternakan, supermarket, bank, telekomunikasi, perusahaan listrik, perusahaan minyak dan layanan dan perusahaan manufaktur yang memproduksi botol, baja, semen, kopi, yoghurt, deterjen dan bahkan kaca. Produktivitas menurun tajam di semua sector.


Benar katamu my dear. Venezuela mendapatkan berkah kemelimpahan MIGAS dengan cadangan terbesar di dunia. Ini berkah tapi juga kutukan. Kami hidup dalam euphoria sosialisme. Semua serba mudah mengurus Negara karena Migas selalu ada untuk memanjakan rakyat. Tapi kemanjaan demi kemanjaan yang datang dari migas ini membuat kami menjadi lemah secara budaya dan ekonomi. Sosialisme memberian ruang elite mengambil banyak dan memberi sedikit kepada rakyat. Kami terlena akan semua kepalsuan dari jargon bahwa tidak perlu bayar pajak, dan orang boleh kerja apa adanya dengan UMR perbulan sama dengan 3 bulan UMR Indonesia. 


Apa hasilnya kini? Ketika harga minyak jatuh yang tidak dapat lagi menutupi ongkos produksi, kami kelaparan di dalam lumbung padi. Negara yang telah menasionalisasi PMA tidak mampu lagi mencetak laba untuk mengongkosi rakyat yang tak pernah mandiri, dan hutang digali berharap mempercepat kemakmuran tapi nyatanya menjebak kami gagal bayar. Kepercayaan keuangan international runtuh. Kami mulai kembali hidup keabad terbelakang dalam mengurus ekonomi : mencetak uang dan menjual cadangan emas.  Apa yang terjadi? Nilai uang terjun bebas hingga 98%. Inflasi meningkat 700% dan masa  depan tidak ada harapan lagi.


Setidaknya ada satu hikmah betapa buruknya bergantung pada impor. Memang untuk mencapai tujuan sosial, lebih baik menggunakan pasar daripada menekannya. Maka, mematok harga komoditas pangan, bukan jalan keluar. Lebih penting mengelola harga pasar agar mendorong produktivitas dan daya saing ekonomi rakyat. 


Kini dalam kesendirian di apartment kecil , dengan penerangan listrik yang dijatah. Aku merindukan kebersamaan dulu pernah kita alami. Oh ya aku ingat ketika suatu pagi kita berjalan ke pasar di kota kecil di China.  Aku melihat seorang ibu bersama bayinya di punggung mendorong kereta dagangannya di tengah cuaca winter. Wanita itu nampak lelah namun wajahnya ada harapan. Kamu bilang “ Wanita itu hidup dalam semangat sosialisme yang di koreksi dengan menggunakan budaya China, semangat kemandirian dan Negara menjaga passion itu lewat kebijakan pasar yang terbuka. Kompetisi terbangun dan Negara menjami keadilan dalam berkompetisi ". 


Sosialis komunis China belajar dari kegagalan revolusi kebudayaan, di mana semua orang dijamin dan Negara menguasai sumber daya. Apa hasilnya?  puluhan juta orang mati kelaparan di lahan pertanian dan tambang. Pelajaran itu sangat mahal.  Tapi di china para elitenya dapat berdamai ketika harus berubah dengan mengkoreksi komunisme. 


Tapi My dear,  di sini ketika krisis terjadi, mereka bukannya bersatu mencari solusi malah para oposisi sibuk mencari kambing hitam dan memprovokasi terjadinya kakacauan. Penjarahan toko terjadi dengan wajah garang. Kemarahan tidak seharusnya terjadi karena kami cinta damai. Agama kami mengajarkan itu. Rakyat bodoh karena mereka malas. Sangat mudah di provokasi dengan janji para oportunis politik,  namun tidak menawarkan sesuatu yang baru. Mereka hanya mengulang retorika sosialisme yang akan menjamin kemakmuran dengan sumber daya alam tanpa harus bayar pajak. Semua akan mudah dan setiap malam tetap bisa pesta dansa dansi diiringi  live music. Sayang sekali, banyak orang tidak menyadari bahwa pesta itu sudah usai! Kedepan, tidak akan ada kemakmuran karena MIGAS. 


***


" Keadaan Caracas semakin tidak menentu. Gelombang protes terus meluas. Apa yang harus dilakukan dengan lokal staff di sana? Tanya William dikektur holding.


“ Ada berapa lokal staf di sana ?’


“ Tinggal dua orang. 5 staff asing sudah semua diterbangkan keluar”


“ Ok sambungkan saya dengan Ramon di Panama” Kata saya.


Tak berapa sekretaris minta saya menerima sambungan dari Panama.” Ramon, tugas kamu evakuasi semua staff lokal di Caracas ke Panama. Nanti team dari New York akan atur kepindahkan mereke ke negara lain.” Kata saya.


“ Apakah termasuk keluarganya ? 


“ Ya. 


“ Siap pak. Segera saya lakukan.”


Sebulan kemudian saya dapat kabar dari Panama. Salah satu tidak mau di evakuasi, yaitu Aliana. Dia bertugas sebagai penghubung dengan pemerintah dan perusahaan di Venezuela.  Saya putuskan sendiri akan terbang ke Panama dan terus ke Caracas. Membujuk Aliana untuk mau di evakuasi. Selama kunjungan itu saya akan dipampingi Ramon. 


Mengunjungi Venezuela saat ini tidaklah mudah karena sebagian besar maskapai telah menghentikan penerbangan mereka ke dan dari Venezuela.Terbang melalui Panama City adalah pilihan tepat. Agar tidak sampai malam hari, kami memilih penerbangan awal. “ Di sana tidak aman” kata Ramon. “ Mereka terjebak dengan budaya petrostat. “ menambahkan 


“ Apa itu petrostat?


“ Itu istilah informal yang digunakan untuk menggambarkan suatu negara dengan beberapa atribut yang saling terkait, yaitu pendapatan pemerintah sangat bergantung pada ekspor minyak dan gas alam, kekuatan ekonomi dan politik sangat terkonsentrasi pada minoritas elit, dan institusi politik lemah dan tidak bertanggung jawab, dan korupsi merajalela.” Kata Ramon. Saya mengangguk dan termenung seperti Indonesia mungkin. 


“ Sejak ditemukan di negara itu pada tahun 1920-an, minyak telah membawa Venezuela dalam perjalanan boom-and-bust. Ini mungkin jadi bahan pelajaran bagi negara lain yang kaya SDA. Pemerintahan yang buruk selama puluhan tahun telah mendorong negara yang pernah menjadi salah satu negara paling makmur di Amerika Latin menuju kehancuran ekonomi dan politik. 


Padahal solusinya sederhana. Pemerintah harus menetapkan mekanisme yang akan mendorong terjadinya transformasi ekonomi dari SDA ke investasi produktif dan kreatif. Dan itu perlu prinsip membangun berbasis riset untuk menguasai IPTEK. Dari pendapatan Migas itu, asalkan tidak terlena seperti sebelumnya dan konsisten untuk melakukan tranformasi ekonomi, Venezuela akan jadi negara besar dan makmur. “  Kata Ramon saat di pesawat menuju Simón Bolívar International Airport.


Sampai di Bandara, Aliana menjemput kami. Dia tersenyum menyalami saya. “ Selamat datang pak di Caracas.” katanya sopan. Aliana mengantar kami ke Hotel dengan kendaraan yang dia setir sendiri. “ Keadaan sekarang tidak menentu. Kejahatan meningkat. Culik dan perkosa terjadi setiap hari. “ Kata Aliana. “  Para demontran memprotes pemerintah yang engga becus mengelola ekonomi.  Tetapi dihadapi pemerintah dengan represif Pemerintahan Maduro menjadi semakin otoriter.  Tentara menembaki kerumunan dengan peluru tajam, menahan pengunjuk rasa, dan menyerang jurnalis yang meliput protes. Semetara dihadapkan dengan popularitas yang anjlok dan ketidakstabilan yang serius, Maduro melakukan serangkaian upaya yang semakin otoriter untuk mengkonsolidasikan cengkeramannya. “ Lanjut Aliana. 


Caracas adalah Megacity dengan sentuhan sosialisme. Pada tahun 70-an-80-an ini adalah kota paling berjaya di Amerika Selatan dan kini masih bisa melihat kejayaannya. Pencakar langit mendominasi cakrawala, tetapi perbukitan di sekitarnya menceritakan kisah lain. Jutaan orang tinggal di apa yang disebut "barrios" atau daerah kumuh perkotaan. Rumah reyot dibangun di atas satu sama lain dan kehidupan di sini tentu saja yang paling sulit. Kelaparan, kejahatan, pemadaman listrik, dan kekerasan adalah norma di sini. Area Petare, terlihat di perbukitan di atas jalan yang kami lewati adalah simbol hipokrit dan terbesar di Caracas.


Kami tiba di hotel dan check in. Kami hanya melihat dua tamu lain yang menginap. Bar dan restoran tutup. Tidak ada gunanya mengeluh. Saya datang memang untuk membujuk Aliana keluar dari Caracas.  Seperti yang diharapkan, pariwisata yang pernah berkembang pesat di kota ini sudah mati. Bahkan saya minta secangkir kopi, tidak ada. “ Karena listrik padam. “ Kata Aliana. “ Tapi saya akan ajak anda ke Cafe lain. Di sana ada ada kopi, kue dan Wifi. Kita bisa ngobrol santai.” Lanjutnya. Ya kami pergi saja ikut Aliana.


“ Huh enak kopinya” Kata saya setelah seruput kopi dan menghisap rokok dalam dalam. “ Mengapa tidak dikembangkan pontesi agro di Venezuela. Bukankah kalian hidup dengan iklim bersahabat sepanjang tahun? Tanya saya.


“ Untuk apa bertani? “ Kata Ramon.  “ Menurut peringkat yang diterbitkan OPEC, Candangan minyak Venezuela melampaui Arab Saudi. Tetapi kapasitas produksi lebih rendah dari produksi Arab Saudi. Itupun sudah luar biasa bagi Venezuela. Kalau dengan minyak orang bisa makmur, bahkan rakyat Venezuela pernah merasakan pembagian hasil dari minyak dalam bentuk uang tunai.  Untuk apa lagi bertani? Penjualan minyak menghasilkan 99 persen dari pendapatan ekspor dan kira-kira seperempat dari produk domestik bruto (PDB).. ” Lanjut Ramon.


“ Itu ulah Amerika yang tidak mau menerima kenyataan kami menerapkan sosialisme dan bermitra dengan Iran” kata Aliana.


“ Maksud kamu, Aliana ?


“ Tahun 2011, Amerika Serikat menghukum perusahaan  BUMN minyak Venezuela dengan sanksi melarang penjualan ke Amerika Serikat dan pasar global lainnya, atau aktivitas anak perusahaan CITGO yang berbasis di AS. Bahkan AS melarang bank memberikan kredit ekspor kepada trader di AS dan dimana saja. Padahal 45% produksi minyak Venezuela adalah pasar AS.”


“ AS marah sebenarnya bukan karena Venezuela bermitra dengan Iran tetapi karena Chavez tahun 2007 menasionalisasi perusahaan minyak besar AS ExxonMobil dan ConocoPhillips. Itu fatal mistake” Kata Ramon. Saya menyimak saja”


“ Salahnya dimana ? Itu hak kami menerapkan idiologi sosialisme dalam produksi. Tidak bisa bergantung kepada kekuatan modal saja. Kami hanya perlu pembagian hasil produksi lebih besar dan punya hak sebagai pemegang saham pada perusahaan asing. Itu saja. Salah? Saya rasa itu karena sikap menjajah AS tidak bisa hilang. Mereka gunakan softpower menaklukan kami dan lihatlah korbannya…Apakah ini dibenarkan secara HAM? negara besar dengan kekuatan modal menindas negara kecil?


“ Dan setelah ada sangsi itu, Surat utang Venezuela global bond  jatuh ratingnya dan sehingga berpotensi gagal bayar.  Ya gimana mau bayar kalau bond tidak bisa di recycle. Jual minyak engga bisa, sementara perluasan sanksi bukan hanya kepada BUMN tetapi juga kepada mitra BUMN, seperti PCCI, Royal Oyster Group dan Speedy Ship dari Uni Emirat Arab, Tanker Pacific dari Singapura, Ofer Brothers Group dari Israel dan Associated Shipbroking of Monaco.  Sumber penerimaan lain tidak ada untuk memenuhi APBN. Devisa cepat habis. Kami engga bisa impor lagi. Cetak uang? engga ada bank mau terima LC bermata uang kami. Ya untuk apa cetak uang kalau barang tidak ada di pasar. Justru inflasi semakin menggila.  Kurs saat ini adalah USD 1 sama dengan 5.200 bolivar. Uang terdepresiasi begitu cepat sehingga kertas untuk mencetaknya memiliki nilai yang lebih besar daripada yang dapat dibeli dengan uang kertas. “ Kata Aliana. 


Kami pergi Plaza Altamira, kemudian makan siang di restoran lokal terdekat. Menu mencantumkan semua item. Kami memesan hidangan lokal yang terdiri dari pisang raja, ayam, nasi, dan kacang-kacangan dengan jus segar. Enak dan porsi besar. Bill sekitar USD 5 atau Bolivar 26,000 atau Rp. 70.000.


Kami kembali ke Hotel. Saya bujuk Aliana untuk keluar dari Venezuela. Dia bisa kembali lagi apabila keadaan sudah normal atau dia bisa menetap di luar negeri. “ Maaf B, saya tidak akan meninggalkan negeri saya. Pemerintah memang salah tapi sosialisme tidak salah. Kami hanya perlu redefinisi kapitalisme ya seperti China. Ini soal perang idiologi dan persepsi tentang ekonomi.  Antara kami dan AS. Kalau saya pergi, saya berkhianat kepada bangsa saya. Bagaimanapun saya Sarjana, sumber daya negara. Lebih baik mati di negeri sendiri dengan keyakinan daripada mati di negeri orang dengan keraguan” Kata Aliana.


" Venezuela “ lanjut Aliana” memang berada di tengah keruntuhan sosial dan kemanusiaan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Penyebabnya sudah jelas. Yaitu embargo financial resource dari AS. Akibatnya tidak cukup uang untuk belanja negara dan tidak cukup valas untuk impor. Disituasi ini wajar sajalah terjadi kerawanan pangan, kesehatan dan keamanan. Di tambah lagi terjadi konflik politik. Seharusnya PBB berbuat sesuatu dengan melarang AS ikut campur terlalu jauh.  Biarkan rakyat Venezuela berdamai sesama mereka." Kata Alina.


" Ya Itu harus didasarkan pada kesepakatan untuk hidup berdampingan antara semua aktor politik dan mliter, termasuk masyarakat sipil. Redefinisi demokratisasi melalui konsolidasi nasional menuju PEMILU yang bebas dan adil. Membangun kembali institusi demokrasi yang kuat dan cerdas.  " Kata saya menegaskan.  Aliana mengangguk dengan wajah sendu. Saya tidak bisa lagi membujuknya, Karena ini soal prinsip baginya. Semoga dia baik baik saja.


***


Kini setelah 8 tahun. Saya bisa merasakan sikap Alina. Tahukah anda bahwa sejak era Soeharto sampai kini, kita membangun bukan dari surplus pendapatan atas pengeluaran. Pendapatan tidak cukup untuk menutupi ongkos. Tanpa utang, negara ini tidak jalan. Kalaulah AS marah kepada Indonesia, mudah bagi AS menjadikan Indonesia jatuh seperti Venezuela. Apalagi dengan politik terpolarisasi akan mudah membuat chaos sosial disaat kurs terjun bebas dan SBN valas default.  Mengapa ? 


Pertama. Jumlah penduduk terus bertambah. Sementara ekspansi fiskal dibawah angka pertumbuhan penduduk. Mengapa? fiskal kita hanya tidak lebih 10% dari total APBN.  Misal total APBN Rp. 100 triliun. Nah ekspansi kita hanya Rp. 10 T. Yang 90 T habis dimakan bayar gaji , bayar utang, ongkosi tentara dan TNI. Itupun 10% duitnya dari utang. Tanpa utang, kita tidak ada ekspansi. Nah bayangin kalau tidak ada eskpansi, sementara penduduk terus bertambah? mereka akan memakan yang sudah dibangun. Itu yang terjadi di Venezuela.


Kedua, cara kita bayar utang itu dengan skema daur ulang. Alias bayar utang pakai utang. Mengapa ? karena kita tidak punya surplus pendapatan untuk bayar utang. Nah bayangin, andaikan total utang  pemerintah dan BI serta swasta/BUMN USD 598,7 miliar atau dengan kurs Rp. 15.600/USD maka total utang luar negeri mencapai Rp. 9340 Triliun. Ini mendekati Rp. 10.000 triliun. Apa jadinya kalau SBN global bond kita dicoret oleh market? Kita pasti collapse. Karena kita tidak bisa lagi lakukan skema daur ulang. Nasip kita akan sama dengan Venezuela.


Ketiga, cash flow kelancaran pembayaran utang luar negeri kita berasal dari skema liability management lewat Switch and Cash Tender Offer. Sumber dananya dari utang melalui Format SEC Shelf Registered itu kan 144 A.  Itu money market limited offer dan restriction market yang dikendalikan AS. Apa jadinya kalau kita dicoret dari akses market ini? ya engga bisa bayar utang. Default. Itu dampaknya sistemik. Bahkan kurs rupiah kita ditopang Repo Line the fed. Kalau the fed cabut fasilitas itu, rupiah terjun bebas dan pemerintah jatuh.



Friday, December 30, 2022

Dia pergi dengan sesal.

 




Entah mengapa aku harus datang ke Seminar bertema biotekhnologi, Ini memang tema yang menarik. Tapi kalau semua makalah yang disampaikan dalam seminar itu berhasa Perancis, nah inilah alasan aku mempertanyakan kehadiranku dalam seminar ini. Bahasa Perancis ku buruk. Dan lagi para peserta kebanyakan adalah ilmuwan riset bidang biotech. Sementara aku hanya pebisnis. Tapi okelah. Aku terima saja nasipku  jadi pendengar yang tidak paham apa yang didengar. Tapi setidaknya aku harus bersukur. Karena tanpa kebingunganku dengan  bahasa Perancis, mungkin aku tidak akan pernah berkenalan denganmu.


“ Where are you from ? Katamu yang duduk di sebelahku. Aku senang sekali. Bukan karena ada teman yang mau menegurku dalam bahasa inggris, tetapi kamu cantik. Pasti cerdas. Mana mungkin bisa tertarik dalam seminar yang rumit ini kalau tidak terdidik baik. Beda dengan aku, yang karena ulah si Negro, George yang jebak aku datang ke seminar. 


“ Indonesia. “ jawabku.


“ ”I love Indonesia so much,” katamu Entah mengapa, banyak orang yang pernah ke Indonesia, akan jatuh cinta dengan negeri itu. Dan bukan cinta sembarang cinta, tetapi cinta mati yang sangat mendalam.


“ I'm sure you have fond memories of Indonesia.” kataku


“ You've hit the nail on the head. Yes, something beautiful and unforgettable”


“ Bali ?  I know. Eat In Italy, pray In India, and love In Bali“  kataku. Dia tersenyum. Saat break kami asik cerita. .Kami memang tidak saling memperkenalkan diri. Karena di  bet kami sudah terter nama. Namanya Aashna kelahiran Bombai, India. Dia bekerja sebagai periset di perusahaan pharma di New Orlean, AS.


Usai seminar keesokannya kami  bertemu kembali di cafe. Minum wine. Ngobrol banyak hal. " Kamu tahu, katanya, " 80 % bahan baku obat atau Active Pharmaceutical Ingredients dunia dipasok oleh China. China menguasai bahan baku obat untuk Industri pharma seperti Paracetamol, Ranitidine, Ciprofloxacin, Metformin, Acetylsalicylic Acid, Ofloxacin, Metronidazole, Ampicillin, Amoxicillin, dan Ascorbic Acid. Mereka jago sekali dalam riset senyawa kimia khususnya antibiotik dan produk fermentasi, dan yang penting itu produk massal yang jelas murah. "Katanya.


" Tahun lalu, Lanjutnya " industri farmasi memiliki penjualan lebih dari $300 miliar. Jelas, kita semua membayar dengan satu atau lain cara - apakah dengan membeli obat secara langsung atau melalui pajak. Tetapi kurang jelas apakah kita mendapatkan nilai untuk uang kita.  Regulator berada di bawah tekanan kuat dari lobi big pharma. Bukan rahasia umum bila Big Pharma menggunakan taktik tekanan lewat WHO kepada negara berpenghasilan rendah dan menengah seperti India, Afrika Selatan, Thailand, Indonesia, Brasil, Kolombia, dan Malaysia untuk memprioritaskan kesehatan masyarakat daripada kepentingan kemandirian farmasi. Bersama dengan beberapa negara kaya, Big pharma berusaha keras untuk mempengaruhi aturan perdagangan internasional untuk menguntungkan diri mereka sendiri, bahkan tak peduli kalau itu  merugikan kesehatan masyarakat.


Bagaimana sejumlah kecil perusahaan mendominasi agenda perawatan kesehatan global. Sebuah sistem di mana pengejaran keuntungan tanpa henti mengesampingkan kepentingan publik.  Big Pharma menghabiskan lebih banyak uang untuk pemasaran  dan lobi daripada yang mereka habiskan untuk penelitian dan pengembangan. Sementara itu, harga obat terus meningkat, jumlah penemuan obat baru terus menurun. Semua berfocus kepada pertimbangan pasar, kepentingan oligarki financial global. Mereka itulah predator terjahat di abad modern. " 


Aku lebih banyak mendengar. Dia memang idealis dan  jago dalam hal riset dan pengembangan bisnis khusus Pharmasi.


***


Selama 7 hari di Paris, setiap hari kami bersama. Aku takkan pernah lupa sebelum aku pulang ke Hong Kong, Aashna meminta  bertemu denganku dan pertemuan itu tidak membuat dia sungkan untuk bicara di kamarku. “ Aku yakin kamu bukan periset. Kamar dan hotel ini terlalu mahal untuk periset’ kata Aashna. Entah magnit apa yang mengikat kami sehingga semua terjadi begitu saja dan “ Akhirnya aku temukan Cinta dari Indonesia.” Katamu usai melenguh diatas tubuhku dan memejamkan mata.


“ B, apa pekerjaan mu sebenarnya? Kata Aashna.


“ Private equity, dan termasuk M&A. “ 


“ Wah kebetulan sekali.” Kata Aashna. Wajah mature semakin cantik saat dia terkejut.


“ Apa yang kebetulan?


“ Temanku direktur riset dan pendiri perusahaan. Saat sekarang perusahaannya terancam gulung tikar. Mereka butuh dana untuk pengembangan. “


“ Pengembangan apa ?


“ Komponen polimer."


" Untuk apa ?


“ Alat kesehatan, seperti pipet untuk alat uji Laboratorium mendiagnosa penyakit pasien.”


“ Ok jelaskan kepadaku secara sederhana yang bisa kupahami.”


“ Polimer adalah bahan terpenting yang kita gunakan di banyak bidang kehidupan sehari-hari. Tanpa mereka, umat manusia tidak dapat membentuk dunia saat ini. Namun, sumber utama bahan polimer adalah bahan bakar fosil yang terus berkurang. Oleh karena itu, sumber daya alternatif perlu ditemukan terutama dari sumber hayati untuk produksi polimer yang berkelanjutan. Biopolimer adalah polimer yang dikembangkan dari sumber daya terbarukan seperti tanaman, hewan, bakteri, jamur dan alga. Mereka juga dapat berguna dalam materi dan banyak aplikasi lainnya. ” 


“ Dan teman kamu itu,  produk yang dia riset tetang biopolimer ?


“ Ya tepat sekali.”


“  Menarik sekali. Apakah mungkin teman kamu itu kirim proposal kepada saya. “Kataku memberikan kartu namaku.


“ Tentu” Kata Aashna dengan manja.


***

Saat bertemu kembali di Hong Kong. Keterpesonaannya semakin besar kepadaku.  Apalagi dia datang bersama temannya periset itu, Susan. “ Bantulah B, ini  produk riset ini sangat bagus dan ramah lingkungan. Alga adalah salah satu organisme yang paling menjanjikan dalam banyak aspek. Karena mereka tumbuh cepat, mengandung berbagai bahan nilai tambah yang unik dan tidak bersaing dengan sumber makanan, dan juga memiliki potensi bahan baku bioenergi yang tinggi. “ Lanjut Asha.


Aku tidak berpikir panjang untuk bertindak sebagai investor dengan skema konvertible bond. Susan senang dan berjanji akan terbang ke Hong Kong secepatnya setelah dapat persetujuan pemegang saham AB Technology. Proses settlement investasi cepat sekali. Hanya seminggu, aku cash out sebesar USD 12 juta atas nama Palma investment yang terdaftar di Bermuda.


Setahun kemudian, AB tekhnologi berhasil dalam riset biopolimer dan produk alat kesehatan bermaterial biopolimer khususnya Pipet. Telah pula mendapatkan serfikasi dari FDA di Amerika. Namun mereka tidak berhasil dapatkan investor putaran kedua untuk pabrikasi. Investasi yang diperlukan sangat mahal. Mencapai hampir USD 100 juta. Tidak ada investor yang berminat. Enam bulan kemudian, AB tekhnologi terpaksa melepas sahamnya kepada Palma Investment. Itu konsekwensi atas akad Hutang konversi yang mereka tanda tangani saat  Palma masuk membiayai riset mereka.


***

Tahun 2013 pada musim dingin. Aku berkunjung ke New York. Sebelum terbang, aku sempatkan kirim Email ke Aashna   Benarlah. Hanya tiga jam selela aku di New York,  dia sudah telp meluncur ke hotelku. Tapi saat bertemu itu wajahnya tidak lagi seperti Aashna  yang kali pertama aku temui. Wajahnya masam. Tidak ada kemesraan. Ada apa ?


“ Aku dapatkan profile dari teman perisetku itu. Dia katakan bahwa nama perusahaan kamu tidak asing dalam industri pharmasi. Dikenal sebagai predator. Misal, salah satu pemegang saham pengendali dari NCC  Group ,  terhubung dengan nama Palma. Aku tahu NCC itu raksasa yang hide di Industri pharma. Karena ia produsen beragam produk kimia untuk supply chain industri, termasuk Industri farmasi. Portofolio NCC juga mencakup bahan mentah berkualitas tinggi untuk sintesis API, termasuk monochlorobenzene, orthodichlorobenzene, fosfor triklorida, dan fosfor oksiklorida.” kata Asha seraya menyerahkan dokumen  profile tentangku.


Dan “ Kamu sengaja akuisisi AB untuk tujuan dapatkan uang mudah dalam aksi M&A kepada Polmex produsen alat kesehatan untuk Pipet. Kamu ancam mereka lewat jaringan financial kamu. Sehingga mereka tidak punya pilihan kecuali harus rela melepas saham untuk program M&A dengan Palma yang punya paten biopolimer. Kamu sangat paham kekuatan politk berkaitan dengan green product, yang sangat mudah membunuh produk dari bahan fusil dan menjadikan mereka pecundang. Dengan kuasai Polmex kamu kuasai ekosistem supply chain material biopolimer untuk alat kesehatan yang sangat fital dan much product." Kata Aashna dengan mimik menahan emosi.


Dengan air mata berlinang dia bekata. " Susan dan teman temannya kini hanya jadi pegawai di Polmex. Bukan lagi pendiri AB tekhnology. Padahal mereka lah yang berkerja keras menciptakan produk biopolimer. Paten nya kamu ambil lewat hutang konversi. Kamu memang pemain watak. Mudah membuat orang jatuh cinta dan percaya. Yang aku sesali, mengapa aku jatuh cinta kepada orang yang tidak memiliki cinta.  “ Aku berusaha memeluknya tapi dia menolak. Aku hanya diam. Tidak perlu lagi aku klarifikasi. Itu hak dia mempertanyakan. Karena terlalu sulit menjelaskannya. Aku tidak bisa menahan kepergiannya.


Antara aku dan Aashna berada dalam ruang yang berbeda. Kalau katanya dia mencintaiku sebenarnya dia mencintai dirinya sendiri. Dia ingin memilikiku sesuai dengan standar moral dia. Dan memaksa aku mengerti keinginannya. Itulah yang paradox dalam sebuah hubungan. Cinta yang merasa memiiki bukanlah cinta. Cinta dalam arti spiritual adalah melepaskan sesuatu yang pada waktu bersamaan kita sangat menginginkannya. Bukan untuk saling memiliki tetapi saling menjaga dan mengerti tanpa harus bertanya “ You say it best, when you say nothing at all”


Source: MYdiary.

Nama dan tempat adalah fiksi belaka.


Sunday, December 25, 2022

Angin perubahan, Anies ?



Ira minta bertemu denganku di Cafe favorit kami. Ira adalah sahabatku. Dia terpelajar. S3 dari Harvard. Bekerja pada lembaga Think Thank yang terfialiasi dengan NGO international. Semakin lama semakin dia bergerak ke kanan. “ Anies itu bukan soal dia hebat atau engga. Tetapi adalah simbol gerakan kaum kanan. “ katanya. Aku  tidak keberatan dia bilang Anies itu simbol gerakan kaum kanan yang butuh perubahan. Itu hak demokrasi dia. Tetapi yang tidak sehat adalah apabila gerakan perubahan yang  dia maksud sebenarnya tidak jauh dari populisme. 

Sekarang ini, katanya, pemerintah yang lahir dari rezim reformasi, tidak beda dengan rezim Soeharto. Kalau Soeharto menghadapi lawan politiknya lewat tindakan represif. Culik, karungi. Di era refomasi ini, rezim menggunakan cara manipulasi warganya lewat berita dan statistik. Hal yang mudah diketahui. Misal, ketimpangan pendapatan yang umumnya menggunakan ukuran Gini ratio. Perhatikan. Negara korup seperti Afrika, Amerika Latin, Indonesia menghitung GINI rasio dari aspek pengeluaran, bukan pendapatan. Tahu mengapa? Kalau dihitung dari aspek pendapatan maka GINI ratio kita bukannya  0,403, tapi lebih tinggi. Dari Data ini jelas mengindikasikan bahwa rezim sudah kehilangan reputasi membawa perbaikan kepada bangsa ini. 

Kamu tahu, lanjutnya. Para influencer dibayar untuk menciptakan kekacauan informasi ini. " Oh rasio GINI kita masih relatif sama dengan China atau AS. " Kata mereka. Padahal hitungan Rasio Gini China dan AS beda dengan kita. Mereka menggunakan aspek pendapatan, bukan pengeluaran. Mereka yang punya niat baik, berusaha mengingatkan lewat kritik, tetapi dibunuh lewat trial by the press. Tak ubahnya dengan China yang mengitimidasi warganya lewat separangkat  aturan tentang ITE.

Kini sebenarnya kita kembali masuk ke era otokrasi, kata Ira. Tidak perlu terlalu pintar untuk tahu. Kalau 2/3 lebih anggota DPR pro kepada pemerintah, itu sama saja lembaga parlement sudah menjadi oligarki untuk lahirnya rezim otokrasi model baru, seperti yang ditullis oleh Anne Applebaum dalam, Twilight of Democracy: The Seductive Lure of Authoritarianism. Jika para otokrat tradisional seperti halnya agama mengandalkan ilusi persetujuan, para otokrat masa kini menciptakan persetujuan atas konstruksi ilusi. Vladimir Putin adalah contoh. Secara perlahan ia mengubah institusi sehingga perubahan pada Pemilu tidak mengubah kekuasaannya. 

Padahal, kata ira,  sistem demokrasi kita menganut presidentil. Tidak dikenal istilah oposisi atau koalisi. Semua anggota DPR itu seharusnya bertanggung jawab kepada rakyat yang memilihnya, bukan kepada Partai yang mengusungnya. Mereka harus bersuara seperti apa kata pemilihnya. Dengan begitu  value demokrasi dalam bentuk check and balance tercipta. 

Aku menghela napas kalau ingat perubahan cara berpikir Ira. Bukan hanya Ira, tetapi banyak juga akademisi, agamawan, peneliti, jurnalis, mahasiswa  ikut terpengaruh dalam narasi perubahan yang digaungkan Anies. Mungkin ini tanda tanda kemunduran nilai demokrasi karena dianggap pemerintahan hasil pemilu demokratis tidak seperti yang mereka harapkan. Inilah paradox demokrasi. Dalam sistem demokrasi,  kita tidak akan mendapatkan nilai demokrasi berupa lahirnya pemimpin berkompetensi hebat tanpa masyarakat yang juga hebat. Terlalu utopia kalau ingin berharap demokrasi sebagai jalan perubahan kebaikan. Yang ada hanya perubahan model otokratis saja. Siapapun pemimpinnya.

***

Dari arah pintu masuk, keliatan ira jalan cepat kearah table ku. Dia tersenyum “ Gua sebel  sama lue , tetapi lue ngangenin sih. Ya udah. Gua jujur. Gua kangen dah” Katanya menghempaskan pantatnya di kursi. Aku senyum aja.

“ Maaf gua terlambat. “ katanya “ Tadi di rumah ada tamu. Sebenarnya bukan tamu. Tetapi mantan ART di rumah gua. Empat tahun lalu dia minta berhenti. Alasanya karena mau nikah di sukabumi. Tetapi, tiga bulan lalu, suaminya  di PHK kerja di pabrik garment. Rumah tangga oleng. Mungkin dalam keadaan tidak tahu siapa yang harus disalahkan, membuat suaminya mudah tersinggung. Dan akhirnya terjadilah KDRT. Dia minta cerai. Merekapun bercerai. Dan sekarang dia minta kembali kerja. Ya mau gimana lagi. Gua terima ajalah. Jadi ada dua ART di rumah gua” katanya.

Saya senyum aja. Yakin setelah ini pasti ada narasi yang lebih hot. “ Kamu tahu..” katanya. Benar kan. “ Gelombang PHK itu sudah berlangsung sejak adanya pandemi dan kini sudah sampai puncaknya. Disaat kita surplus perdagangan, kita malah kekurangan dollar karena DHE disimpan di luar negeri oleh eksportir. Rupiah melemah, ongkos jadi naik, supply chain global semakin terhambat akibat resesi, pasar domestik teracam inflasi dan kenaikan suku bunga. Lengkaplah masalah ekonomi, dan selalu yang jadi korban adalah rakyat kecil, para buruh” Lanjutnya.

“ B, harus ada perubahan. Engga bisa dibiarkan rezim ini berkuasa dengan cara oligarki atau tepatnya otokrat demokrasi.” kata Ira berusaha memprovokasiku agar ikut dalam barisan dia. Orang yang berada bersama Anies yang menghela gerakan perubahan kanan.

‘ Ira, saya tidak masalah dengan gerakan perubahan Anies itu. Itu hak kalian dalam berdemokrasi. Tapi harus hati hati. Kalau gerakan itu dibalut dengan narasi populisme maka dia akan bercampur dengan kebencian. Apa hasilnya? tuh contohnya Donald Trumps, di AS dan  Rodrigo Duterte, di Philipina. Keduanya gagal memperbaiki keadaan,  tidak lebih baik dari rezim sebelumnya, bahkan lebih buruk. Jadi saya lebih suka, perubahan akal sehat atas dasar moral. Akar masalah dari kegagalan itu bukan pada sistem dan demokrasi tetapi prilaku elite politik, yang menjadikan kekuasaan segala galanya sehingga menghalalkan segala cara mencapai tujuannya.” Kata saya.

“ Ah kamu terlalu menyederhanakan persoalan. Seakan moral segala galanya? Ini soal sistem. Itu yang harus diubah”

“ Maaf, tepatnya pelurusan agenda nasional. Itu yang harus kita perjuangkan."

“ Oklah. Apa ?

“ Masalah makro ekonomi, mikro ekonomi, geopolitik, geostrategis, itu bukan masalah substansi. Masalah substansi itu adalah soal agenda. Kita kehilangan nilai nilai lama seperti saat kita memproklamirkan kemerdekaan. Apa itu ? kebersamaan, senasip sepenanggungan untuk lahirnya keadilan bagi semua. Tentu keadilan yang proporsional. Kalau diperas lagi ya gotong royong namanya. Harusnya agenda itulah yang kita perjuangkan. “

“ Caranya? tanya Ira.

Di China, kataku berusaha mencerahkan dengan contoh konkrit. " Mereka gemar sekali berkelompok dan bergotong royong menyelesaikan masalahnya. Tak penting siapa yang akan memimpinnya. Bagi mereka yang penting ada orang yang mau memimpin kelompok itu. Orang china itu dalam ring terkecil mereka mengorganisir dirinya lewat system arisan. Antar kelompok arisan ini mereka membentuk perkumpulan berdasarkan bidang profesi, antar petani kol, antar petani beras , antar pengrajin dan lain lain. Dari perkumpulan berdasarkan bidang profesi ini mereka membentuk lagi perkumpulan berdasarkan kecamatan. Dari kecamatan membentuk perkumpulan kabupaten. Begitu seterusnya. 


Tapi susunan perkumpulan ini tidak terstruktur sebagaimana design pemerintah. Di China sistem itu tumbuh alamiah dan pemerintah membiarkan begitu saja berkembang. Makanya strukturnya seperti jaring laba laba. Peneliti barat mengatakan ini sistem ring to ring. Dari satu lingkaran kelingkaran berikutnya dalam ikatan yang kokoh atau seperti sarang lebah, dimana diantar lingkaran itu ada palka. Palka ini berisi para cerdik pandai yang menjadi penghubung  dan mentor antar ring dengan ring itu.


Ketika pemerintah memberikan kebijakan agar rakyat boleh berkelompok membangun kawasan ekonomi baru. Maka segera kekuatan ring to ring itu bergerak cepat. Para mentor dari kalangan kampus dan tokoh masyarakat tampil menjadi pencerah atas program pemerintah itu. Para ketua arisan, ketua kelompok, ketua wilayah memasarkan Kupon investasi itu. Hasil penjualan kupon itu tidak dipakai untuk membangun. Tapi dananya di pool dan ditempatkan sebagai jaminan di bank untuk mereka mendapatkan fasilitas pinjaman dari bank. Di China bunga bank sangat murah. Untuk kegiatan ini bunga bank tidak lebih 1,5% per tahun. Bank bukan hanya memberikan kredit tetapi juga membantu struktur pendanaan lewat turn key project. 


Setelah project selesai dibangun maka kupon itu di tukar dalam bentuk obligasi bagi hasil. Obligasi ini diperjual belikan sebagai alat investasi oleh perkumpulan tingkat propinsi dan pusat. Disini nampak dana orang kaya di kota mengalir ketingkat bawah secara sistematis tanpa dipaksa. Hasil penjualan obligasi itu dijadikan alat pelunasan hutang kepada Bank. Nilai obligasi akan terus meningkat di pasar seiring peningkatan nilai kawasan itu. Atau sama saja seperti kita pegang sertifikat rumah dalam nilai pecahan kecil. Kalau harga rumah naik maka obligasi juga akan naik nilainya. 


Kamu tahu, hampir semua sarana dan prasarana di dalam kawasan dibangun dengan konsep seperti itu. Contoh., Kelompok industri pengolahan pangan, ingin membangun zona industri. Maka kelompok arisan petani akan otomatis menjadi pembeli revenue bond itu karena mereka tahu bahwa kawasan industri itu akan digunakan oleh perusahaan yang akan menjadi pembeli produk pertanian mereka. Antar kelompok arisan itu juga punya hubungan vertikal dan horisontal dengan berbagai kelompok arisan lainnya , yang berbeda beda wilayah, bidang profesi , bidang kegiatannya. Inilah sebagai financial resource. Dari mereka untuk mereka.


Sistem jaring laba laba itu sangat kuat menghalangi kekuatan luar yang ingin mengontrol mereka. Sangat sulit ritel modern yang kuat modal bisa menembus ini. Ini bisa terjadi karena antar orang berilmu dengan orang awam bergandengan tangan , antar orang kaya dan miskin saling bergandengan tangan, antara industri dan pemasok bergandengan tangan, antara dunia usaha dan perbankan bergandengan tangan. Antara semuanya terhubung dalam ikatan saling mengikat diri secara rumit namun fleksibel. Tidak ada UU atau Peraturan pemerintah untuk menghasilkan design seperti ini. Dia ada karena budaya China yang suka bergotong royong , hidup hemat, bekerja keras, setia dengan teman, menghargai orang yang lebih tua, menghormati orang berilmu dan cinta kepada mereka yang lemah. 


Dari komunitas seperti inilah , konsep apapun yang sesuai dengan akar budaya mereka , akan diterima dan dilaksanakan secara otomatis. Pemerintah China, paham betul bagaimana mengelola komunitas diatas 1 miliar itu tanpa terjebak dengan konsep dari dunia barat , dengan segala konsep nilai nilai demokrasi. Buktinya hanya butuh 30 tahun, china sudah menjadi kekuatan nomor dua didunia.

Seharusnya Indonesia lebih hebat dari china soal membangun komunitas. Karena Agama dan budaya kita mengajarkan soal kebersamaan. Sholat, kita disunnahkan berjamaah. Tapi kebersamaan ini dimanfaatkan oleh politisi untuk memperbodoh rakyat  dengan menjadikan agama sebagai alat membenci dan memusuhi mereka yang berbeda, akibatnya potensi gotong royong meredup dan berharap pemerintah jadi lampu Aladin. Kemajuan china bukanlah karena pemerintahnya hebat  tapi rakyatnya yang hebat." 


“ Terus apa kaitannya dengan angin perubahan yang sedang kami perjuangkan?

“ Hilangkan populisme dan raih semangat kebersamaan dari semua elemen bangsa. Kita tidak bisa menjadikan konglomerat dan pengusaha besar sebagai kambing hitam. Mereka exist karena UU dan peraturan. Mereka aset bangsa. Apa yang harus dilakukan, bukan membenci mereka tetapi mengendalikan mereka agar sesuai dengan agenda kebersamaan. Negara harus rebut kembali oligarki ekonomi dari swasta itu. Kemudian arahkan kepada keadilan sosial yang bertumpu kepada industrialisasi dan semangat gotong royong. “

" Dalam konteks Indonesia, apa yang harus dilakukan? Ira sepertinya sudah mulai paham.


“ Ya pada tahap awal, lewat APBN arahkan belanja domestik untuk industri yang bermitra dengan UKM. Ya redistribusi SDA lewat downtream industry, pembangunan pusat logistik dan stokis, agar semakin luas industri terbangun dan semakin luas angkatan kerja terserap. Ya tentu harus focus kepada riset agar SDA kita bisa diolah secara mandiri. Yakinlah kalau kita mandiri maka kita akan menjadi kekuatan ekonomi dunia. Alasanya? kita punya sumber daya besar, iklim yang bersahabat, mayoritas penduduk kaum muda, dan daya beli domestik yang besar. Yang pasti dengan kemandirian itu, kita tidak lagi sepenuhnya tergantung kepada cadagan valas. Rupiah akan jadi mata uang terhormat.” kata saya. 

Ira terdiam. Saya beri kesempatan dia merenung. Akhirnya dia berkata “ Benar, kamu. Sebenarnya kita semua salah. Pemerintah terjebak sendiri diatas kemelimpahan sumber daya, sementara akses rakyat memanfaatkanya sangat rendah. Itu karena lack knowledge. Miskin literasi. Kalaupun ada yang mengaksesnya, itu hanya segelintir. Hanya sebatas rente. Bukan industri kreatif. Lahirnya individualisme, juga karena lack knowledge itu. Ya , harus ada semangat kebersamaan dan negara harus lead dalam hal ini, termasuk memperbaiki sistem pendidikan. Ya memang kerja besar dan bukan jalan yang mudah. Tapi kalau focus, kita pasti akan berubah jadi lebih baik.” kata ira. Aku acungkan jempol dua. 

Moga dia bisa disadarkan.

B, kamu kenal engga dengan Prof Dyah? Katanya tersenyum. Saya terdiam. Bagaimana aku  bisa lupa kepada wanita yang ku kenal diusia muda ku dulu tahun 1984. 

“ Ya kenal” Kataku.

“ Kami mau dirikan lembaga think thank untuk pemberdayaan UKM dalam hal supply chain industry dan mengadvokasi pemda mendirikan pusat logistik dan stokist. Rencana  setelah Pemilu akan kami dirikan. Sekarang kami sedang menggalang teman teman agar ikut bergabung dan tentu berharap ada pillantropi yang mau jadi donatur. Kamu bisa jadi donatur? Kata Ira.

“ Dirikanlah dulu. Nanti saya lihat. Kalau memang benar punya kompetensi ya pasti saya dukung.”

“ Kenapa engga dari sekarang aja? kata ira mengerutkan kening.

“ Engga bisa Ira. Standar saya ya begitu. Saya hanya mendukung orang yang punya effort, bukan hanya punya mimpi doang. Sekecil apapun effort tetapi real, ya pasti saya dukung”

“Dasar padang pelit luh” Kata Ira kesel.  " Pokoknya mulai sekarang kalau gua ajak diskusi dengan teman teman gua, lue harus ikut. Bantu saran saja dulu, dan sekalian traktir makan dan minum. Boleh dong say.."

" OK lah."

" Sekalian  kalau kita mau studi banding ke luar negeri, tolong diongkosi. Boleh ya say"

" OK tapi dengan syarat. tidak ada agenda politik. "

" Ya siaaaap" 

Aku senyum aja.

Obsesi di masa tua

  Bulan mendengkur. Aku mendengarnya. Aku selalu dapat mendengar dengkurnya yang keras menggaung di antara awan dan gedung tinggi. Bulan sel...