Saya kebetulan diminta oleh mahasiswa yang sedang TA sebagai narasumber. Dia perlu wawancarai saya. Setelah sebulan lebih WA nya baru saya sanggupi untuk bertemu. Saya menerimanya di kantor saya di Jakarta Barat. Di hadapan saya ada mahasiswi. Dari matanya dia keliatan cerdas, dan penampilannya pernuh percaya diri.Saya suka. Ini ciri khas generasi Z.
“ Apa yang bapak pahami tentang industri kreatif ? tanyanya. Saya tahu dia bertanya kepada saya sebagai praktisi, bukan akademis.
“ Hape yang ada ditangan anda itu berasal dari industrin kreatif yang terpadu. Biaya material produksi 1 unit hape Iphone hanya USD 120. Circuit elektronik nya dibuat dari powder nickel. Satu hape unsur nikel hanya 2% saja. Harga Iphone dijual USD 1000/unit. Value Nickel nya hanya 0,1% dari total harga jual Iphone. Selisihnya adalah nilai ekonomi kreatif. “ Kata saya.
“ Apa saja konten ekonomi kreatif nya?
“ Ya Software OS untuk berjalannya beragam aplikasi telp pintar, yang harus didukung oleh design material, processor, memory. Yang berasal dari SDA hanya 0,1%. Sisanya 99,9 % adalah sumber daya manusia. “ kata saya.
“ Itu barang tambang. Bagaimana dengan bahan dari pertanian.
“ Ok. Kita ambil contoh perkebunan kapas. Pakaian itu bahannya berasal dari kapas, dan fibre. Di proses lewat industri tekstil dan garmen. Biaya buat satu lembar kaus tanpa kerah D&G USD 4 tapi dijual di market USD 40. Nah perbedaaan USD 36 itu adalah nilai kreatifitasnya. Artinya 90% bukan berasal dari SDA tapi berkat SDM. Sampai disini paham ya.” Kata saya.
“ Paham. “ jawabnya tersenyum. “ Lanjut pertanyaan saya. Apakah cukup sebatas produksi saja ekonomi kreatif terlibat ?
“ Tidak. Masih diperlukan kreatifitas intelektual untuk memasarkannya. Tanpa iklan, tidak mungkin D&G dikenal orang. Tidak mungkin Iphone menjadi hape premium. Di dalam iklan itu tentu ada seni yang ditampilkan lewat mix media. Tanpa art design, copy writer, visual effect, creative media, engga mungkin rancangan pakaian D&G menarik untuk dibeli orang dan tidak mungkin orang mau merogoh dompet diatas USD 1000 per unit Iphone.
Semua benda modern yang ada disekitar kita hanya 10% berasal dari SDA. Sisanya berasal dari intelektual manusia. Kalau nilai ekspor kita katakanlah USD 100 maka nilai tambah output yang didapat oleh industri di Jepang ,Korea, China dan AS, itu mencapai sedikitnya USD 10.000. Jadi paham ya, Mengapa gaji dan upah negara yang tergolong maju itu berkali kali lipat dari upah di Indonesia. Karena value SDM kita hanya 0,1% terhadap output produksi. Jadi jangan bangga bicara hilirisasi kalau industri kreatif tidak tumbuh. Bahkan sama dengan kebodohan. “
Dia mengangguk.
“ Bagaimana pendapat bapak terhadap bonus demograpi dimana penduduk indonesia itu mayoritas generasi Y dan Z. Apakah itu bisa jadi potensi besar bagi Indonesia menjadi negara maju. “ Tanyanya lagi.
“ Mengapa kamu tanyakan itu ?
“ Generasi Y dan Z kan generasi milenial. Mereka yang lahir tahun 81 keatas dan tumbuh dewasa ditengah kreatifitas kemajuan IT dan atau 4G. “ Tanyanya. Saya tersenyum.
“ Thomas Jefferson pernah berkata. “ Kata saya mencoba mencerahkan. “ Kata katanya yang terkenal, Saya harus belajar politik dan perang agar putra-putra saya mempunyai kebebasan untuk belajar matematika dan filsafat. Putra-putra saya harus belajar matematika dan filsafat, geografi, sejarah alam, arsitektur angkatan laut, navigasi, perdagangan, dan pertanian, agar anak-anak mereka berhak belajar seni lukis, puisi, musik, arsitektur, patung, permadani, dan porselen. Dari kata kata jefferson itu ada tiga genrasi. Yaitu pertama kita sebut saja generasi jadul. Doyan politik dan perang. Kedua, Generasi Modern. Doyan matematik dan filsafat. Ketiga disebut generasi Milinelial atau 4G.
Generasi jadul itu sibuk belajar ilmu politik dan perang. Orientasinya memburu kekayaan dan tahta. Apapun dia lakukan untuk mencapai itu, termasuk menjajah atau kolonialisasi. Tidak ada nilai nilai demokrasi, apalagi HAM. KKN udah jadi air susu ibu. Terbelenggu hubungan Patron-Clients. Generasi ini ditutup dengan adanya perang dunia pertama dan kedua.
Kemudian muncul Generasi modern yang merupakan kelanjutan dari revolusi industri. Generasi ini menjadikan sains sebagai obor dan alat mencapai kemakmuran. Orientasinya pengakuan diri atas dasar intelektual. Apapun sistem negaranya namun nilai nilai demokrasi dihormati. Hukum tegak. Riset dan pengembangan menjadi ciri negara modern. Tiap negara maju berlomba lomba meningkatkan anggaran risetnya. IPTEK minded. Sayang sekali kita tertinggal soal alokasi anggaran riset., Kalah jauh dengan anggota G20. Tertinggal jauh soal nilai nilai demokrasi. Artinya mindset kita membangun tetap jadul walau kita hidup di era modern.
Berikutnya, generasi 4G ya gemar belajar seni atau art. Pekerjaan kasar mengolah SDA sudah tidak lagi menggunakan tenaga manusia tetapi robot. Pengendalian proses produksi sudah menggunakan AI. Kedepan, yang bisa unggul dan survival adalah mereka yang punya skill kreatif seperti art designer, arsitektur, engineering, dokter, Financial analysis dan Financial engineering, media planner dan creative media, lawyer, product development designer, dan lain lain. Mereka menikmati financial freedom karena kompetensi.
Mereka yang hidup dari skill profesional itu sebagian besar menggunakan otak kanan. Orientasi berproduksi patuh kepada standar ESG. Tidak lagi focus mendapatkan pengakuan diri dari luar. Tetapi lebih focus kepada nilai nilai dari dalam dirinya sendiri atasa dasar nilai nilai spiritual. Nah karena mereka punya kemampuan mengakses informasi, mereka kaya akan literasi. Membuat mereka berpikir terbuka tanpa harus menjadi follower buta. Mereka tumbuh dan berkembang diluar bayang orang tuanya dan tidak terikat dengan patron. Mereka sangat mandiri dari standar nilai jadul dan tidak terpengaruh dampak buruk dari modernitas yaitu hedonisme. “ Kata saya. Seruput kopi. Dia menyimak.
“ Nah kalau anda paham yang saya maksud dengan generasi milenial seharusnya anda juga paham bahwa milinenial itu bukan pada usia tapi mindset. Walau usia anda termasuk milienial tapi sikap hidup dan gaya hidup jadul ya tetap aja jadul. Tidak bisa dikatakan sebagai bonus demograpi yang bisa menjadi mesin pertumbuhan menuju negara maju. Paham ya.” kata saya. Dia menggangguk. Pertemuan itu berakhir karena saya masih ada janji dengan tamu. Tapi mahasiswi itu mengatakan sudah cukup puas dengan penjelasan saya.
Kok gak aktif posting lagi di fb babo?
ReplyDelete