Saturday, March 20, 2021

Agama dan fantasi

 



Dalam hening jauh dari keramaian. Di dalam sebuah Goa, disebuah bukit, Hira. Seorang anak manusia. Duduk tapakur. Saat itu tahun 610 M Bulan Ramadhan, Malaikan hadir seketika. Menghampirinya, seraya berkata “Bacalah!” 


“Aku tidak bisa membaca.” Katanya


Lalu malaikat itu menariknya dan memeluknya erat-erat. Kemudian Malaikat melepaskan dan berkata lagi, “Bacalah!” 


 “Aku tidak bisa membaca.” Katanya.


Ia lalu ditarik dan dipeluk lagi kuat-kuat. Seraya melepaskan, Malaikat berkata lagi, “Bacalah!” 


“Aku tidak bisa membaca.” Katanya.


Kemudian untuk ketiga kalinya malaikat menarik dan memeluknnya sekuat-kuatnya, lalu seraya melepaskanya, 


“ Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan; Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah; Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah; Yang mengajar (manusia) dengan perantaran qalam; Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. Kata Malaikat. Itulah drama awal Muhammad diangkat sebagai messenger. Kali pertama, Islam diperkenalkan. Perintah membaca. Sumber pengetahuan adalah Tuhan. 


Memang bukan hanya Muhammad yang begitu. Pada malam hari Budha di bawah sebatang pohon di Bodh Gaya. Setelah enyah balatentara Mara, gergasi gaib yang mencoba mengusiknya, Budha melanjutkan meditasi. Akhirnya sampailah ia pada “ empat kebenaran luhur….” Setibanya di “Thur Sina” Musa kehilangan pedoman dan bingung manakah yang harus ia tempuh. Jauh dari keramaian. Kesunyian malam, perintah kepada Musa datang kali pertama sebagai Messenger.


Berabad-abad setelah sang mesennger wafat, kita pun menyaksikan agama tidak lagi soal keheningan. Tidak ada lagi bersahaja. Tidak ada lagi ruang privat. Di hadapan kita kenisah yang megah, mesjid yang agung, gereja yang gigantis, patung emas yang terbujur 14 meter, pagoda dengan pucuk yang berkilau – dan umat yang makmum, berdesak. Tampaknya dalam kemegahan itu. Berhala baru diciptakan. Tuhan ditempatkan dalam keramaian. 


Fantasi terbangun. Tentang yang agung, untuk dimintai apa saja. Tuhan Penghukum yang bengis. Rasa kalah dalam gelut kompetisi kehidupan, tersalurkan dalam doa agar Tuhan mengutuk mereka yang berbeda. Tuhan juga sumber euforia tentang janji sorga. Dari sana tempat ibabah berubah jadi mesin kapitalis. Terorganisir mendatangkan uang mudah bagi pengelolanya. Akses mendapatkan kekuasaan bagi para politisi culas. 


Mengapa ? Kita hidup dalam hasrat memiliki. Menjadikan nafsu sebagai Tuhan. Padahal agama dimaksudkan untuk membebaskan kita dari semua itu. Tapi apa lacur: agama, yang bermula lahir dari keheningan, berakhir menjadi alat propaganda sosial dan politik, juga tentunya berujung pada bisnis. Agama di era sekarang wajah lain dari sekularisme. Orang menghitung abad, mendepa seculum. Waktu, seperti jabatan dan  harta yang harus dikuasai dan dipunyai.


Usai sholat shalat jumat di masjid hagia sophia, Azra menantiku di resto di pusat kota Istanbul. “ Megah ya masjidnya ? Katanya. 


“ Begitulah buah kekuasaan Ottoman sekian abad. “ Lanjutnya. Azra mengalihkan pandangan ketempat lain. Azra kemudian tersenyum kepadaku. Setidaknya Azra tetap jadi orang merdeka. Tak berhijab dan bergamis. Membuat hari hariku di istanbul menyenangkan. 


“ B kamu sangat sibuk. Tapi sholat selalu ada waktu. Hebat”


“ Ketika saya berdiri di depan Tuhan saya adalah seorang Muslim, tapi ketika saya berdiri di depan banyak orang saya bukan seorang Muslim, karena Tuhan mengatakan bahwa banyak iblis di antara banyak manusia”  Kata saya menirukan kata kata Tan Malaka. Azra tahu, lira terjun bebas. Orang masih percaya doa bisa menyelesaikan segalanya. Faktanya bantuan uang China yang menyelesaikan. Toa masjid made in China juga yang membantu meramaikan masjid. Youtube made in AS yang membuat ustad terkenal dan kaya lewat like dan subscriber.

Menjadi pria ..

 





Tahun 1999. Di loby hotel Mandarin Mauritius, Boby meliat pasangan manula berjalan mendekati counter Check in. Di belakangnya, Petugas hotel membawa tas mereka. Bobby ingat kedua orang tuanya Medan. Terutama kalau ingat ayahnya dia selalu berlinang air mata.  Dia ingat. Tamat SMU dia dikirim ayahnya ke Jakarta. Kuliah di PTS. Tapi tiga tahun waktunya habis buang waktu bersama teman temannya. Kuliah tidak beres. Dia kembali ke Medan. Ayahnya tidak marah. Di Medan, dia diberi modal untuk buka usaha hasil bumi. Itupun empat tahun. Uang habis. Kendaraan terjual. Kiospun melayang.


Bersama teman temannya dia membuka usaha kontraktor. Ayahnya memberi modal lagi. Itupun habis begitu saja. Ada perasaan bersalah ketika melihat ayahnya sakit sakitan. Dia berusaha melanjutkan usaha ayahnya. Namun itupun tidak terlalu serius. Usaha keluarga itu akhirnya menurun. Apalagi kesehatannya ayahnya memburuk. Akhirnya ayahnya meninggal di pangakuannya.

 

Pesan terakhir ayahnya singkat “ Kamu anak tertua papa. Kini kamu jadi pemimpin keluarga. Ada 4 orang adik kamu dan termasuk ibumu. Terserah kamu, anakku. Papa ingin pulang. Jangan kamu kira Papa marah dan bersedih hati dengan ulah kamu selama ini. Sepanjang hidup papa bahagia. Karena papa diperlukan oleh kalian.  Pria itu terhormat dan bahagia karena dia bertanggung jawab dengan umur dan perannya. “ 


Boby melihat pasangan manula itu keluar dalam keadaan bingung. Terdengar bell boy, berkata “ Sekarang peak season semua hotel penuh. “. Melihat wajah kawatir pria itu seraya menenangkan wanita disampingnya.  Boby teringat ayahnya. Ya begitulah ayah. Dalam situasi apapun selalu mengingatkan ibunya untuk tenang dan tidak kawatir. 


“ Pak, maaf. Ada masalah dengan kamarnya ? Kata Boby menegur.

“ Eh Ya nak. Bapak udah booked. Tetapi lupa. Tanggalnya  sudah expired. Maklum udah tua.”

“ Kok anak anak tidak menemani Bapak dan Ibu?

“ Ah kami biasa jalan jalan berdua tanpa mau merepotkan anak anak” Kata pria tua itu. 

“ Ya mau telp anak, tetapi hape ketinggalan di bandara” kata Istrinya.

“ Oh begitu. Begini aja pak bu. Saya punya kamar. Pakai sajalah kamar saya. Saya bisa cari hotel lain. Kalau hotel bintang 5 penuh, Di Gailang ada banyak hotel yang bisa saya tempati. “ Kata Boby seraya  menyerahkan kunci kamar kepada Pasangan manula itu.

“ Engga usah merepotkan nak” kata pria tua. 

“ Engga apa apa pak. Saya teringat almarhum ayah saya. “ kata boby berlinang air mata.

Pria tua itu merangkul Boby. “ Terimakasih Nak. Kamu anak baik” 

“ Ini kartu nama saya. Kalau ada apa apa, telp bapak ya “ kata pria tua itu.


***

Setelah krimon 1998, usaha keluarga yang diwariskan ayahnya sedang kesulitan. Boby berusaha alihkan ke bisnis ekspor impor hasil bumi. Tahun 2000 dia berusahan dapatkan peluang membeli aset lewat BPPN yang dilelang. Tetapi dia tidak ada modal. Tapi dia yakin kalau dapat kebun sawit dia bisa kembangkan industri CPO. Dia kembali datang ke Singapore mengajukan proposal kepada mitranya untuk kerjasama ikut lelang asset BPPN. Tetapi mitranya menolak. 


Sebelum pulang ke Jakarta, dia telp orang tua yang dia temui setahun lalu di Mandarin Orchard. Sekedar memastikan pria itu sehat sehat saja. 

“ Anak Boby ada dimana?

“ Di Singapore Pak. “

“ Tunggu disana. Nanti putra saya jemput. Kita ngobrol di rumah bapak  di KL ” Kata pria itu menutup telp.

Benarlah tak lebih 3 jam, ada pria muda menjemputnya. Boby terkejut. Dia dijemput dengan private jet. 


“ Papa saya itu sejak muda engga pernah minta tolong dengan siapapun. Di rumah kalau perlu apa apa, jarang sekali dia minta tolong sama pembantu. Dia biasa buat kopi sendiri. Sampai sekarang dia masih setir sendiri. Kalau travelling bersama ibu saya, dia tidak mau ada orang lain mendampingi dia. Baginya hanya dia yang berhak melindungi ibu saya. Dia pekerja keras dan sangat disiplin. “ Kata putra orang tua itu memberikan kesan tentang karakter ayahnya.


Ternyata pria itu adalah orang terkaya di KL dan bahkan di Asia Tenggara. Selama semalam di rumah orang tua itu, Boby merasa bertemu dengan ayahnya. Dia dapat nasehat banyak hal.  Setelah itu, orang tua itu memberikan dukungan modal untuk niatnya membeli aset lewat BPPN. 


Dia ingat nasehat ayahnya. Jadi pria itu bahagia kalau ia merasa diperlukan dan bertanggung jawab dengan perannya. Pesan ayahnya itu membuat dia terinspirasi untuk berubah. Dia kerja keras siang malam. Setelah itu usaha Boby berkembang. Dia bisa menjadi tongkat keluarga besarnya.

Hidup soal pilihan

 





Aku tahu kamu akan datang, cepat atau lambat,” kata Mari. “kita pasti bertemu” Kata Mari tersenyum. Itu pertemuanku di Bar pada suatu senja di Macao di Bar.


“Mari, bagaimana kamu berada di sini?” tanyaku takjub. Dia mengenakan blouse putih lengan pendek, memperlihatkan putih kulit lengannya. Celana jins membalut pinggangnya. Kuku-kuku jarinya ber-cutex merah. Mari sedang membereskan meja bar, menaruh gelas-gelas yang diangkatnya dari tempat pencucian di bibir pantry dalam posisi terbalik.


“How’s life…” tanyanya.


Aku terdiam tak tahu harus menjawab apa.


Kembali Mari tersenyum. Ia menuju alat pemutar lagu. Kuku-kuku jarinya yang juga ber-cutex merah menyala memencet tombol alat pemutar yang kelihatan sangat kuno modelnya. 


“Adanya ini…” katanya saat melihatku memerhatikan alat pemutar lagu tadi. “Aku tahu kamu menyukai ini…” lanjutnya. Mengalun lagu lembut berjudul You alway on my mind. “Problemnya pasti irama ya, iya kan?” ucap Mari seperti hendak menebak, mengapa aku tak menjawab pertanyaannya. “Kamu menyebut, semua adalah soal irama. Irama kamu sebenarnya di sini.”


“Bersamamu,” tukasku.


“Kamu masih suka merayu.”


“Aku sungguh-sungguh.”


“Aku tahu. Kamu jujur mengungkapkan apa yang kamu rasakan, meski aku juga tahu, kamu terlalu naif.”

Kali ini aku tersenyum. Mari selalu benar. 


***

Kedekatanku dengan Mari pada pertengahan tahun 80an. Aku ingat percakapan di masa awal perkenalan. Aku hanyalah pengusaha pemula yang sedang merintis jadi elang perkasa.


“ Pengusaha itu second class. Terlalu tinggi angan angan. Siapa yang bisa kaya di era Soeharto, hanya para budaknya. Pejabat lebih terhormat karena dia bersama Seoharto jadi penguasa diantara para budak kaum pengusaha.” Katanya bersatire ketika mendengar tawaranku bermitra dengannya dalam bisnis sebagai rekanan pemerintah.


Walau aku bisa mengajak Mari ke Baritoroom Hotel Indonesia makan malam. Mendengarkan dia melantunkan lagu keroncong “ Bandung selatan diwaktu malam.” atau lagu “ Aryati”  Walau Mari sering bantu aku bertemu dengan pejabat untuk mengatur tender, tetapi dia tidak pernah memberikan kesempatanku menciumnya. Sebagai istri simpanan jenderal, dia setia.


Lalu, suatu saat aku ingat. Mari datang ke Barito Room HI. Dia datang sendirian. Aku bersegera mendekatinya mengajaknya gabung di tableku. Wajahnya tidak seperti sebelumnya. Acuh dan sangat yakin dengan dirinya. Aku mengantarnya pulang. Tetapi dia menolak. Setelah aku paksa, diapun menyerah.  “Aku sudah tidak lagi tinggal di Menteng. “ Katanya mengalihkan pandangan ketempat lain. Kutatap dari samping. Mari nampak sangat bersedih. Tetapi itu cepat berlalu sebelum aku bicara Mari sudah membuka pintu kendaraan. “ Aku berhenti di sini saja. Di lampu merah.” Dia melambaikan tangannya dengan sedikit senyum. 


***

Tahun 2004 aku pernah bertemu dengan Mari di Singapore. Dia jadi pramuria tempat hiburan di cafe river side. Saat itu dia tawarkan tubuhnya untuk kubeli.” Bukankah kamu selalu mengingkan menciumku. Kini kamu bebas lakukan apa saja.  Booking lah aku. “ Katanya meracau dalam keadaan mabuk. Aku sedih melihat kehidupan Meri. Dia sahabatku. Usianya saat itu 35 tahun. Akhirnya terdampar jadi pelacur. 


Aku bayar booking Mari. Kuajak ke hotel satu kamar dengan Yuni. 

“ Kamu tidur dengan orang saya. Besok kita bicara.”  Kataku.

Dia gusar dan menendang nendangku. Meracau. “ Jangan kamu kira setelah membayarku, kamu bebas mencampakanku. Dari awal  aku mencintai mu, B.. “ katanya dengan airmata berlinang.

“ Kamu kan kenal aku, Mar. Aku tidak pernah membeli untuk sex. Kamu sahabatku. Aku inginkan kamu berubah.”  Setelah itu Mari pergi dan membenciku. Kami disconnect.


***

“Siapa dia?” tanya Mari melirik wanita di sebelahku. 

“ Dia sekretarisku. “

“ Sepertinya orang China?

" Bukan, tapi  Korea. "

" Apa dia harus selalu ada bersama kamu, termasuk di Bar ini ?

“ Aku…”aku tergagap. Mari tahu kelemahanku. “ Kamu tahu aku sangat tergantung dengan staf kalau sedang di luar negeri. Aku kan  disleksia. Banyak lupa nama tempat. “ 

“ Ya tahu. Kadang kamu seperti Balita. Semua hal tergantung wanita di samping kamu. Untung istri kamu wanita yang tabah. Tabah bersuamikan disleksia “

“ Sebentar lagi Bar ini akan ramai. Kamu datang terlalu awal” kata Mari. 

“ Aku hanya ingin makan Menu Indonesia. Sekretarisku ajak aku kemari. Katanya disini ada menu Indonesia.”

“ Gado gado ya.” Katanya. Aku menganguk. Mari menemani aku duduk. Sekretarisku punya alasan kuat untuk membiarkan aku berdua saja. Dia pergi keluar untuk keperluan tertentu.

“ Usiaku sudah hampir 50. Aku tidak bisa lagi hidup terperangkap dengan kercerdasan seperti masa mudaku dulu. Kini inilah aku. Jadi TKW bekerja di Bar.”

“ Udah berapa lama?

“ Udah hampir 10 tahun. “

“ Anak kamu ?

“ Aku tidak pernah menikah dalam arti sesungguhanya. “

“ Sesungguhnya ?

“ Ya punya keluarga. “ 


Mari terdiam seperti menanti aku merespon. “ Tolong ceritakan tentang kamu. Aku  ingin sekali tahu. Bagaimana dengan Yuni?” katanya.

“ Oh Yuni. Ada..ada di jakarta. “

“ Gimana usahanya ?

“ Masih tetap seperti dulu. Tetapi sekarang tentu berkembang lebih besar. Dia udah punya industri tableware,  Agro industri, dan perhotelan.”

“ Aku tahu.” kata Mari menatap kosong ke arahku. “  Kini baru aku sadari. Bahwa aku salah menyikapi hidup. Yuni lebih cerdas dari aku. Terutama cerdas memilih sahabat dan tahu berbagi kepercayaan. “


Aku hanya diam. Aku sedih melihat kehidupan Mari. . “ Andaikan dulu aku bisa sedikit menghargai kamu dan kita bisa bersahabat dengan terbuka. Mungkin aku bernasip sama dengan Yuni sekarang. Tetapi aku terlalu yakin dengan kehidupan too good to be true. Karena aku yakin mudah menaklukan pria dengan kecantikanku. Di saat usia menua, semua hilang begitu saja…”  kata Mari. 


Dia berdiri dari tempat duduk dan melangkah ke arah table Bar. Karena ada tamu yang datang.  Aku yakin Mari akan baik baik saja. Dia bisa menerima kenyataan hidupnya dan tetap tersenyum.

Hikmah cerita. Kesenangan dan kemudahan itu racun dalam hidup kamu. Janganlah mudah terlena. Jangan pula bersedih hati ketika bersikap benar,  kesulitan mendera. Karena itu sebagai tanda kamu berproses untuk jadi hebat

Saturday, February 27, 2021

Menikah karena Tuhan..

 



Saya punya sahabat, namanya, Steven. Dia kaya raya sebagai putra dari pengusaha Casino. Sampai dengan usia 40 dia belum juga menikah. Padahal dia ganteng. Tubuh atletis.  Pria sejati. Wanita cantik tak terbilang disekitar dia. Dari artis film sampai super model bermimpi ingin jadi istrinya. Tetapi itu tidak menjadikanya pria beristri. Wajahnya sangat femiliar bagi orang Hong Kong. Karena dia donatur tetap dalam acara balap formula 1. Namun orang Hong Kong tidak begitu lebay dengan orang tenar. Mereka engga tertarik untuk mengganggu privasi orang lain, seperti minta Sefly. Makanya dia bisa menikmati privasinya.


Apakah dia sengaja membujang? Saya tidak yakin begitu besar kekuatannya dibandingkan Tuhan. Sehingga bisa menolak jodoh. Yang pasti Tuhan punya cara tersendiri untuk mengirim jodoh kepadanya.  Saya ingin cerita sedikit bagaimana akhirnya Steve,  dapat jodoh.  Pada suatu saat di musim dingin tahun 2011. Saya dan Steve membuang waktu di sebuah cafe. Ini bukan caffe berkelas. Cafe biasa saja. Kami suka ditempat ini karena tidak jauh dari kantor kami.  


“ Walau saya pernah kalah bertaruh dengan kamu soal tidak semua wanita bisa dibeli. Namun saya tetap tidak yakin. Bahwa wanita suka harta dan kalau mereka akhirnya mau dengan saya karena uang saya. Makanya sampai saya anggap wanita itu komoditas. Terserah kamu anggap saya apa “ Katanya tersenyum. Saya tidak mau berdebat. Itu sudah sikap hidupnya. Saya tidak mungkin bisa mengubahnya. Yang jelas dia sahabat  saya dan dalam doa namanya saya sebut.


Tak berapa lama, ada wanita masuk ke cafe dan menghampir table kami. “ B, kenalkan ini pacar saya.” kata Steve. Saya terkejut. Apakah dia sedang becanda. Wanita itu saya yakin lebih tua dari Steven. Tidak  secantik wanita yang ada disekitarnya. Kulitnya tidak putih. Khas orang Bali. Saya mengangguk. Seraya menyalaminya. Saya diam saja. Ada apa ini.?


“ B. kamu sahabat saya. Selama ini kamu tak lelah mengingatkan saya untuk berubah. Dan inilah pilihan saya. Saya sudah melamarnya. Pestanya dua bulan lagi di LA. Orang tua saya ingin perstanya di Amerika. “ katanya. Saya tersenyum senang. Saya rangkul dia tanda saya bahagia dengan pilihannya.


“ Saya bertemu dia di Bali. Dia tidak kenal saya. Tidak tahu siapa saya. Dia bekerja sebagai room service di Hotel. Dia lihat saya diusir dari hotel karena deposit saya tidak mencukupi.  Dia menolong saya selama 10 hari di tempat tinggalnya yang sederhana. Keluarganya juga sangat ramah. Selama 10 hari dia sediakan tempat tinggal dan makan. Setelah itu saya pergi meninggalkan dia diam diam tanpa terimakasih. Tiga bulan kemudian saya datang lagi menemuinya. Dia tetap ramah kepada saya…Tapi…”


“ Tapi apa ?


“ Dia bilang, “ saya mengkawatirkan kamu. Saya kawatir ada apa apa dengan kamu. Tapi saya tidak tahu harus berbuat apa. Tidak tahu dimana alamat kamu. Setiap hari saya berdoa moga kamu baik baik saja.” 


“ Oh..”


“ Saya mengenalnya dan akhirnya memutuskan untuk menikahinya karena alasa sederhana. Tetapi yang sederhana itulah membuat saya berubah sikap secara ekstrim.


“ Apa alasan sederhana itu ?


“ Dia mengkawatirkan saya karena Tuhan dan dia tidak berharap apapun kecuali cinta Tuhan. Mencintai Tuhan, adalah juga mencintai manusia. Tanpa mengenal ras, kedudukan atau harta. “ Kata Steve.

“ Jadi kamu memang sengaja melakonkan diri sebagai orang miskin untuk mendapatkan kejujuran orang bersikap terhadap kamu? Kenapa ?


“ Kamu engga sadar ya. Selama ini setiap kata kata kamu, itu menjadi tantangan bagi saya untuk membuktikan.” 


“Emang apa sih nasehat saya itu.? Kata saya.


“ Kamu pernah bilang, kesombongan terbesar adalah menentukan jodoh seperti apa yang kita mau. Sikap sombong itu karena miskin spiritual. Pernikahan diatas kondisi yang kita suka tak ubahnya dengan pernikahan kapitalis. Tidak mungkin mendapatkan kebahagiaan.  Dan kamu benar. Saya akhirnya menikah bukan karena kondisi seperti yang saya mau. Tapi karena Tuhan melunakan hati saya untuk mencintai perempuan yang mencintai saya karena Tuhan.” 


Setelah menikah Steve berubah lebih bijak. Dia lebih focus mengembangkan bisnis diluar casino. Orang tuanya sangat memuja istrinya. Karena penuh perhatian dan cinta kepada mertua…

Kalau saya di undang makan malam di rumah Steven yang mewah, istrinya masak gado gado. Enak sekali. “ Steven, cerita kalau Pak B suka gado gado. Saya belajar masak gado gado “ kata istrinya tersenyum ke arah steven. Kalau ingin dapatkan makanan enak, pergilah ke Italia. Kalau ingin dapatkan kedamaian, pergilah ke Tibet. Tapi kalau ingin dapatkan cinta, pergilah ke Bali. Steven dapatkan cinta, dia dapat makanan enak  dan kedamaian sekaligus..

Thursday, February 25, 2021

Tidak dendam.

 





Kapal dagang ( phinisi) saya tenggelam dan hampir membuat saya meninggal teratung atung selama 3 minggu ditengah laut. Sayapun bangkrut. Itu tahun 1988. Hutang tak sanggup saya bayar. Terpaksa rumah disita. Saya titipkan istri dan anak usia balita kepada mertua. Karena saya tidak punya apa apa lagi untuk memulai langkah saya dalam bisnis.  Mertua saya bisa menerima. Ipar saya keliatan tidak suka. Setiap dia lewat depan saya. Dia ludahi muka saya. Saya diam saja. Saya sadar, Saya numpang. 


Saya keluar rumah dengan baju melekat di badan. Tidak punya uang. Ketika saya akan melangkah keluar, di teras rumah.  Istri saya bersimpuh di kaki saya. Dia pegang kedua kaki saya. Dia menangis. “ Apa salah suamiku. Dia hanya miskin. Kenapa kejam sekali. Makan saja hanya sekali di rumah”. Saya tahu saat itu betapa hancur hatinya. Dia tahu saya sangat butuh dukungan. Terutama dari keluarganya. Saat itulah saya jatuh cinta untuk kesekian kalinya kepada istri. Saya berjanji tidak akan mengecewakannya. 

“ Mah biarkan papa pergi. Jaga anak. Baik baik di rumah. Papa janji akan jemput mama dan anak. Doain ya.” Kata saya. Saya berusaha melepas kaki saya dari pagutannya. Akhirnya dia lepaskan. Dia lunglai. Saya dapat kode dari mertua agar terus saja jalan. “ Ayah, titip istri dan anakku.  Maafkan aku, ayah.” Kata saya. Sebelum saya pergi, kakak ipar saya masih sempat meludahi muka saya. Saya diam saja. Saya terus melangkah pergi.


Nabi Ayub pernah mengalami kebangkrutan. Semua harta habis. Teman menjauhi. Kemudian dia sakit kulit yang sangat bau. Anak dan istri menjauh. Diapun diasingkan di tempat sepi. Kawatir penyakitnya menular. Tetapi dalam keadaan bangkrut, didera penyakit, anak istri meninggalkannya, dan kesepian, dia tidak pernah menyalahkan Tuhan. Buktinya?  dia tidak pernah menyalahkan siapapun. Itu bukan antara dia dengan orang lain. Tetapi antara dia dan Tuhan saja. Rasa percaya diri dalam keimanan itulah yang menyelamatkannya.  Saya belum seperti Nabi Ayub. Saya masih sehat. Jdi saya tidak akan bersedih dan menyalahkan siapapun. Saya harus focus memperbaiki diri.


Saya pergi keluar rumah tanpa uang satusenpun. Hanya baju satu stel melekat dibadan. Saya sempat tidur di Monas semalam.  Akhirnya saya ingat teman lama. Florence. Saya telp tapi engga tahu dia ada dimana? yang saya ingat telp keluarganya di Riau. Saya telp. Keluarganya katakan bahwa Florence tinggal di Singapore. Mereka beri tahu nomor telpnya. Saya pergi Wartel telp Florence. 


" Ya, its me, Aling." terdengar suara Florence.


" Ling, ini gua Ale. Gua perlu uang. Usaha gua bangkrut" Saya tahan getaran suara. Karena malu.


" Ale, lue baik baik aja kan? terdengar suara Florence dengan nada kawatir.


" Ya gua baik baik saja"


" Gimana kabar istri dan anak lue?


" Di rumah mertua, Ling. Gua udah engga ada rumah lagi. Gua tinggal di luar rumah.  Engga tahu mau tinggal dimana"


" Duh ale, Sabar ya. Nah  lue cepetan ke kantor Pos, setelah gua kirim uang dan kirim bukti wesel ya. Berapa nomor fax nya ? Kata Florence. Saya berita tahu nomor fax Wartel.


" Lue tunggu 30 menit, gua kirim uang" kata Aling. 


" Terimakasih, Ling."


Benarlah, 45 menit saya dapat fax bukti kiriman uang Rp. 5 juta. Saat itu harga emas  Rp. 28.000. Kalau sekarang uang itu senilai Rp. 178 juta. Jadi saya bisa ngekos di Kawasan Cikini. Setiap hari saya keluar rumah. Setiap hari istri saya kirim makanan ke tempat kos saya sambil gendong balita saya. 


“ Papa dapat peluang bisnis Import pupuk dari teman orang Jepang. Kemarin Florence kirim uang Rp 5 juta. Papa sewa kantor. Sewa mesin Fax dan masih ada sisa Rp 3 juta. Ambil lah uang sisanya. “ kata saya. 


“ Engga usah. Pakai aja uang itu untuk biaya hari hari Papa. Eli dagang kecil kecilan. Barang kreditan. Papa tenang saja. Jaga kesehatan. Jangan kecewakan Florence sudah bantu Papa. Ingat engga. Itu engga sedikit uang. ” Katanya. 

Suatu hari saya ngobrol santai dengan tetangga yang kerja sebagai supir menteri. Otak survival saya langsung bergerak liar. Segera saya datangi teman yang masih kerja di perusahaan jepang,  importir mineral. Saya cerita bahwa saya bisa urus impor phospat. Dia senang. Dia siap beri saya fee USD 2 dollar per ton.


Melalui supir itu saya diatar ke rumah menteri. Saya yakin, pasti proposal saya ditolak. Lah koneksi hanya supir. Tapi saya tidak punya pilihan. Hanya itu harapan saya. Ternyata, apa yang terjadi ? Walau menteri itu terima saya diteras. Namun dia mau baca proposal saya. “ Kamu datangi yayasan ini. “ katanya. “ Nanti saya telp pengurusnya.” lanjutnya. Singkatnya hari itu juga saya bertemu dengan pengurus yayasan mau memberikan rekomendasi resmi untuk PT saya sebagai mitra impor phospat. Dalam seminggu saya dapat surat izin impor phospat dengan kuota 100.000 ton perbulan.


Biaya LC dan segalanya ditanggung perusahaan Jepang. Saya bisa bangkit lagi. Hanya dua bulan saya terpuruk dan terhina. Saat itu juga saya jemput istri dan anak saya.  Kami pindah ke rumah baru kami. Beberapa tahun kemudian, Ipar saya bangkrut. Dia pinjam uang ke saya. Saya pinjamin tampa sepengetahuan istri. Hutang itu tidak pernah dibayar. Sayapun tidak tagih. Tetapi suatu saat istri tahu saya pinjamin kakaknya. Dia marah kepada kakaknya. Saya lerai dan minta dia bersabar.


“ Papa tahu. Sampai kapanpun aku tidak akan bisa memaafkan kakak ku. Dia ludahi pria yang kucintai. Ayah dari anak ku.  Tapi papa malah bantu dia. Papa engga jaga perasaanku. “ kata Istri. Saya diam saja. Mau gimana lagi. Saya tidak bisa dendam. Apalagi dia adalah kakak istri dan keluarga kami. 


Namun karena itu, akhirnya istri bisa sadar. Diapun melupakan dendam. Mengapa ? Saya katakan” Papa bisa bangkit setelah bangkrut dan terhina. Itu hanya butuh waktu dua bulan. Tanpa pertolongan Tuhan, mana mungkin papa bisa bangkit. Kenapa papa harus dendam?  Benci kepada manusia? Ini bukan antara papa dan kakak kamu tetapi antara papa dan Tuhan. Tuhan engga suka orang pendendam. Itu yang diajarkan amak. “


Setelah itu saya bangkrut lagi. Totalnya empat kali saya bangkrut dalam kurun waktu 10 tahun. Florence selalu jadi malaikat penolong saya. Kini florence tetap bersama saya. Saya jaga dimasa tuanya sebagai sahabat. Saya dan istri, kini kami menua bersama. Tetap hidup sederhana.  Tuhan engga suka orang berlebih lebih dalam segala hal.

Tidak menyerah..

 






Di Hong Kong saya biasanya weekend di Shenzhen. Kantor sediakan apartemet di kawasan Dongmen. Di luar kota Shenzhen ada  villa. Hari sabtu saya didampingi oleh James atau Tong atau Wenny atau Esther. Namun hari minggu saya sendirian. Maklum hari minggu hari libur bagi mereka bersama keluarga dan teman. Tinggalah saya sendirian. Biasanya saat kesendirian itu saya gunakan bersantai. Minggu Subuh saya sholat di Masjid Libanon yang  berada diatas atap sebuah Hotel. Jalan santai dari kawasan apartement ke stasiun Louhu. Jam 8 pagi saya ke pusat  Gym dan Spa sampai jam 9 pagi. Sarapan pagi di restoran Muslim.


Setelah itu biasanya saya suka pergi ke pasar tradisional. Bukan untuk belanja. Tetapi meliat cara orang berbisnis seperti waktu zaman saya kecil di Lampung temanin ibu saya belanja. Liat orang tawar menawar harga 200 gram cabe. Tarik ulat leher untuk ikan sekilo. Apalagi liat pembeli emak emak bawa sendiri timbangan untuk pastikan engga dibohongi penjual. Lucu dan asyik liat mereka. 


“ Are you from Philipino” Tegur seorang wanita. 


“ No. Inni” Kata saya tersenyum ramah. Orang China tidak bisa sebut Indonesia. Lidah mereka engga sampe. Mereka menyebut Indonesia, Inni.


“ Oh saya ingin memperlancar bahasa inggris saya. Boleh kenalan” Katanya dalam bahasa inggris. Menurut saya mendekati sempurna.


“ Tapi bahasa inggirs anda sudah bagus.” kata saya. Dia memerah wajah. 


“ Kenalkan. Nama saya Lin atau bisa panggil saya Alisa.” Katanya mengulurkan tangan untuk salaman


“ Saya, Bandaro atau B”Kata saya menyambut tangannya. “ Kamu sedang belanja apa ” Kata saya.


“ Ya beli kebutuhan dapur. Anda tidak membeli apapun?


“ Engga. Saya hanya jalan jalan saja. Saya akan ke starbucks untuk minum kopi. Kalau anda selesai belanja, bisa mampir kesana. Kita minum kopi.”


“ Terimakasih. Saya sudah selesai. Mari kita pergi “ katanya.  Saya perhatikan. Alisa bukan orang selatan. Tetapi wilayah Barat. Dia tinggi dan hidunya mancung. Ukuran Bra sedikit lebh besar di bandingkan wanita selatan. Dari pembicaraan ternyata tebakan saya benar. 


Dia berasal dari wilayah Barat China. Pekerjaanya sebagai designer pakaian di sebuah pabrik. Dia sempat mengeluh. Awal dia kerja. Dia dibayar sebulan 12000 Yuan. Tetapi setelah lima tahun kerja. Gajinya terus turun menjadi 5000 Yuan. Alasanya, lulusan designer semakin banyak. Gaji sudah berkompetisi. Dia harus terima atau pabrik persilahkan dia keluar.  Dari kenalan itu, setiap hari minggu saya tidak lagi sendirian. Alisa mau temanin saya selama di Shenzhen.


Belakangan saya tahu. Dia pindah ke Zuhai. Dia banting setir jadi Pengusaha travel. Dia bermitra dengan temannya pengusaha angkutan. Kamipun sudah jarang ketemu. Namun bila ada kesempatan dia sempatkan datang ke shenzhen.  Dia masak makan malam di apartement saya. Setelah itu kami main Bowling atau pergi ke cafe and Bar. Tak terasa persahabatan kami berlangsung 2 tahun.


***

Alisa datang ke saya. Penampilanya berbeda. Pakaiannya sudah lusuh. “ Saya gagal B. Tabungan saya habis. Mitra saya singkirkan saya. Padahal dia janji kalau usaha patungan kami bisa dapatkan agent dari Eropa dan Jepang , dia akan setor modal. Tetapi setelah itu dia tidak juga setor modal.  Saya sabar.  Setelah berkembang, dia datang ke kantor. Memecat saya. Padahal dari awal walau dia pemegang saham mayoritas, dia tidak setor apapun. “


“ Kamu lapor ke Polisi. Saya akan bantu. Saya ada lawyer. “ Kata saya.


“ Engga. Biarlah. Yang salah saya. Teman saya mungkin juga tidak berniat merugikan saya. Itu karena ulah istrinya. “ Kata Alisa. Airmatanya berlinang. Saya terkejut. Dia baru 1 tahun berbisnis. Tetapi mental enterpreneur sudah terbentuk. Dia cepat membuat keputusan dan melupakan kegagalannya. Orang yang cepat melupakan kegagalan adalah petarung unbreakable.


“ Ok. Lantas apa yang bisa saya lakukan?


ALisa terdiam lama. Namun saya genggam jemari dia. Untuk pastikan saya sahabatnya. Saya ada untuk dia. 


“ Saya ada rencana bisnis IT. “ Katanya. Seraya mengambil sesuatu di dalam tasnya. Proposal. “ Kamu pelajari. Apa mungkin?  Saya baca proposalnya yang hanya lima halaman. Setelah saya baca, saya tanya “ masalah  kamu apa dengan proposal ini?


“ Saya butuh modal. “ Katanya.


“ Saya sediakan modal. Tetapi strategi dari saya. Kamu jalankan. gimana? 


Dia memandang saya lama. Sekonyong konyong dia memeluk saya. “ Kamu mau saja bermitra dengan saya itu sudah berkah. Apalagi kamu mau keluar uang. Entah bagaimanan saya membalasnnya.”


Saya minta James untuk mempertajam proposal Alisa dengan dukungan data riset dan analisa prospek bisnis. Saya membuat keputusan investasi sebesar USD 500.000 sebagai start awal modal. Saham saya 70% dan Alisa 30%. Ini bisnis pribadi saya di bawah proxy Holding Wenny. Alisa hanya tiga bulan didampingi team Wenny. Setelah itu dia sudah mandiri melakukan business process. Tiga tahu setelah itu, Wenny tawarkan bisnis Alisa ke Pony Ma. Deal terjadi sebesar USD 30 juta. Saya keluar.  Angel fund saya pada start up Alisa sebesar USD 5 juta. Kami dapat 5 kali capital gain. Alisa dapat USD 7,5 juta. Ditambah bonus dari Wenny sebesar USD 2,5 juta.


Alisa mendirikan venture capital untuk jadi mitra kaum muda yang  ingin bersaing menjadi terbaik di era digital. “ Apa motivasi kamu buka usaha veture capital? tanya saya.


“ Saya orang miskin di kampung. Tersingkir sebagai pekerja karena upah yang terus turun. Tersingkir karena ulah pemodal. Dan saya terselamatkan dari seorang asing, yang juga sahabat saya. Kamu bukan hanya keluar uang tetapi kamu jadi mentor saya, memberikan network business dan rasa hormat. Kaum muda China butuh banyak mentor bisnis. Saya mau ambil bagian dari program pemerintah membantu kaum pemula agar mereka selamat di rimba belantara bisnis dan naik kelas.” Kata Alisa. Saya kagum. Dia memang orang baik. 


Belakangan saya dapat kabar. Venture capital Alisa jadi members associated partners Pony Ma, untuk berburu start up bisnis IT yang layak bergabung dalam ekosistem WeChat.


Moral cerita. Orang baik selalu berpikir positip disetiap masalah. Kamu bisa jadi apa saja. Bekerja keraslah untuk mencapainya. Kalau sukses kembalilah kepada Tuhan. Berbagilah dalam spirit cinta. Hormati orang berilmu dan kaya. Dari dia kamu akan dapatkan jalan menuju mata air. Cintai orang miskin, dari dia kamu akan dapat doa tulus untuk mempertebal empatimu.

Ingin jadi sahabatmu saja..

  “ Proses akuisisi unit bisnis logistic punya SIDC oleh Yuan sudah rampung, termasuk Finacial closing. Kini saatnya kita lakukan pergantian...