Saturday, March 19, 2022

Tuhan selalu memanggil..

 





Tahun 1983, malam. Kawasan terminal Grogol. Hujan turun rintik rintik. Aku berusaha merapat ke halte yang kumuh sekedar menghindari gerimis. Di halte itu sudah ada wanita. Dia keliatan  bingung dengan tas di pangkunya. Dua orang pria datang mendekatiku. Tahu tahu salah satu mereka mengarahkan pisau ke keningku. 


“ Serahkan uang. Cepatlah, sebelum tangan ini lepas dari kendaliku! Teriak lelaki itu dalam getaran yang hebat. Aku tak tahu apakah ia marah atau gentar. Suara keras, namun runtuh sebagai kemurungan. Di dompetku ada uang Rp. 200.000 yang baru kudapat sejam lalu dari hasil penjualan tekstil  ke relasiku di Kawasan Taman Kota. Ini uang amanah yang harus ke setor kepada toke di Jalan Pintu Kecil kota keesokannya.


Bukan kematian yang kutakutkan, namun amanah yang harus kuemban, membuatku mengabaikan resiko untuk mencumbui ketajaman pisau dan liar kegelisahan di sepasang mata yang ganas karena lapar. “ Mau mati kamu? tariak pria itu mengarahkan pisau ke dahiku. Aku menarik kepalaku ke belakang. Salah satu pria temannya mendorong wanita disampingku  sampai ke dinding halte. Aku diam saja. Tetap tenang. Aku yakin kedua preman ini lapar. Mereka tidak siap jadi pembunuh. Tubuh mereka kerempeng. 


Namun ketika mulutnya sangat dekat dengan wajahku. Aku terkejut. Dari bau mulut terasa aroma minuman. Aku membayangkan, mereka bisa tanpa sadar menusukan pisaunya. Aku harus bertindak cepat. Aku tidak merantau untuk mati konyol. Dalam jarak dekat itu. Dengan cepat aku memiringkan tubuh seraya menarik sikunya lewat bahuku. Dengan cepat pria itu terbanting ke depan. Dia tersungkur. Temannya terkejut melihat kejadian yang begitu cepat. Tanpa menunda. Aku tendang dengan Dolke chagi tepat di dagunya. Dia terhuyung. 


Aku tatap mereka berdua dengan wajah dingin. Yang satu terduduk merintih memegang pinggangnya. Kepalanya berdarah. Satu lagi tersender di halte. Mereka berdua dikecam takut dan kawatir aku akan serang lagi. Salah satu pria itu menangis. “ Ampunin saya pak. Saya hanya perlu makan. Ampun pak.” Katanya merayap ke arah kakiku. Aku tahu memang sedang ada operasi tertip memburu preman oleh Team anti Bandit ( TEKAB). Mereka pikir anggo anggota TEKAB. Aku tetap waspada.


“ Kalian pergi dari lokasi ini. Cepat ? kataku. Tanpa banyak bicara mereka segera berdiri “ Ini uang untuk kalian makan” Kataku menyerahkan uang 5 lembar uang Rp. 10.000. Mereka terkejut dan dengan berat menerima uang dariku. “ maafkan saya pak.”


“ ya cepatlah pergi.” Kataku. Mereka setengah  berlari menjauh ke arah roxy.


Wanita di sampingku wajahnya pucat dan menggigil. kecam rasa takut “ Engga apa apa. Mereka sudah pergi. Kamu mau kemana? Tinggal dimana? Kataku. Wanita muda itu terdiam. Seakan belum usai shock nya. Aku diam saja. Tak berapa lama, wanita itu mendekat.” Saya dari indramayu. Baru datang dari kampung. “ Katanya.


“ Mau kemana tujuannya?


“ Ke rumah kakak saya di Bongkaran. Kawasan petamburan”


“ Ya udah. Kita satu arah. Mari naik bajay aja.” Kata saya seraya stop bajay. Waktu itu jam 11 malam.  Dia perkenalkan namanya Wati. Aku juga kenalkan namaku


“ Aku sudah berusaha melamar untuk bekerja ke sana-ke mari, namun begitu sulitnya dengan ijazah SMA yang kumiliki.” Katanya. Oh dia senasip denganku. Tamatan SMA. “  Di kampung aku kerja apa saja. Karena banyak sekali tikus liar. Pemda memberikan sejumlah uang untuk setiap tikus yang terbunuh. Aku bisa mengumpulkan uang. Tapi uang itu untuk pengobatan ibuku. Akhirnya ibuku meninggal, Aku yatim piatu. Bulan lalu, kakak sepupuku tawarkan aku merantau ke jakarta. Sekarang aku datang.”


“ Jakarta tidak ramah untuk orang kampung seperti kita. Kalau kamu tidak tegar, nasip kamu bisa berujung di barak pelacuran. Kalau pria, bisa berujung penjara atau mati kena dor Tekab. Saran saya, tegar lah selalu. Jangan sampai kamu jadi pelacur. “ Kataku. 


Dia menunduk. “ Ya mas. ibuku berpesan sebelum meninggal. Apa pun yang terjadi, berjanjilah pada Ibu untuk tidak terseret ke lembah hitam. Lebih baik miskin terhormat daripada kaya raya tetapi harus menjual diri.” Katanya. 


Wanita itu berhenti di kawasan bongkaran. Aku terus ke Tanah abang. 


***


Tahun 1987, aku dapat order piring untuk ekspor. Aku datangi pabrik di kawasan Tangerang. Setelah deal untuk ekspor 1 kontainer. Aku selalu ada di pabrik itu mengawasi proses produksi agar bisa on time  delivery. Satu malam, aku pergi ke warung yang tak jauh dari pabik. Musik dangdut memekak. Diiringi tawa wanita  dan pria yang menari mengikuti irama dangdut. Aku terus aja makan.  Entah mengapa usai makan dan membayar, aku  meliat wanita berdiri dekat pintu keluar. “ Mas, jeli, masih ingat Wati, mas” tegurnya. Senyumnya langsung mengingatkan aku kepada 4 tahun lalu di Grogol.


“ Kamu, Wati? 


“ Ya mas. “ Katanya setengah berbisik. 


“ Ngapin disini?


“ Aku jadi lonte. Aku terpaksa harus mengingkari janjiku kepada ibuku.” Katanya dengan mimik putus asa.


“ Kamu tinggal dimana? 


“ Sewa rumah bareng teman teman. Di  belakang warung ini.” Katanya.


“ Kenapa Wati? “ Kataku tanpa berani meneruskan pertanyaanku.


“ Aku sempat kerja di pasar grosir tanah abang. Kakak sepupuku perawanin aku dan karena itu istrinya mengusirku dari rumahnya. Pacarku pedagang dari daerah. Setelah dia tiduri aku,  dia campakan aku. Tak mau nikahiku karena tahu aku sudah tidak perawan.. Dia tidak pernah datang lagi. Akhirnya aku menjual diri. Ada germo yang carikan pelanggan. Tetapi setelah aku kena penyakit. Germo buang aku. Setelah sembuh aku pindah kemari. “ Katanya berlinang air mata. Aku geleng geleng kapala. Tetapi apa yang bisa aku lakukan. Jakarta memang kejam.


Besoknya aku bicara kepada boss pabrik. “ Boss, ada lowongan untuk perempuan? 


“Kebetulan ada. ini hari baru buka lowongan. Kerja bagian finishing” 


“ Apa bisa teman saya kerja di sini.”


“ Ya datanglah. Itu lowongan udah diumumkan di depan pintu pabrik” 


Malamnya aku datang ke warung itu. Wati menemaniku. “ Besok kamu kerja di pabrik piring itu. Mau ? 

“ Mau mas. “ 

“ Ya udah. Jangan lupa besok datang ya. “ Kataku. Aku beri dia uang Rp. 300.000. “ Ini uang untuk kamu sewa rumah dan makan selama sebulan. Kamu harus pindah dan jaga kesehatan. Paham” 

“ Ya mas. Terimakasih mas.” Kata Wati berlinang air mata.


***


Tahun 2004 aku sedang berjalan di kawasan Kowloon menuju Asia World hotel untuk bertemu dengan pelangganku dari Timur Tengah yang mau beli garment. Aku mampir makan siang di harbour. Terasa bahuku ada yang tepuk. “ Mas Jeli “ Suara wanita menegurku. Aku perhatikan wanita itu dan tetap tidak mengenal siapa yang tegurku. Cantik dan pakaianya modis.


“ Mas, aku Wati. Adikmu. Lupa ya.”


“ Wati..? Aku berpikir keras. 


“ Yang kerja di pabrik ceramik? Katanya mengingatkan.


“ Ah ya..ya. Wati. Eh kamu kok beda sekali. Makanya saya lupa”


“ Ya mas, Lama kita engga ketemu. Mungkin ada 17 tahun. Terakhir ketemu tahun 1987. Mas, tahu engga. Sejak kerja di pabrik dan sampai sekarang. Wati tidak pernah lupa doakan Mas. Malaikat wati. Yang begitu baik, lebih dari kakak sendiri. Mas terlalu baik."


“ Ya ya.. “ Kataku tercerahkan. “ Gimana kabar kamu?


“ Aku sekarang jadi EO. Tadinya setelah kerja di pabrik. Wati dapat tawaran jadi sales stand pameran property. Karena itu Wati kenalan sama bule. Jadi pacar wati. Dia ajarkan wati jadi EO. Sekarang udah 10 tahun bisnis EO. Ya adakan pameran property, wisata, macem macemlah. “Katanya tangkas. Engga nampak lagi kesan dia inperior  seperti 17 tahun lalu.


“ Ada apa ke Hong Kong.? tanyaku masih terpesona dengan penampilannya.


“ Lagi survey untuk datangkan penyanyi dari Indonesia. Mentas di Hong Kong. Kan TKI banyak di Hong kong. “


“ Hebat kamu. Bangga saya.”  Kataku. Dia peluk aku.” Mas terimakasih. Setidaknya aku merasa senang. Karena jadi adik kebanggaan mas.”


“ Udah punya anak berapa ?


“ Belum punya. Suami engga ada. Siapa yang mau tanam cabang bayi.” katanya tersenyum


“ Loh ajak pacar bule kamu menikah.” kataku.


“ Ya rencannya tahun ini menikah dan kemungkinan Wati pindah ke Amerika. “ 


“ Baguslah. Mas doakan selalu yang terbaik untuk kamu.” Kataku berlalu. Tahun 2008 aku dapat email dari Wati, Bahwa dia sudah di California, AS. 

Wati dan aku, adalah orang kampung. Kami tidak punya kemewahan untuk menentukan apa yang terbaik untuk kami. Mungkin kami bukan orang baik. Tetapi yang pasti kami selalu berniat baik. Hanya kadang hidup yang tidak ramah. membuat kami berbelok arah. Tapi Tuhan selalu mengimbau kami kembali. Dan selalu ada cara Tuhan menuntun kami agar kami baik baik saja. 


MYdiary


Saturday, March 12, 2022

Kenangan indah di Jogya





Di lobi hotel Natour Yogya aku melihat serombongan wisatawan Jepang duduk. Mereka menanti petugas travel sedang memproses check in. Senja sudah menjemput Yogya. Tentu saat yang tepat cari makanan lesehan dan menikmati suasana malam. Saat itu usiaku 21 tahun. Aku datang ke Jogya karena teman akan memperkenalkan boss yang mau mendirikan pabrik ban sepeda. Sebagai sales rubber syntetic ini peluang bagus. Ini kali pertama aku ke Jogya.


Aku duduk di lounge sendirian. Pikiranku kepada kejadian seminggu lalu. Florence dengan tegas menolak cintaku. Dia bahkan mentertawakan aku. Walau kami sudah bersahabat lebih dari 1 tahun, ternyata dia hanya ingin jadi sahabatku saja. Setelah itu Risa masuk dalam hidupku. Kami juga bersahabat. Tetapi diapun pergi setelah aku utarakan cintaku. Sudah nasipku. Tidak pernah ada wanita yang jatuh cinta kepadaku. Sebagai pria memang aku ditakdirkan tidak untuk dicintai. Apakah karena wanita itu terlalu cantik untuk ukuran pria sepertiku yang hitam dan kerempeng. 


“ Kamu sebaiknya menikah dengan ponakan papa. Udah, ficus aja ke-kerjaan kamu. Jangan berpikir macam macam.“ Kata ayahku. Aku hanya diam saja. Aku tidak bisa menolak. Karena memang tidak ada alasan kuat untuk menolak. Toh kenyataannya tidak ada wanita lain pilihanku yang mau menikah denganku. Lamunanku buyar ada teguran “ Anda petugas kantor pusat dari Jakarta ya” Nampak Wanita jawa. Rambutnya dikepang dua. Hidungnya mancung. Mata bulat. 


“ Bukan. Saya tamu hotel ini” 


“ Oh..” Matanya bulatnya berputar ke sekeliling lobi itu. Dia duduk di sebelah saya. “ sebaiknya saya tunggu saja.” Katanya tanpa menoleh kesaya. Memang kursi lobi siapa saja bisa duduk. 


“ Saya guide. Kemarin saya dapat kabar dari kantor travel mereka butuh saya untuk antar tamu dari Jepang.”


“ Mbak kerja di travel ? Tanya saya. 


“ ya tapi freelance”


Lewat satu jam. Wanita itu berdiri dan melangkah ke luar. Aku juga berdiri. Kami berdiri sejajar depan pintu hotel. Aku berencana mencari makan di luar. Jogya kan terkenal dengan lesehan dan jalan Malioboro. “ Anda kali pertama ya ke Jogya “ Tegur wanita itu.

“ Ya. Apa mbak bisa temanin saya makan malam.” Kata saya memberanikan diri. Kalau ditolak ya udah. 

“ Kenapa ?

“ Saya tidak bisa makan sendirian. Mau ya mbak.”

Dia berpikir sebentar. Mata bulatnya menyiratkan dia senang. “ Ok. saya guide kamu ya. “ Katanya. Tersenyum. Duh lesung pipinya indah sekali.


Kami menyusuri Malioboro. Usai makan lesehan. Dia ajak aku berkeliling Yogyakarta di atas becak. Menyelusup di tengah sebuah bazar murah yang memajang buku-buku bajakan. Dia terkejut karena aku membeli buku banyak.


“ Kamu ternyata penggemar buku. Tapi aneh, beragam buku yang kamu pilih”


“ Saya suka baca apa saja. Hanya itu sahabat saya dikala sendirian.”


“ Apa kamu tidak ada pacar.” Tanyanya.


“ Tidak ada. Dan mungkin tidak ada yang mau. “ Kataku. Dia tertawa. “ Kok lanang bilang begitu. Mana ada pria yang tidak menarik. Pasti ada saja wanita yang suka.” Katanya. Jam 8 dia antar aku kembali ke Hotel. “ Loh uang apa ini? Katanya terkejut ketika aku serahkan selembar uang Rp. 10.000.


“ Kan mbak udah jagi guide saya. Setidaknya saya tidak merasa berhutang kepada wanita sencantik Mbak yang sudah mau temanin saya makan.” 


“ Saya terima uang ini ya? Katanya setengah tidak percaya.


“ Ya. Terimalah.” kata saya tersenyum. 


“ Sampai kapan di Jogya? Tanyanya


“Minggu depan.” 


“ Mau besok saya temanin lagi.”


“ Kalau mbak tidak keberatan” Kataku. Dia keliatan senang. “ Besok jam 7 malam. Temanin saya makan lagi ya” lanjutku


***

Keesokannya dia datang lagi dan begitu juga hari hari berikutnya. Kami jadi akrab. Ternyata wawasannya luas sekali. Dia sarjana IKIP dan penggemar baca. Jadi diskusi kami hidup. 


“Pembangunan Jepang sukses lantaran menjaga jarak dari kapitalisme internasional yang penuh jebakan. Mereka membangun kapitalisme disosiatif. Mereka meminjam cara kerja kapitalisme sambil membentengi diri dengan kebijakan ekonomi yang berorientasi pada pasar domestik. Sementara itu, Brasil keliru dengan membangun kapitalisme asosiatif. Tunduk, bertekuk lutut berhadapan dengan kapitalisme internasional. Jadilah mereka zona kehancuran. Monumen kegagalan pembangunan,” Katanya.


“Kapitalisme itu terjadi tidak ada pemaksaan. Itu proses slow motion. Diterima karena proses yang damai. Orang ingin makmur dan memiliki kebebasan berkompetisi mengelola sumber daya. Jadi tidak seharusnya dikutuki. “ Kataku ketika dia membahas buku tentang kapitalisme. 


“ Tapi kapitalisme itu hanya akan menjadikan orang monster terhadap orang lain.” Katanya.


“ Pernah baca buku Milton Friedman, Free to Choice? 


“ Woh hebat kamu. Bacaannya berat. ” Katanya terpesona. Coba jelaskan apa yang kamu pahami. Saya tahu buku itu tapi tidak pernah baca buku itu” 


“ Albert Hirschman mengeritik Milton Friedman dalam esainya, against Parsimony: Three Easy Ways of Complicating Some Categories of Economic Discourse: ketika kapitalisme bisa meyakinkan setiap orang bahwa ia dapat mengabaikan moralitas dan semangat bermasyarakat, public spirit, dan hanya mengandalkan gairah mengejar kepentingan diri, sistem itu akan menggerogoti vitalitasnya sendiri. 


Sebab vitalitas itu berangkat dari sikap menghormati norma-norma moral tertentu. Apa yang diungkapkan oleh Hirschman sejalan dengan pemikiran dari bapak kapitalisme, Adam Smith, dalam bukunya yang pertama, the theory of Moral Sentiment, ia tidak menganggap kehidupan bersama adalah sesuatu yang hanya dibentuk oleh Pasar, oleh kepentingan diri dan motif mencari untung. Smith,  juga berbicara tentang perlunya perikemanusiaan, keadilan, kedermawanan, dan semangat kebersamaan.” Kataku.


Eh entah mengapa dia segera cium aku. Terjadi begitu saja. Mengapa wanita yang aku kenal. Selalu lebih dulu cium aku, dan mereka tertarik hanya karena pemahamanku tentang buku yang aku baca.  Di depan orang utan Gembira Loka yang termangu-mangu, ia bercerita dengan penuh luapan kekaguman tentang Doktor Soedjatmoko. Ia menyebut Sang Doktor sebagai seorang humanis dengan pikiran yang meloncat- loncat ke depan. Kutipannya tentang Soedjatmoko kemudian berhamburan seperti rangkaian gerbong kereta, menderu-deru, tak habis-habis.


Di jogya kebersamaan kami, hari-hari selalu diskusi. itu pun ditaburi banyak kutipan para pemikir besar itu berjejal-jejal di kepalaku dan anehnya menghasilkan rasa bahagia yang menghanyutkan. Wanita itu memang berhasil membuat aku merasa tersanjung. Gimana tidak. Seorang pria kampung bisa berdiskusi dengan wanita sarjana yang cantik. Walau usianya lebih tua dariku. Namun dia tidak memperlakukanku sebagai adik. Teman dewasa untuk berdiskusi secara terpelajar.


Di hari perpisahan kami, dia memelukku erat. Tatapan matanya menggetarkan ulu hatiku. Matanya nanar dan nyaris berair. Mendung terasa menggantung di atas stasiun Tugu petang itu.”Aku telah jatuh cinta,” bisikku lirih. Nyaris tak terdengar.


“ Kamu terlalu muda untuk jatuh cinta. Masa depan kamu masih panjang. Kamu pria hebat yang pernah aku kenal. Kamu perlakukan aku dengan sempurna sebagai wanita. “katanya. 


Aku teringat tadi malam. Walau  aku sudah bujuk dia pulang selepas antar aku makan malam,  tapi dia memilih masuk ke dalam selimutku.  Usia muda kami saling berlari menuju atas bukit. Semua nampak indah terpancar dari mata wanita itu yang seakan terlena Love concerto. “ Aku mencintai kamu” Kataku berbisik. Dia terdiam sejenak. Menggeleng dan tersenyum. " Madam Mao, tidak mencintai Mao, tetapi ia mencintai China saja, ya kan. " Katanya, yang seakan dia ciptakan tembok China antara aku dan dia. Aku memilih mendekap saja. Sampai pagi tidak terjadi apa apa. Aroma tubuhnya harum masih lekat dalam pikiranku,  sampai kini. 


Tapi, sejarah kami dimulai dan berakhir pada titik yang sama. Hari-hariku selepas Jogya kembali sibuk mengejar impian usia mudaku. Karena prospek bisnisku gagal di Yogya. Aku tidak ada alasan untuk bertemu lagi dengan dia. Dan dia tidak pernah kirim surat. Wanita itu lenyap dengan sempurna. Bulan-bulan dan tahun-tahunku yang panjang tak disinggahi sepotong pun kabar darinya.


Yang kutahu bertahun-tahun kemudian adalah namanya kerap benar mengisi berita utama surat kabar. Wajahnya nyaris setiap hari muncul dalam acara-acara pamer cakap televisi. Kejatuhan Soeharto telah menaikkan namanya sebagai profesor dan pengamat politik. Aku sendiri harus menutup rapat-rapat buku sejarahku dengannya. Semuanya sudah kuanggap tamat dan usai begitu saja.


***

Tahun 2014, “ Jely, how are you. Do you still remember me, Dyah, Jogya. In 1984. Hotel Natour. Your article about Prabowo is amazing, I read everything you wrote on the blog. It seems to bring me back to my youth. To have met a great man, who made me feel so perfect as a woman.  I wish you good health and success. “ Pesan masuk ke meseenger Facebook. Aku reply, tetapi tidak pernah dia balas.

Friday, February 25, 2022

Natalya





Natalya menemui saya di Bosco Mishka Bar berlokasi dekat Patriarch’s Ponds. Oh ya, Patriarch's Ponds adalah area perumahan kaum elite, salah satu lingkungan paling eksklusif. Ada wahana kolam yang sangat terkenal yang diabadikan dalam novel Mikhail Bulgakov "The Master and Margarita". Di sisi timur kolam terdapat Café Margarita, yang memiliki mural yang menggambarkan sebuah adegan dari cerita tersebut. Menunya menampilkan hidangan yang ditulis Bulgakov dalam dialog antara Amvrosy dan Foka di depan rumah Griboedov. Di dekatnya ada Pavilion, sebuah restoran yang bertempat di sebuah mansion kuning yang mengesankan.


Selama musim panas, enak sekali jalan jalan di taman itu. Jika musim dingin, meluncur dengan seluncur es melintasi permukaan kolam yang membeku, pilihan yang baik. Taman ini merupakan tempat yang indah, tidak hanya untuk kolam dan semak belukar, tetapi juga karena dikelilingi oleh apartemen era Stalin.


“ Saya membayangkan anda tinggi besar dan menakutkan. Tertanyata, yang saya liat adalah pria yang bersahaja. Walau sedikit mewah itu karena setelan Armany saja. “ Katanya tersenyum indah. Natalya gadis Rusia. Dia cantik. Pemain balet hebat. Kecantiikan bercahaya. Payudaranya indah,  sangat proporsional dengan tubuhnya yang tinggi langsing.


“ Bagaimana pendapat kamu tentang Rusia? Tanya saya. Untuk menguji wawasannya sebagai  phd dari Moscow University.


“ Putin mampu mendongkrak ekonomi Rusia di tengah keterpurukan paska reformasi politik. Pada pemilihan presiden tanggal 26 Maret 2000, Putin memperoleh suara sebanyak 52.95% dari jumlah pemilih. Secara resmi Putin menjabat sebagai presiden Rusia pada tanggal 7 Mei 2000. Memang  Putin menang tipis dan dia sadar bahwa masih ada sebagian rakyat yang masih trauma dengan sejarah masa lalunya. Tetapi ini dijadikan pemicu baginya untuk berkerja keras membuktikan kepada rakyat bahwa dia pemimpin yang seharusnya diharapkan oleh rakyat. 


Kinerja dalam pembangunan ekonomi telah menempatkan Rusia sebagai negara  berpengaruh di dunia International dan membuat lawan politiknya kehilangan retorika dan issue untuk menyudutkannya. Dan sampai kini Putin semakin besar kekuasaannya di Rusia. Dan itu bukan karena pencitraan tetapi memang dirasakan oleh rakyat Rusia. 


Kami sadar kekuasaan partai komunis USSR adalah catatan gelap sejarah kami. Kami tidak ingin mengulang era itu lagi. Tapi diruntuhkan oleh pihak Barat dan AS itu sangat memalukan. Itu merendahkan bangsa kami. Kami harus bangkit dari rasa malu itu. Kami harus balas perlakuan kapitalis Eropa AS. Vladimir Vladimirovich Putin tampil di puncak kekuasaan. Rasa harga diri kami sebagai bangsa Rusia dibangkitkan dia. Kami diajarkan melawan dengan cara apa saja kepada kekuatan Barat dan AS.


B, semua tahu sejak runtuhnya Soviet, 10 dari 8 fraud bursa di New York, London, Paris, Zurich, Hong Kong, dan Tokyo dilakukan oleh orang Rusia. Namun rapinya  operasi ini tidak ada bukti. Hanya kecurigaan. Itu tidak akan terjadi tanpa dukungan otoritas dan konglomerat financial yang ada di istana gading kapitalis. Kami  tidak membeli mereka tetapi menggunakan emosi mereka untuk terus rakus. Kapitalisme akan kehilangan vitalitas karena rakus.


Kejahatan terorganisir Rusia, melanda seluruh planet, bahkan di Guam. Cuci uang melalui pembelian real estat di London, Paris, Roma, Marbella, Spanyol, Cap d'Antibes paling mahal di Riviera Prancis , Amalfi Drive Italia, Siprus, Rhodes, dan Kepulauan Yunani, Dodecanese. Sepertinya pencucian uang cara yang efektif untuk menyuntikkan racun ke dalam kapitalis sistem Racun itu terus menjadi kanker dan merusak sistem imun check and recheck, Aturan semakin longgar. 


Subprime mortgage, yang pertama kali terdeteksi tetapi diabaikan pada tahun 2006, telah menyebar ke seluruh dunia pada musim panas 2007. Itu adalah pinjaman predator kriminal yang hipoteknya yang tidak berharga dikemas ulang agar terlihat seperti investasi yang aman dan dijajakan di seluruh dunia. Orang Amerika kehilangan tabungan pensiun 50%. Kekayaan bersih rumah tangga AS anjlok hingga $11 triliun — dalam satu tahun. Ini adalah angka yang sama dengan output tahunan gabungan Jerman, Jepang dan Inggris. Mereka saling menjarah dengan kejam.


Di TV sekarang terlihat rumah rumah tenda di kota kota besar AS untuk orang Amerika miskin baru; tempat penampungan tunawisma dipenuhi hingga meluap. Santa Barbara, California, telah menetapkan area parkir untuk orang-orang yang tidur di mobil mereka. Dan Bank Dunia memperkirakan 53 juta lainnya jatuh di bawah tingkat kemiskinan ekstrem tahun ini. Apa yang dimulai dengan predator hipotek subprime mortgage sekarang merugikan mereka yang kaya tanggung. Menggusur orang miskin semakin kehilangan hope. Kapitalisme memang mimpi buruk.


Sementara hubungan cinta  Eropa dengan AS telah mendingin menjadi pertengkaran trans-Atlantik. Orang-orang Eropa menolak seruan untuk lebih banyak stimulus fiskal global, menunjukkan bahwa masalah sebenarnya adalah krisis sistemik struktural. Wajah kapitalisme yang semakin muram. Sepertinya market regulated harus diterapkan. Kini mereka panik. Dari kekacauan inilah kita bisa terus merampok mereka. “ Katanya. Saya tersenyum. Dia memang duta seni. Semua orang tahu duta seni pasti dilatih spionase. Mereka tidak diragukan loyalitas kepada negaranya.


***

Setalah tiga hari kebersamaan dengannya, Natalya minta diantar ke apartemenya. Dia paksa saya mampir. Paginya saya terjaga di kamar tidurnya. Dia ada di samping saya. Dalam dekapan saya. Saya keluar dari selimut. Dia terjaga. “ Kamu udah bangun? Katanya. Saya turun dari tempat tidur. Ambil jas saya yang terserak di lantai.  Saya keluarkan amplop dari balik jas. Saya serahkan ke dia yang ada dibalit selimut. Dia buka amplop itu. Ada photo pria usia 60an 


“ Itu orangnya. Kamu harus dekati dia. Rencana dia akan hadir dalam pertemuan dengan konglomerat financial di Dubai. Dia sangat dingin. Mengendalikan 3 Private Equity raksasa. “ Kata saya.


“ Bagaimana saya mendekati dia? katanya membiarkan selimut tersingkap. Dadanya seperti lukisan indah. Saya tetap duduk dikursi menghadap tempat tidur. Kemudian dia mengubah posisi. Menyender di tempat tidur. Tubuh bugilnya nampak utuh. Sangat indah.


“ Kamu akan jadi special asisten dari konglomerat Rusia untuk urusan financial struktur. Kamu akan dilengkapi dengan account holder offshore SPC di Budapest sebesar USD 1 miliar. Jadi kamu punya hak ikut lelang barang antik dan property mewah. Pada saat acara lelang  pekan depan di Swiss kamu akan bertemu dengan target kamu. “


“Apa mungkin dia percaya saya?


“ Orang barat percaya bahwa banyak pengusaha Rusia menyimpan uangnya melalui wanita simpanannnya sebagai proxy yang cerdas dan jago financial. Itu cara mereka masuk ke dana murah dan mudah dari konglomerat Rusia.”


“ Hanya itu ? wajahnya nampak serius namun tetap tenang.


“ Ya, selama hubungan itu, team Victor akan monitor kamu lewat sistem IT. Mereka perlu informasi dari konglomerat itu. “


“ Saya punya alat sadap ? Katanya mengerutkan kening.


“ Tidak ada alat sadap di permukaan kulit kamu. Kamu aman. Kami punya cara sadap lebih canggih. Gimana kamu siap ?


“ Kamu yakin saya akan bisa lakukan tugas ini? katanya seraya berdiri mendekati saya.


“ Ya. Kamu pasti bisa. Bukankah kamu harus membayar rasa terimakasih kepada Putin. Ini saatnya “ kata saya tegas dan tersenyum memeluknya..


“ Ya saya sudah tahu dari Viktor.  Saya siap laksanakan. Apalagi bekerja dibawah komando pria yang saya cintai “ Katanya tersenyum. Tetapi kata “cintai” itu membuat sengatan setrum tinggi. Membuat saya harus segera pergi dari apartement nya.  Dia memang sudah jadi duta kebudayaan. Viktor perkenalkan saya untuk menemani weekend. 


***

Pertemuan kedua dengan Natalya pada kunjungan saya tiga bulan kemudian. Dia senang sekali ketika terima telp saya. “ Saya pikir kamu sama dengan pria Rusia. Kalau sudah membayar wanita, dia cepat sekali lupakan wanita itu” Katanya.


Natalya memang berhasil mendapatkan informasi tentang pertemuan para pemain hedge fund di Dubai. Dari datanya saya dapat informasi untuk kepetusan bisnis saya.  Tahun 2013, masa depan minyak sudah berakhir. Perang berebut resourcing kehilangan momentum bisnis. Konsorsium distribusi gas harus diselamatkan. Perang di suriah harus dihentikan. 


Usai makan malam saya antar dia ke apartemennya.“ Lihatlah apartement ini. Hidup saya berubah sejak bertemu kamu dear. “Katanya manja. Memang mewah. Viktor hadiahi dia apartemen dan uang untuk secure hidupnya.  Tetapi saya punya alasan pergi sebelum birahinya datang. Karena Viktor sudah datang jemput saya di apartementnya.  Natalya bisa mengerti walau berat. Berharap bisa bertemu lagi dengan saya. Itu keliatan dari wajahnya waktu antar saya keluar dari apartemen. Wajah cemas dan kehilngan hope. 


Dalam kendaraan bersama viktor saya menghela napas dalam dalam. “ B, saya tahu resiko tugasnya di Dubai itu sangat besar. Tanpa kepercayaan dan cinta kepada Rusia, mana mungkin dia punya nyali sebesar itu. Tapi lupakan dia. Ini hanya bisnis. Wanita Rusia itu cerdas. Terutama di hadapan pria tajir. Dia akan cepat lupakan kamu” Kata Viktor. Sampai kini saya tidak pernah bertemu lagi dengan Natalyia.


Disclaimer :Names and places and events are mere fiction

Obsesi di masa tua

  Bulan mendengkur. Aku mendengarnya. Aku selalu dapat mendengar dengkurnya yang keras menggaung di antara awan dan gedung tinggi. Bulan sel...