Biasanya setiap jam 3 sore Pak Mamid pasti sms saya.” Assalamualaikum Pak Haji. “ Dia supir taksi. Itu artinya dia sedang di jalan dan bertanya apakah saya perlu jasa dia. Saya langsung jawab “ ya pak jemput saya jam 7 malam” Saya sebutkan alamatnya. Dia akan jawab “ Siap”. Usianya sekitar 50an. Cerita kali pertama ketemu dia 6 tahun lalu. Saat itu Jam 10 malam setelah ketemu dengan relasi, saya memutuskan untuk pulang. Banyak hal yang saya pikirkan tentang bisnis saya. Ya saya harus terus struggle. Tak berapa lama saya terlibat pembicaraan telp long distance dengan relasi di overseas. Usai itu saya terdiam sambil berpikir. Saya tarik nafas dalam dalam.
"Pak, " Kata supir taksi memecah lamunan saya.
" Ya”
"Tadi barusan saya antar perempuan ke hotel tapi ternyata tamu wanita itu tidak ada di kamar. Wanita itu diusir oleh Satpam Hotel. Padahal ongkos taksi belum dibayar.”
" Terus…"
" saya ikhlas saja.”
" Mengapa ?
" Wanita itu sering pakai taksi saya. Siang hari dia kerja sebagai guru anak anak. Tapi malam hari dia kerja sebagai wanita panggilan”
" Apakah gajinya nggak cukup sebagai guru “
" Dia tidak terima gaji.”
" Mengapa ?
" Karena muridnya anak anak pemulung dan tempat mengajar seadanya. Kadang berpindah pindah..”
" Bagaimana bapak bisa tahu ?
" karena saya yang cari pelanggan untuk dia”
" Dapat komisi ?
' Engga. Hanya dapat ongkos taksi aja”
" Mengapa bapak lakukan ini ?
Supir taksi itu hanya diam.
Saya termenung. Di hadapan saya ada supir taksi yang nampak tak tahu apakah dia bersalah atau benar dengan sikapnya. Yang dia tahu bahwa dia bagian solving problem dengan cara mudah. Benarkah mudah? Entahlah. Yang pasti ada wanita yang berhati mulia harus mengikhlaskan asetnya dijual untuk anak anak yang tak berdosa agar nasib mereka tak sama dengan dia..Orang kecil kadang berpikir sederhana menyelesaikan masalah..Diantara mereka bisa saling melengkapi untuk bertahan hidup.
“ Pak, Seru saya.” Apa bisa bapak atur saya ketemu besok dengan wanita itu “ Pinta saya. Dia menyanggupi. Saya beri dia kartu nama saya. “ Nama saya Mamid pak” kata supir taksi itu perkenalkan diri. Saat turun dari taksi saya beri dia tip lima lembar pecahan seratus ribu. Dia terkejut tapi saya segera keluar dari taksi.
***
Besoknya ada SMS masuk “ Pak, Si Eneng bisa ketemu jam 7 malam. “ Saya balas SMS itu, untuk atur ketemu saya di restoran yang ada di Duta Merlin. Chinese restoran. Benarlah. Lewat 5 menit sudah datang supir taksi itu dengan wanita muda. “ Ini uang taksinya pak.” Kata saya serahkan uang 2 lembar pecahan Rp. 100.000. “ Tetapi tunggu saya. Jangan pergi “ sambung saya.
“ Siap pak” katanya sigap.
Wanita itu kelihatan cerdas. Penampilannya tidak glamor. Tetapi tidak menghapus kecantikannya. “ Siapa namanya ? tanya saya.
“ Winarsih. Panggil Win aja “ katanya lembut tanpa terkesan menggoda.
“ Tadi kamu sekolah apa ?
“ Saya sekolah SMU pak. “ Dia tetap menunduk. Saya perhatikan. Sepertinya dia kelihatan tidak siap ketemu. Ada kesan dia malu. Memang berat mengerjakan sesuatu yang bertentangan dengan hati nurani. Pada hakikatnya dia orang baik.
“ Ok. Saya dapat cerita tentang kamu dari Pak Mamid” Kata saya langsung ke pokok masalah. Khawatir membuat dia tidak nyaman. “ Kamu mau kuliah?
Dia terdiam.
“ Saya nggak mau dipiara pak..” Katanya lirih.
“ Siapa yang mau piara kamu? saya tanya kamu mau kuliah?
“ Ya mau…” Katanya lirih tetap menundukan kepala.
“ Kan kamu bisa ambil UT. Jadi nggak ganggu waktu kamu ngajar. Mau ?
Dia terdiam.
“Saya punya teman. Kamu bisa kerja sama dia. Sekalian kamu bisa luangkan waktu ngajar anak anak itu. “ kata saya provokasi dia. Dia mengangguk tanda setuju.
“ Ya udah. Kamu temui ibu ini “Kata saya menyerahkan kartu nama Yuni. Dia akan bantu kamu. Sambung saya.
Sepertinya air matanya berlinang ketika menatap saya “ terimakasih pak.” Tapi lama lama air matanya jatuh. Duh saya tidak bisa lihat wanita menangis.
“ Ya udah. “ Kata saya cepat. Saya beri dia uang 5 lembar pecahan USD 100. “ Kalau kamu mau makan ya makan aja. Atau kalau mau langsung pulang. Pak mamid akan antar kamu pulang. “ Kata saya.
“ Saya pulang aja ya pak.” Katanya. Saya mengangguk. Diapun berlalu dari hadapan saya.
Keesokannya saya dapat kabar dari Yuni bahwa Win diterima kerja di unit Bisnis Cold Storage. Setahun kemudian dia ikut program Universitas terbuka. Setelah lulus, Yuni beri dia peluang dalam program magang di SIDC. Dia lulus lewat seleksi ketat. Dia memang cerdas, Kata Yuni, bahasa inggris nya bagus. Tentu peran Yuni juga hebat memprovokasi dan memotivasi dia agar jadi wanita tangguh seperti yang saya mau. Selama itu saya tidak pernah bertemu lagi dengan Win, kecuali dapat laporan perkembangannya dari Yuni.
***
“ Pak, “ Kata supir taksi. Saat dalam kendaraan antar saya pulang . “ Lebaran tahun kemarin Mbak Win kirimin saya uang dari Turki. Dia kerja di Turki sekarang ya pak” Tanyanya.
“ Ya, Tahun kemarin dia tamat kuliah. Langsung magang di perusahaan teman saya di Hong Kong. Dia ditugaskan di Istanbul. Tahun ini dia akan ikut program management trainee SIDC. “ Kata saya.
“ Dalam suratnya Mbak Win titip pesan agar saya luangkan waktu tengok anak anak didik dia…” Kata pak Mamid. " Tadi waktu dia kerja di Pasar Ikan, 1/3 gajinya untuk bantu anak anak jalanan. " Saya terkesiap. Entah mengapa air mata saya berlinang.
Saya merasa rendah dihadapan Win. Dari awal saya memang tidak punya kekayaan intelektual untuk menasehatinya agar jadi wanita soleha. Win sudah menentukan sikap dan membuktikan tentang Cinta lewat berkorban. Terutama saat dia mengorbankan sesuatu yang pada waktu bersamaan dia tahu itu sangat agung bagi kebanyakan orang. Karena baginya yang agung bukanlah dirinya, bukan apa yang dimilikinya, semua itu fana. Hanya titipan Tuhan. Baginya tetaplah Tuhan yang Maha Agung. Dia telah melewati batas keimanan orang awam.
Berkali kali saya istighfar. Betapa saya tak pantas berkeluh kesah dengan hidup saya. Karena saya tidak harus menghinakan diri untuk melaksanakan niat mulia saya. Atau tidak seperti Nabi Allah Ibrahim yang diminta Tuhan untuk menyembelih anaknya sendiri. Untuk menguji keimanannya. Apakah dia lebih mencintai Tuhan atau anaknya. Tak pantas saya membusungkan dada dengan ibadah ritual yang saya lakukan karena melakukannya ketika perut saya kenyang dan dompet penuh.
Win sudah seharusnya menata hidupnya. Selagi niatnya tetap berpihak kepada keadilan bagi mereka yang miskin. Tuhan akan jaga hatinya dan dia akan sampai kepada sebaik baiknya kesudahan.
Subhanallah
ReplyDeleteSangat menyentuh
ReplyDeleteAllahu akbar
ReplyDeleteBeneran kisah ini, Babo?
ReplyDeleteSubhanaallah...aamiin...tak terasa air mata sayapun meneres
ReplyDeleteSubhanallah, , begitu besar cinta win terhadap orgbyg kurang mampu
ReplyDeleteTerimakasih, sudah mengingatkan
ReplyDeleteLuar biasa... ❤️
ReplyDeleteTak pantas saya mengeluh dengan kehidupan ini, Mak jleb... Thk's Babo selalu berbagi cerita yg inspiratif
ReplyDeleteLuar biasa
ReplyDeleteKisah yang sangat menyentuh. Terima kasih pak
ReplyDeleteKisah yang sangat menyentuh.
ReplyDeleteTerima kasih pak.
Entah napa, bikin sesek dada ini. Semuanya ada jalannya. Saya percaya hal mulia yang dilakukan Mbak Win, Hal yang di Ridlo Tuhan, karena itu, dia dipertemukan dengan Babo, seseorang yang bisa menjadi mentornya. Menjadi saluran tangan Tuhan, buat anak anak didik Mbak Win.
ReplyDeleteSungguh sulit di cari zaman Saiki..Ono wong seng perduli mbek anak anak jalanan.nggak mau repot apalagi sampai mengorbankan harga diri.subhanallah..👍👍💯
ReplyDeleteSemua postingan Babo saya suka...
ReplyDeleteWalaupun kadang buka hp nya harus geser dikit dari anak anak ketika baca postingan Sabtu dan Minggu ,ada gambar khusus dewasa yg bikin anakku protes 🤭
Sangat menyentuh 👍👍👍😪😪😪
ReplyDeleteCinta terhadap sesama mengalahkan segalanya. Menyentuh.
ReplyDeletesungguh sangat diluar kewajaran, hanya orang hebat mampu bertindak diatas kenormalan.
ReplyDeleteLuar biasa belum tentu kita bisa seperti dia
ReplyDeleteMakasih Babo cerita menyentuh, gak mudah memberikan solusi terbaik dan tepat, semoga Allah memberikan keberkahanNya
ReplyDeleteWanita yang Gak mudah
ReplyDeleteWanita yang tidak biasa
ReplyDeleteMenginspirasi
ReplyDelete