Saya janjian dengan David di cafe yang ada di Hotel bintang V di Jakarta. Dia ingin mengatur pertemuan saya dengan relasi bisnisnya. Saya mengenal David kali pertama tahun 1984 saat bekerja sebagai Salesman pada perusahaan Jepang di Jakarta. Sebenarnya dia bekerja bukan untuk cari uang. Hanya untuk membuktikan kepada Papanya bahwa dia mampu mandiri. Keluarganya memang termasuk konglomerat kala itu. Punya bisnis trading agro dengan gudang di berbagai pusat penghasil komoditas pertanian. Walau dia terkesan arogan. Namun dengan saya dia bisa nyaman berteman. Mungkin karena saya tidak pernah tersinggung dengan arogansinya. Bagi saya itu hanya ekspresi dia sebagai anak yang sejak lahir tidak pernah bertelanjang kaki. Tetapi hatinya sendiri, saya tahu dia orang baik.
Saat menanti David datang. Entah mengapa lamunan saya terbang ke masa tahun 80an. Pernah satu waktu setelah terima komisi sales, saya ajak Aling nonton Film di Bioskop. Maklum ini kali pertama saya terima komisi setelah 2 bulan kerja mengejar prospek. Saya ingin rayakan dengan sahabat saya. Aling senang. Dia langsung menyanggupi. Sore hari saya datang ke rumah Aling. Saya naik bajay ke PHI kawasan Jelambar. Di tengah jalan hujan deras. Sampai di Rumah Aling. Saya lihat kendaraan Ford laser terpangkir depan rumah. Itu kendaraan David.
Aling temui saya di teras. “ Maaf Ale, kita batal aja janji ke bioskop. David ada di ruang tamu. Kami mau pergi sebentar lagi makan malam di Pecenongan.” katanya.
“ Oh ya. Engga apa apa. “ Saya tersenyum. “ Kalau begitu saya pulang aja. “ Lanjut saya. Aling membalas senyum saya. Sebelum pegi saya lihat David keluar dari dalam rumah. Wajahnya masam kepada saya. Di luar hujan deras sekali. Saya terpaksa menembus hujan untuk sampai ke luar komplek perumahan. Badan saya basah kuyup saat naik bajay. Saat itu saya tidak kecewa dengan Aling. Dia sahabat saya.
Keesokannya, di kantor.
“ Lue tidak tahu diri dan tidak tahu malu. “ Teriak David di hadapan teman teman kantor “ Kenapa lue kejar Aling ? bentaknya dengan mata melotot. “ Lihat wajah lu. Rusak! Lihat keluarga lue? miskin. Masih mau gua tambahin kekurangan lue ?
Saya hanya diam saja. Tak ingin ribut depan teman teman di kantor. Tidak perlu saya marah. Karena apa yang dikatakannya tentang saya, memang begitu adanya. Saya memang dari keluarga miskin. Wajah saya juga tidak setampan dia. Kulit saya hitam dan dia putih. Hanya satu yang tidak benar. Saya tidak pernah kejar Aling untuk jadi pacar saya. Berteman ya. Maklum sama sama ada dalam team sales, tentu mengharuskan setiap hari bertemu dan diskusi. Saya tahu saat itu Aling sangat malu di hadapan teman teman. Makanya dia langsung pergi.
Saya berusaha kejar Aling dan menahannya. “ Gua engga tahu mengapa David tuduh gua kejar lue, Ling. “ kata saya dengan berusaha meyakinkannya. Bahwa saya tidak pernah berdrama depan David bahwa saya pacaran dengannya. Aling lama menatap saya.” Gua engga terima David rendahkan lue depan teman teman. Engga ada hak dia mengadili lue. Kalaupun memang kita pacaran, apa pula hak dia protes ? Emang gua pacar dia, adik dia.” Kata Aling.
“ Engga apa apa ling. Gua engga tersinggung dan marah dia rendahkan gua. Memang begitu faktanya.” Kata saya berusaha menenangkan dia. Itu lebih baik agar persahabatan kami tidak rusak. Gimanapun David dan ALing adalah sahabat saya.
Sorenya setelah selesai rapat evaluasi team, kembali David bully saya di kantor. Mungkin karena Aling tidak mau pulang bersama dia. Lebih memilh pulang dengan angkutan umum bersama saya. Kebetulan hari itu saya dan Aling mau menghadiri kelompok diskusi marhaen di Perpustakaan di Senen. Dia terjang saya. Secara replex saya menghindar. “ Ada apa Vid.? salah gua apa? tenang lue “ kata saya. Berusaha menenangkannya.
Dia kembali pukul saya dengan kepalannya. Saya cepat menghindar. Dia hanya memukul angin. Berkali dia pukul namun tidak satupun kena. Saya tidak mau lari. Dia sahabat saya. Hanya dia dalam keadaan emosional. Tetapi karena dia ambil cutter yang ada di atas meja. Saya harus lumpuhkan dia. Karena berbahaya akan melukai saya. Dengan cepat saya kunci lenganya saat akan menusukan cutter itu keperut saya. Cutter itu terlepas dari genggamannya. Dia menatap saya dengan terkejut. Saya segera peluk dia. Awalnya dia tidak ingin membalas pelukan saya. Akhirnya terasa kedua lengannya memeluk saya dengan erat. Aling tersenyum melihat kami rangkulan. “ mau ikut kami ke Senen. “? Tanya Aling ke David
“ Ngapain?
“ Diskusi bedah buku Bumi Manusia, bukunya Pram. “ kata Aling. David senang. Akhirnya kami bertiga dalam kendaraan David. Seketika kembali suasana canda antar sahabat.
Tahun 85 saya berhenti sebagai sales. Karena berniat untuk berwirausaha. Sebulan sebelumnya David atas permintaan Papanya melanjutkan ke universitas di Singapore. Aling memutuskan pergi bersama David ke Singapore. Padahal sebelumnya antar saya dan Aling terjadi eksiden. Saya bisa katakan eksiden. Karena dia yang provokasi saya melakukan hubungan diluar nikah. Setelah itu dia menolak jadi pacar saya, apalagi menjadi istri saya. Ya ikhlas saja. Bagaimanapun dia tetap sahabat saya. Kami akan selalu saling menjaga dan mendoakan.
Tahun 93 saya bertemu lagi dengan David. Dia cerita kegagalan hubungannya dengan Aling. Saya hanya diam. Saya tidak ini ikut menilai siapa salah atau benar. Yang pasti mereka sudah melewati proses pacaran dan akhirnya kegagalan. Cukuplah mereka berdua saja yang tahu. Sebagai sahabat saya hanya bisa mendoakan saja agar mereka baik baik saja.
***
Dari arah pintu masuk cafe nampak David menuju ke arah table saya. “ Udah lama lue “ tanya David.
“ Ya sekitar 20 menit. Engga apa apa. Gua juga lagi santai aja”
David dapat telp dari temannya. “ ALe, kita pindah ke restoran jepang di sebelah sana. Mereka udah datang” katanya, Itu yang dimaksud yang datang adalah relasinya.
“ Dia sudah punya satu smelter dan ingin ekspansi satu smelter lagi. Dia perlu pembiayaan US$1,2 miliar hingga US$1,4 miliar untuk kapasitas feasible. ‘ kata david saat sampai di restoran jepang. Dia perkenalkan temannya dan maksud ketemuan
“ Dengan syarat gua offtake 100% produksinya. “Kata saya cepat. Maklum saya pedagang dan memang butuh sumber daya mineral.
Misal, saya offtake Pig Iron dan atau ferro steel sebesar USD 5 miliar untuk 5 tahun. Atas dasas SPA, Sales Purchase Agreement, saya akan keluarkan jaminan pembelian sebesar USD 5 miliar dalam bentuk SBLC. Dan pada waktu bersamaan dia juga keluarkan supply guarantee sebesar USD 5 miliar dalam bentuk SBLC. Jaminan itu hanya bersifat unsecure atau off balance sheet. . Kalau saya gagal membayar setiap pengapalan atau tidak melakukan pembelian, maka jaminan itu dicairkan. Sebaliknya kalau dia gagal delivery, jaminan dia saya cairkan. Selagi kedua belah pihak komit, ya jaminan aman. Fair enough.
“ Berapa lama financial closing nya ? tanya teman David..
“ Tergantung” kata saya cepat.
“ Tergantung apa ?
“ Tergantung berapa lama kamu bisa siapkan supply guarantee dalam bentuk financial guarantee dari bank. “ Kata saya.
“ Ah lue sama aja dengan China. Ngakunya investor sebenarnya pedagang. Kenapa engga direct investment aja.” Kata David. Saya senyum aja. Maklum. Dengan skema itu, pengusaha smelter bisa dapatkan Non Recourse loan (NRL) dengan LTV sebesar 70% dari total project funding. Bank aman. Karena NRL itu disamping dijamin proyek itu sendiri , juga ada SBLC off take gurantee dari pembeli. Tetapi pada waktu bersamaan bank juga memberikan non cash loan berupa SBLC untuk supply guarantee. Akibatnya neraca bank jadi ketat sekali. Makanya kemarin BI menggelontorkan insentif makroprudensial Rp165 triliun. Dalam bentuk pelonggaran atas kewajiban pemenuhan giro wajib minimum (GWM) dalam rupiah.
“ Skema seperti lue itu mengakibatkan outstanding pernbankan dalam negeri dalam bentuk NCL semakin besar. Itu sama saja semua resiko ada pada bank dalam negeri. Lue aman. Dapatkan barang dengan harga diskon. Belum lagi semua barang modal berupa mesin dari lue, lue dapatkan lagi untung jual mesin dan tehnologi.” Katanya David. Saya senyum aja.
Kenapa engga direct investment aja? Tanya teman David.
“ Saya engga bisa direct investment karena penambangan Indonesia itu paling jorok di dunia. Tidak ada kepedulian terhadap ramah lingkungan. Dari smelting yang polutan sampai kepada penambangan yang degradasi lingkungan. Dan duit saya kan dari bank di luar negeri lewat skema conter trade. Mereka ketat sekali soal ESG. “ Kata saya berargumen. Sekedar meyakinkan bahwa hilirisasi itu sebenarnya menjarah perbankan dalam negeri. Makanya pejabat yang terhubung sebagai pengusaha tambang dan smelter paling kencang bela hilirisasi. Karena mudah banget jarah bank, apalagi Bank BUMN.
Usai makan malam, kami bubaran. Mereka janji akan bertemu lagi dengan saya. Saya dan David kembali ke Cafe tadi.
“ Ale, tempo hari waktu tahun 84 lue pernah ajak gua ikut diskusi bedah buku Bumi Manusia. Feodalisme itu apa ?
“ Pada awalnya Feodal itu sendiri berarti penguasaan segelintir orang terhadap banyak orang. Biasanya itu berkaitan hak atas lahan yang diberikan Raja kepada para kesatria. Kemudian berkembang. Tidak hanya kesatria tetapi juga mereka yang punya pengaruh ditengah masyarakat. Umunya tokoh agama dan adat. Terbentuklah primordialisme hubungan patron-client. Puncaknya lahirlah teori feodalisme dalan konteks politik kekuasaan. Tetapi walau berbeda coraknya dari masa ke masa namun secara esensi sama saja. yaitu sentralistik. Lawannya adalah desentralisasi. Nah desentralisasi itu lahir dari prinsip demokrasi. Bisa saja desentralisasi itu dalam bentuk otonomi daerah atau negara bagian seperti AS atau Malaysia.” kata saya.
David terdiam. Sepertinya mikir.
“ Terus..” Lanjut David. “ Zaman Soeharto kan kita menganut sentralisitik. Kemudian kita tumbangkan Soeharto. Bagaimana demokrasi di era reformasi ini ? Tanyanya.
“ Otonomi daerah relatif berjalan baik sejak 2005 setelah penerapan UU Nomor 32 Tahun 2004 yang kemudian direvisi menjadi UU Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pemerintahan Daerah. Memang terkesan menciptakan raja kecil di daerah, tetapi proses politik kekuasaan lewat Pilkada, diharapkan matang sampai 4 dekade atau sampai tahun 2029. Namun sejak Jokowi berkuasa terjadi Proses resentralisasi. “
“ Oh begitu. “ David mengerutkan kening “ Padahal karier politik Jokowi bermula dari daerah otonom, pertama sebagai Wali Kota Solo dan kedua sebagai Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Sebagai pejabat yang dulu malang melintang di daerah, seharusnya dia memahami dan mengalami suka duka otonomi daerah vis-à-vis sentralisme pemerintah pusat.” kata David.
“ Setelah 9 tahun berkuasa dalam dua kali masa jabatan sejak pertama kali terpilih sebagai presiden pada 2014, banyak indikator di masa jabatan kedua sejak akhir 2019 memperlihatkan peningkatan resentralisasi kekuasaan. Pemerintah pusat menarik kembali sejumlah kewenangan pemerintah daerah. Ya apa yang diperjuangkan kaum reformis dan gugurnya mahasiswa pro demokrasi menjadi sia sia” kata saya.
“ Apa saja resentralisasi itu ?
“ Ini dimulai dengan perubahan UU Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara menjadi UU Nomor 3 Tahun 2020. UU Minerba baru ini menarik 15 kewenangan pemerintah daerah ke pemerintah pusat. Dalam Pasal 4 Ayat 2, misalnya, pemerintah pusat mengambil alih penguasaan mineral dan batubara dari pemerintah daerah; sekaligus menghapuskan kewenangan pemerintah provinsi, serta kabupaten/kota mengatur pertambangan mineral.
Resentralisasi berlanjut melalui UU Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja. UU ini juga menghapus kewenangan daerah sejak dari urusan tambang sampai pajak. Penataan tata ruang daerah kini sepenuhnya diambil alih pemerintah pusat. Peraturan daerah juga harus sesuai dengan UU Cipta Kerja.
Legislasi untuk resentralisasi juga terlihat dalam perubahan UU Nomor 21 Tahun 2001 yang diubah dengan UU Nomor 35 Tahun 2008 tentang Otonomi Khusus Papua menjadi UU Nomor 2 Tahun 2021. Dalam UU Otsus Papua baru ini, pemerintah pusat dapat ”melangkahi” pemda dan Majelis Rakyat Papua karena juga memiliki kewenangan melakukan pemekaran provinsi, kabupaten/kota dengan dalih tertentu.
Puncak resentralisasi terjadi sejak 2022 terkait Pilkada 2024. Menjelang Pilkada 2024, 271 kepala daerah mengakhiri masa jabatan. Pada 2022, ada 7 gubernur, 76 bupati, dan 18 wali kota; dan pada 2023 ada 17 gubernur, 115 bupati, dan 38 wali kota selesai bertugas. Mereka diganti penjabat gubernur yang diangkat Presiden dan penjabat bupati/wali kota yang diangkat Mendagri.
Tragis, pejabat yang terpilih lewat pemilihan langsung diganti ’daulat’ pemerintah pusat. Jelas resentralisasi kepala daerah menambah regresi demokrasi Indonesia. Resentralisasi atau deotonomisasi daerah melalui legislasi jelas berdampak terhadap viabilitas dan sustainabilitas pemerintah daerah. Banyak daerah kehilangan pendapatan asli daerah dari penambangan mineral dan sumber daya alam lain. Menjadi tanda tanya besar dari mana daerah dapat menggali PAD.
Penggantian kepala daerah oleh Presiden dan Mendagri juga berpotensi besar menimbulkan kekacauan pemerintahan dan birokrasi daerah. Hal ini bisa terjadi ketika penjabat kepala daerah berlaku tidak imparsial terhadap kekuatan politik atau oligarki politik, baik di pusat maupun daerah. Semua perkembangan ini pasti merupakan tantangan sangat berat bagi pejuang demokrasi dan pembela otonomi daerah. “ Kata saya berusaha mencerahkannya.
David sepertinya sedang berpikir atau ada yang hendak dia katakan tetapi dia ragu. Saya diamkan saja. Dia hisap cigarnya setelah seruput kopinya. “ Yang gua kawatirkan. Proses kekuasan Jokowi pada periode kedua ini adalah juga proses lahirnya gerakan civil soceity dari kalangan terpelajar. Dan puncaknya nanti kalau hasil Pemilu 2024 ditenggarai banyak terjadi kecurangan oleh rezim. Itu akan menimbulkan arus demokrasi yang kencang dan bisa saja berubah menjadi gelombang tsunami politik. Bisa chaos negeri in. Dan kalau itu terjadi, NKRI bisa bubar. Sumatera dan wilayan lain akan rame rame memisahkan diri dari sentralistik Jawa. Apalagi dengan adanya beberapa UU yang bonsai otonomi daerah, yang memungkinkan terjadi resentralisasi. “kata David. Saya tidak mau komentari.
‘ ALe..” seru david. Sepertinya mengaihkan pembicaran “ Kenapa lue sangat sabar dengan sikap gua yang kata orang arogan dan kasar. Dengan ALing juga begitu. Dan itu sudah begitu sejak gua kenal lue tahun 84. Mengapa ?
“ Gua lahir dari keluarga Minang. Kami di Minang itu terbiasa hidup dalam suasana demokrasi. Tidak pernah kami mengidolakan manusia kecuali Ibu, bundo kanduang. Kami tidak melihat eskpresi orang bicara. Ada yang sopan. Ada yang kasar. Kan rupa dan budaya orang berbeda beda. Maklumi aja. Dihujat kami tidak merasa rendah, Dipuji juga tidak merasa melambung. Biasa saja.”
“ Kalau diserang secara phisik? Kata david tersenyum.
“ Ya kalau diserang dengan phisik ya kami juga pantang lari. Setiap pemuda minang dari kecil udah diajarkan ilmu silat di Surau. Kami tahu cara melumpuhkan lawan tetapi tidak diajarkan menghabisinya.” Kata saya.
“ Ya gua tahu itu. Ingat dulu gimana dengan mudahnya lue lumpuhkan gua. Padahal di tangan gua ada cutter. 3 detik selesai. “ Kata David.
“ Dari awi gua tahu lue memang petarung. Bahkan, dalam keadaan bangkrut orang biasanya pulang kampung, eh ini malah diperjauh langkah merantau. Ke negeri china kau tempuh. “ Lanjut David.
“ Lue bisa mengubah nasip lue karana mindset demokrasi yang ditanamkan oleh keluarga. Karena itu lue bisa cerdas bersikap dan memilih. Sementara gua yang lahir dari keluarga feodal, yang kaya berkat warisan keluarga dan yang tadinya seenaknya merendahkan lue dari keluarga miskin, sekarang lue malah jadi kreditur bisnis gua. Masa tua gua kena debt trap. Dan lue dimasa tua malah menikmati financial freedom” Lanjut David. Saya senyum aja. Samahalnya dengan Indonesia yang diusia mendekati 1 abad malah masuk dalam debt trap. Bagaimanapun Indonesia tetap negeri yang kucintai dan David tetap sahabatku...