Friday, May 10, 2024

Monster pemangsa

 



Sehabis meeting dengan Michael Chang, saya tatap James cukup lama. Dia sempat bingung dan salah tingka karenanya. Namun akhirnya  saya tersenyum seraya berdiri menghadap kaca lebar. Menatap dari kejauhan penorama harbour Hong Kong. Tak berapa lama datang Kang dan Lee. Mereka berdua membungkuk depan saya. Saya perhatikan mereka berdua sejenak“ Lakukan sekarang! “ kata saya tegas. Mereka mengangguk dan permisi pergi.


James mendekat kepada saya. “ B, itu tadi kan Lawyer dan Shadow banker. Mereka kan mitra dari Michael Chang. Ada apa ? “ Tanya James. 


Saya diam saja. 


Akhirnya James pergi dari hadapan saya. Dia paham. Saya sedang ingin sendirian dan tak ingin bicara. Saya kembali ke meja kerja. Saya baca laporan. Tak terasa berlangsung 1 jam. Saya minta sekretaris siapkan kendaraan. Saya mau pergi Sauna di Conrad. Sebelum pergi ke sauna. James datang dengan wajah cemas.” B, saya barusan dapat telp. Michael dilarang masuk kantornya. Karena loan call dia lewat shadow banker di call. Dia harus serahkan semua konsesi tambang dan smelter nya. Mengapa?


Saya diam saja.


“ Bukankah dia mitra kita. Sudah sekian lama menjadi supply chain kita. Dan sangat setia dengan kamu. Mengapa ini bisa terjadi.” Tanya James.  


Saya diam saja. 


James menatap kosong kepada saya dan akhirnya dia mengusap kepalanya dengan kedua tangannya. Saya biarkan dia dengan dirinya sendiri. Saya terus keluar ruangan dan pergi sauna.


Belum sejam di Sauna, James dan Michael datang ke ruang sauna. Michael membully saya dengan kata kata kasar. Saya segera keluar dari kolam air hangat dan pakai kimono. Dia menendang saya. Tapi belum sampai kakinya ke tubuh saya, saya sudah sapu duluan kakinya. Dia terjatuh. Saya dirikan. Dia membungkuk dengan takut.Saya tersenyum. Dan memeluknya. Akhirnya dia berlalu.


“ Ada apa dengan dia, B? kata James dengan sejuta tanda tanya akan sikap saya.


“Jelaskan ke saya hubungan dia dengan SIDC ? kata saya dengan tatapan keras.


“ Dia punya konsesi tambang di Iran dan Afrika. Kita sebagai PI dan juga offtaker buyer. Karena itu kita dapat dukungan supply chain dari konsesi dia.” Kata James.


“ So… Ini apa ? kata saya memberikan laporan statistik delivery dan outstanding PI yang belum di delivery.


“ Masalahnya audit lingkungan memang membatasi operasi tambang. Ini masalah ESG dan international rule “ kata James.


“ Terus apa ini? kata saya menyerahkan bukti shipment ke Eropa dan AS. “ He fuck you sebagai CEO SIDC." Kata saya dengan keras. 


Jemes terkejut. 


"  Darimana kamu dapatkan dokumen itu? Kata James melihat dokumen shipment. 


" Dia sengaja bayar pegiat lingkungan untuk ributin konsesi dia agar dia punya alasan PI kita tidak bisa kerja full. Sementara melalui pelabuhan lain dia supply ke Eropa dan AS. Tapi dia lupa. Saya punya mata dan telinga. Baik di pemerintahan maupun di pesaing. Saya punya team shadow untuk tahu kelakuan dia. " Kata saya sambil hisap Cigar di tepi kolam air hangat.


“ Tapi B, bagaimanapun awal awal produksi sampai 8 tahun dia sudah berjasa besar kepada SIDC. Kita dapatkan sumber daya dengan ongkos sangat murah. Wajarlah setelah dia besar, dia bersikap seperti itu “


“ Baik.” Saya mengangguk “ Wajar juga kalau saya  membuat dia bangkrut sekarang “ Kata saya lirih.


“ Tapi..ini soal moral B.” 


“ James “ kata saya menghampirinya, duduk di sebelahnya. ” Ketika saya sholat hanya ada saya dan Tuhan saja. Tetapi setelah sholat, bagi saya manusia itu sekutu yang baik dan tentu juga musuh yang berbahaya. Saya harus commit ketika dia jaga fair play. Semua modal awal dia dari saya. Semua akses financial dia dari saya. Kurang apa dukungan saya. Namun saya juga siap tarung ketika dia mau mangsa saya. Saya fokus ke diri saya saja. Engga ada urusan dengan perasaan saat bertarung dengan nasib saya. Apalagi persepsi moral yang absurd. Hidup hanya sekali dan selesai. Mengapa kita terbawa suasana hati, Pahami itu. Hidup bukan melodrama. “Kata saya menepuk pundak James


Paham saya. Maafkan saya karena gagal memahami kamu” Kata James seraya  membungkuk depan saya. 


“ Engga perlu minta maaf. Kamu CEO SIDC dan tugas kamu kepada menagement process dan business process. Saya punya team shadow untuk awasi yang tidak terjangkau management. Michael yang mengawali perang dan ingin jadikan SIDC pecundang. Soal Perang itu urusan saya dan saya yang harus mampu mengakhiri nya“. kata saya


***

Saya undang makan siang Michael Chang. Dia datang bersama james. Saya sambut dengan senyum ketika dia sampai di table. Dia membungkuk depan saya sebelum duduk. “ Maafkan saya kemarin. Saya tidak peduli kamu bully. Emosi saya tidak akan terpengaruh. Karena saya sadar kamu sedang dalam keadaan lemah. Itu biasa saja. Namun ketika kamu bergerak berniat menyerang saya , saya bereaksi cepat. Itu replek alam bawah sadar. Maklum saya berlatih bela diri lebih dari 10 tahun. Tidak bisa saya kendalikan kalau ada serangan phisik.” kata saya dengan rendah hati.


Michael mengangguk “ Maafkan saya juga B. Saya terpancing ingin cepat besar. Sehingga memunggungi kamu. Sekarang saya sudah bangkrut. Perusahaan tambang dan smelter saya sudah diambil alih oleh Lee. Maafkan saya “ katanya.


Setelah Michael pergi, tinggal saya berdua james.


“ Bagaimana dia bisa terjebak shark loan dengan Lee? tanya James.


“ Itu karena dia bertaruh di bursa future trading. Dia merasa menguasai sumber daya sehingga dia mau kendalikan harga mineral tambang. Saya tahu. Selama dua tahun dia sukses kendalikan harga. Dia sudah dalam posisi mengabaikan saya. Wajar lah. Ya terpaksa saya hadapi perang di pasar future. Hampir setahun saya pelajari aksi dia. Dan saya berhasil arahkan dia deal dengan Felocy yang menyediakan uang untuk transaksi future. Karena itu dia terjebak ketika harga mineral tambang terus naik.


Dia terpaksa harus delivery phisik. Karena kadar kualitas mineral tambangnya di bawah market, ya terpaksa dia beli di market dengan harga tinggi. Diapun terjebak shark loan dengan Lee lewat skema REPO saham. Saat lee beri dia pinjaman nilai saham sebagai collateral hanya 30%. Tapi karena begitu besar kewajiban delivery harga sahamnya jatuh di market. 30% saham tidak cukup lagi untuk collateral. Dia harus TOPUP collateral sampai tidak tersisa lagi saham yang dia punya. “ Kata saya dengan santai sambil makan.


“ Dan Felocy itu ternyata teman player hedge fund kamu sendiri. Kamu giring dia ke sarang Serigala. Untuk dimangsa rame rame” Kata James dengan tersenyum. Saya diam saja. Hak jemes menilai apa tentang saya. “ Perusahaan Lee itu shadow banker yang juga terhubung dengan kamu sebagai pengendali” Lanjut James. Saya diam saja.


“ James. “ Seru saya. “ Walau saya dukung Michael berbisnis tambang dari nol. Saya tidak intimidasi dia dan tidak merasa superior. Ketika bisnis dia sudah besar, dia berhak menentukan pilihan sendiri. Tentu termasuk mengendalikan saya sebagai offtaker buyer dan pemilik PI. Saya tidak kecewa selagi dilakukan secara terbuka. Karena itu situasi yang sudah saya prediksi dari awal ketika saya siap mendukung dia. Tetapi jangan khianati saya. Itu sama saja tabuh genderang perang.


Dari awal saya tahu. Michael memang punya ambisi besar. Dia pekerja keras. Dia sukses, tapi kesuksesan itu tidak bisa menutupi kelemahannya. Apalagi peran istrinya sangat besar memperlemah dia. Apa ? rakus. Kerakusan itu membuat dia buta siapa lawan dia. Ya saya. Orang yang membesarkan dia. Kalau saya mudah membesarkan dia tentu mudah juga saya hancurkan dia. Kini dia membayar kerakusan itu dengan mahal. Bangkrut! Saya tidak benci dia. Tapi saya sedang memberikan hikmah kepada dia agar hidup jangan rakus” kata saya


James  mengangguk. 


Hening. 


Saya biarkan James dengan pikirannya menerawang entah kamana. Saya hisap cigar.


“ Ya rakus. " Terdengar lagi suara James. " Sifat rakus itu bukan hanya mitra dan karyawan yang digilas.  Bahkan menurut Milton Friedman bila perlu negarapun dirantai tangannya agar kebebasan pasar memberikan peluang kerakusan tanpa batas. George Soros kemudian menyebut pandangan macam itu fundamentalisme pasar; Paul Krugman menamakannya absolutisme laissez faire. “ Kata James memperluas makna rakus yang melanda dunia.


Saya mengangguk. 


“ Tapi ..” Kata James “ Pandangan Amartya Sen lain. Dia berbicara tentang perlunya perikemanusiaan, keadilan, kedermawanan, dan semangat bermasyarakat. Dan itu adalah sifat-sifat yang tak menentang Pasar. Mereka justru diperlukan Pasar agar berjalan beres. Di China standar moral itu masih di pegang dan dikawal pemerintah.  Jarang sekali sengketa bisnis diselesaikan di pengadilan yang berongkos mahal. Semua bisa diselesaikan dengan out of the court, musyawarah”


“ Seperempat abad yang lalu “ Lanjut James “ China sudah menyadari bahayanya kapitalisme tanpa regulasi. Mengapa? ketika kapitalisme bisa meyakinkan setiap orang bahwa ia dapat mengabaikan moralitas dan semangat bermasyarakat, dan hanya mengandalkan gairah mengejar kepentingan diri, sistem itu akan hancur dengan sendirinya. Baca dech buku Adam Smith, sang Nabi kapitalisme. Para penerus Adam Smith, telah keliru bukan karena sang Nabi salah. Mereka keliru karena Smith, dalam bukunya, The Theory of Moral Sentiment, tidak menganggap kehidupan bersama adalah sesuatu yang hanya dibentuk oleh Pasar, oleh kepentingan diri dan motif mencari untung. Bukan. Tetapi public spirit,  Kata James.

“ Kini memang terbukti. Pasar yang hanya mengakui bahwa rakus itu bagus pada akhirnya memaksa the fed naikan suku bunga. Pasar obligasi Negara dan korporat berbunga tinggi. Disaat likuiditas ketat, investor menentukan yield yang mereka suka. Negara dan korporat harus bayar mahal. Jelas, akibatnya bukanlah cuma sekedar mekanisme pasar yang menjerat. Yang tak kalah rusak akibat bunga tinggi dan likuiditas ketat adalah semakin rentan nya sistem perbankan. Padahal sistem uang fiat itu menjadikan bank sebagai agent of development. “ Kata saya.

“ Sekarang lucunya dengan cara China yang sangat kokoh menjaga nilai nilai  institusional di luar Pasar. Malah Dunia anggap China tidak demokrasi. Karena market regulated, termasuk kendali ketat terhadap kurs dan mata uang. Aneh. Padahal itu perlu dijaga terus menerus agar pembangunan untuk semua bisa sustain. “ Kata James.

“ Tapi di luar China itu tak mudah, Problem besar dewasa ini di negara demokrasi, dari mana nilai-nilai itu akan datang lagi dan bagaimana akan dilembagakan. Siapa yang akan secara sistematis menanam pohon, menegakkan rambu jalan, membuat perigi bersama? Bukankah kini public spirit nyaris tipis dan pengertian berbagi dirusak oleh ketimpangan sosial dan korupsi? Ini era si rakus udah menjelma menjadi moster pemangsa. Apa bisa menjinakan monster ? I dont think so” “ sambung James. Saya senyum aja. Inilah tragedi dan inilah kehidupan, yang tidak seperti melodrama.

No comments:

Post a Comment