Tahun 2008, di Rotterdam saya bertemu dengan mentor saya dalam bisnis keuangan. Tadinya dia berkarir di wall street sebagai investment banker. Dia mengundang saya minum teh di apartement nya di Utrecht. “ Saya kangen indonesia. Kangen sukabumi. Di situ leluhur saya pernah tinggal. "Katanya sambil memperlihatkan album tempo doeloe. “ betapa kami pernah berbuat kesalahan dimasa lalu dengan bangsa kamu. Tapi kalian selalu penuh senyum kepada kami. Seakan telah melupakan masa lalu. Kalian tidak pernah dendam kepada Bangsa lain walau pernah menjajah. Karena yang kalian perangi sebenarnya adalah ketidak adilan.“ katanya berlinang air mata.
“ Bangsa Indonesia itu bangsa hebat. Bangsa pemberani. Tapi juga bangsa yang punya nilai nilai budaya yang halus, yang menghormati orang terpelajar nan bijak sebagai sumber inspirasi untuk cinta dan kasih sayang. “ Kata Daniel. “ Sejauh itu sejarah kehidupan nusantara yang dikuasai kerajaan berkembang berdasarkan nilai budaya itu. Tentu semua bersumber kepada agama. Seperti kerajaan Hindu, Kutai , Tarumanegara, Sriwidjaya, Mataram Kuno.
Namun sejak abad ke 9 munculah paham feodalisme. Kerajaan Majapahit sudah menerapkan sistem feodalisme itu untuk mengembangkan wilayah kekuasaannya. Feodalisme berasal dari bahasa Inggris feudalism. Kata feudal berasal dari bahasa Latin feudum yang sama artinya dengan fief, yakni sebidang tanah yang diberikan untuk sementara, bukan hak milik permanen, maksudnya hanya selama dia menjabat, kepada seorang vasal. Vasal adalah penguasa bawahan atau pemimpin militer, sebagai imbalan atas pelayanan yang diberikan kepada lord sebagai pemilik tanah tersebut. Inti dari feodalisme adalah tanah sebagai sumber kekuasaan, orang yang berkuasa adalah orang yang punya tanah.
Namun kekuasaan Majapahit berlahan lahan runtuh karena masuknya pengaruh Islam ke Nusantara. Islam menawarkan ajaran egaliterian. Jelas saja sangat cepat diminati oleh rakyat yang merasa diperlakukan tidak adil oleh kekuasaan. Dengan cepat islam diterima secara luas termasuk oleh keluarga kerajaan Majapahit terutama para vasal yang ada di beberapa wilayah taklukan majapahit. Setelah wafatnya Hayam Wuruk terjadilah perebutan kekuasaan antara keluarga kerajaan. Antara anak kandung dengan anak selir. Perang saudara melemahkan Majapahit.
Sejak itu beberapa wilayah kekuasaan Majapahit memisahkan diri, akhirnya pada abad ke 14 runtuhlah kerjaaan Majapahit. Kemunculan Kerajaan Demak sebagai contoh bangkitnya para vasal. Itu terjadi pada masa kemunduran Kerajaan Majapahit. Pada tahun 1478 Demak menjadi Kerajaan Islam pertama dan terbesar di pesisir Pulau Jawa. Kerajaan Demak merupakan pelopor penyebaran agama Islam di Nusantara lantaran dukungan para Wali Songo.
Pada abad ke 17 Belanda melalui VOC konsorisum dagang Belanda masuk ke Indonesia. Mereka datang untuk berbisnis yang tentu direstui oleh kerajaan. Kebetulan saat itu sering terjadi konflik internal antara keluarga kerajaan. Konflik ini membutuhkan dana untuk menang. Dan VOC menawarkan senjata dan meriam kepada kerajaan untuk menumpas kaum oposisi kerajaan. Perang saudara yang tak berkesudahan ini membuat kerajaan itu bangkrut dan tidak bisa membayar utang kepada VOC. Karena itu pada abad ke 18 VOC juga bangkrut. Kebangkrutan VOC di bailout oleh kerajaan Belanda. Sejak itulah hubungan Belanda dengan Kerajaan bukan lagi bisnis tapi sudah masuk kolonialism.
Sistem kolonialisme itu tidak secara langsung tapi lewat kolaborasi dengan sistem feodalisme kerajaan. Itu berlangsung lebih dari 2 abad. Ketidak adilan terjadi meluas. Seperti sistem tanam paksa pada abad ke 18 dan kewajiban bayar pajak, yang tidak mampu bayar ya kerja paksa atau kerja Rodi. Lewat sistem inilah Belanda membangun unit business tambang, perkebunan. Dari proses ini membuat elite bangsawan kerajaan semakin kaya, pedagang etnis China yang dekat dengan bangsawan menikmati rente. Suap dan upeti menjadi jadi. Sementara rakyat semakin miskin. Wabah kelaparan melanda Jawa.
Karena itulah muncul lagi gerakan islam untuk keadilan, yang dimotori oleh kaum pedagang. Pada tahun 1906 Serikat Islam mengadakan kongres yang pertama kali. Gerakan untuk keadilan melawan kolonialisme Belanda ini bersifat universal dan dari gerakan ini, dua tahun kemudian munculah gerakan kebangsaan yang dikenal Boedi utomo. Kamu tahu, Gerakan Boediutomo ini dimotori kaum terpelajar yang sebagian besar dibina oleh gerakan kaum fremason, gerakan international elite Yahudi. Sepertinya karena prinsipnya sama yaitu soal keadilan, maka gerakan ini langsung diterima oleh Sarikat Islam. Yang dalam proses berikutnya munculah komunis international untuk memperjuangkan nasip buruh. Itu juga didukung oleh sarikat islam. “ Lanjut Daniel.
“ Jadi sumber penyebab terjadinya perubahan karena gerakan islam itu sendiri dan itu dipicu oleh mengakarnya feodalisme. “ Kata saya menyimpulkan.
“ Benar. “ kata Daniel seraya mengangguk. Dia terdiam. Saya juga menanti selanjutnya dia berbicara. “Kita tahu. “ Lanjut Daniel. “ Sejarah mencatat, sebelum teks proklamasi dibacakan pada 17 agustus 1945 silam, yaitu ketika teks itu dirumuskan. Terdapat salah satu perubahan signifikan pada naskah, dimana awalnya ditulis Wakil-Wakil Bangsa Indonesia dengan ditandatangani oleh 50 (lima puluh) orang yang hadir, kemudian atas usul Sukarni, dirubah menjadi “Atas Nama Bangsa Indonesia” dan ditandatangani oleh Bung Karno dan Bung Hatta.
Perubahan tersebut, lanjut Daniel, secara simbolik menjadi pertanda tertutupnya pintu feodalisme di Indonesia. Inilah pertama kalinya dalam sejarah Bangsa Indonesia, kata bangsa atau rakyat mempunyai arti yang sangat penting. Peristiwa tersebut secara simbolik merupakan pertanda kemenangan Rakyat Indonesia, bukan hanya wakil-wakil Bangsa Indonesia”, tukasnya. Kemerdekaan Indonesia sesungguhnya merupakan pertarungan antara “atas nama rakyat” dan “wakil-wakil bangsa Indonesia”, yaitu pertarungan antara demokrasi dan feodalisme. Dari teks proklamasi tersebut, kita bisa melihat bahwa sudah tertutup pintu untuk feodalisme. Ini menjadi semangat apocalipso rakyat mempertahankan kemerdekaan demi tegaknya keadilan bagi semua”, terangnya.
“ Kamu tahu engga. “ Lanjut Daniel kemudian “ Perang dunia kedua memang sadis. Apalagi perang pacific. Tetapi perang yang paling brutal dan heroik adalah perang Ambarawa. Tidak sedikit pasukan sekutu yang mati. Dan memaksa mereka keluar dari Ambarawa dengan malu. Mengapa malu? karena walau serangan tentara rakyat itu terkesan bunuh diri namun mereka lakukan dengan sangat terorganisir. Mereka sudah menerapkan strategi perang modern.
Sebelum serangan kolosal dilakukan. Sistem komunikasi pasukan sekutu sudah mereka lumpuhkan lebih dulu lewat serangan khusus pasukan komando. Itu fatal sekali bagi sekutu. Dengan putusnya komunikasi, praktis pasukan sekutu terisolasi dari pasukan induknya. Mereka juga lumpuhkan jalan darat . Jadi benar benar di kepung. Tidak memungkinkan pasukan sekutu bisa keluar dari kepungan.
Ya bagaimanapun harus diakui. Walau mereka sangat cerdik namun juga konyol. Mengapa konyol? karena mereka sengaja mengepung pasukan sekutu sampai peluru habis. Setelah itu mereka giring perang terbuka. Perang kuno. Senjata tajam tanpa bedil. Golok beradu dengan sangkur, bayonet. Itu seperti ladang pembantaian bagi pasukan sekutu. Para pejuang Indonesia sangat mahir menggunakan senjata tajam dan bambu runcing dan mereka sangat tenang menjemput maut. “ katanya dan hening. Saya tetap setia menyimak.
“ Bagaimana mungkin para prajurit usia belasan tahun. Bahkan Sudirman, Komandan tempurnya berusia 29 tahun. Bisa mengalahkan pasukan sekutu. “ Katanya dengan tatapan kosong. Itu dia dapat cerita dari ayahnya yang pernah bertugas di Indonesia sebagai tentara sekutu. Lantas apa yang menyebabkan mereka begitu militan dan nekat. Tanyanya kepada saya. Saya diam saja. Saya siap menyimak.
Menurut saya, lanjut Daniel. “ itu karena ada fatwa ulama sejawa tentang perang Jihad. Fatwa itu bukan tentang perang agama. Tetapi perang jihad untuk keadilan. Jadi nilai jihadnya sangat universal. Tidak sekterian. Makanya diikuti oleh seluruh golongan. Hampir semua pondok pesantren mengirim santrinya untuk berjihad. Bahkan Kolonel Soedirman sebagai Panglima Divisi V Purwokerto menjadi komandan lapangan, adalah komandan Hizbul Wathan, kepanduan di bawah Muhammadyah. Kebetulan dia juga guru Muhammadyah. Pada setiap moment perjalan sejarah bangsa indonesia, semangat egeliter islam sebagai pemersatu perang melawan ketidak adilan. Kekuatan indonesia itu ada pada Muhammadiah dan NU“ Daniel terdiam lagi. Saya setia menyimak.
Kini feodalimse tetap exist. Ya feodalisme gaya baru. Rasio GINI lahan sangat timpang. 1% rakyat menguasai 60% lahan dan ruang. Pada setiap konflik agraria dimana hak equality rakyat dihadapan hukum tidak ada. Tidak ada bargain rakyat dihadapan pemodal. Selalu penguasa atas nama kepentingan pemodal memaksakan aturan soal ganti rugi dan ganti untung. Ya pemodal itu sama seperti kolonialisme yang memberikan bantuan dana kepada kaum vadal lewat Pilpres dan Pilkada agar berkuasa, dan selanjutnya bekerja untuk kepentingan pemodal.
Ini PR bagi bangsa indonesai terutama generasi muda untuk terus memperjuangkan keadilan, dengan cara menghancurkan feodalisme. Saya merangkul Daniel dengan tersenyum. Dia paham akan sikap saya. Satu satunya cara meraih masadepan yang lebih baik adalah dengan cara mengubah masa lalu. Ya hari ini berbuat , belajar pada masa lalu untuk hari esok yang lebih baik.
Suwun uda...sudah menceritakan hal ini...tentu akan bermanfaat buat anak2 sekarang
ReplyDeleteMksh Uda guru..
ReplyDeleteHatur nuhun
ReplyDelete