Aku berdiri di dekat jendela. Temaram lampu kamar kerja, membingkai bayangan Esther seperti setengah memanjang. “ Ah mimpi kamu B. “ kata Esther dengan ketus setelah aku cerita mimpi ingin mendirikan bisnis Private Equity. Sesaat, aku hanya menangkap nuansa kawatir dan mungkin juga kesal di wajahnya. Wajah yang menyiratkan selaksa kepucatan yang membentang seperti iring-iringan awan melingkupi langit.
Aku lebih banyak diam, mendengarkan ucapannya “ Emang kamu siapa? Jangankan dapat trust dari investor, menjadi money broker saja kamu engga punya cantolan dengan aset manager. Jangankan Asset manager berkelas dunia, kelas lokal aja kamu engga qualified. Udah ah. Lupakan saja mimpi kamu itu. Udah cukup kamu sukses di bisnis maklon. Mending pulang ke Indonesia. Nikmati saja laba yang ada itu. Hidup damai bersama keluarga. Setidaknya kamu tidak perlu terhina lagi karena kemiskinan. Ngapain ngayal terlalu tinggi.” Lanjut Esther.
Aku tidak negatif thinking atas ucapan Esther pada tahun 2006 itu. Bagaimanapun dia sahabatku. Dia tentu lebih banyak mengenalku secara pribadi. Tapi dia juga berkata sebagai banker. Satu hal yang digaris bawahi. Bahwa untuk bisa sukses berbisnis Private Equity adalah punya network dengan banker dan investor kelas dunia. Kalau engga, ya benar kata Esther. bahwa aku hanya menggantang asap. Mimpi doang. Aku harus fokus dapatkan cantolan dengan asset manager berkelas dunia. Tentu mereka itu semua orang bisnis dan punya mindset positif dan efisien.
Tentu lingkungan mereka adalah orang orang hebat dan negara memberikan mereka peluang berkembang tanpa ada diskriminasi. Karena sistem negara maju memang mengharamkan KKN, membuat peluang berkompetisi secara sehat. Kalau engga, mana mungkin mereka bisa sukses. Sementara aku lahir dari keluarga miskin dan besar di lingkungan negara yang korup dan masih menganut mindset feodal. Itu sebab aku terpaksa hijrah dari negeriku sendiri. Berharap atmosfir baru keluar dari kemiskinan dan putus asa.
Tahun 2007 aku membuat keputusan penting dan ini titik awal perubahan besar dalam hidupku. Aku mendirikan PE yang terdaftar di Hong Kong. Dengan modal yang ada dari hasil bisnis maklon selama 4 tahun, Aku hired profesional dan sewa kantor di kawasan financial Center Hong Kong. Awalnya hanya 2 orang saja. Aku focus mendapatkan peluang mengakses financial resource. Lantas bagaimana mengakses sumber daya keuangan itu?
Lebih setengah tahun aku berusaha masuk dalam komunitas financial international. Lewat seminar international tentang banking dan financial, aku berharap dapat bertemu dengan para banker dan asset manager. Berkali kali ikut seminar. Yang aku temui hanya banker dan asset manager kelas madia. Bukan pengambil keputusan. Useless. Padahal untuk bisa ikut seminar itu aku bayar dan jadi sponsor. Akupun masuk dalam Gerakan volanter international bidang kemanusiaan, yang digagas oleh Konglomerat financial. Waktu habis, biaya terkuras, hasilnya aku hanya berinteraksi dengan pegiat kelas madia.
Lantas gimana caranya ? Dulu saat usia 20 aku pernah ikut training sales. “ Kalau anda datang menawarkan barang, orang mengukur anda dari Price. Tetapi kalau anda datang menawarkan solusi, orang mengukur anda dari value. Jadi, pastikan anda datang kepada target yang butuh barang anda karena mereka perlu solusi. Kuasai informasi target market dengan baik sebelum mendekati mereka. “ Nasehat itu sudah menjadi mindset-ku dalam dagang. Mengapa tidak aku terapkan dalam bisnis PE?. Mengapa aku tidak focus menawarkan solusi kepada mereka yang sudah dapat akses financial resource ? Kalau aku bisa deal, itu sama saja aku kuasai financial resource yang mereka punya.
Aku mulai melakukan desk research terhadap perusahaan yang bermasalah. Aku bayar konsultan riset untuk memberi daftar perusahaan besar yang bermasalah dengan investasinya. Dari data itu aku focus mencari solusi untuk dapatkan exit strategy. Selama 3 bulan aku pelajari data itu. Setiap hari aku kerja 18 jam di depan komputer dan tumpukan buku. Teman aku katakan “ riset kamu seperti orang mau ambil S3. “
Satu waktu aku dapatkan satu perusahaan yang bermasalah. Ini menjadi pilihanku sebagai target. Karena pemegang sahamnya termasuk investor bergengsi di dunia investasi. Bisnis nya hightech dan marketnya sedang tumbuh pesat. Tentu pesat juga pesaingnya. Nah perusahaan ini sedang oleng. Teknologinya memiliki layanan Internet berbasis satelit, DirecPC, namun pasangannya layanan modem kabel dari operator TV kabel. TV kabel terbukti jauh lebih menarik bagi konsumen.
Kelemahan lain DirectPC yaitu hanya bisa layanan satu arah. Usernya mengunduh data dengan melalui satelit, namun mereka perlu terhubung melalui saluran telepon untuk mengirim perintah. Tanpa punya kendali terhadap operator telp yang punya bisnis digital atau internet, investasinya akan digilas pesaing. Sementara investasi awalnya mencapai USD miliaran. Mereka perlu exit strategy sesuai dengan perubahan lingkungan bisnis. Dan itu perlu langkah strategis meyakinkan investor dan banker.
Dan aku akan datang menawarkan solusi itu kepada pemegang saham. Tetapi untuk ketemu dengan pemegang saham yang super kaya itu tidak mudah. Aku perlu waktu berbulan bulan melalui jalan ninja untuk bisa ketemu dia. Sampai akhirnya peluang bertemu itu ada. Ini aku manfaatkan dengan baik. Kalaupun deal terjadi itu deal paling naif. Aku menempatkan diri sebagai investment advisory tanpa retain fee. Kecuali success fee. Artnya aku harus ongkosi lebih dulu semua biaya arrangement. Bagiku ini berkah. Targetku bukan dapat uang tetapi akses kepada financial resource..
Setelah teken akad dengan mereka, aku dapat posisi sebagai special assignee ( penugas khusus) dari pemegang saham. Dan benar! Pintu akses terbuka lebar. Tidak ada satupun banker dan investor yang tutup pintu. Proses negosiasi atau meyakinkan investor dan banker itu sangat melelahkan dan rumit. Berlangsung berbulan bulan. lebih 10 kali aku terbang ke Eropa dan AS untuk melewati proses itu.
Sampai akhirnya aku bisa sukses dapatkan dukungan dari investor dan banker untuk program exit lewat M&A terintegrasi dalam satu business model berbasis satelit dan kabel. Dan mendorong pemegang saham melepas sahamnya hanya kepada ku. Alasan mereka, agar dapatkan harga lebih baik saat exit. Mereka setuju tanpa perlu bayar didepan. Mereka percaya. Beri aku waktu 13 bulan untuk financial closing. Setelah proses M&A selesai, aku exit lewat private placement dari 3 investor institusi. Selesai.
Setelah itu akses kepada financial resource terbuka lebar. Maka semua menjadi mudah. Peluang terbuka lebar. Unit business ku yang ada di negara lain seperti Korea, China, Eropa, Afrika dan Asia Tenggara, yang merupakan bagian dari bisnis maklon-ku, aku speedup berkembang dalam business model supply chain global. Berkat financial resource yang aku kuasai, aku leluasa mengembangkan business model. Lewat akuisisi manufaktur dan industri, aku tidak perlu lagi sewa pabrik untuk mendukung market supply chain. Setelah itu semua unit business itu aku konsolidasi dalam satu Holding company. Tahun 2013 aku sudah established. Semua menjadi mudah untuk berkembang namun tidak mudah menjaganya. Jauh lebih sulit daripada memulai. Karena sekali saja saya default, maka trust yang aku bangun akan hancur dan tidak akan akan bisa bangkit lagi.
***
Setelah semua aku lewati, Esther baru menyadari bahwa dia salah namun dia belajar dari pria kampung yang dia cintai. Dia tahu walau lingkungan bisnisku top level financial community tapi aku tetap jadi diriku sendiri, untuk hidup lebih rendah hati. " Although you are able to conquer the world, you are not swallowed up by the world. Instead, you become stronger as a person " Kata Esther.
" Banyak orang merasa menyerah ketika menghadapi kesulitan untuk hal hal baru. Perasaan ini semakin kuat ketika ada emosi yang terikat pada sebuah kegagalan atau hinaan, atau umpatan. Aku harus lawan perilaku mudah menyerah. Bahkan dalam situasi tidak tertanggungkan. Aku harus berubah sepanjang usia untuk sampai kepada sebaik baiknya kesudahan. Tida ada batas waktu untuk berubah menjadi lebih baik. Harus ada resilience dalam menghadapi setiap roadblock. Aku yakin tidak ada manusia terlahir dan tercipta dalam keadaan lebih buruk dari yang lainnya. Semua lahir telanjang. Proses yang menentukan nilai orang. Demikian sikap yang memaksaku sadar untuk bersabar melewati proses. " Kataku.
“ Enlighten me, please “ kata Esther.
“ Semua manusia terlahir dibekali kekuatan hebat. Sayangnya, tidak semua orang menyadari itu. Mereka lebih percaya hal negatif pada dirinya dan kemudian menyalahkan di luar dirinya. Akibatnya tanpa disadari dia hidup dengan victim mentality. Sikap “Ah siapa sih saya. Orang miskin. Engga punya kelas. “ Sikap ini sikap tidak bertanggung jawab atas berkah kehidupan yang Tuhan beri. “
“ Mengapa? Esther mengerutkan kening
" Diri kita adalah takdir kita. Amanah Tuhan kepada kita. Itu hanya antara kita dan Tuhan saja. Tidak ada orang lain. Kalau kita bergantung kepada orang lain, itu sangat merendahkan berkah pemberian Tuhan. ” Kataku. Esther terdiam. Dia kurang percaya itu. Karena dia atheis
“Kita harus percaya. Tidak ada yang too good to be true. Awalnya jalan itu tidak ada yang lewat. Karena penuh blukar dan onak. Mudah terluka melewatinya. Orang banyak menghindarinya. Namun karena ada yang melewatinya, jalan pun tercipta. Itu hukum kausalitas. Proses itu tidak akan kita pahami tanpa percaya kepada Tuhan. Artinya kita harus hadapi hambatan dan kesulitan itu karena yakin Tuhan Maha Penolong. Cintai Tuhan dengan prasangka baik tanpa berkeluh kesah dan tetap focus. Bahwa sesuatu yang sulit terkandung hikmah untuk kita menjadi something else. " Sambungku dan Esther keliatan masih belum paham. Aku tidak menyerah untuk mencerahkannya.
“ Penelitian yang mempelajari victim mentality menunjukkan bahwa individu dengan mentalitas korban mengalami kesulitan dalam mengekspresikan dan memproses emosi negatif, seperti kemarahan, ketakutan, dan kekecewaan. Akibatnya, mereka sering mengalami perasaan putus asa dan tidak berdaya. Cenderung berusaha membenarkan perilaku buruknya akibat ulah pihak lain. Hidupnya selalu punya alasan untuk mengeluh. Jika orang berperilaku seperti ini secara konsisten, kekuatan dalam dirinya akan meredup dan akhirnya lenyap. Dia bukan lagi makhluk bernama manusia dalam dimensi Tuhan, tetapi tak ubahnya dengan korban hewan buruan. “Kataku. Nah kelihatan Esther tercerahkan. Air Matanya berlinang. Mungkin cahaya kebenaran masuk dalam sanubarinya.
“ Perkuat spiritual mu sayang” Kataku meremas jemarinya. “ Awali dengan buang jauh jauh sikap negatif. Tanamkan pada diri bahwa aku pencipta realitas diriku, yang artinya akulah satu-satunya orang yang memiliki kekuatan untuk mengubahnya. Alih-alih mengasihani diri sendiri, percayalah bahwa begitu kita mulai menguasai pikiran, emosi, dan keyakinan, kita akan menyadari bahwa inilah satu-satunya kekuatan yang kita miliki untuk menjadi pahlawan bagi diri kita sendiri. Dan tentu kita akan tahu nikmat bersyukur akan kehadiran Tuhan dalam hidup. Tentu tahu arti mencintai. “ Kataku. Esther memelukku. “Bimbing aku menemukan Tuhan. Kamu sahabatku. “ Katanya berbisik. Aku mengangguk dan membelai kepalanya.
Terima kasih Bo... 👍✊️🙂
ReplyDeleteKepercayaan dan keyakinan pada diri sendiri juga rasa spiritual yg sangat tinggi pada Sang Maha Pencipta atas berkahnya yg luar biasa...
ReplyDeletethanks Babo
ReplyDeleteWonderful
ReplyDeleteTerimakasih Babo, berkah utk Babo sekeluarga
ReplyDelete