Saturday, April 30, 2022

Mbak Surati

 



Fajar datang aku sudah berada di pusat lelang ikan di dekat dermaga rakyat. Biasanya aku hanya beli satu keranjang kecil ikan kembung. Sebesar itulah  modalku anak usia 12 tahun berusaha mandiri. Keranjang itu aku bawa dengan angkutan umum. Sampai di terminal. Keranjang itu aku gotong ke pasar rakyat untuk di konsinyasikan kepada padagang. Hanya empat lapak saja untuk titipkan ikan itu. Salah satunya Mbak Surati.


 “ Ale, utang aku bayar semua ya. “ Katanya menyerahkan uang Rp 2000. 


“ Si anti memang sudah sembuh Mbak.” Kataku. Anti itu putrinya usia 5 tahun. Tadinya yang berdagang ibunya Mbak Surati. Tetapi setelah dicerai suaminya, Mbak surati pulang ke rumah ibunya yang janda. Usaha dagang ikan itu diambil alihnya. Ibunya merawat putrinya selagi dia dagang.


Setelah mengantar ikan ke pasar, aku bergegas pulang untuk berangkat sekolah. Pulang sekolah aku akan kembali ke pasar untuk ambil uang kepada pedagang. Begitulah keseharianku sejak masuk SMP.  


Suatu waktu aku dapati Mbak Surati tidak  ada di pasar. Aku bertanya tanya kepada pedagang yang ada di sebelah lapaknya. “ Dia sudah menikah lagi. Diboyong suaminya ke lampung utara. “ kata pedagang itu. Aku ikhlaskan uangku tersisa ditangannya. Aku berdoa semoga mbak Surati bahagia dengan hidupnya. 


Kelas 3 SMP aku bertemu dengan Mbak Surati setelah 2 tahun tidak jumpa. Dia dagang minuman pakai gerobak di ujung jalan pemuda, Tanjung karang. “ Ale, masih dagang ikan?


“ Engga lagi mbak. Aku bantu paman dagang pakaian di pasar Bambu Kuning.”

“ Yalah. Paman kamu kan orang kaya. “

“ Ya pamam saya perlu ajarkan saya berdagang. Katanya untuk bekal saya nanti”


Aku perhatikan wajah mbak Surati nampak lebih tua dibandingkan dua tahun lalu. Badannya kurus. “ Anti tinggal sama adikku di Serang. Ibuku juga tinggal di Serang” katanya. Aku mengangguk.  Setiap sore aku bantu mbak Surati melayani pelanggannya. Begitulah sampai pada satu hari, aku tidak menemui mbak Surati dagang. Hilang. 


Enam bulan kemudian, aku bertemu mbak Surati di dekat stasiun kereta. Saat itu aku mengantar sedara ke stasiun untuk kereta jurusan Palembang. Dia berdiri dekat rel. Walau remang remang tapi aku cepat mengenalinya. “ Mbak Surati? Tegurku.

“ Eh Ale “ katanya canggung. 

“ Ada apa disini mbak ?

Dia terdiam lama. Akhirnya dia bersuara juga “ Aku jadi lonte” katanya. Tetapi pakaiannya biasa saja. Tidak menggoda seperti lonte yang ada di sekitar stasiun itu. 

“ Mbak sudah makan ?

Dia terdiam. Aku tahu dia belum makan. “ mbak kita makan di pasar bawah itu. Ayo ikut aku. Aku ada uang “ kataku.  Mbak Surati ikut langkahku menjauh dari stasiun itu. 

“ Enam bulan lalu mantan suamiku datang. Dia mau aku kembali. Ya aku ikut. Apalagi dia janji akan perlakukan aku dengan baik baik. Tetapi setelah uangku semua habis, dia jual aku. Awalnya aku malu dan marah. Tetapi lambat laun aku menikmati. Hidup seperti ini lebih baik  daripada punya suami melumat hati dan ragaku, dan menghinaku. “ kata mbak Surati dengan airmata berlinang. Aku terdiam. 


“ Eh kelas berapa kamu sekarang Ale?Kata mbak Surati kemudian dengan wajah cerah.

“ Kelas 3 SMP mbak. “

“ Kamu anak yang pintar Ale. Kamu pasti jadi orang hebat nanti. 

“ Doain ya mbak. 

“ Tentu. “


Udah makan saya harus pulang mau kerjakan PR. “ Mbak jaga kesehatan ya” kataku. 


Selama lebih sebulan. Aku melihat Mbak Surati di pinggir rel. Seperti malam-malam sebelumnya, ia selalu muncul dengan gaun sederhana, kakinya jenjang, berdiri menunggu seseorang datang. Aku melihat garis pedih dan hitam. Aku bisa melihat semua yang hendak disembunyikannya. Masa lalunya yang penuh kesedihan, suaminya yang mengusirnya, setelah menjualnya. Ia seperti dikutuk kecantikannya. Kusampaikan kekawatiranku. Tapi ia hanya tertawa. ”Kenapa mesti takut? Berkali-kali aku kena garuk. Aku tahu bagaimana caranya mengatasi,” katanya. ”Aku cuman perlu memberi sedikit kesenangan pada para petugas itu.”


***

Aku ceritakan semua tentang mbak Surati kepada ibuku. “ Nak, kamu tahu ? Kata Ibuku. Jembatan sorga itu ada pada perempuan. Ia adalah ibumu, istrimu, anak perempuanmu, saudara perempuanmu, keluarga dekat dan jauh perempuanmu. Jembatan itu sangat tipis.  Mudah membuatmu tergelincir. Itu membutuhkan kesabaran agar seimbang. Butuh kekuatan. Itu akan jadi bebanmu sepanjang usia. Jadilah pria sesungguhnya. Upayamu mencari rezeki dengan niat melaksanakan tanggung jawab Tuhan itu, setiap tetes keringat itu akan menjadi doa yang sangat Tuhan suka. Membuat hal yang sulit jadi mudah, yang tak mungkin jadi mungkin, keberkahan harta membuat tubuhmu sehat dan rezeki lapang. Itu janji Tuhan.


“ Sayang” Kata ibuku seraya membelai kepalaku dengan cinta tulus. “ Tuhan tidak membebani wanita untuk menjaga pria, tetapi,  Tuhan mewajibkan pria untuk menjaga perempuan. Begitu agama mendidik para pria. Tanggung jawab pria itu dihadapan Tuhan sangat berat. Dia harus bertanggung jawab kepada perempuannya. Itu tanggung jawab seumur hidup. Jaga suasana hatinya. Jangan keluhkan kalau berat dirasa ya sayang.”


“ Ya mak..”


“ Kalau tanggung jawab  pria di laksanakan dengan ikhlas, Rezeki mereka akan dimudahkan oleh Tuhan. Dan karena itu tidak perlu ada perempuan seperti Surati itu. “ kata ibu seraya memelukku


“ Mak boleh engga aku bujuk Mbak Surati untuk dagang ikan. Ambil di pelelangan. Jual di pasar.  Aku ada tabungan untuk modalnya“ Kataku. 


“ Kenapa ? Kata ibu tersenyum.


“ Dia temanku. “kataku. Ibuku mengangguk. “ Jangan rendahkan dia, dan jangan buat hatinya terluka hanya karena kamu nasehati dia. Perempuan itu sayang, bisa menerima apa saja , kecuali kata kata yang merendahkannya. Dan kamu rendahkan dia, Itu akan menyusahkanmu. Tuhan akan marah kepadamu. Jaga perasaannya ya” Pesan ibuku.


 " Walau kamu sekolah tidak pintar, tetapi hatimu mulia sayang. Amak tidak akan kawatir akan hidupmu kelak. Kamu akan baik baik saja. Tuhan akan jaga kamu" Sambung ibu saya.


Keesokannya aku cerita kepada ibu. Bahwa Mbak Surati menolak rencanaku. “ Tanggung jawabmu sudah selesai. Itu urusan  dia dengan Tuhan. Doakan saja, ya sayang “ 


Tanjung karang 1979

Source : Mydiary.

Saturday, April 23, 2022

Semangat berbagi


 


Di shenzhen saya janjian dengan teman. Dia sudah berkali kali minta ketemu dengan saya. Tetapi saya tidak ada waktu. Saatnya ada waktu, saya sempatkan bertemu. Saya sebut teman. Sebenarnya dia karyawan Spa. Pekerjaannya menager restoran khusus layanan lounge. Saya sering ngobrol dengan dia.


“ Ngapain sih ketemu wanita itu.” kata Wenny waktu saya sampaikan rencana mau ketemu Jian.


“ Dia sudah berkali kali dia minta ketemu. Mungkin ada hal penting yang dia mau sampaikan”


“ Emang mau bisnis apa ? Diakan manager restoran tempat spa”

“ Ya. “ Kata saya. Namun karena saya bersikukuh mau ketemu. Wenny mengalah juga. Dia antar saya ketemu wanita itu di kawasan Dongguan.


“ B, maaf ganggu waktu kamu. “ Katanya ketika kami bertemu di lounge hotel. “ Ini ada proposal. Mohon kalau ada waktu pelajari” Katanya seraya menyerahkan proposal kepada saya. Tidak tebal. Saya hitung hanya 8 lembar.


“ Kamu bicara aja. Ringkas aja. Apa isi proposal itu” Kata Wenny.


“ Begini. Saya ingin membuat restoran untuk mereka yang tidak punya uang. Mereka mungkin belum dapat kerjaan di Kota atau sedang proses mencari kerjaan baru atau siapa saja yang memang lapar  karena miskin. “ Kata Jian tersenyum.


“ Jadi kamu suruh kami keluar uang untuk orang makan gratis? Kata Wenny menegaskan.


“ Ya kak. “


“ Kamu pikir kami Tuhan? Tuhan aja engga begitu. Aneh” Kata Wenny. Saya diam saja.


“ Kak, saya paham. Proposal ini memang tidak masuk akal. Tetapi google juga gratis. Toh akhirnya mereka bisa hidup lewat ekosistem bisnis dari mereka yang butuh gratis informasi itu”


“ Google bukan makanan. Beda.” Kata Wenny sewot. Tapi Jian terus melihat ke arah saya. Berharap saya merespon. “ Ok nanti saya pelajari. Beri saya waktu seminggu. “ Kata saya.


***

“ Ada apa  sih kamu B. ? Ini China. Banyak orang diluar sana berdrama hanya untuk memancing emosi orang keluar uang. Apalagi dia wanita. Cantik lagi. Engga usah aja. Lupakan” kata Wenny waktu kami jalan pulang ke apartement. Saya diam saja.

Besok paginya ketika sarapan. “ Saya sudah pikirkan semalaman. Saya setuju dengan proposal Jian. Saya mau invest 2 juta yuan.” Kata saya.


“ hah..itu sama dengan USD 250 ribu. Gila? serius kamu? . Berapa lama uang sebanyak itu akan bertahan? . Paling lama sebulan habis itu uang.” Kata Wenny.


“ Ya. Tetapi saya yakin dengan proposal dia. “


“ B, ada apa sih kamu?


“ Wen, bantu sayalah. Dukung aja”


“ Engga bisa. “ Kata Wenny tegas. Saya diam saja.


“ OK” Kata Wenny kemudian. “ Izinkan team analis saya pelajari proposal dia. Gimana?


“ Wen, udah pasti ditolak oleh team kamu. Please..”


“Kamu naksir dengan Jian.” mata wenny melotot.


“ Duh engga begitu. “ Kata saya garuk garuk kepala. Lebih baik saya diam saja. 


Akhirnya malam hari sebelum tidur, Wenny berkata kepada saya. “ OK, saya dukung kamu. Saya akan keluarkan uang 2 juta yuan untuk jian. Tapi biarkan saya deal dengan dia. Bisnis proses tetap jalan sesuai strategi saya.”


“ OK setuju.” Kata saya 


***

Setahun kemudian, saya ke Dongguan ninjau pabrik SIDC. Saya didampingi WEnny. Usai ninjau pabrik. Wenny ajak saya makan di restoran. Ramai sekali pengunjung. Maklum makan siang. Usai makan, Wenny bayar bill dua kali dari bill yang ada. Kasir memberikan bunga sebagai ucapan terimakasih. Saya kaget, Yang lain juga saya perhatikan sama dengan kami. Membayar lebih dan dapat bunga mawar. 


Seorang wanita mendekati saya. “ B, apa kabar. Lama engga ketemu. “ Katanya. Ternyata itu Jian. Dia tersenyum melirik wenny.

“B, restoran ini sudah berkembang jadi dua. Dana operasi dibayar oleh donator. Tadinya memang gratis tetapi setelah 3 bulan, hasil dari donasi lebih banyak dari biaya menu dan operasi. Kami surplus.


“ Bagaimana bisa begitu?


“ Walau gratis namun Restoran didesign memang untuk kelas menengah. Kami tidak mencurigai siapapun yang datang. Kalau mereka tidak bayar itu artinya mereka tidak ada uang dan pantasi dapatkan makan gratis. Itu aja. Ternyata, ini mengundang empati orang berduit. Mereka tanpa sungkan bayar bill lebih untuk mereka yang tidak ada uang bayar bill. Mereka senang makan bersama orang miskin di tempat berkelas dalam suasana berbagi. itu aja. “


“ OH…” Saya melongo. 


“ Dan itu berkat kak Wenny. “ sambung Jian lagi.


“ Wenny? Saya kaget seraya melirik ke arah Wenny yang nampak tersenyum.


“ Ya. dia ubah konsep restoran, termasuk menu dan design ruangan. Menurutnya, kalau kita ingin berbuat baik maka jangan tanggung tanggung. Harus yakin dengan niat baik kalau ingin dapatkan empati dari orang baik.” Kata Jian


Saya tersenyum menatap Wenny.


“ Investasi kak Wenny sudah kembali empat bulan lalu. Kini restoran mandiri dan hidup serta berkembang dari seni berbagi.” Kata jian.


“ Terimakasih Wen” Kata saya waktu pulang ke apartement.


“ Kamu inspirasi saya, B. Maafkan saya kalau cepat reaktif. Terus arahkan saya jadi orang baik ya.” kata Wenny. Saya genggam jemarinya. Dia tersenyum


Friday, April 22, 2022

Impian ke kota

 






Hanya sekali saya beli baju melalui broker yang ada di Louho stasiun Shenzhen. Tetapi sejak itu, setiap saya ke shenzhen wanita itu selalu ada di depan gate. Dia bersegera mendekati saya. Dengan bahasa inggris sepotong dan bercampur bahasa Mandarin dia menawarkan apa saja. Ada banyak kartu nama di tangannya. Ada yang tawarkan Jas, baju, dan lain lain. Saya tahu itu semua barang falsu. Saat itu saya baru 6 bulan berbisnis maklon di China. Tepatnya tahun 2005. Walau saya tolak secara halus, namun dia tidak pernah kehilangan harapan menawarkan barang bila bertemu saya.


Satu waktu, saat musim dingin. Saya tidak melihat dia di gate. Rasanya saya merasa bersalah. Karena lebih 4 bulan, sejak saya beli baju dan dia terus menawarkan barang. Saya terus menolak halus. Kemana wanita itu? Saat akan menuruni tangga stasiun, saya melihat wanita itu duduk di pinggir stasiun. Dia berlari mendekati saya “ Tidak boleh dekat gate, Saya tunggu di sini saja. “ Katanya. Tetapi dia tidak menawarkan apapun. Saya tersenyum untuk membuat dia merasa nyaman.


“ Ada orang hitam perlu Hape. Dia sudah setuju dengan contoh saya beri. Tetapi dia minta dalam jumlah besar” Katanya. Saya tertegun. “ Saya bingung dapatkan modal untuk pembeli itu.” Lanjutnya.


“ Mengapa tidak ditemukan saja  langsung dengan penjual”


“ Saya sudah pertemukan. Tetapi penjual tidak percaya. Maunya bayar tunai. Orang hitam itu tidak bisa bayar tunai.” Kata Wanita itu dengan wajah bingung. “ Ah maaf, silahkan lanjut. Saya menganggu waktu anda” Katanya dengan terbata bata.


“ Engga apa apa. Bisa lihat contoh hape yang diminati itu” Tanya saya. Wanita itu mengeluarkan hape dari tasnya. Saya tahu itu blackberry yang hanya casing saja. Isinya sama dengan hape umumnya. “ Berapa harga diterima oleh pembeli ?


“ 200 yuan ( Rp. 200 ribu ) “


“ Berapa harga dari penjual ?


“ 50 Yuan ( Rp, 50 ribu).


Saya berpikir sejenak. “ Kamu tahu dimana penjual ini dapat hape ini? Kata saya. Saya ingin tahu sejauh mana network wanita ini. Kalau dia tidak tahu ngapain saya buang waktu.


“ Saya antar anda ketempatnya” kata wanita itu. Saya ajak wanita itu naik taksi menuju lokasi yang ditentukannya. Sampai di lokasi. Saya lihat itu hanya ruko. Di dalam ruko yang tertutup itu orang kerja merakit Hape. Kami bicara dengan pemilik ruko itu. Dari wanita itu saya tahu bahwa mereka dapat supply dari pasar gelap dalam bentuk terpisah. Mereka beli bukan unit terurai, tetapi hitungannya gramatur. Jadi antar mereka bukan transaksi part elektronik, tetapi bahan metal dari hape itu.


“ Kami jual per unit untuk contoh hape ini, 40 yuan” Kata penjual pemilik perakitan. Saya mengangguk.


Aha! ini peluang dapat keutungan dari bisnis underground di China. Bagi pemula seperti saya di belantara bisnis di China, ini cara mudah menggalang dana dengan modal pas pasan. “ Mari kita temui pembeli kamu itu.” Kata saya kepada wanita itu. Dia ajak saya ke hotel kecil di kawasan Dongmen. Memang pria Afrika, Baru saya tahu bahwa dia mau bayar pakai LC. Saya sanggupi supply. Permintaanya 20.000 unit hape atau 4 juta yuan atau Rp. 4 miliar.


“ Kita kerjasama mau? Kata saya kepada wanita itu sebelum teken kontrak dengan pembeli. Dia senang. “ Berapa komisi saya” katanya.


“ Walau biayanya lebih rendah karena kita langsung beli dari sumber pertama. Namun saya tetap beli dengan harga 50 yuan per unit. Artinya kamu dapat 10 yuan per unit. Untuk kontrak ini kamu dapat 200,000 yuan”


“ Hah..” dia terkejut mendengar jumlah fee yang akan dia terima.


“ Mau mau. “ Katanya membungkuk. 


“ Siapa nama kamu? Tanya saya. 


“ Xiawei.” katanya,. Usianya mungkin 20 tahun.


“ Nah kita bagi kerja. Saya akan bayar uang muka kepada penjual dan kontrak dengan pembeli. Tugas kamu awasi proses pengadaan itu sampai kepengapalan. Sebelum masuk doz kamu periksa. Pastikan nyala. Gunakan alat test quality ” Kata saya menyebut nama test elektoromagnetik. “ Beli alat itu. Pastikan semua baik. Paham”


“ Paham.” Katanya tegas.


“ Soal ekspedisi itu urusan saya. Ingat, kalau gagal sekali ini, saya hilang uang dan kamu hilang kesempatan. Bagi saya kamu sudah seperti sampah. Jangan lagi bicara bisnis dengan saya. Paham.” Kata saya. Dia mengangguk dan nampak serius menatap saya “ Saya akan kerja keras.”


***

Sesuai rencana, dalam sebulan saya sudah bisa delivery. Walau sarat eksport  FOB  namun LC itu usance,  yang bukan at sight. Artinya kalau pembeli setuju, saya dapat bayaran. Kalau dia tolak karena barang rusak atau tidak bisa dipakai, maka saya tidak akan dapat bayaran. Dengan harap cemas saya menanti tagihan LC itu cair. Ternyata dua minggu dapat kabar dari bank bahwa LC sudah dibayar. Saya sujud sukur kepada Tuhan.


Xiawei saya telp untuk datang ke kantor saya. Saya bayar tunai komisi dia. Dengan berlinang airmata dia terima uang itu’ Apakah saya sedang bermimpi” Katanya setelah menghitung uang yang dia terima.” Uang sebanyak ini bisa beli apartement saya. Tetapi saya tidak akan beli aparteman, Uang ini saya akan gunakan untuk modal. Nah selanjutnya anda tidak perlu keluar modal. Saya akan delivery setiap permintaan anda. Kita jadi mitra, Setuju? “ Katanya. Saya salami dia.


***

Tahun 2006 saya duduk di longe executive hotel shangrila Zhenzhen. Dari arah pintu masuk keliatan Xiawei bersama pasangan manula. “ B, kenalkan ini kedua orang tua saya.” Katanya dnegna bahasa inggris sempurna. Xiawei memang gunakan waktu yang sempit untuk belajar bahasa inggris.


Saya menyalami kedua orang tuanya. “ terimakasih anda sudah banyak membantu putri saya.”Kata ayahnya dalam bahasa mandarin. Saya mengangguk. Kami makan malam bersama. Ternyata Xiawei sudah siapkan table untuk kami makan.


“ B, ingat engga. Tahun lalu ketika awal kamu sukses shipment ekspor, kamu ajak saya makan malam disini. Seumur hidup saya tidak pernah membayangkan bisa masuk tempat semewah ini. Saya berjanji kepada diri saya sendiri. Kalau saya punya pabrik supply chain sendiri, saya akan ajak kedua orang tua saya makan di sini. Impian saya ketika berangkat dari kampung tiga tahun lalu, kini terjelma sudah. Itu karena saya betemu dengan kamu. “


" Putri anda memang hebat dan dia orang baik. Punya masa depan bagus" Kata saya dalam bahasa mandari sepotong potong. 


"  Saya tahu diri B. Kalau soal cantik, ada banyak wanita cantik di China. Saya apalah, hanya wanita kampung yang miskin. Hanya effort saya yang bisa mengangkat kehormatan saya, bukan lainnya. Kalau kehadiran saya menyusahkan orang lain, tidak menguntungkan , apa bedanya saya dengan sampah di jalanan. Wajar saja kalau orang buang saya. Bukan mereka salah, bukan karena tidak bermoral, tapi karena memang saya sampah.” Katanya sangat tahu diri. Karena itu dia bekerja keras dan menjaga kehormatan dirinya lewat kinerja.


Terbayang oleh saya. Selama awal awal berbisnis dengan saya, dia tidak pernah mau terima uang makan dari saya. “ Saya ada uang tabungan B, tidak perlu kawatirkan saya. Saya akan baik baik saja” katanya ketika saya temui di tempat pusat perakitan hape. Pernah saya lihat dia makan siang dari bekal yang dia bawa dari apartementnya. Sangat sederhana. Selagi makan dia terus awasi orang kerja. Sangat serius. “ Dia baru pulang setelah semua produksi masuk kemasan dan di seal. “ Kata boss perakitan itu. Itu artinya dia pulang selalu dini hari.


Xiawei memang berhasil membangun  pabrik casing hape. Dia dapat pasokan bahan baku plastik dengan dukungan modal kerja dan investasi dari program UKM pemerintah. Sehingga dia bisa beli mesin moulding dan melalui business process. Itu karena saya sebagai penjamin pasarnya. Kini, pabrik Xiawei semakin besar. Dia bukan hanya produksi beragam casing, tetapi juga produksi metal daur ulang dari sampah komputer dan hape. Sampai kini kami tetap bersahabat. Dia tetap bersahaja.


Pesan moral : Kalau Xiawei sukses itu memang karena effort-nya dan kompetensi dia sendiri. Kerja keras dan passion yang luar biasa, serta berpikir positip. Dia sangat menjaga kehormatan dirinya, dengan menolak pemberian di luar statusnya sebagai mitra saya. Dia punya dream. Makanya ketika dapat fee besar, dia tidak euforia sehingga konsumtif, tetapi dia gunakan itu untuk modal agar dia merasa equal bermitra dengan saya


Tidak ada yang mudah

 






Tahun 2010, saya liat ada wanita  duduk di ruang tunggu receptionis kantor di Seoul “ Siapa wanita itu? Tanya saya kepada receptionist.

“ Tamu bagian sumber daya.”

“ Saya perhatikan sudah sering dia datang. Kenapa?

“ Sebaiknya saya tanya ke bagian sumber daya.”

“ Tunggu sebentar. “ kata saya melirik keras. “ Kenapa dia menanti. Siapa suruh? Tanya saya.

“ Maaf pak. Saya sudah suruh pergi. Karena bagian sumber daya sudah menolak bertemu.” Kata petugas receptionis. Saya lirik tamu itu dan melangkah mendekatinya. Dia segera berdiri dan memberi hormat dengan membungkuk. “ Kamu bisa bahasa inggris? Kata saya dalam bahasa korea terpatah patah. “ Yes but not well. “ katanya. 

“ Ok, follow me.” Kata saya.  Dia mengikuti saya masuk ke dalam kantor. 


Dia sempat terkejut ketika masuk kamar kerja saya. “ masuk lah. “ kata saya. Dia melangkah ragu. “ Anda CEO? Tanyanya. Saya senyum saja.


“ Saya punya waktu 10 menit. Bicaralah. “ Kata saya. Karena saya tidak ingin dia terus datang. Saya yakin bagian sumber daya punya alasan kuat menolak wanita ini. Tentu sudah sesuai SOP.  Tetapi saya harus hormati kegigihannya untuk dapatkan deal. Kalau engga, mana mungkin dia mau terus datang. Pasti dia punya alasan.


“ Saya mengajukan proposal untuk investasi ini” Katanya mengeluarkan botol chili pasta ( Sauce cabe). Aromannya memang ciri khas korea.


“ Ini produk sudah biasa di korea. Apa yang menarik untuk investasi? 


“ Saya racik sendiri. Punya rasa khusus. Sehat dan  punya standar untuk  dipabrikasi.” Katanya. Saya panggil bagian sumber daya. Tak  berapa lama bagian sumber daya datang. “ Kamu punya proposal wanita ini.” Kata saya melirik  wanita itu. “ Saya nona Kim” kata wanita itu. 


“ Ya Nona Kim. Sudah ajukan proposal. Tapi tidak layak “ Kata Bagian sumber daya.

“ OK kamu tunggu disini. Saya minta dia presentasi depan saya.  “ Saya lirik wanita itu. “ Kim, kamu punya waktu 5 menit presentasikan kepada saya. Saya siap dengar.” Kata saya. Dengan cepat dia presentasikan. Keliatan dia sangat kuasai detail produk dan market. 


Saya pandang lama dia setelah usai presentasi. 


 “ Ok, “ Kata saya. “ Apakah kamu punya restoran yang mau jadi uji coba produk kamu? biaya uji coba saya bayar. Saya perlu tiga restoran. Waktu  uji coba 1 bulan. “ Kata saya. 


“ Pak, uji kesehatan semua sudah saya dapatkan dari lab pemerintah. Saya sudah produksi ini secara rumahan. Market bagus.” 


“ Saya berbisnis dengan standar saya. Bukan standar kamu. Mau ikuti saya?


“ Baik pak. Saya akan dapatkan” Kata nya. 


“ Ok saya tunggu” Kata saya seraya berdiri dari tempat duduk saya. Dia membungkuk dan melangkah keluar ruangan saya.


***


Sebulan kemudian saya tidak lagi dengar berita dari Nona Kim.  Satu waktu di musim dingin saya liat ada wanita berdiri depan restoran. Dia sedang membagikan botol sauce cabe kepada pengunjung yang keluar dari restoran. Setiap pengunjung yang dapat cabe sauce, dia minta kartu namanya. Saya kenal itu Kim. Saya dekati “ Ada apa kamu di sini?


“ Pemilik restoran, mau jadikan sauce cabe saya untuk  uji coba kalau 20 pelanggannya suka. Kalau tidak. Dia tidak mau”


“ Bagaimana kamu tahu mereka suka produk kamu? 


“ Setelah seminggu saya akan telp mereka untuk tanyakan pendapat mereka. Kalau mereka suka, saya minta mereka mengendorse produk saya.  Tapi tidak banyak yang mau terima telp saya dan mau endorse. ” Katanya murung. 


“ Kamu baik baik saja? 


“ Baik baik saja. Terimakasih. Mohon sabar ya pak. Saya pasti datang memenuhi sarat yang anda tentukan. Tiga restoran siap uji coba. “ katanya membungkuk.


Sebulan kemudian Kim datang ke kantor. Saya terima kedatangannya di kamar kerja saya. Dia perlihatkan dokumen profile tiga restoran yang siap uji coba. Saya baca profile dari tiga restoran itu. Saya lirik dia. Saya tahu dia sudah melewati banyak kesulitan untuk dapatkan dukungan dari tiga restoran itu. “ Kim. saya akan libatkan team survey market. Mereka akan monitor minat konsumen. Kamu harus produksi sesuai kebutuhan selama 1 bulan. Saya bayar biaya produksi kamu”


“ Siap pak.” 


“ OK, karena business process akan start. Kamu harus teken perjanjian dengan kami. Kita akan jadikan produk ini sebagai business venture.  Kamu setuju?


“ Siap pak.” 


“ Ok kamu silahkan temui bagian sumber daya” Kata saya.


Sebulan kemudian saya dapat laporan dari bagian sumber daya, Bahwa semua pelanggan dari tiga restoran itu puas dengan cabe sauce produksi Kim. Saya baca data survey dan statistik minat konsumen atas beberapa menu. Saya puas. Sekarang masuk tahap perencanaan bisnis untuk proses produksi massal.  Saya buat catatan kepada bagian sumber daya : Pastikan supply chain cabe.  Caranya? hitung Kompetisi mendapatkan supply. Hitung berapa produksi cabe setahun. Berapa produksi sauce cabe dari beberapa pabrik yang ada. Hitung market korea. Libatkan Kim sejak dari awal studi.


***

Sebulan kemudian saya dapat laporan. Bahan baku cabe sulit di dapat karena harus bersaing dengan agro industri yang sudah ada. Umumnya mereka sudah terikat dengan petani lewat ekosistem bisnis dan financial.  Kalaupun dipaksakan, harga akan mahal. Itu butuh waktu lama untuk  bisa menjamin supply kebutuhan produksi yang feasible. 


“ Tapi  pak, kami dapat data produksi cabe china besar sekali. Sistem supply chain mereka bagus, Didukung sitem logistik yang solid. Daerah penghasil Cabe ada di Guizhou, Hunan, Jiangxi, Sichuan, Shaanxi, Hebei, Henan and Jilin. “ Kata bagian sumber daya. Saya terus baca laporan data statistik produksi cabe China. 


‘ Cost produksi analisis gimana ? 


“ Bapak bisa baca lampiran dalam laporan. Perbedaan cost 60% daripada diproduksi di Korea. Kalau dihitung pajak impor. Masih bisa bersaing dengan harga lebih murah 30%. “ 


Saya berdiri,  berjalan di ruangan kantor saya. Wara wiri seraya berpikir.  Semua diam.  Hening. Tak berapa lama saya lirik Kim, wajahnya pucat seperti sedang menanti keputusan.  Ada kasihan melihatnya. Saya tidak mau membuhuh harapan orang yang sudah struggle. Apalagi dia telah melewati banyak hambatan sampai pada tahap ini.


“ Ok semua keluar. Tinggal Kim di ruangan ini.” Kata saya kepada staff. Mereka keluar. Saya tatap Kim dengan seksama. Dia masih terlalu muda. Usianya masih 25 tahun. Terlalu besar angan angannya. Tetapi dia sudah buktikan dia serius.


“ Kim, saya punya rencana bisnis” Kata saya. Dia menyimak. “ Saya akan bangun pabrik pengolahan cabe produksi kamu di CHina. Tetapi itu PMA. Perusahaan kamu di korea akan kerjasama dengan perusahaan kami di China untuk produksi. Sementara perusahaan kami di Korea akan jadi market underkater.  Tahap awal kita tidak jual langsung ke market retail. Tetapi jadi supply chain pabrik sauce cabe yang ada di korea. Mereka yang distribusikan.  Harga kita lebih murah 30%. Itu akan mendorong mereka untuk kontrak dengan kami. “ kata saya. Saya perhatikan dia menyimak. 


“ Tapi untuk itu kita harus dapatkan market offtaker dari pabrikan di korea. Itu dasar saya dapatkan dukungan pembiayaan dari Bank di China. " 


" Jadi kita tidak berproduksi dengan merek. Hanya jual produk antara kepada Pabrik pengolahan di Korea. Mengapa ? Tanya Kim keliatan bingung.


" Karena investasi di merek itu sangat mahal. Untuk pemula engga mudah bertahan. Apalai mereka mereka yang eksis itu sudah sangat solid ekosistem bisnisnya. " 


" Tapi pak.." dia masih berusaha mempertahankan argumennya.


" Nona Kim..." Seru saya mendekatinya, Duduk disampingnya di sofa. " Dalam bisnis kita harus cerdas. Hindari perang yang bukan medan kita. Selalu ada ruang untuk kita cocok bertarung dengan kapasitas kita. Bukan soal menang atau kalah, tetapi bertahan dan kemudian tumbuh berkelanjutan. Dengan rencana produksi kita sebagai pemasok  pabrikan, kita mengubah pesaing jadi mitra. Sinergi tercipta atas dasar saling mendukung. Kelak akan tumbuh sama sama. Paham?


" Ya pak. Paham" Kim tersenyum dan tercerahkan dia.


" Nah tugas kamu, berusahalah dapatkan off taker market itu. Saya punya network dengan beberapa pemegang saham pabrik sauce cabe di korea. Tugas kamu lobi mereka. Yakinkan mereka untuk jadikan kita sebagai mitra supply chain. Data survey product,  minat konsumen dan lain lain gunakan itu untuk yakinkan pabrikan. Saya siap investasi untuk risk management mereka.  Promosi produk sebulan delivery dengan harga diskon 40%. “ Kata saya. 


“Siap pak. “ Katanya membungkuk. Dia keluar dari ruangan saya.


Dua bulan kemudian dia datang temui saya. “ Pak, ada dua pabrik siap kontrak. Kapasitas setahun 1500 ton. Delivery bulan pertama harga diskon jadi USD 3000. Tetapi selanjutnya harga USD 6000/ton. Dia menyerahkan draft perjanjian dari dua pabrikan. Saya baca dan tersenyum.  Saya rentangkan kedua tangan saya. Dia menghambur dalam pelukan saya. “ Terimakasih pak. “ katanya menahan isak tangis. Saya tahu tidak mudah dia dapatkan kontrak itu. 


“ Kamu hebat Kim. Minggu depan setelah kontrak dengan pabrikan,  kamu ikut saya ke Hunan, china. Kita bangun pabrik kamu ya” Kata saya.


***


Tahun 2011 pabrik usai dibangun di Hunan. Tiga bulan pertama sukses melewati uji pasar. Target market yang ditetapkan tercapai. Pabrik juga dapat sertifikasi BRC, ISO, HACCP, Halal, Kosher. Tahun 2012 Kim dapat dana sponsor dari pemerintah korea, yaitu program pembiayaan perusahaan korea di luar negeri. Sehingga hutang bank di china bisa dia lunasi dan Kim terhindar resiko perubahan kurs.  Apa yang kami dapat ? sumber daya untuk mendukung kemampuan kami dalam bisnis supply chain berskala global. Produk Kim sudah masuk pasar Eropa, Jepang, china, Taiwan dan AS. Saya sudah tidak pernah lagi bertemu dengan Kim. Karena dia sudah sangat sibuk di Korea dan china. 


*** 

Tahun 2015.

Saya ke Seoul.  “ Kim mau bertemu anda pak ? Apa bisa ? kata sekretaris saya.  Saya sungkan ketemu. Karena saya sudah pensiun dari SIDC. Saya datang ke Korea untuk menghadiri pernikahan mantan sekretris saya, Lena. Tapi akhirnya saya bersedia juga datang. Itu karena dia sendiri telp saya “ Pak B, i miss you. Beri kesempatan saya ketemu. Sejam aja” Katanya.


“ Kenangan yang tidak pernah lupa kebersamaan dengan anda. Ingat engga. Waktu kita tinjau kebun Cabe di Hunan. Kamu urut kaki saya yang keram.  Saat itu saya lihat cara  kamu urut saya. Benar benar nature. Benar benar kamu kawatirkan saya. Apalagi kamu gendong saya sampai ke rumah penduduk. Setelah saya pulih, saya tak pernah lupa kata kata kamu, maafkan saya Kim. Kamu jadi begini. Seharusnya kamu tidak perlu ikut survey. Tetapi saya tidak punya pilihan. Kamu harus lihat sendiri pontensi sumber daya, Itu cara saya agar kamu punya passion untuk berproduksi, Ya kan. “ Katanya tersenyum. 


“ Setiap hari saya kerja keras. Setiap proses produksi saya awasi dengan ketat. Setiap cost keluar saya kelola dengan baik. Saya selalu teringat kamu. Ketulusan kamu, mahal sekali. Kamu telah memaksa saya keras kepada diri saya sendiri. Dan kini lihatlah saya..” Katanya merentangkan tangan” Saya jadi business lady. Usia 30 tahu saya sudah punya pabrik dengan ribun karyawan. Usia emas saya diberkati bertemu denga kamu B. I do love you”  Katanyan dan memeluk saya. 


Kami habiskan malam itu dengan minum Soju. Saya tetap kontrol diri namun KIm” Saya pantas mabuk malam ini. Kapan lagi saya bertemu dengan mentor, my shadow love, and my everything.” Katanya. Ya terpaksa saya gendong dia keluar restoran. Tunggu kendaraan kantor jemput kami. Saya tuntun dia kedalam kendaraan dengan hati hati seraya  berbisik " jaga diri kamu baik baik ya sayang. Semoga kamu temukan suami yang bisa membawa kebahagian kedalam hidup kamu. Saya bukan pilihan yang tepat." Kata saya. Berpesan kepada supir antar kim sampai apartement.



Moral cerita 

Sukses Kim bukan dicapai dengan mudah. Dia harus buktikan produknya diterima konsumen. Dan untuk itu dia berani memulai dalam skala kecil namun dengan mimpi besar. Dia harus melewati hambatan dari segala sudut. Semua pihak meragukan dia namun tidak membuat mimpi dia padam. Terus bersemangat tanpa kehilangan harapan. Kerja keras mengaktualkan janji dan mimpi membuat dia mampu melewati banyak hambatan. Disaat peluang terbuka lebar, ia harus bayar dengan kerja keras melewati business process day by day. Kalau dia sukses, itu karena dia pantas mendapatkannya. 

Harta hanya catatan saja

  Saya amprokan dengan teman di Loby hotel saat mau ke cafe “ Ale, clients gua punya rekening offshore di Singapore. Apa lue bisa monetes re...