Saturday, April 19, 2025

Terabaikan di negeri sendiri, bahagia di negeri orang

 




Saya diminta Chang untuk bertemu dengan CEO perusahaan yang terafiliasi dengan SIDC di Ausi. Yang kebetulan sedang ada di Jakarta. Saat bertemu di Café. Saya terkejut. Karena CEO yang dimaksud adalah teman lama saya. Kami pernah sangat dekat sebelum tahun 2010 di Hong Kong. Dia kerja sebagai analis pada investment banking  di Suisse. Namun pertemanan itu hanya sebatas personal. Saya suka diskusi dengan dia. Wawasan investment banking nya sangat luas. Kalau dia business trip ke Hong Kong, pasti saya  sempatkan undang dia makan malam.


“ Gimana kamu bisa berkeja di perusahaan Afiliasi SIDC di Ausi? Tanya saya 


“ Tahun 2013 SIDC bersama konsorsium mengakuisisi Tambang Biji besi di Ausi. Kebetulan perusahaan tempat saya kerja di Suisse terlibat sebagai investment banker dalam proses akuisisi itu. Saat itu saya bukan siapa siapa. Tapi saya tahu, dari profile yang saya baca.  Ternyata CEO SIDC adalah kamu.” Kata Steven dengan tersenyum. 


“ Kenapa engga hubungi saya? Kamu kan tahu nomor telp dan email saya”


“Sejak itu saya jadi malu berteman dengan kamu. Saya tahu diri. Siapalah saya.  Hanya seorang staf analis. Tapi saya bertekad suatu saat akan bertemu lagi dengan kamu dalam situasi lain. Tahun 2019 SIDC melakukan restrukturisasi, termasuk tambang biji besi di Ausi. SIDC dapat hak vote menentukan CEO.  Saya melamar jadi CEO dan terpilih. Kini inilah saya.. “ Lanjut Steven. 


Saya rangkul Steven. “ Kenapa sungkan?. Itu hanya business. Tidak akan mengubah saya secara personal.”


“ Ya, B. Maafkan saya.” Kata Steven menunduk. “ Saya diminta Chang untuk bertemu kamu. Membahas rencana akuisisi tambang di AS “ Katanya. Seraya mengeluarkan notepad dari dalam tasnya. Dia perlihatkan profile perusahaan. “ Ini perusahaan AS berdiri udah lebih 200 tahun. Mereka pengalaman dalam tambang mineral Pasir Silica. Punya konsesi tambang di Afrika, Amerika Latin, India, juga di laos. Riset mereka hebat. Mereka kuasai 1500 produk downstream pasir silica termasuk Polysilicon. Juga hebat dalam hal logistik. “ Kata Steven. 


” Ya, Bisnis ini penting untuk mensupport industri panel Surya punya SIDC di Korea, Eropa dan China. Tugas kamu akuisisi perusahaan itu.” Kata saya.


“ Siap B. “


  Berapa lama bisa selesaikan misi ini?


“ 1 tahun” Kata Steven dengan penuh percaya diri. “ Saya dengar kabar, Industri polysilicon Yuan di China juga sudah di offtake oleh SIDC. Sepertinya China sangat rakus akan Polysilicon. “ sambungnya.


“ Ya maklum. Era kedepan adalah era Hightech. Semua produk electronic device pasti butuh polysilicon sebagai bahan baku utama. Siapa yang menguasai bahan baku, dia akan mengendalikan supply chain global. Dan tentu lead dalam perdagangan global“ Kata saya.


“Ngomong ngomong, tahun 2022, Indonesia pernah mau bangun pabrik Polysilicon di Jawa Tengah. Tetapi sampai kini engga jalan. Padahal sudah dilakukan peletakan batu pertama oleh presiden. Indonesia kan sangat besar sumber daya silica." kata Steven "  Mengapa Indonesia tidak focus  bangun ? Padahal nilai tambahnya jauh lebih tinggi daripada batubara atau nikel.” Tanyanya.


Saya senyum aja. Andaikan Indonesia punya industry Polysilicon, tentu Apple dan Microsoft juga Intel akan memilih Indonesia sebagai pusat produksi global mereka. Bukan tidak mungkin akan terjadi relokasi dari China ke Indonesia.


“ Tetapi memang kendala nya adalah tinggi nya investasi untuk mendirikan pabrik polysilicon. Untuk skala kecil dengan kapasitas 100.000 ton pertahun saja, perlu investasi USD 1,6 miliar. Belum lagi tekhnologi nya memang rumit. Engga sepeti nikel dan almunium. “ Kata Saya. 


Steven mengangguk.


“ Apa pendapat kamu soal kebijakan Tarif Trump? Tanya Steven. Kembali kami sebagai taman lama. Teman diskusi yang asik. Tidak ada sekat karena posisi dalam bisnis.


“ Trump ingin mengurangi defisit Anggaran. Caranya? Dia tidak naikkan pajak penghasilan. Tetapi menaikkan pajak tidak langsung atau pajak impor dan pada waktu bersamaan Trump memangkas anggaran belanja dengan menugaskan Elon Musk melaksanakannya lewat DOGE. Dengan begitu, AS bisa keluar dari defisit APBN. Begitu kebijakan ekonomi Trump dengan agenda Make American Great Again. Tapi kalau lihat implikasinya sangat luas terutama terhadap inflasi. Sulit dipahami kalau kebijakan tarif resiprokal itu adalah kebijakan ekonomi.  


Maklum tarif itu pada akhirnya akan dibebankan kepada konsumen AS. Belum lagi dampak dari adanya tarif balasan dari mitra dagang AS. Yang bisa menyulitkan dunia AS yang beroperasi di luar negeri dan yang bergantung kepada supply chain kepada negara lain. Kan tidak semua AS mampu sediakan. Dunia sudah terintegrasi dalam globalisasi. Kebijakan tarif Trump itu paradox terhadap system WTO dan globalisasi” Kata saya.


“ Apakah misi team negosiasi Indonesia ke AS akan sukses menurunkan tarif resiprokal. “ Tanya Steven


“ Masalah tarif itu bukan big deal bagi Indonesia.  Kalaupun sukses menurunkan tarif, tidak akan mengurangi PHK terjadi. Karena itu memang sudah terjadi sebelum ada tarif resiprokal. Kalaupun gagal misi tersebut, keadaan tetap saja sama. Ekonomi lesu yang memang sudah terjadi sejak tahun lalu “


“ Oh I see ?  


“ Yang Indonesia kawatirkan adalah kebijakan suku bunga the Fed. Kalau karena tarif resiprokal ini mengakibatkan inflasi di AS, terpaksa Fed naikan suku bunga. Indonesi pasti resesi. Karena capital outflow akan terjadi massive. Orang kaya akan pindahkan uangnya ke USD. Rupiah akan jatuh. Krismon terjadi.  “ 


“ Tapi kalau BI tahan kejatuhan kurs Rupiah dengan menaikan suku bunga, gimana? 


“ Otomatis suku bunga bank juga naik. NPL akan meningkat. Likuiditas mongering. PHK meluas. Krisis juga yang terjadi akhirnya. “ Kata saya.


Steven tersenyum. " Nah kalau the fed akhirnya mengalah kepada Trump dengan menurunkan suku bunga. Otomatis terjadi kelebihan likuiditas USD di pasar global. Uang akan mengalir ke emerging market termasuk Indonesia. Rupiah akan menguat. Suku bunga akan turun. Seperti paska kejatuhan wall street tahun 2008.  Dunia usaha bangkit. Dunia happy.  “ 


“ Tapi itu tidak pasti karena kontradiksi dengan adanya kebijakan tarif “ kata saya “ keberanian Trump membuat kebijakan tarif tidak mungkin membawanya lebih dekat ke tujuan jangka panjangnya.  Karena dampak yang tidak disengaja dari tarif ini pada akhirnya akan membuat dolar AS diragukan hegemoninya sebagai mata uang dunia.” Jawab saya.


Saya terkejut melihat wanita mendekati table kami. “ B, itu istri saya “ kata Steven. “ Istri kamu ? Tanya saya dengan terkejut. Steven mengangguk.  Saya segera  peluk perempuan itu. “ Sasa, Kamu sehat sayang? Tanya saya. Sasa membelas pelukan saya dengan erat. Dia mengangguk. Steven keliatan bingung “ Istri mu sudah seperti anak bagi saya. Panjang ceritanya.” Kata saya.  Sasa akhirnya ceritakan kisah masa lalunya yang ternyata dia tidak pernah ungkapkan walau kepada suaminya. 


Usai Sasa cerita. Saya tatap lama Steven sampai dia salah tingkah. “ Jaga Sasa ya Stev. Jangan pernah kamu kecewakan.” Kata saya.


“ Tentu B, dia ibu yang hebat dari dua anak kami. “ kata Steven dengan air mata berlinang menatap istrinya.


Terbayang kali pertama bertemu dengan Sasa tahun 1995. Dia masih balita digendong Mama nya masuk ke Rumah Singgah. Pertemuan kedua, tahun 1996. Mamanya, Murni pergi merantau ke Batam. Dia dititipkan di Rumah Singgah. Setelah itu Murni tidak pernah kembali lagi menemui anaknya. Sasa diadobsi oleh Dina. Pertemuan ketiga tahun 2014, Saat itu dia bekerja di RS sebagai perawat. Pertemuan keempat kini, sudah jadi istri orang.


“ Gimana ceritanya sampai bertemu Steven?  Tanya saya.


“ Tahun 2016 aku jadi TKW di Hong Kong. Biasanya hari libur aku pergi ke café bersama teman teman. Kami bertemu di café di Kawasan central Hong Kong. Setahun kenalan, Steven melamar Sasa. Kami menikah pada musim panas tahun 2017. Sasa tinggal di Suisse sejak itu. Tahun 2019 Steven pindah kerja ke Perth. “ Kata Sasa dengan tersenyum.  Jalan Tuhan mengantarkan Sasa ke negeri orang dan hidup bahagia setelah terbuang dan terabaikan di negeri sendiri dimana dia dilahirkan.



5 comments:

  1. Anonymous8:17:00 PM

    Saya yang tidak mengerti ttg dunia bisnis lebih tertarik dengan cerita Sasa, buatkan kolom tersendiri Babo ttg perjalanan Sasa

    ReplyDelete
  2. Anonymous2:41:00 AM

    kisah2 "KEBETULAN" pertemuan Babo dg seseorang, banyak yg mengharukan......

    what a life

    ReplyDelete
  3. Anonymous3:51:00 AM

    Subhanallah

    ReplyDelete
  4. Anonymous7:17:00 AM

    astagaa dan luar biasa ... bravo B ..

    ReplyDelete
  5. Anonymous7:42:00 PM

    Saya baca kisah ini merasa terharu dan hampir nangis.. semoga Sasa bisa ketemu mamanya Murni..

    ReplyDelete