Saya punya teman etnis Yahudi. Namanya Daniel. Mungkin termasuk Yahudi yang taat. Dia tidak makan babi, tidak minum alkohol dan tidak menyentuh wanita yang bukan muhrimnya walau itu sahabat dekatnya. Bahkan menurut cerita dia disunat. Walau dia punya business private equity dan boutique investment namun penampilannya sederhana. Tak ada ada jam tangan dan kacamatanya merek standar.
Mengapa saya tertarik menulis tentang sahabat saya ini ? karena pemikirannya termasuk Yahudi yang moderat. Jadi bukan Yahudi yang kolot. Pernah waktu melihat ada wanita bergerombol mendatangi Bar, Sabri, salah satu teman saya dari Malaysia nyeletuk “ mereka jauh jauh datang dari negerinya, hanya untuk jadi PSK ilegal. Kalau bukan karena kemiskinan tidak mungkin mereka mau datang ke Hong Kong. Itu karena di negerinya Tuhan tidak hadir, walau mereka beragama.”
Saya tersenyum.
“ Tuhan selalu hadir, kapan saja , dimana saja.” Kata Danieli menyikapi omongan Sabri. “ Jangan kamu lihat kemiskinan lantas kamu bilang Tuhan tidak hadir. Kamu lebih kafir dari Setan. Sejahat jahat setan, tidak pernah mengabaikan Tuhan. Tetap percaya kehadiran Tuhan dimana saja dan kapan saja.” sambungnya dengan tenang.
“ Tapi kemiskinan itu karena pemerintah zalim. Hanya memberi kesempatan kepada orang kaya saja.” Kata Sabri
“ Tadi Tuhan kamu keluhkan tidak hadir, sekarang pemerintah kamu keluhkan zalim. Di kepala kamu hanya ada mengeluh. Semua disalahkan.” Kata Daniel.Saya tersenyum.
“ Saya tidak mengeluh, tapi saya bicara soal empati dan keadilan. “ mulai sewot Sabri
“ Lantas kamu anggap Tuhan dan Pemerintah tidak punya empati dan keadilan. Hanya kamu yang peduli ?
“ Saya hanya mengingatkan. Itu aja”
“ Ya mengingatkan cara bersikap yang salah. Karena itu kalau besok ada orang bicara keadilan untuk si miskin kamu jadi follower, besok ada orang bicara Tuhan, kamu jadi Follower. Ketahuilah, hidup bukan retorika tapi perbuatan. Karena dengan retorika, bisnis atas nama keadilan dan Tuhan bisa mendatangkan uang dan kekuasaan.. Dan kamu jadi follower dari profesional yang menjual retorika itu. Itulah yang terjadi di negara yang mayoritas beragama. Mereka brengsek daripada kapitalis. “Kata Daniel.
Sabri terdiam.
Tuhan itu Maha Adil dan Maha bijaksana. Lanjut Daniel. Tidak ada orang dilahirkan untuk jadi miskin dan di zolimi. Namun karena manusia di beri Tuhan hak Free Will maka setiap manusia punya pilihan menentukan sendiri jalannya. Karenanya surga dan neraka tercipta, Kaya miskin terbentuk. Business dan economy class tersedia. Justru keadilan Tuhan itu ada karena selalu di dunia ini berpasangan. Setiap pilihan berkaitan dengan Mental kita sendiri.
Kami, yahudi mengejar harta namun tidak menumpuk harta non Produktif. 90% elite terkaya di dunia sekarang adalah orang Yahudi. Padahal kami minoritas. Tetapi istana dan rumah termewah di dunia adalah milik orang islam seperti Raja Arab, dan Brunei. Emas terbanyak di miliki orang islam tapi penguasaan saham di bursa adalah Yahudi. Tempat ibadah terbanyak di miliki orang Islam tapi penguasaan saham di perusahaan multinasional adalah Yahudi. Ini soal pilihan.
Kami tidak hidup dalam simbol material: dalam bentuk harta,istana, kendaraan rubicon, lamborghini, alphard atau apalah dan tidak juga tempat ibadah bertebaran dimana mana. Tapi dalam bentuk seni berbagi dengan cara smart. Penguasaan saham lewat bursa memberikan kesempatan orang yang punya effort mentunaikan fungsi sosial perusahaan. Penguasaan saham di perusahaan secara langsung, satu cara mengaktualkan ide berbagi secara intelektual dan spiritual.
Dengan seni berbagi itu walau kami tidak punya negeri yang dirahmati Tuhan seperti kalian, tapi kami menjadi mesin berkembangnya peradaban. Kelaparan, kemiskinan di planet bumi ini terjadi karena pilihan pribadi manusia sendiri. Mereka dididik dari kecil harus utamakan retorika agama, dan sorga lebih utama. Tapi anehnya ketika mereka kalah bersaing mereka salahkan Tuhan dan Pemerintah. Padahal ketika mereka sibuk mengisolasi dirinya dari luar agar suci dan bersih, orang lain berjuang mengembangkan iptek dan pasar. Pilihan berbeda, tentu hasil juga berbeda.
Jadi kalau kalian mencintai Tuhan dan ingin mengaktualkan Tuhan, maka jangan jadikan materi sebagai Tuhan. Karenanya jauhi barang mewah berlebihan, apapun itu dan berbagilah, tetapi lakukan itu dengan smart.
No comments:
Post a Comment