Thursday, June 01, 2023

Sikap egaliter...



Saya bertemu dengan Donald di Kantor Yuan Holding di Singapore . Dia pria AS. Usianya belum 30 tahun. Keliatan sangat belia. Namun cerdas. Penampilannya sangat plamboyan. Kartu namanya di design oleh designer top dunia. Setelan pakaianya, jam tangan dan cincin, itu bisa diatas USD 200.000. Saya tidak terpesona dengan penampilannya. Kalaulah bukan fund manager kelas dunia yang merekomendasikan, tentu saya sudah tolak bertemu. Yona, CEO Yuan Holding Singapore. mendampingi saya selama pertemuan itu.


Selama presentasi business yang dilakukan Donald, saya hanya menyimak. Tentang kecanggihan Fintech nya untuk microfinancing. Dilengkapi dengan system canggih semacam blockchain yang memungkinkan data pelanggan bisa terlacak lewat cloud. Sehingga memudahkan analisis credit record setiap user calon penerima fasilitas pembiayaan.


Usai dia presentasi, saya hanya mengangguk tanpa memberikan komitmen apapun. Tapi saya menjanjikan dia akan bertemu dengan team  Business Development Group Yuan Holding di Hong Kong. Tentu setelah profile dia lolos standar due diligent mereka. Setelah dia pergi, saya katakan kepada Yona, “ Dia anak muda, punya ambisi besar. Walau dia didukung oleh milyarder Wallstreet namun saya tidak percaya. Bukan tidak percaya dengan tekhnologinya tetapi tidak percaya dengan dia secara personal. Dia masih perlu waktu untuk belajar dari kehidupan ini. “


Saya pergi makan siang bersama Yona. Dia mengatakan, orang China menyebut ada dua Cinta sumber kerusakan di muka bumi ini. Pertama adalah kekuasaan. Kedua adalah uang. Namun bagaimanapun Kekuasaan dan uang itu bagus kalau tidak terlalu dicintai. Datang tidak diharap dan pergi tidak disesali. Uang juga sama. Masalahya gimana menanamkan sikap tidak mencintai keduanya?


Benar, kata saya. Dunia itu sendiri terpolarisasi atas dasar uang dan kekuasaan. Antara mereka yang punya  dan mereka yang tidak. Ekonomi global, hubungan internasional, dan politik, melahirkan sistem bertumpu kepada uang dan kekuasaan. Baik pemerintah, korporat, individu sama saja.  Sebagian orang memiliki uang tetapi tidak kekuasaan. Orang lain mungkin memiliki kekuasaan tetapi bukan uang. Yang lain lagi mungkin memiliki uang dan kekuasaan, tetapi dibebani keluarga berakhlak buruk karena kurang waktu kebersamaan. Beberapa dapat menghabiskan seluruh hidup mereka untuk mendapatkan uang dan kekuasaan. Berakhir  dengan penyakit yang tidak dapat disembuhkan oleh uang dan kekuasaan. Tidak ada yang benar-benar upaya memiliki itu berujung kepada kecerdasan hidup, kecuali kebodohan yang sia sia.


Kita dilahirkan dalam sebuah keluarga. Artinya sudah kodrat kita tidak bisa hidup sendiri. Hari ini bisa saja kamu kaya dan hanya berteman dengan orang kaya saja, dan tidak peduli kepada mereka yang miskin. Tapi saat kamu jatuh miskin, mereka lebih dulu menjauhi kamu. Pejabat yang merasa terlalu kuat dan merasa tidak layak berinteraksi dengan teman dan kerabatnya yang jelata, bisa saja saat kehilangan kekuasaan, tidak ada teman politisi akan menolongnya. Orang malang yang kamu abaikan hari ini bisa jadi adalah orang yang menjadi tongkat kamu dikemudian hari. Dunia berputar-putar – saat siang hari bagi kita sekarang, mungkin saat ini malam hari bagi orang lain. Dengan cara yang sama, Tuhan dapat mengubah keadaan dalam sekejap sehingga orang yang kita  pandang rendah hari ini akan diangkat ke jabatan atau posisi yang tinggi besok. Jadi rendah hati dan menjauh dari hedonisme adalah sikap cerdas hidup.


Sebaliknya orang bodoh berperilaku berbeda. Beberapa dari mereka bertingkah laku dengan sikap saya-tidak-peduli, berpikir bahwa mereka akan selalu kaya dan berkuasa.  Mengejar uang dan kekuasaan telah mengikis nilai-nilai kemanusiaan yang adil dan beradab. Kini egosentrisme mengambil alih. Uang, yang awalnya dimaksudkan sebagai ukuran pertukaran barang dan jasa, kini menjadi alat untuk pelecehan, kesombongan dan pamer. Kekuasaan,  yang seharusnya digunakan untuk kemajuan masyarakat secara umum, kini menjadi alat penindasan, intimidasi dan eksploitasi. Kadang dalam upaya untuk mengamankan apa yang mereka anggap sebagai masa depan bagi  kelompok dan keluarga mereka,  mereka mengabaikan hak politik berkeadilan sosial bagi semua. Namun sikap seperti itu hanya mengundang cemoohan dan gelak tawa alam. Alam memandang orang-orang seperti itu dan berkata,


“Kamu hanya terbuat dari tenah lempung termodifikasi lendir sperma. Siapa kamu yang merasa pantasi menaikan dagu di bumi ini?”  Karenanya sadarilah bahwa kita di posisi kita  hari ini, karena Tuhan telah memberi kita hak istimewa. Hak apa? menerima titipan saja, bukan hak memiliki. Masa depan itu ada dalam genggaman Tuhan. Kita tidak tahu siapa yang akan jadi presiden, konglomerat di masa depan. Yang jelas tidak ada yang abadi. Sekuat apapun menggenggam kekuasaan, ia pasti berlalu. Sebanyak apapun harta, itupun pasti berlalu.  Manusia tidak bisa mewariskan kekuasaan dan harta abadi kepada keturunannya. Orang bijak memahami misteri ini dan berusaha untuk selalu cerdas. 


Beberapa orang menggunakan uang untuk membeli pengaruh politik kekuasaan. Menipu rakyat dengan data lembaga survey dan statistik, hasil pemilu. Dengan uang pula mereka memacu mesin politik untuk berkuasa lewat cara culas. Bisa saja mereka mampu menutupi akibat dari tindakan mereka. Tapi mereka tidak bisa menutupinya dari hati nurani.  Hati nurani adalah bank data Tuhan yang ditanamkan di dalam diri kita. Ini menyimpan semua percakapan, tindakan, dan pikiran kita. Hati nurani seperti hard drive komputer yang menyimpan semua yang pernah dilakukan di komputer itu. Bahkan data yang telah di hapus di hard drive, ada program yang dapat digunakan untuk  mengembalikan semua yang telah dihapus. Jadi, kita dapat memanipulasi segalanya dengan uang dan kekuasaan, tetapi kita tidak dapat memanipulasi hati nurani dan Tuhan.


Gunakan uang dan kekuasaan untuk mempengaruhi kehidupan orang lain agar mereka lebih baik. Jangan terbawa arus cinta sesat akan uang dan kekuasaan. Gunakan uang dan kekuasaan itu karena kebutuhan berbuat baik bukan kesombongan. Berbuat baiklah kepada keluarga,  dan sesama. Karena tidak peduli berapa banyak uang dan kekuasaan yang kita miliki, ketika mati kita masih butuh orang lain untuk menguburkan kita. Tuhan inginkan kita untuk menjalani hidup dengan rasa sukur.  Jadi hiduplah rendah hati, dan bersikaplah egaliter. Karena pada akhirnya hidup ini bukan apa yang kita dapat tetapi apa yang kita beri. Demikian wejangan saya kepada Yona. Dari tadi dia menyimak dengan seksama. 


“ Saya bekerja di Yuan Holding lebih 10 tahun. Selama itu saya tidak pernah duduk bersama anda. Setelah jadi CEO Yuan Singapore bulan lalu, baru kali ini saya bertemu dan makan siang bersama anda. Kadang timbul suspect dalam pikiran saya terhadap anda. Benarkah anda pengendali dari Yuan Holding group?. Hidup ada sangat sederhana. Bahkan pada komunitas  kelas menengah, anda jauh lebih sederhana. Apalagi dikomunitas kaum the have. Tapi hari ini saya dapatkan jawaban atas sikap anda. “ Kata Yona. Saya senyum saja. Karena sejak dia jadi ekesekutif di Yuan, tentu tugas saya membinanya secara spiritual. Value eksekutif ada pada kekayaan spiritualnya. Pemimpin hebat bukan karena intelektualnya tetapi karena spiritualnya.


***

Tiga bulan kemudian saya dapat telp dari BDG, bahwa Donald tidak lolos qaulifikasi berbisnis dengan Yuan. Tahun 2022 saya dapat kabar dari Yona bahwa Fund Manager first class tuntut Donald ke pengadilan karena fraud. Dia palsukan data user dengan sangat canggih secangih Fintech nya yang membuat institusi keuangan kelas dunia bisa tertipu ratusan juta dollar AS. Sikap egaliter saya selalu menolong saya dekat dengan orang baik dan terhindar dari orang jahat...

3 comments:

  1. Anonymous5:15:00 PM

    Terimakasihku....

    ReplyDelete
  2. Anonymous5:40:00 PM

    Sudah kubaca habis Babo. Trims

    ReplyDelete
  3. Selalu di lindungi dari mereka yang berniat jahat ya Babo - Ejb, kebeningan hati dan nurani menjadi pengarah yang menuntun kepada kebaikan, itulah cara Tuhan YME melindungi hamba Nya yang setia, pada cinta kasih kepada sesama..🙏

    ReplyDelete