Monday, August 08, 2022

Keadilan harus dimenangkan


 


Tahun 2007 pernah kejadian di China. Seorang wanita meninggal di dalam kamar hotel. Tidak ada saksi apapun. CCTV yang ada di hotel itu rusak. Yang dijadikan tersangka adalah Room Service hotel. Karena dia kali pertama yang berada di TKP dan melaporkan kematian itu kepada Polisi. Sebenarnya kematian wanita desa yang datang ke kota itu tidak ada yang istimewa. 


Namun ketika berita kematian sampai di desa tempat kelahirannya. Penduduk desa heboh. Apa pasal ? karena wanita itu adalah seorang guru desa yang sedang berjuang di kota untuk dapatkan uang,  untuk membangun sekolah SD yang rubuh karena badai hujan. Pembicaraan penduduk desa ini mengundang wanita lain dari kota untuk menulis  di blog kisah tentang wanita guru SD itu.


***

XIa cantik. Dia wanita yang cerdas. Setamat dari Sekolah Guru di kota. Dia kembali ke Desa, di Provinsi Gan Shu untuk berbakti kepada tempat kelahirannya. Dia percaya bahwa China hanya bisa maju bila generasi china adalah generasi terdidik. Karena itu pendidikan adalah keniscayaan bagi semua orang China. Suatu ketika Xia mendengar ada lowongan guru sukarelawan di desanya. Xia melamar dan diterima.  Namun Xia sedih. Kondisi bangunan phisik sekolah tidak layak untuk belajar. Apalagi saat badai besar mengguncang China. Ruang kelas hancur berantakan. Murid-muridnya pun diliburkan. Berharap pejabat di kecamatan punya kepedulian untuk perbaiki sekolah. Namun tidak kunjung datang bantuan dana. Akhirnya kepala Sekolah mengutus Xia berangkat ke Kota, bertemu pejabat. Merundingkan bantuan bencana alam untuk bidang pendidikan.


“Kenapa harus saya, Pak,” kata Xia kepada kepala sekolah.


“Pejabat kota berjanji akan memberi bantuan kalau kamu sendiri yang datang,” jawab Pak Kepala Sekolah.


Xia pun berjalan kaki sepanjang 10 Km ke kantor Kecamatan. Setiba di sana, ” kalau mau ambil, ambilah. Uang ada di kamar itu.” Kata pejabat kota. Dengan polosnya Xia ke kamar itu, seketika pejabat memeluknya dengan erat. Dia diperkosa. Keperawanannya direnggut. Yang didapat hanya janji bahwa pejabat itu akan memberikan bantuan dana perbaikan sekolah. Xia terdiam. Dia tidak menangis walau perih tak tertanggungkan. Dia tidak menangis. Biarlah, Inilah harga yang harus aku bayar untuk pendidikan murid muridku. Katanya dalam hati dalam perih." Biarlah aib ini kupendam sendiri. " Katanya dalam buku hariannya.  Tapi nyatanya. Bantuan tidak kunjung datang. Selama enam bulan, ada sepuluh kali dia  menagih janji pejabat itu. Tapi tetap saja, janji tinggal janji.


Saat semester baru. Xia kembali sedih. Banyak muridnya yang tidak bisa melanjutkan sekolah.  Sekolah rusak. Tidak bisa digunakan untuk belajar. Sementara anak anak terpaksa diarahkan orang tua bekerja di sawah. Jumlah murid terus menerus berkurang. Xia kehilangan cara untuk memberikan harapan kepada muridnya untuk kembali sekolah. Penduduk desa yang miskin tak bisa berbuat banyak. Sementara dia sebagai orang terpalajar merasa punya tanggung jawab moral untuk china yang lebih baik di masa depan. 


Xia pun bercermin di kamarnya. Dia mengikat rambutnya dengan kuncir dua. Dia keluar rumah.  pergi ke kota. “ Ya, menjual tubuhku memang salah, tapi bukan alasan yang buruk bila semua jalan tertutup. “ Katanya dengan air mata berlinang. Kepala sekolah menangis sedih saat Xia melangkah pergi meninggalakn desa. Mereka hanya bersitatap. Tidak ada yang bisa dikatakan. Batas antara harapan dan putus ada sangat tipis. Kalau aku harus hancur untuk muridku, itu lebih baik. Tidak ada perjuangan setiap genrasi tanpa pengorbanan.  


Pekerjaannya adalah pelacur di kota. Dalam diary Xia menulis, tamu pertamanya lebih parah dari pejabat kota yang merenggut kegadisannya. “Namun, paling tidak tamu itu yang pertama memberiku uang,” tulis Xia. Dia mengirimkan semua penghasilannya ke desa untuk biaya perbaikan desa.. Biaya hidup dia buat seirit mungkin. Pak Kepala Sekolah yang dipercaya mengelola penghasilannya menggunakan uang itu benar-benar untuk membangun sekolah. Dengan uang itu, sekolah telah berubah drastis. Bulan pertama, ada papan tulis baru. Bulan ke dua, ada bangku kayu. Bulan ke tiga, setiap murid mempunyai buku masing masing. Bulan ke empat, setiap murid mempunya dasi masing masing. Bulan ke lima, tidak ada seorang murid pun yang datang ke sekolah tanpa alas kaki. 


Bulan ke enam, Xia kembali mengunjungi sekolah. Xia disambut dengan gembira oleh para murid. Melihat kegembiraan dari para murid muridnya, Xia tidak berkuasa untuk menahan tangis. Dia menangis. Pada bulan ke tujuh, sekolah telah mempunyai lapangan bermain yang baru. Pada bulan ke delapan, sekolah membangun lapangan basket. Pada bulan kesembilan, setiap murid mempunya pensil yang baru. Pada bulan ke 10, sekolah mempunyai bendera nasional sendiri. Setiap murid bisa menaikan bendera setiap harinya. Xia merasakan semua kisah sedih dan penderitannya terbayar sudah.


***


Saat pemakamannya, para murid dan ratusan penduduk desa Gan Shu yang menghadiri pemakamannya tak kuasa manahan tangis. Kala itu, mereka hanya bisa menyaksikan foto hitam putih Xia dengan rambut ikat kepang, yang tersenyum bahagia. Kala itu usia Xia baru 21 tahun. Cita-cita membangun ruang kelas yang bagus dilengkapi dengan dua unit komputer pun dibawanya ke alam barzah.


***


Namun kisah tentang Xia tersebar keseluruh China. Semua media massa memuat berita tentang pengorbanannya. Tetapi tidak juga mengundang perhatian aparat untuk menyelidiki kematian guru itu. Kemudian wanita lajang yang menulis kisah Xia itu tampil dengan gagah berani. Dia harus menghadapi pengadilan publik sebelum dia berhadapan dengan hukum negara. Apa pasalnya ? Karena dia menolak penggusuran sekolah oleh developer untuk dibangun kawasan komersial. 


Setiap ada kesempatan, dia datangi rumah orang tua murid agar memberikan dukungan. Dia sadar bahwa tanah sekolah itu milik negara, namun cara cara pengambil alihan itu tidak sesuai dengan aturan Hukum. Tapi semua orang tua murid takut. Karena kawatir dianggap melawan idiologi partai Komunis. Maklum developer didampingi pejabat partai dalam aksi pemaksaannya.


Wanita itu mencerahkan kepada semua orang " Kalau negara akan menggusur sekolah ini, kita semua harus patuh. Tapi kalau ada  pengusaha memaksa kita merelakan lahan sekolah digusur, itu harus dilawan. Walau pengusaha di dampingi pejabat partai. Jangan mau dibohongi orang pakai idiologi partai “ Karena kata katanya itulah , pengusaha marah, dan memprovokasi pejabat lokal partai, bahwa wanita itu telah menghina partai. 


Namun wanita itu tidak peduli. Dia tetap memberikan pencerahan kepada siapa saja tentang hak hak yang harus diperjuangkan. Pejabat lokal partai mulai gerah dan menggunakan keahlian propagandanya untuk menggiring kader partai di seluruh desa menjadikan guru sekolah itu pesakitan. Entah darimana orang banyak datang melakukan demo ke balaikota agar wanita itu di hukum karena telah menghina partai.


Pejabat kota dalam posisi sulit untuk menghukum wanita itu. Karena tidak punya kesalahan apapun, kecuali karena dia memprovokasi orang banyak jangan patuh kepada oknum partai. Tidak ada satupun kata kata wanita itu menghina negara. Hanya oknum yang dipermasalahkan. Namun gelombang demo yang tiada henti, akhirnya Polisi terpaksa menahan wanita itu dengan tuduhan menghina Partai atau negara.


Di hadapan  hakim tunggal, wanita itu tanpa rasa takut siap di adili. 


" Saya hanya punya dua pilhan untuk kamu" Kata hakim " pertama, membebaskan kamu karena memang kamu tidak terbukti menghina partai atau negara. Namun orang banyak terutama kader partai  akan menilai pemerintah kalah dengan seorang wanita. Kedua,menghukum kamu tapi sekolah itu tidak jadi di gusur karena secara hukum memang pejabat kota belum memberikan otoritas kepada pengembang."Sambung hakim. 


Wania itu terdiam sambil memperhatikan kelanjutan kata kata Hakim.


" Pertanyaan saya , mana yang kamu pilih? Tanya hakim.


" Demi sekolah dan kebenaran , hukumlah saya. Saya siap menerima”


" Kamu tahu, bahwa hukuman menghina partai adalah hukuman mati.”


' Itu lebih baik bagi saya. Apalah arti kehidupan bila kebenaran harus di korbankan. " Kata wanita itu dengan tegas.


Ketika menuju regu tembak, wanita itu tidak nampak takut. Dia tersenyum. " Saya tidak pernah menghina negara. Tidak pernah. Saya tidak hendak menghalangi orang kaya. Tidak mencuri dari siapapun. Saya hanya ingin kehormatan negara tegak karena hukum jadi panglima. Kalau karena itu saya harus mati, biarlah. Setidaknya saya tahu arti sebuah kebenaran itu memang teramat mahal yang harus diperjuangkan dengan penderitaan sampai batas tak tertanggungkan. Saya hanya tidak ingin China runtuh karena kebenaran dipermainkan.“


Namun sebelum matanya ditutup, Panglima Miiter tingkat kota datang kelokasi eksekusi mati bersama hakim. Hakim itu memerintahkan agar proses eksekusi mati dihentikan. Wanita itu harus dibebaskan. Keesokannya Hakim bersama Militer menggiring elite partai lokal bersama pengembang ke kantor polisi. Proses pengadilan berlangsung cepat. Semua mereka di hukum mati. 


Bukan itu saja. Wanita itu berjuang dengan gigih menuntut keadilan terhadap kematian guru sekolah di kamar hotel. Pemerintah pusat bentuk team khusus. Proses penyidikan terhadap kematian guru sekolah itu dilanjutkan. CCTV kuridor hotel dapat ditemukan. Team khusus mengenal siapa pria tamu guru sekolah itu. Pria itu adalah pengelola kasino gelap. Bersama pria itu ada dua orang pria lagi yang semua adalah polisi. Wanita itu gangbang oleh mereka di kamar hotel dan setelah itu dibunuh. Team khusus bisa dengan cepat menemukan pelaku pembunuhan wanita itu. 


Namun kasus kematian guru sekolah itu terus dikembangkah terutama Motif atas pembunuhan tersebut. Team khusus berhasil membongkar kasus besar dibalik kematian guru sekolah itu. Ternyata antara gangster yang berkedok pengusaha plamboyan dan aparat hukum sudah terjalin ikatan konspirasi melakukan perbuatan kriminal. Judi gelap, prostitusi,  perdagangan wanita, penyerobotan tanah.


Dari kepala polisi tingkat wilayah, tingkat pusat ditangkap. Ada puluhan para perwira polisi dan pengusaha digiring depan regu tembak. Mereka semua dihukum mati lewat proses pengadilan cepat. Yang menarik kata kata hakim " Kalau negara tidak bisa menegakan hukum maka  kebenaran tenggelam.  Berikutnya yang terjadi adalah kehancuran , bukan hanya partai komunis tapi peradaban juga akan runtuh". Setelah itu tahun 2013 China mencanangkan reformasi pertanian dan revitalisasi desa. Tahun 2018, 800 juta rakyat berhasil diangkat dari kubangan kemiskinan. China sukses menjadi negara besar karena hukum tegak, kebenaran dibela dan  keadilan menang. 


2 comments:

  1. Anonymous2:30:00 AM

    Luar biasa, saya rindu Indonesia bisa mengikuti jejak China dalam menegakkan kebenaran. Semoga. Walau berapapun harga yg harus dibayar.

    ReplyDelete
  2. Anonymous2:30:00 AM

    Luar biasa, saya rindu Indonesia bisa mengikuti jejak China dalam menegakkan kebenaran. Semoga. Walau berapapun harga yg harus dibayar.

    ReplyDelete