“ Ale ! terdengar suara Patria di seberang lewat telp selularku. “ Ketemuan dong. Tempat biasa di bunker ya. " sambungnya. Aku tahu istilah bunker itu adalah satu tempat berada di hotel bintang V, yang tidak semua orang bisa masuk. Itu tempat berbisik bisik kalangan atas.
“ hmm…” Untuk apa aku harus ikuti ajakannya. Hanya kumpul kumpul para pebisnis dan politisi. Tak jauh urusanya dengan rente. Dulu ya dulu, aku memang bergaul dengan mereka. Tetapi lambat laun aku bisa keluar dari lingkaran mereka. Kalau engga, lama lama bisa tumpul otak dan hati nurani. Kan kasihan ibuku yang melahirkanku kalau hidupku terus mantiko.
“ Ayolah. Kenapa sombong amat lue Ale. Kita kan teman lama. Apa salahnya kumpul kumpul apalagi lue sekarang lebih banyak di Jakarta.” Desak Patria. Entah kenapa aku terprovokasi. Hanya karena dia menyebut teman lama, tidak ada alasan bagiku untuk menolak bertemu. “ Ok gua datang ke bunker. “ Kataku dan matikan telp. Ya Aku sempatkan juga datang.
Kedatanganku disambut Patria yang segera berdiri dari tempat duduknya dan membimbingku ke table.. “ Ale! Kata Suryo menyalamiku dengan hangat. Dulu aku pernah berbisnis dengan dia tapi tidak lanjut. “ Kamu tidak berubah. Tetapi kelihatan kurusan. Kelamaan bisnis di cungkok jadi lebih cungkok kamu. “ katanya. Aku hanya senyum aja. Suryo pengusaha property. Sebenarnya itu hanya yang tampak di publik. Usahanya lainnya yang tidak kecil datangkan cuan adalah godfather untuk impor pangan. Dia sendiri tidak pernah terlibat langsung. Namun mereka yang terlibat pastilah terhubung dengan dia.
“ Ale ini dulu kan orangnya dage kita yang menetap di Singapore” Kata Surya memperkenalkan kepada yang lain, diantaranya, Muktar, Dono dan dua lagi aku engga kenal. Aku hanya mengangguk. Aku memang tidak pernah deal dengan mereka. Hanya teman saja.
“ Ale, Gua dengar Baowu Steel Group Corp ambil alih smelter Tsingshan di Sulawesi.” Kata Dono, yang sebenarnya minta konfirmasi dariku. Dono bisnis nya udah listed di bursa. Itu cara jenial dia jarah Dapen BUMN lewat proses IPO. Ya sama dengan pemain bursa lainnya, seperti kasus saham Unicorn yang akhirnya jatuh ke level Gocap. Ada juga usaha yang tidak nampak namun mendatangkan cuan yang jauh lebih besar, yaitu lagi lagi rente impor pangan dan tambang.
“ Ya.” Jawabku seraya mengangguk.
“ Punya siapa Tsingshan? Tanya Surya.
“ Kalau engga salah Xiang Guangda. Itu trader nikel asal Wenzhou, provinsi Zhejiang.”
“ Berapa nilai akuisisi ? Tanya patria.
“ Kalau engga salah USD 4 miliar.” Jawabku sekenanya.
“ Mengapa mereka lepas ? Tanya Surya.
“ Katanya sih tekor. Rugi ratusan triliunan rupiah.” jawabku
“ Loh katanya cuan gede di smelter. Kok rugi? Kata Dono terkejut
“ Dia rugi karena kontrak forward nickel. Akibat perang Rusia-Ukania. Gagal antisipasi.” Kataku sambil udut rokok
“ Gua dengar group lu di China ikutan ambil sahamnya ya “ Kata Patria menyela dengan mata menyipit. Itu nadanya selidik alias kepoan.
“ Ah bukan gua. “ Kataku mengibaskan tangan. “ Teman gua. Mereka punya tagihan. Engga gede. Ya daripada engga dibayar, ya ambil saham aja.”
“ Detail nya gimana ? tanya Patria. Dia sudah seperti wartawan. Rasa ingin tahu apapun secara detail. Maklum dia pemilik asset management dan pemegang saham bank
“ Engga paham gua. Itu udah management.” kataku angkat bahu.
“ Yang gua tahu ada cuan mudah dibalik investasi di smelter nikel itu .” Kata Surya
“ Mudah apa ? Tanyaku mengerutkan kening.
“ Kita ekspor bebas PPN, belum lagi bebas pajak macem macem. “ Kata Patria.
“ Terus..” Aku sengaja pura pura lugu.
“ Disparitas harga Ore antara China dan Indonesia, gede. Bedanya USD 30. Bayangin aja. Dari perbedaan harga, 2 tahun balik modal kita. Belum lagi untung dari nilai tambah smelter. “ Kata Surya.
“ Wow banget kan. “Kata Patria tertawa. “ Kalau investasi USD 4 miliar atau Rp 60 triliun. 2 tahun balik modal hanya dari beda harga. Belum lagi keuntungan bebas pajak. Belum lagi keuntungan bisnis.” Sambung Patria hembuskan asap cigar.
“ Ya itulah enaknya bisnis di indonesia. Terutama era Jokowi. Makannya sejak tahun tahun kemarin investasi nikel masuk ke Indonesia hampir USD 60 miliar. Sebagian besar yang masuk China, Korea dan Jepang. Tahun depan bakalan tambah rame.“ Kata Surya.
“Indonesia punya pabrik nikel sulfat terbesar di dunia. Lokasinya di Pulau Obi, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara. Dengan kapasitas 240 ribu ton per tahun. Pemegang saham dari China, Lygend Resources Technology Co. Ltd dan Kang Xuan Pte Ltd.” Kata Muktar. Aku kenal dia. Tidak ada bisnisnya yang nampak dipermukaan. Namun sebenarnya dia menjadi bagian dari putaran uang ilegal bisnis judi online, komisi haram, dan uang hasil korup. Maklum dia punya bank dan juga punya portfolio investasi atas nama perusahaan di luar negeri yang bertindak sebagai lender dan investor. Hampir semua komisaris utama pada portfolio investasinya menempatkan mereka yang terafiliasi dengan elite kekuasaan.
“ Ya. Gimana peluang futur nikel sulfat ? Tanya Muktar.
“ Sejak july 2019 Pemerintah china menghapus subsidi ongkos produksi nikel sulfat. Sejak itu harga Nikel Sulfat jadi mahal. Dengan beroperasinya pabrik di Pulau Obi itu, pasar nikel sulfat akan mengalami surplus , dan berpotensi kelebihan pasokan. Harga pasti akan turun.” Kataku.
“ Terus..” Patria antusias ingin tahu.
“ Dan tentu margin semakin turun. Biaya produksi nikel sulfat dari endapan campuran hidroksida rata-rata US$3.500 per ton Ni. Berat itu. Ya, itu memang strategi untuk kepentingan domestik China ” Kataku.
“ Jadi China bangun Pabrik nikel sulfat di Indonesia dengan tujuan sebagai bahan kimia umpan untuk memasok pabrik katoda baterai china, khususnya baterai lithium-ion EV. Tanpa subsidi, China tetap dapatkan nikel sulfat yang murah. Secara tidak langsung Indonesia subsidi rakyat China.” kata Patria menyimpulkan. Aku tersenyum.
“ Kan uang investasi dari China. Dimana mana kan uang raja. Pemerintah aja yang lemot. “ Kata Muktar. 6 tahun lagi cadangan nikel habis. Kita dapat lingkungan yang rusak.
“ Ya udah, Lik “ Kata Patria kepada pria yang juga hadir dalam pertemuan itu. Aku tidak kenal. “ Lanjut lagi omongannya “Sambung Patria.
“ OK “ seru Lik sepertinya dia siap lanjutkan pembicaraan. Yang lain menyimak. “ Masalah proyek IKN atau Investasi Kawasan Nanggala itu bukan lagi soal bisnis tetapi sudah urusan politik. Kegagalan pada proyek IKN ini berdampak buruk bagi kelompok oligarki kekuasaan. Nah karena sifatnya politik, maka all at cost harus selesai. Asing memang tidak berminat berinvestasi karena tidak percaya IKN itu dibangun dengan green city concept. Apalagi pegiat lingkungan internasional bersuara kencang soal deforestation lahan IKN dan soal HAM atas konflik agraria. Jadi kita harus bantu pemerintah dengan ikut terlibat. Ini kepentingan nasional “ Kata Lik. Dia melirik ke semua yang hadir yang nampak tidak antusias. Mana ada dalam benak mereka mikirin kepentingan nasional.
“ Tapi “ Patria kelihatan berusaha menjelaskan secara konkrit “ Bapak bapak tidak perlu keluar uang. Saya akan atur agar bank BUMN mau keluarkan Non Recourse loan atau Kredit yang jaminannya adalah proyek itu sendiri. Kita bisa mark up proyek itu. Itu cuan engga sedikit. Misal kalau plafond kredit bank untuk proyek hotel bintang V, Rumah Sakit dan Air bersih dan lot komersial lainnya sebesar 100 triliun. Dari mark up kita udah dapat cuan 80 triliun rupiah di depan. Selanjutnya setelah proyek jadi, kalau tidak menguntungkan ya bank sita. Kita udah untung di depan. Resiko ada pada negara. Kan ini proyek nasional. Biasa saja tekor. Reputasi bapak bapak terjaga, bahkan semakin terhormat” Lanjut Patria. Semua yang hadir tersenyum dan keliatan cerah wajah mereka seraya mengacungkan jempol.
Kemudian, bicara lagi orang lain yang juga tidak aku kenal. Dia anak muda belum 50 tahun. Kelihatannya cerdas. Namanya Tom“ Kita harus kunci stok gula dan bisa atur harga sesukanya. Itu agar kita bisa tingkatkan volume impor gua. “ Katanya. Dia menjelaskan. Ketika musim giling tebu atau produksi gula tiba pada Juni-September, hasil lelang gula jatuh ke tangan mereka. Sebaliknya, ketika musim paceklik bulan Desember-April, maka stok gula sudah dikuasai oleh mereka.
“ Dan soal beras. “ kata Tom lagi“ Kita harus samarkan data stok beras nasional dan provokasi pemerintah agar amankan stok nasional lewat impor. Ini kan tahun politik. Pemeirntah perlu stabilitas pangan dan para elite perlu uang untuk pemilu. Kita bisa tentukan harga yang bisa untung besar. Belum lagi dapat cuan dari logistik“ Lanjut Tom.
Semua yang mendengar tersenyum cerah. Tapi perutku malah mual. Mending cepat keluar dari lingkaran mereka. “ Maaf, gua harus pergi. Masih ada janjian ketemu teman lain” Kataku berdiri. Patria antar aku keluar dari bunker” Ale, gimana pendapat lue soal presentasi IKN dan impor pangan? tanya patria. Tahulah aku, dia undang aku datang untuk minta opini. “ Gua engga ngerti dan main begituan lagi. Udah terlalu tua untuk jadi mantiko” Jawabku tersenyum. Patria mengacungkan jempol.
Saat di Lobi tunggu jemputan Ojol. Aku ditegur Wanita. “Pak Ale ” Katanya menyalamiku. Dia baru turun dari mobil mercy. Aku senyum saja.” Apa kabar kamu, Rika?
“ Baik baik saja bapak. Bapak mau kemana ?
“ Ke Jalan Denpasar. Mau ketemu teman. Ini lagi mau pesan Ojol” kataku tersenyum. Dia telp supirnya “ Kamu balik lagi ke lobi” Katanya. “ Saya antar ya pak. “ Lanjutnya tersenyum.
“ Ah engga usah. Saya bisa naik ojol”
“ Engga. Saya antar pak Ale Ingat loh saya ini kan anak bapak.” Katanya tersenyum. Tak berapa lama kendaraannya sampai di Lobi. “ Kamu tunggu di hotel ini. Saya yang setir antar bapak ini” Katanya kepada driver nya seraya ajak aku masuk kendaraan.
" Dulu masih SMU pernah diajak Papa ke jalan denpasar " Kata Rika. Dia sebut nama seseorang.
" Ya saya mau ke sana ke rumahnya. Dia baru pulang dari AS. Papa Rika dan Saya punya mentor sama. Kami banyak dibantunya. " Kataku.
Dia telp langsung papanya. Kami videocon. " Padang, masih hidup lue' Kata Ayahnya.
" Siap boss. Masih beredar. " Kataku.
" Jaga Rika ya. Kalau bandel jewer aja dia. Gua susah didik dia. Eh lue bisa taklukan dia. Dage udah balik dari Amrik ya.”
" Ya ini saya mau ke rumahnya.”
" Kirim salam buat dia. " Kemudian telp saya serahkan kepada Rika.
“ Pak, Ale. Proyek pembangkit listrik saya jalan pak. Dua tahun saya dekat bapak, itu berkah luar biasa. Saya berhasil dapatkan proyek pembangkit listrik. Saya juga berhasil dapatkan funding nya. Itu karena mitra yang juga nerworking bapak. Setiap putaran negosiasi yang rumit, saya lewati semua hambatan. Itu kalaulah tidak ada dukungan dari bapak. Engga mungkin bisa sukses. “ Katanya Rika dengan mata berbinar.
“ Kamu cerdas. “ Kataku. “ Memang saya pernah dihubungi Shanghai tentang nama kamu. Mereka minta pendapat tentang kamu. Saya jawab saja , saya kenal kamu, bahkan saya ayah kamu. Hanya itu saja. Terus ada lagi teman saya telp. Dia tanya saya apakah saya kenal kamu. Saya jawab aja. Kenal secara pribadi”
“ Oh itu sebabnya pihak Shanghai mau undang saya untuk bicara tentang proposal bisnis saya. Akhirnya mereka beri saya dana promosi untk dapatkan proyek pembangkit listrik. Sehingga saya ada ongkos lobi dan ikut tender. Terus mitra saya di perusahaan , juga orang yang tidak pernah saya kenal sebelumnya tetapi akses politiknya kuat. Saya tawarkan kerjasama. Saya sebut nama bapak. Dia tersenyum. Akhirnya dia setuju. Saya dapat mitra international dan komut punya akses politik. Terimakasih Bapak” Katanya.
Rika aku kenal tahun 2012. Dia baru setahun tamat kuliah dari AS. Dia tidak mau kerja walau ayahnya punya banyak perusahaan. Dia memilih berwirausaha. Usahanya grosir bunga. Ayahnya sahabatku, tahun 2006 memilih bermukim di Pert, Australia. Selama dua tahun aku sering ketemu Rika. Dia selalu kirim SMS “ Mau temanin bapak, Boleh”. Aku senyum saja. Kalau kebetulan aku ada pertemuan dengan relasi, dia siap menanti di table lain. Kadang dua jam dia tunggu. Sabar banget. Memang dia sering bertanya macam macam. Aku jawab dengan santai. Tahun 2015 dia sudah tidak lagi bertemu denganku. Dia sudah sibuk. Namun SMS nya selalu datang menanyakan kesehatanku.
“ Kini di samping punya pembangkit listrik , saya juga punya pabrik microchip di Malaysia kerjasama dengan teman kuliah saya dulu di Amrik. Dengan teman dari Panama, saya kerjasama jalankan bisnis Cargo tambang. Sekarang punya 5 kapal ukuran mother vessel. “ kata Rika Pencapaian luar biasa selama 10 tahun berbisnis.
Rika bisa sukses bukan karena modal dari ayahnya, tetapi karena dia memang cerdas. Mampu belajar mandiri dan menyimak setiap penjelasanku. Termasuk kesadaran terhadap kepatuhan standar bisnis kaum terpelajar yang utamakan menjaga lingkungan, sosial dan moral etik. Dari generasi seperti Rika lah aku berharap agar masa depan Indonesia lebih baik. Tentu masih ada harapan di tengah generasiku yang mantiko.
habis ketemu Bromocorah langsung plong ketemuan sama anak iidiologis bisnis
ReplyDeleteAlhamdulilah
ReplyDeleteanak didik sama anak biologis sama sama dicerahkan
ReplyDeleteAnak saudara nya itu..👍👍
ReplyDelete