Saya amprokan dengan teman di Loby hotel saat mau ke cafe “ Ale, clients gua punya rekening offshore di Singapore. Apa lue bisa monetes rekening itu. “ Katanya. Saya diam aja. Saya tahu ini skema layering rekening offshore. Money laundry operandi.
“ Engga perlu uang cash moneteis nya. Cukup kredit line dalam bentuk bank instrument. Dari sana gua bisa create uang cash. Client gua banyak yang punya shadow money.” Katanya lagi.
“ Shadow money ? saya mengerutkan kening.
“ Ya uang dari illegal mining, judol dan korupsi.Itu bisa di layering lewat instrument pasar modal. Contoh, gua terbitkan RDT dan mereka sebagai buyer. Gua dapat uang cash. Terus uang itu gua belikan saham di pasar modal. Dan nanti saham itu gua jual secara bertahap, setor ke pemilik uang lewat transfer resmi “ Katanya tersenyum. Kalau udah di transfer resmi lewat pasar modal, ya uang itu jadi clean.
“ Bisnis nya gimana? Tanya saya lugu.
“ Saya dapat 30% dan pemilik uang 70%. Resiko lue engga ada. Kan RDPT gua buy back. Dan lue dapat 10%. Gimana ? Mudah kan” Katanya. Saya senyum aja. “ Gua engga ngerti. Cari orang lain aja” Kata saya.
Skema sederhana dan tidak perlu lulus sekolah financial engineering untuk bisa lakukan. Makanya jangan kaget kalau IHSG naik itu bukan semua real transaksi. Itu skema ML. Buktinya banyak emiten catatkan laba tetapi jarang bagi bagi deviden. Banyak RDPT jadi asset deaduck karena roh nya ( collateral /underlying) sudah nol. Kalau engga bisa bantu negara ya jangan merusaknya. Saya ignoring aja. Teman itu berlalu.
Hari ini Sanya akan bertemu dengan saya. Itu sudah janjian sejak minggu lalu. Dari Hong Kong, dia datang ke Jakarta khusus bertemu dengan saya. Hari yang dipilih agar tidak menggangu waktu sibuknya sebagai CEO Yuan Energi and Mining adalah weekend. Dia mulai berkarir sebagai profesional di Yuan Holding pada desember tahun 2015 setelah dia resign dari pekerjaannya sebagai analis di the company.
Ayah dan ibunya dari India yang beremigrasi ke inggris. Setelah tamat dari Harvard, dia ikut program rekruitmen the company. Diapun jadi warga negara AS. Saya kali pertama mengenal dia waktu di irak dan Suriah pada bulan juli tahun 2014. Saat saya sedang menjajagi bisnis minyak di pasar gelap. Setelah itu dia bertugas di dapur sebagai analis.
Hubungan saya dengan Sanya terus berlanjut. Dia wanita yang cerdas dan cantik. Kulitnya putih dan hidung mancung. Wawasan internationalnya terkait dengan geopolitik energi dan mining sangat luas. Terutama kekuatan analis nya sangat tajam.
Kamu tahu, “ kata Sanya satu waktu. “Dulu kala orang hanya mengenal kehidupan dari alam. Alam terkembang jadi guru. Dari alam itu mereka belajar mengenal diri mereka. Dengan batin mereka berdialogh dengan alam. Tentu dasarnya adalah kesadaran metakognisi atau kesadaran diri yang berkembang lewat fenomena alam. Belakangan karena waktu dan zaman, kesadaran batin itu dipertanyakan dan diperdebatkan. Dialektika diperkenalkan. Lahirlah ilmu filsafat yang bersanding dengan teologi.
Pengetahuan Filsafat diagungkan. Dengan teologi, pengetahuan menguatkan iman dan Tuhan diagungkan. Orang tidak akan tersesat. Bahkan mencerahkan jalan , membangkitkan inspirasi untuk menghadapi ketidak pastian masa depan. Kehidupan bergerak lambat namun tertata sangat harmonis antara manusia dan alam. Namun sejak berkembangnya sekularisme dengan beragam disiplin ilmu, teologi terpinggirkan dan filasafat jadi kuno. Itu proses perubahan zaman yang tidak bisa dihindari.
Kalau kita tidak hati hati, sekularisme bisa berujung paradox. Makanya dalam sekularisme kita harus bisa membedakan mana perspektif dan mana persepsi. Perspektif punya ruang untuk dialektika. Dan persepsi, walau dilakukan secara akademis, bisa saja menyesatkan. Karena motive nya memang membangun emotional trust sehingga tidak memberi ruang orang berpikir dan bertanya. Misal, survey market, survey politik dan lain lain.
Dulu waktu saya bertugas sebagai analis, Persepsi semacam ini kami abaikan dalam analis. Karena informasi yang kita terima bisa saja bias. Pemikiran orang sekelas peraih hadiah nobel atau kolumnis, pemerhati social, politik, ekonomi bisa saja menyesatkan. Itu harus dihindari. Karena lewat pemikiran mereka, persepsi terbentuk di luar kesadaran kita. Dan kita bisa jadi korban paradox.
Dulu sebelum perang dunia kedua. Masyarakat AS menilai fenomena yang terjadi melalui lensa perspektif. Selalu akal sehat dikedepankan. Hukum kausalitas berlaku. Kalau ingin makmur, ya harus kreatif dan punya keberanian berinovasi dan mau jadi pioneer. Semua melewati proses kerja keras dan kerja cerdas. Dengan perspektif itu, siapapun bisa bermimpi sukses di AS dan memang terbukti. Makanya AS jadi tujuan migrasi bagi siapa saja yang ingin menggapai American dream.
Pada perang dunia kedua, persepsi bahwa Jerman tidak terkalahkan. Persepsi orang Asia, Jepang tidak terkalahkan. Kami tidak takut walau Jerman sudah menguasai lebih separuh Eropa. Tidak takut walau Jepang sudah menaklukan China. Kemenangan kami atas Jepang adalah kemenangan sains dengan jatuhnya bomb atom di Nagasaki-Hiroshima. Kemenangan kami atas Jerman karena menegement perang yang handal.
Namun setelah perang dunia kedua. Euforia kemenangan itu lambat laun merusak generasi baby boomer yang tumbuh dewasa di era keemasan AS. Lambat laun dunia perspektif mulai memudar digantikan oleh semakin menguatnya persepsi pasar yang dimotori oleh wallstreet. Harga saham tidak lagi ditentukan oleh fundamental tetapi oleh persepsi pasar. Barang barang dijual dengan harga lewat persepsi pasar, tidak lagi atas dasar manfaat dan kebutuhan. Tetapi ilusi. Apa yang terjadi adalah bubble price. Imbalance economy.
Sistem Pendidikan diubah. Tidak lagi atas dasar pemahaman diri tetapi lebih kepada persepsi yang distandarisasi. Orang punya persepsi bahwa sekolah dan kampus harus bisa menghasilkan Angkatan kerja. Agar bisa jadi mesin kapitalis. Pada akhirnya itu justru menciptakan kelas. Kelas pekerja dan pemodal. Gap kaya miskin semakin lama semakin melebar. Pengetahuan semakin luas namun orang tetap berpikir sempit seperti kaum bar bar. Pengetahuan tidak membuat orang bijak. Yang kuat memakan yang lemah.
Kemudian diperparah lagi dengan lahirnya negara kesejahteraan. Itu juga persepsi tetang cara mencapai kemakmuran. Sistem jaminan sosial menetapkan tarif iuran uang pension, kesehatan, perumahan, korban PHK. Dari tahun ketahun iuran terus meningkat tarifnya memotong upah pekerja. Akumulasi uang pekerja itu ditukar dengan SUN. Memberi peluang kaum kapitalis me-leverage asset nya. Sementara pekerja sampai mati tidak akan bisa menikmati financial freedom kecuali kelas pemodal.
Apa yang terjadi berikutnya adalah krisis demi krisis melanda. Tahun 1970an terjadi stagflasi. Krisis terjadi lagi tahun 1981. Pada tahun 1989 terjadi krisis tabungan dan pinjaman. Tahun 2008, terjadi krisis subprime mortgage. Sejak itu AS terus berjuang keluar dari krisis. Kehidupan social tidak lagi ramah seperti sebelum tahun 2000. Fundamental ekonomi berderat retak.
Generasi kini harus menghadapi kejatuhan nilai AS sebagai bangsa pionir dan digantikan oleh China. Itu karena China copy paste system Pendidikan AS sebelum perang dunia kedua, yang telah dibuang AS. Semua karena persepsi yang misleading. Alasan saya resign dari the company sebagai analis karena laporan saya selalu masuk file. Analisa dalam lensa perspektif hanya cukup dibaca dan disimpan dalam brangkas file.
***
Dari arah pintu masuk lounge executive hotel, saya melihat Sanya melangkah cepat kearah saya. Dia memeluk saya dengan erat seakan melepas rindunya. Saya senyum saja.
“ Apa ada yang penting yang harus dibicarakan, Sanya” Tanya saya telah melepas kangen dengan obrolan ringan. Sanya menatap saya dengan wajah kaku. Saya siap menanti apa yang hendak dia bicarakan.
B, seru Sanya. Tahun 2018, Smelter di AS batalkan kontrak biji besi dengan Yuan. Yuan punya masalah dengan kapasitas produksi yang overload di Brazil, Australia. Mitra kita bermaksud hostile PI Yuan di Brazil dan Australia, dan juga paksa Yuan divest 30% saham di Smelter di AS.
Maret 2021, Smelter di AS setuju untuk lanjutkan peran Yuan untuk jadi supply chain pabrik bajanya. Membatalkan recana divestasi saham Yuan di Pabriknya. Dengan demikian Yuan bisa lanjutkan PI di Brazil dan Ausi. Yuan terhindar dari tarif pajak Trumps. Saya sebagai CEO Yuan EM, baru tahu belakangan kalau kamu dibalik saya selesaikan masalah itu semua.” Kata Sanya.
Saya menyimak saja.
“ Tahun 2022 bulan Mey, Izin konsesi tambang biji besi di Amerika Latin ada masalah. Ternyata palsu. Konsesi yang Piory akuisisi ternyata sebelumnya sudah dijual ke China. Yuan kena trap Arturio mitra Yuan di Brazil. Akhirnya selesai juga. Arturio dipenjara. Izin IUP Yuan diperbaharui tanpa keluar biaya lagi. Saya akhirnya tahu belakangan, dibalik itu semua karena peran kamu. “ kata Sanya. Dia terdiam. Hening.
“ Terus masalah nya apa say..? kata saya.
“ Saya sedih lihat keadaan kamu di Jakarta. Keliatan tidak lagi seperti awal saya kenal kamu. Kini kamu menua dan seperti tidak punya apa apa. Sementara saya dan para eksekutif Yuan EM hidup seperti ayam merak “ Kata Sanya berlinang air mata.
Saya menghela napas.
“ Dulu kamu pernah bicara mencerahkan saya tentang perspektif dan persepsi. Apakah kamu masing ingat. Karena itu juga alasan kamu resign dari The company” Kata saya. Sanya mengangguk.
“ China itu menerapkan komunisme. Tetapi mereka bisa menerima perspektif kapitalis dan neoliberalisme. Menjalankannya tanpa mengubah idiologi komunisnya. Artinya tidak ada yang salah dengan komunisme, sosialisme, kapitalisme, atau agamaisme. Itu soal metodogi. Soal pilihan. Yang salah itu adalah persepsi yang cenderung misleading. Sepanjang itu dalam konteks perspektif, itu sama sama punya nilai membangun peradaban yang lebih baik.” Kata saya. Sanya menyimak.
“ Saya seorang agamais. Saya mengamini Pancasila sebagai falsafah berpikir dan membangun bisnis dalam perspektif Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Demokrasi dan Keadilan sosial. Saya melakukan banyak hal bertahun tahun membangun Yuan. Bertarung di jatung kapitalis. Negosiasi dengan banyak konglomerat dan elite financial global. Setelah established, saya keluar dari dunia itu. Kembali ke pangkal dimana awal saya berasal. Cukuplah saya dan Tuhan saja. Ya kesadaran akan diri sendiri. “ Kata saya seraya menyandar di sofa. Keliatan Sanya menitikan airmata.
“ Bagi saya bisnis itu adalah perspektif tentang harta, bukan persepsi. Harta tidak pernah membuat seseorang bahagia, dan tidak akan pernah. Semakin banyak yang dimiliki seseorang, semakin banyak pula yang diinginkannya. Alih-alih mengisi kekosongan, harta justru menciptakan kekosongan. “ Kata saya.
“ Sanya “ Seru saya meremas jemarinya. “ Cukuplah Harta itu hanya ada dalam catatan. Di kepala saja. tetapi tidak di hati. ” Kata saya. “ Jadi focuslah kerja keras dan utamakan kekepentingan stakeholder Yuan. Kaum profesional punya tanggung jawab moral memperbaikin kehidupan ini agar lebih baik. Tenangkan hati kamu. Saya akan baik baik saja dengan keadaan saya sekarang. “ sambung saya. Sanya memeluk saya dan menangis. “ Maafkan saya. Selama ini salah menilai kamu. Now you are not just my hero but my inspiration...” Kata Sanya terisak.
4 comments:
Makasih babo
Terima kasih Babo, salah satu pencerahan fundamental ttg substansi berpikir dan memahami sesuatu. Di akademis tidak diajarkan secara gamblang atau mendasar dlm konstruksi berpikir spt ini.
Subhanallah bergetar hati saya babo..
Babo, you are the inspiration
Post a Comment