Friday, June 30, 2023

Rakyat second class di Indonesia

 




Tahun 90a saya pernah dapat tawaran dari relasi di Singapore. Bahwa dia minta saya membangun kebun sawit dan kemudian dia akan beli kebun itu dengan harga di tentukan didepan. Bagaimana modal? Engga usah kawatir. Dia akan kasih pinjam. Nanti akan di perhitungkan ketika lahan siap ditanam. Katakanlah perhektar dia buka harga Rp. 25 juta. Sementara ongkos real untuk buka lahan hanya Rp. 20 juta. Jadi saya untung Rp. 5 juta. Nah kalau 5000 hektar , hitung sendiri berapa saya untung? Tapi bisnis mudah itu saya tolak. Karena secara moral tidak bisa saya terima. Saya tahu persis dia hanya ingin memanfaatkan kelemahan saya saja untuk dapat untung besar. Mengapa ? Mari saya ceritakan…


Contoh ada teman  broker. Ia dapat order jual kebun sawit kepada pengusaha singapore. Dia buat PT untuk dapat izin Perkebunan Besar Sawit. Dia tidak ada modal. Namun pengusaha singapore kasih dia modal untuk membuka kebun itu.  Bila lahan masih hutan, dia tebang. Kayunya dia jual. Hasil jual itu masuk kekantongnya. Kalau lahan rakyat , dipaksa jual oleh aparat dengan harga murah.  Lahan dibersihkan dengan menyerahkan kepada kontraktor land clearing agar bisa di tanam sawit. Setelah proses land clearing selesai, tuganya selesai. Selanjutnya transaksi jual beli saham antara dia dan pengusaha Singapore di lakukan. Pengusaha singapore menunjuk proxy lokal sebagai pemegang saham. Dia menerima uang penjualan saham itu setelah di potong modal  awal yang dia terima. Kesimpulannya dia tidak keluar modal. Hanya andalkan kedekatan dengan penguasa, dia bisa kaya raya tanpa resiko apapun.


Tapi apa yang terjadi dari proses bisnis tersebut diatas? Banyak pihak yang tanpa alasan rasional menerima uang.  Saya katakan tidak rasional karena memang tidak ada alasan yuridis atau moral mereka terima uang. Siapa itu ? Lurah, camat, Bupati sampai Gubernur kebagian uang. Belum lagi pejabat  yang berkaitan dengan  perizinan konsesi itu  semua terima uang. Kemudian para kotraktor land clearing mendapatkan uang tidak wajar  karena dia hanya membakar lahan dan engga peduli dampak lingkungan. Konsultan lingkungan dapat uang tidak wajar karena dia buat studi hanya copy paste dari studi yang pernah di buat tanpa melalui studi menyeluruh secara objective. Konsultan projek membuat perencanaan juga dapat uang tidak wajar karena dia juga hanya copy paste.  Seharusnya mereka dibayar karena skill nya tapi mereka kerja ala kadarnya. Karena tahu pekerjaannya hanya pelengkap formal syarat di keluarkannya izin. Dan tahu bahwa pejabat juga tidak peduli kalau syarat itu benar valid atau tidak.


Kemudian setelah transaksi pelepasan saham di lakukan, pengusaha singapore menyediakan equity 30% dari nilai proyek kebun sawit + PKS, dan 70% dari bank lokal  untuk melakukan proses penanaman dan produksi. Ketika produksi, CPO di beli oleh pengusaha singapore dengan harga murah. Maklum itu memang kebun dia sendiri. Pemegang saham hanya proxy saja. Jadi kesimpulannya pengusaha singapore dapat resource dan dapat juga modal dari bank lokal. Dan mereka mendapatkan laba dengan pengorbanan kecil. 


Dari skema bisnis inilah membuat para pejabat kaya raya, anggota DPR kaya, Konsultan kaya, kontraktor kaya, LSM dan Ormas kaya, semua kecipratan uang dari menjarah sumber daya lahan nasional. Mengapa ? karena merekalah gerombolan bandit kelas menengah yang saling melindungi agar hidup makmur. Mereka membuat singapore makmur. Bergaya hidup hedonisme di kota kota mahal di luar negeri. Memanjakan diri ditempat berkelas. Punya selir di semua apartemen mewah yang di belinya, anak anak sekolah di luar negeri. 

Bagaimana dengan Rakyat kecil ? mereka hanya jadi buruh kasar. Kadang tanahnya di rampas paksa. Kalau harga CPO jatuh , pengusaha sawit surrender. Yang korban ya bank dan rakyat. Untunglah, setelah melalui perjuangan keras di tataran elite politik akhirnya sejak tahun 2016 Jokowi berhasil menghentikan skema ini yang telah berlangsung puluhan tahun.


***

Satu waktu Ira mengajak saya ikut tour bersama Peneliti Pembangunan Manusia yang berafiliasi dengan lembagan penelitian dari Luar negeri. Ira mengenakan celana denim dan kaus lengan panjang. Tak lupa topi warna putih. Saya tidak suka acara ini. Usia saya tidak muda lagi. Dulu ketika usia masih 40 tahun. Saya pernah ikut dalam program volanteer kemanusiaan di China wilayah Barat. Kami tidak melakukan survey dengan tanya jawab seperti petugas sensus. Itu pasti menyesatkan. Jadi kami tinggal bersama rakyat di desa yang serba bersahaja. Walau hanya 10 hari kebersamaan dengan mereka. Kami punya bahan lebih cukup untuk membuat laporan. Pasti valid.


Team ira ada 5 orang. Wanita hanya Ira seorang.  “ Tujuan survey kami adalah petani sawit program transmigrasi di Jambi” Kata Ira saat di pesawat.  Ira tahu bahwa saya punya mitra yang mengelola kebun Sawit lebih dari 10.000 hektar di Sumatera. “Kalau dihitung dengan luasnya lahan dan besarnya sumber daya alam untuk menjadikan indonesia sebagai pengahasil sawit nomor 1 dunia, rasanya tidak seimbang dengan  rusaknya ekologis dan hancurnya modal sosial yang ditimbulkan. Nyatanya kita tidak bisa membangun tampa hutang. Debt trap terjadi. Tanpa hutang APBN tidak bisa ekspansi“ Kata Ira.  


Saya tidak mau berdebat. Bagaimanapun ira benar tapi pemerintah juga benar. Hutang itu soal dilema. Jepang dan Singapore berhutang karena rakyatnya kaya. Agar kelebihan pendapatan rakyat dapat disalurkan Pemerintah lewat surat utang negara. Denngan begitu tidak ada sumber daya uang rakyat yang nganggur. Rakyat dapat side income dari sleeping income lewat surat utang negara. Tapi seperti Indonesia, dan negara Afrika, Amerika Latin, lainnya, mereka berhutang kepada pasar uang. Sebagian besar rakyat tetap miskin. Surat utang itu semakin membuat segelintir orang kaya semakin kaya dan menikmati financial secure. Yang miskin tetap miskin. Ya faktor rasio GINI yang timpang.


Sampai di  Bandara Sultan Thaha Saifuddin, Jambi tidak ada yang menyambut. Kami terus ke Hotel. Malamnya kami diskusi di cafe. Saya lebih banyak mendengar. Mereka semua S3 dari luar negeri. Tentu mereka lebih terpelajar dan paham. “ Besok pagi kami akan anjangsana ke  Kantor Polda Jambi dan kantor dinas pertanian Pemda untuk kulonuwon. Surat sudah kami kirim dan izin sudah didapat sebelumnya. Katanya TNI akan siapkan petugas pengawal. “ kata Ira. Saya mengangguk saja.


Tujuan lokasi survey adalah Desa yang ada di Kecamatan Maro Sebo Ulu, Kabupaten Batanghari. Desa itu memang hidup dari betani Sawit. Mereka tadinya adalah transmigran yang didatangkan dari Jawa untuk mengurani beban jawa yang semakin padat. Mereka sudah punya sertifikat lahan yang memang dibagikan untuk mereka bisa sejahteran di tempat yang baru. “ Di daerah ini banyak terjadi konflik agraria. Jadi hati hati. Karena mata mata pengusaha kebun ada dimana mana. Mereka berlaku seperti preman“ Kata petugas TNI yang mendampingi kami. 


Kendaraan berhenti di depan rumah yang berukuran tidak lebih 40 meter. Pemilknya orang jawa. Namanya Pak Maman. Dia bagian dari rombongan transmigrasi program PIR. Tidak perlu tanya lebih jauh. Dari keadaan rumah dengan perabotan yang cukup bernilai dan motor hondar metik terpangkir depan rumah. Menurut saya untuk ukuran orang desa, dia termasuk makmur. 


“ Tahun lalu kebun sawit saya digusur untuk bangun parit besar. Saya protes tetapi pengawas proyek dari perusahaan Kebun Besar Sawit mengatakan itu bukan tanah saya. Tapi milik orang lain. Dan mereka sudah bayar. “ Kata pak maman dengan raut wajah sedih. “ Padahal tanah itu saya terima  dari pemerintah secara resmi. Itu tanah program tranmigrasi. Sertifikatnya keluar sejak 2010” Lanjutnya. Kami semua menyimak.


“ Saya tidak berdaya. Mereka berjanji akan membayar ganti rugi. Nyatanya sampai sekarang tidak ada ganti rugi. Sekarang saya tidak ada uang untuk biayai anak anak sekolah. Untuk menyambung hidup, saya terpaksa kerja sebagai buruh  tebas di perusahaan sawit. Sehari kerja upahnya Rp. 100.00. Tapi, tidak setiap hari kerja. “ Kata pak maman dengan tatapan kosong. Maman tidak sendirian. Bersamanya ada 200 KK yang total lahan mereka ada 308 hektar. Lahan usaha 108 hektar dan 200 hektar lahan milik. Sudah banyak aktifis berjuang membela mereka tapi akhirnya kandas begitu saja.


Keadaan Pak Maman juga terjadi pada petani sawit di kecamatan lainnya. Penyerobotan tanah kebun sawit petani terus terjadi. Tak sedikit keluarga yang jatuh bangkrut dan kehilangan sumber pendapatan.Sebenarnya luas lahan usaha mereka tidak cukup untuk makmur apalagi harga tandan murah. “Bila mengandalkan sawit di rumah hanya ada 335 batang, paling hanya 200 kilogram. Tidak cukup untuk kebutuhan,” kata salah satu penduduk desa. “ kami terpaksa juga jadi buruh kebun sawit “ lanjutnya. Kunjungan itu tidak lama. Team ira lebih memilih kembali ke Hotel menjelang malam hari. 


Di hotel mereka sibuk diskusi tentang keadaan lapangan yang baru saja mereka tinjau. Itu bukan hanya terjadi di Jambi, tetapi hampir diseluruh wilayah perkebunan sawit. Termasuk di Kalimantan dan Papua. Saya menyimak saja. Mengapa ini terus terjadi? Tentu kalau ditanya pemerintah alasannya sangat rumit. Tidak mudah diselesaikan. Tapi sebenarnya kalau hukum tegak atau law enforcement jalan. tidak ada yang rumit. Keadaan menjadi rumit karena mental korup dari tingkat daerah maupun pesat. Semua bermain termassk aparat hukum. Selalu yang menang adalah Pengusaha besar.


Bagaimana bisa rakyat melakukan perlawanan? tanya Ira.  


“ Rakyat tidak punya apa apa untuk melawan. Semua sumber daya dikuasai negara. Seharusnya pemimpin yang dipilih langsung oleh rakyat membela mereka. Bukankah sistem demokrasi, rakyat mengamahkan nasipnya kepada legislatif, gubernur, bupati dan presiden yang mereka pilih langsung. Kalau amanah rakyat itu tidak dilaksanakan. Maka itu salah mereka sendiri mengapa pilih orang brengsek. Begitu logikanya. 


Sebenarnya biang persoalan adalah partai yang diharapkan ternyata gagal mencetak pemimpin yang punya hati. Itu karena kepentingan pemodal ikut terlibat dalam setiap Pilkada, Pilgub dan Pilpres. Faktanya dari 53 juta hektare pengusahaan lahan yang diberikan pemerintah, hanya 2,7 juta hektare yang diperuntukan bagi rakyat, tapi 94,8 persen bagi korporasi“ Kata saya.


“ Aktor politik sebenarnya adalah pengusaha. Di hadapan pengusaha,  apapun bisa dibeli.  Dari aparat level terendah sampai atas, dari LSM kelas nyamuk sampai nasional. Dari tokoh kelas capung sampai tokoh nasional. Dari pedagang sampai makerlar, menikmati uang dengan cara mengorbankan hak rakyat. Pengusaha  itu menghamba kepada cukong asing  dan menindas kepada rakyat miskin” Kata Ira. Saya mengangguk.


“ Mental pengusaha itu bukan hanya culas kepada rakyat, mereka juga culas kepada negara. Penyeludupan CPO itu sudah berlangsung sejak 15 tahun lalu. Penyebabnya karena disparitas harga lokal dengan harga ekspor jauh sekali. Pengusaha menghindari DMO dan bayar pajak ekspor. Tidak peduli karena itu kebutuhan dalam negeri kurang untuk bahan baku minyak goreng. Tidak peduli negara suffering karena devisa hasil ekpor parkir di luar negeri.


Belum lagi dana iuran perusahaan sawit dibawah Badan Pengelola Dana Perkebunan Sawit. Dari tahun 2015 sampia 2019, terkumpul Rp 43 triliun. Dari dana terkumpul itu sebesar Rp. 38,7 triliun digunakan untuk memenuhi insentif mandatori biodiesel. Petani hanya dapat tak lebih 2% dari dana terkumpul itu. Padahal petani juga ikut menyumbang sekitar Rp. 150/kg buah tandan” Kata salah satu team Ira.


“ Semakin lama semakin tersibak. Bahwa kebijakan pemerintah tidak berpihak kepada rakyat. Tapi berpihak kepada korporat. Pemutihan atau pengampunan 3,3 juta hektar lahan sawit yang berada di kawasan hutan, hanya dengan denda dan pajak mereka mendapatkan pengampunan. Lahan sawit ilegal menjadi legal. Kalau dihitung secara ekonomi dan sosial,  itu tidak sebanding dengan kerugian yang didapat. Ya kerugian akibat praktik kejahatan tersebut seperti banjir, longsor, kekeringan, kebakaran, harus ditanggung oleh rakyat kecil“ Kata salah satu team Ira.


“ Itu bisa terjadi karena melalui mekanisme Pasal 110A dan 110B Undang-undang (UU) Cipta Kerja. Dengan beleid ini, perusahaan yang kegiatan usahanya sudah terbangun di wilayah hutan produksi, bisa mengajukan pelepasan atau pemutihan. “ Kata Ira. saya dari tadi hanya menyimak. 


Saya bisa menerima fakta itu. Karena Laporan World Resources Institute dan Global Forest Review tahun 2002 hingga 2020 menyebutkan, Indonesia masuk ke dalam jajaran empat negara dengan angka pembabatan hutan tropis terbesar di dunia. Indonesia menduduki urutan kedua, setelah Brasil dengan angka pembabatan hutan tropis 9,7 juta hektar. Khusus untuk Sawit mencapai 3,4 juta hektar. Itu sudah diakui pemerintah dengan melegalkannya. 


Semoga kedepan pembangunan Indonesia lebih peduli kepada nasip bumi dan manusia. Sudah cukup memanjakan korporat yang hanya segelintir saja namun rakus itu. Caranya ? melindungi kepentingan rakyat petani yang selama ini berkonflik dengan korporat. Menghentikan perizinan baru untuk perkebunan, pertambangan dan sektor pertambangan di seluruh wilayah yurisdiksi Indonesia. Meningkatkan value chain CPO lewat sistem logistik terpadu dengan pusat pengolahan donstream secara luas. Membangun ekosistem downstream CPO yang yang bukan hanya untuk usaha besar tetapi juga bisa diakses oleh UKM.


***


“ ALe, kita korbankan sumber daya alam yang begitu penting untuk anak cucu kita. Itu karena kita kepepet untuk bayar utang luar negeri yang perlu devisa. Walau neraca perdagangan kita surplus dengan ekspor SDA meningkat, namun devisa hasil ekspor lebih banyak parkir di luar negeri. Dan negara terpasa berhutang lagi untuk bayar utang luar negeri. Kan bisa disebut mereka itu pengkhianat. Mengapa Devisa Hasil ekspor di banyak parkir di luar negeri ? Tanya ira saat di pesawat menuju jakarta.


Investor lokal yang kita banggakan dan timang timang seperti bayi itu tak lebih makelar kodok. Bukan entrepreneur yang punya visi kebangsaan. Hampir semua pengusaha yang punya konsesi SDA itu menerapkan skema counter trade atau ijon. Mereka menarik pinjaman luar negeri untuk eksploitasi SDA, yang pembayarannya lewat hasil produksi. Jadi wajar saja, setiap ekspor hanya dicatat dalam pembukuan tapi tidak masuk ke dalam negeri. Itu devisa dikuasai oleh lender.


Mereka kadang menggunakan SPC dengan menunjuk lembaga keuangan sebagai S/A ( special assignee) di luar negeri sebagai lender dengan skema non arbitrase. Artinya jaminannya hasil SDA itu sendiri. Jadi wajar kalau semua hasil ekspor masuk ke rekening SPC. Pengusaha hanya catat dalam pembukuan. Bayar pajak. Sejatinya mereka tidak percaya kepada pemerintah, terutama tidak yakin terhadap stabilitas politik. Kalau chaos terjadi, ya mereka tinggal angkat koper terbang ke luar negeri. Di luar negeri mereka sudah sangat kaya dan menikmati hidup dengan damai." Kata saya.


" Di China, kalau terindikasi perusahaan punya rekening di luar negeri tanpa terafiliasi dengan dalam negeri, maka dianggap korupsi dan hukumannya MATI! Hukum kita yang begini engga ada. Orang hanya diikat dengan semangat pancasila. Percaya sajalah. Terima sajalah. SDA ludes, DHE milik orang asing. " Kata Ira. " Eh kalau engga salah kamu juga punya kebun sawit? Tanya Ira.


“ Kita beli saham yang dimiliki perusahaan terdaftar di Singapore. Saham lokal kami pertahankan sebagai proxy. Namun kami sebagai offtaker dari produksi CPO untuk bisnis supply chain ke China. Kalau indonesia membangun pusat logistik dan stockis terpadu dengan kawasan industri downstream, tentu kami bisa undang mitra kami di China, Eropa untuk relokasi pabrik mereka ke Indonesia. Kan secara bisnis lebih efisien mendekati bahan baku” Kata saya.  Ira tersenyum dan mengangguk.


“ Rakyat tidak paham bagaimana sumber daya Alam dirampas dan dikuras tanpa ada manfaatkan besar bagi negara. Mereka hanya sibuk bicara politik polarisasi dan seperti kerbau ditusuk hidung mereka mau saja digiring ke bilik suara. Padahal faktanya 7 presiden berkuasa, hanya jualan citra humanis. Tetapi kekuasaannya dirantai oleh kepentingan oligarhi bisnis kebun, tambang dan mineral. “ Kata Ira. Selang beberapa waktu, Ira terdiam dan akhirnya tertidur. Rakyat indonesia sebagian besar memang tidur. Mereka doyan berfantasi tentang kemakmuran atas hadirnya presiden baru, tapi mereka tidak sadar proses neokolonialisme sedang berlangsung.



Wednesday, June 28, 2023

Politik dan uang

 




Tahun 2012 dalam cuaca dingin menggigit menyambut saya di Beijing. Suhu mendekati 7 derajat celcius. Kendaraan sudah menanti saya untuk terus ke Hotel. Walau jarak bandara ke JW Marriot Hotel Beijing Central hanya 32 KM namun karena jalanan macet, saya perlu hampir 2 jam sampai di hotel. Jam 6 sore baru sampai di Hotel. Saya keluar dari kendaraan standar limo masuk lobi Hotel yang memiliki pintu masuk kaca yang ramping dengan pintu putar yang mengkilap. “ Selamat datang B. “ Sapa Chao Bin. Saya menyalami erat dia. Chao adalah direktur Yuan Holding di Beijing. Dia serahkan kunci kamar kepada saya. Kami pergi ke lift untuk menuju kamar. 


“ Jadwal pertemuan anda dengan Group Pig Farming  satu jam lagi.” Kata Chao Bin. Saya mengangguk. Saya sudah hapal jadwal meeting. Chao langsung keluar kamar kembali ke kantor. Saya gunakan waktu 1 jam untuk membaca profile Group Pig Farming. Group ini menjadi target saya untuk menjadi bagian dari bisnis model Yuan. Mereka punya peternakan babi di tiga tempat di China. Berpengalaman lebih 10 tahun dalam peternakan babi. Kemajuan ekonomi China telah membuat banyak orang kaya, tentu konsumsi daging babi semakin meningkat.


Jam 7 saya keluar dari kamar dengan setelan jas. Pergi ke Executive Lounge di lantai 15. “ Anda pasti B? “ sapa wanita mature saat akan masuk Executive Lounge. Saya mengganguk “ Nama saya, Qing.” Katanya membungkuk depan saya. Dia menuntun saya ke table.  Tanpa basa basi dia serahkan dokumen.” Ini yang ingin kami akuisisi. “ Katanya. Saya baca dokumen itu dengan cepat. Saya menganguk. 


“ SF adalah group yang menguasai peternakan babi dibeberapa tempat di AS. Total lahan peternakan itu mencapai 150.000 hektar. Mereka produsen dagin babi terbesar di AS. Mereka juga mengekspor ke China. “ Katanya dengan bahasa inggris sempurna. Saya menyimak dengan seksama. Maklum ini deal miliaran dollar. Depan saya adalah CEO yang juga pemegang saham pengendali group raksasa di China.


“ Kami perlu dana untuk akuisisi ini. “ Katanya dengan lembut namun kesan wanita hebat dan berwibawa terpancar dari raut wajahnya. “ Tadinya sudah banyak tawaran yang siap memberikan dukungan financing kepada kami. Namun kami tolak. Mereka semua minta saham lewat hutang konversi. Kami perusahaan keluarga dan belum siap berbagi saham. Bank kami siap memberikan pinjaman setelah kami selesai akuisisi. Artinya mereka siap melakukan refinancing. Jadi kami tidak perlu lama uang itu terpakai. “ Lanjutnya. Saya menyimak


“ Kami dapat informasi bahwa anda punya skema pembiayaan yang cocok untuk kami. ” Katanya kemudian dengan tersenyum. 


Saya memperbaiki duduk saya. Dari bersandar ke duduk sempurna. “ Saya akan siapkan pendanaan. Tapi anda harus jamin supply bagian isi perut babi untuk kilang minyak babi yang akan kami bangun di lokasi peternakan babi itu. Gimana ?


Dia menatap saya dan tersenyum. “Mengapa ?


“ Kami memasok API kelebih dari 180 Industri pharmasi di seluruh dunia. Kami juga berencana untuk menjadi pemasok untuk minyak lemak babi. Anda tahu kan, Minyak lemak babi digunakan dalam industri farmasi untuk fermentasi antibiotik. Itu dipilih untuk standar linkungan. Karena dia penghilang busa selama proses fermentasi. Jadi limbah nya kecil sekali” Kata saya. 


Dia terpesona. 


“ Nah sekarang saya paham visi anda. Tadinya saya pikir anda menawarkan pembiayaan dengan skema too good to be true.” Katanya. “Mari kita action segera. “Lanjutnya.


“ Saya akan kirim team saya untuk detail kerjasamanya. Saya harap anda juga siapkan team. Jadi proses nya bisa lebih cepat “ Kata saya. 


“ Terimakasih B” Katanya saat mengantar saya keluar dari lounge executive.


***

Tanyata negosiasi dengan SF, perusahaan target mengalami kebuntuan karena ada kecurigaan dari pemerintah AS atas ekspansi perusahaan China di bidang agro industri. Team melaporkan kepada Qing soal proses akuisis yang stuck. “ Bro, Ms Qing mau bertemu dengan kamu. Saya dan dia tidak ada solusi mengatasi proses negosiasi yang terganjal politik. “ Kata Wenny saat bertemu saya di London. Dua hari kemudian saya bertemu dengan Qing.  “ Saya malu kepada anda. Karena studi kami ternyata tidak lengkap, terutama tentang restriction politik. Padahal sudah setahun prosesnya. Ongkosnya sangat mahal. Apalagi anda sudah siapkan uang di escrow” kata Qing dengan tertunduk. 


“ Kenapa anda terlalu terbawa perasaan. Santai aja. Hambatan itu biasa dalam bisnis. Dari awal saya sudah tahu akan hambatan ini. Mari kita selesaikan masalah ini. Kan ini last step” Kata saya.


***


Dari london saya terbang ke Washington. Tom mengatur saya makan malam dengan anggota Senat yang sangat keras menentang investasi China di bidang Agro Industri. Saat makan malam itu dari arah pintu masuk keliatan Felix. Dia melangkah ke arah table saya. “ Ah B, apa kabar” sapanya. Saya berdiri menyalaminya. Anggota senat itu tersenyum menatap Felix. 


“ Ted..” seru Felix kepada Senator itu. Masih dalam keadaan berdiri. “ Scoth minggu lalu ketemu saya. Dia cerita tentang Rencana IPO. Scoth itu linknya B” kata Felix. Wajah senator itu keliatan terkejut. Tapi Felix dengan tersenyum menepuk bahu saya. “ B, saya ke table saya dulu. Dan melirik ke arah Senator itu dengan tersenyum. 


Di AS memang anggota senator tidak korupsi. Namun mereka terlibat konspirasi dengan fund manager untuk dapatkan cuan dari  emiten lewat pasar perdana. Biasanya uang untuk beli saham disiapkan oleh pemain hedge fund. Mereka dapat margin dari perbedaan harga saat dijual. Makanya rontoknya wallstreet karena para elite politik ikut terlibat dalam konspirasi membuat harga saham jadi bubble.


Usai dinner, saya pergi ke toilet. Tak berapa lama Ted masuk kamar rest room. “ B, besok kamu bisa lanjutkan proses akuisisi farming itu. Apakah itu cukup ? 


“ Terimakasih.” kata saya membungkuk. 


***

Seminggu kemudian saya bertemu dengan Qing di Hong Kong. 


“ Saya sudah minta tolong pemerintah saya untuk bantu negosiasi tapi gagal. Saya juga sudah bayar mahal konsultan nomor 1 di New York untuk dapatkan dukungan politik di AS. Tapi gagal juga. Akhirnya saya terpaksa minta tolong ke kamu. Walau sebenarnya saya malu. Ms Wenny berkata kepada saya bahwa kamu sangat memahami setiap kesulitan dan selalu berpikir positif untuk dapatkan solusi” Kata Qing. 


“ Siapa kamu sebenarnya ? tanya Qing. Saya senyum saja seraya tuangkan teh ke cangkirnya. 


" Sekarang saya berharap Yuan punya saham di Perusahaan kami. " Kata Qing.


" Mengapa ? Bukankan itu perusahaan keluarga yang tidak memungkinkan pihak luar sebagai pemegang saham "


" Karena saya ingin menjadi bagian dari keluarga Yuan. Boleh ya.? " Katanya. Saya tersenyum dan mengangguk. “ B, terimakasih. Besok team berangkat ke Amerika untuk finalise proses akuisisi.  Saya senyum aja.


Tahun 2013 setelah akuisisi,  program refinancing Qing sukses melalui bank di China. Qing menepati janjinya untuk membayar utang yang saya create untuk akuisisi JF. Dia juga memberi hak beli saham perusahaannya sebesar 10% dengan harga buku kepada Yuan. Sehingga Yuan holding berhak tempatkan satu direktur di group perusahaan Qing.


***

Tahun 2015 Pig Farming Group menambah luas lahan peternakan 42.000 hektar di Missouri. Padahal sebelumnya melarang semua kepemilikan asing atas lahan pertanian di negara bagian tersebut, tetapi satu minggu sebelum Pig Pharming group akuisisi SF , aturan tersebut diubah untuk mengizinkan entitas asing memiliki hingga 1 persen lahan pertanian negara bagian. Di dunia ini tidak ada yang bisa dibeli, bahkan kekuasaan bisa dibeli. Tak terkecuali di AS negara yang katanya paling demokratis.


Note : names and places are made up

Saturday, June 17, 2023

Itu bukan bisnis tapi merampok.

 




Dalam salah satu acara wine party di Beijing Hotel Paninsula. Saya sempat melirik kepada wanita. Cantik walau dalam usia mature. “ Dia wanita besi. Lupakan saja kalau kamu mau dekati dia “ Kata Wada sahabat saya. “ Dia mengelola hotel chain. Ada ribuan hotel di seantero CHina dia kelola. Kamu bayangin aja. Dia engga punya aset tapi dia kelola aset orang. Itu karena dia punya business model yang hebat. Kalau engga hebat , engga mungkin investor tertarik serahkan aset ke dia.” Lanjut Wada.


Saya mutari ruang mencari sahabat saya, banker. Ternyata dia datang bersama istrinya. “ B, apa kabar.” tegurnya. Saya mengangguk. “ Eh saya mau kenalkan kamu dengan client saya. “Katanya menarik lengan saya. Ternyata dia kenalkan dengan wanita itu. “ Kenalkan nama saya Juan Chan”. Saya sambut jabatan tanganya dengan kedua telapak tangan saya. Dia tersenyum tipis. Hwang segera tinggalkan saya berdua dengan Juan. Dia melirik ke Wada yang sekitar 5 langkah dari kami “ Itu putranya taipan oil and gas Jepang. Saya tidak suka dia. “ Kata Juan.


“ Oh itu Wada. Dia mitra saya. “ kata saya. Dia berwajah masam dan dengan alasan mau cicipin wine lain, dia pergi menjauh dari saya. Saya senyum aja. Tapi secara tidak langsung dia sudah memancing otak reptil saya bangkit. Ini harus ditaklukan. Kemudian saya hampiri Hwang. “ B, dia itu udah 3 tahun lobi pengeran arab untuk investasi jaringan hotel di Eropa. Tapi sekarang belum berhasil. “ Kata Hwang. Dia cerita tentang profil investor Arab itu.


***


Di kamar kerja Wenny saya telp Fund Manager Arab itu di London. Saya tanyakan tentang alasan dia menolak berinvestasi dengan Juan. “ Kami mau invest tapi kami engga mau tergantung sekuriti dari bisnis model Miss Juan, Walau dia raksasa tapi engga qualified. Saya tawarkan ke dia. Kami perlu jaminan MTN backed Asset. Zero coupun. Price 40 % dari harga nominal. Rating AAA. Tapi dia tidak mampu delivery collateral“ Katanya.


“ Gimana kalau saya provide MTN sesuai permintaan anda? Underlying proyek miss Juan. “ Kata saya.


“ Ya kita deal. ‘Kata fund managet itu cepat. Saya kemudian briefings Wenny soal rencana transaksi dengan Mss Juan Chan. Saya minta George supervisi team di London melaksanakan skema financing.


***

Sebulan kemudian. 


“ Saya Juan Chan. Saya kenal anda dari Mr. Hwang. Kita pernah ketemu pada acara wine party di Paninsula. Apakah mungkin kita ketemu. Saya udang anda untuk makan malam business”  Katanya lewat telp saat saya sedang di Shanghai. Karena dia sendiri yang telp, saya sempatkan bertemu. Dia sendiri yang tentukan tempatnya. Saat saya datang ke restoran itu, di pintu masuk saya sebut nama Juan. Pelayan restoran mengantar saya ke dalam ruang VVIP.


“Mr Hwang sahabat saya. Terimakasih sudah terima undangan makan malam dari saya.” Katanya ramah.


“ Saya justru tersanjung bisa bertemu anda. Sebenarnya sudah siapkan waktu dan tempat untuk undang anda makan malam. Tapi anda lebih dulu undang saya. Tentu anda tidak bisa menolak undangan saya.” Kata saya seraya berdiri dan mendekatinya untuk menuangkan teh ke cangkirnya. Duh aroman farmum lembuh lumayan menggoda. Saya kembali ketempat duduk. 


Kami hanya berdua di ruang luas ini. Tak berapa lama makanan datang. Ternyata dia sudah pesan lebih dulu. Well preparad. Tentu menu mewah. Saat makan itu, dia bertanya banyak hal tentang mengapa saya tertarik berbisnis di China. Saya jawab dengan santai aja namun logis.  Dia juga ceritang tentang bisnisnya. 


Sebelum bertemu dengannya saya sudah pelajari profile bisnis dia. Memang raksasa. Dia menguasai 6 franchise hotel chain berkelas dunia. Di china saja dia punya ratusan hotel dengan total kamar mencapai 40.000. Namun dia tidak memiliki hotel itu. Dia hanya menyediakan bisnis model atas dasar kontrak waralaba dengan pemilik hotel.


“ Saya sudah 3 tahun cari investor untuk akuissi jaringan hotel di Eropa. Tapi selalu gagal. Sepertinya investor selain China tidak tertarik dengan bisnis model saya. Tapi untuk bawa direct investment ke Eropa dari China, juga tidak mudah. “ katanya. Nah sekarang dia mulai menebar senyum.


“ Banyak investor yang sudah saya dekati. Salah satunya ada yang memang qualified. Punya sumber dana yang solid. Tapi dia tidak tertarik untuk jadi investor bisnis model saya. Padahal dia sudah invest di Pulau Hainan. “ Katanya.


“ Kemarin, “ Lanjutnya “ Fund manager Invsestora Arab di Shanghai hubungi saya. Dia bersedia jadi investor asalkan anda sebagai penjamin. “ Katanya menatap serius “ B, saya memang terkesan dingin dan tidak bersahabat. Tapi itu bukan karena saya sombong, terkesan tidak punya hospitality. Saya dari keluarga miskin. Dunia saya hanya kerja. Sampai usia segini saya tidak pernah menikah. B, bantulah saya “ katanya merendah.


“Ok, kita mulai dari makan malam ini. Saya yang bayar. Setuju “ Kata saya.


“ B, saya engga muda lagi. Apa mungkin dapat kehormatan dari pria hebat seperti kamu.” katanya dengan wajah merona.


“ So..”


“ OK. Terimakasih. “ katanya seraya berdiri dan membungkuk depan saya. Sejak itu kami bersahabat. 


Saya lakukan two step loan. Saya hutang kepada Khaled, pada waktu bersamaan Juan hutang kepada saya untuk program akuisisi jaringan hotel di Eropa. Karena obligor saya, tentu saya pula yang lakukan risk management. Dengan USD 1,4 miliar yang saya terima dari Khaleed, saya gunakan USD 1 miliar untuk program bisnis Juan, dan USD 400 juta saya putar di trading opsi. Punya uang cash USD 400 juta, saya bisa jadi bandar jualan opsi. Mana mungkin kalah. Untung terus.


***

5 tahun berlalu, dari kentungan trading saya sudah bisa lunasi utang yang akan jatuh tempo tahun 2024. Tapi tahun 2018, Fund manger Khaleed minta dibayar sebelum jatuh tempo ya kena redem pedagang sempak dia. Kena haircut 50%. Saya datang ke kantor Yuan Holding untuk mendampingi Wenny meeting denga konsorsium Industri Nickel China. Membahas soal hilirisasi nikel dan bauksit. Mereka sendiri sudah punya  smelter namun masih perlu tambahan modal besar untuk produk downstream. Saya menyimak saja. Setelah selesai dia bicara saya tanggapi. “ Saya tidak berminat untuk masuk ke downstream. “ Kata saya.


“ Tapi kan group anda punya offtaker besar produk downstream nikel. “ kata salah satu mereka.


“ Oh ya kenapa anda tikdak tertarik bangun downstream nikel dan bauksit ? Tanya salah satu dari mereka.


“ Faktor skala. Saya orang Indonesia dan saya punya tangggung jawab. Kalau saya tidak bisa membantu negara saya,  ya setidaknya saya tidak ikut merusak. “ 


“ Oh bisa jelaskan.” tanya mereka.


“ Anda kan tahu. Proses industri membutuhkan skala besar agar layak secara komersial. Jika produksi mineral mentah yang tersedia tidak cukup besar, pengolahan hilir tentu tidak layak secara ekonomi. Misalnya, pabrik peleburan tembaga butuh  minimal 150.000 ton konsentrat per tahun. Smelter yang menggunakan tanur sembur umumnya memiliki kapasitas minimal 2 juta ton per tahun. Tungku busur listrik bisa jauh lebih kecil, tetapi membutuhkan input berupa scrap atau Direct Reduced Iron (DRI) yang harus tersedia dalam jumlah yang cukup. Pabrik alumina baru tidak ekonomis kecuali jika menghasilkan setidaknya 1 juta ton per tahun. 


Nah bayangkan saja. Begitu besar sumber daya dikuras. Sementara margin yang didapat lebih rendah dibandingkan dengan pengorbanan lingkungan dan sumber daya. Belum lagi pemerintah harus memerbikan insentif pajak sedikitnya 5 tahun. Agar investor dapat konpensasi atas resiko margin yang rendah.  This is not business but robbing. “Kata saya.


“ Tapi kan nilai tambahnya jauh lebih besar daripada jual mentah. “ Kata mereka.


“ Mari kita lihat hitungan berikut. Kalau satu kendaraan butuh 75kwh. Maka harga battery cell = USD 750 ( 75Kwhx USD 10/kwh) atau kalau dirupiahkan = Rp. 11.700.000. Harga battery pack = USD 8.325 ( USD 111x 75KWh) atau kalau dirupiahkan nilainya Rp. 130 juta. Perbandingan nilai tambah antara battery pack  dan cell,  adalah +/- 10 kali. “ Kata saya.


“ Ya wajar. Karena faktor tekhnologi. Battery pack butuh riset dan kerja keras dari insinyur terbaik. “ Kata mereka.


“ Ya benar. Battery cell, hanya perlu kuli doang dan mau dirusak lingkungan, menguras SDA. Yang menikmati nilai tambah ya pabrik EV yang ada di Cina, Jepang, korea dan Eropa. “


“ Seandainya kamu diposisi pemerintah Indonesia, apa solusinya ? ? tanya mereka. Wenny menyimak saja.


“ Kalau saya jadi pemerintah. Mending tutup saja tambang nikel dan bauksit. Sudah saatnya kami inward looking policy. Artinya kami hanya akan olah nikel dan mineral lainnya setelah kami  sendiri mampu menguasai tekhnologi hilir. Focus kepada riset aja dulu.”


“ Mengapa ? kata mereka tersenyum.


“ Engga mungkin kami dapatkan tekhnologi gratis lewat transfer tekhnologi dari asing. Karena oleh asing by design kami memang hanya jadi kuli dan penyedia SDA bagi kemakmuran mereka.” Kata saya. Mereka mengganguk. Saya tahu tentu mereka tidak setuju dengan sikap saya. Tetapi harus saya katakan sikap saya. 


Setelah meeting selesai dengan konsorsium Nikel itu. Tnggal saya dan Wenny. “ Kenapa Khaleed paksa kamu bayar sebelum jatuh tempo? tanya Wenny


“ Itu kan MTN, market 144 A. mekanisme OTC. Tidak ada pembelinya. Harga ada tapi pembeli engga ada. Gimana dia dapatkan uang tunai.? Disuruh tunggu jatuh Tempo engga mau. Kalau dijual balik ke saya ya kena redem 50% dari net proceed awal. Kontraknya begitu. Kan dia beli zero coupon dengan harga 40%. “


“ Artinya kamu hanya tebus 20% dari face value. Kok begitu? “


“ Karena walau MTN itu backed asset tapi kan bukan callable credit , Itu hanya credit enhancement. “ Kata saya tersenyum.


“ Terus aset untuk backed MTN itu darimana ?


“ Dari CD nya Steven. Uang casino” Kata saya.


“ Duh jadi hanya permainan paper work aja. Kamu kontrol  semua pihak. Padahal kamu kan sedang pensiun. Tapi kok bisa menambah portfolio aset Yuan Holding berupa jaringan Hotel dan rekening profit trading. Utang dengan khaleed lunas. Terus kenapa Miss Juan Chan begitu saja percaya dengan skema utang konversi ? dan Yuan holding dapat kapital gain besar saat kemarin perusahaan Miss Juan Chan IPO di Shanghai “ Tanya Wenny. Saya senyum aja.


“ Ya gimana lagi. Saya orang miskin. Yang ada hanya otak doang dan nyali. Yang hebat kan kamu dan team Yuan holding yang jago jalankan skema saya. Saya hanya iringi doa aja. " Kata saya. " Tapi yang harus kamu tahu. " Lanjut saya seraya melangkah kearah kaca lembar ruang kantor Wenny. Pemandangan gedung pencakar langit terhampar, dari kejauhan nampak harbour dan kapal yang sedang bersilambat keluar dari teluk ." Dalam hidup ini hanya ada dua. Pecundang dan penakluk. Di era sekarang pengetahuan adalah power. Saya tidak mau jadi pecundang. Ya penakluk, makanya saya belajar banyak, merencanakan dengan detail dan punya team hebat untuk mendukung saya.”