Tuesday, April 04, 2023

Salma gadis Kazakh.





Saya berkunjung ke Kazakhtan tahun 2011. Ini adalah negara terbesar kesembilan di dunia dan ukurannya hampir sama dengan Argentina. Kazakhstan sebenarnya adalah negara yang cukup kaya, sebagian besar uangnya berasal dari cadangan minyak dan komoditas Lahan pertanian yang luas, mungkin tidak mengherankan jika ini adalah ekonomi terbesar di Asia Tengah (PDB Kazakhstan hampir sama dengan Qatar). Dan sebagian besar uang itu berakhir di Almaty. Jumlah penduduknya hanya 17 juta, salah satu kepadatan terendah di dunia. 


Karena ini perjalanan bisnis. Seperti biasanya saya tidak ada waktu untuk berwisata. Saya datang hari jumat Sore. Di jemput oleh Salma. “ Besok sabtu dan minggu hari libur. Apa rencana anda? tanya Salma saat saya sampai Ritz Carlton hotel Astana. Salma, saya pekerjakan sebagai liaison officer di Astana. Memang saya sedang menjajaki membuka kantor secara permanen di Astana. Peluang bisnis Gas dan Mineral cukup menjanjikan. 


Saya jalan malam hari ke pusat kota Astana ditemani Salma. " Pada pertengahan abad ke -19, kata Salma, ketika Asia Tengah dibawah Kekaisaran Rusia yang ekspansionis, garda depan kekuatan Eropa ini adalah bangsa Cossack. Mereka mendirikan benteng di Sungai Ishim pada tahun 1830 dan menamainya Akmola, kemudian Akmolinsk. Alasan mendirikan markas di sini hanyalah geografi. Tempat ini berada di tengah-tengah segalanya. Jalur perdagangan dan suplai serta pergerakan berbagai militer dapat dikontrol dan diamati dari posisi seperti itu. Pemukiman tumbuh dari waktu ke waktu tetapi tetap dalam jumlah ribuan hingga abad ke- 20. 


Oktober Merah membawa Bolshevik ke tampuk kekuasaan dan  diikuti dengan perang saudara sebagai efek dari konsolidasi pemerintahan Soviet atas bekas kekaisaran Tsar. Akmolinsk tidak mendapat perhatian elite di Moscow. Populasi Kazakhstan membengkak sejak tahun 1930-an. Karena deportasi berbagai kelompok etnis, termasuk sejumlah besar orang Jerman Volga. Paska perang dunia ke 2, Nikita Khrushchev mengkampanyekan Tanah Perawan untuk mengubah padang rumput tandus menjadi negeri ajaib yang hijau berkat keringat dan semangat para pemuda Uni Soviet. Akmolinsk diganti namanya menjadi Tselinograd. Dimulailah proses mengubah bekas benteng Cossack menjadi kota Soviet. Itu dibangun dengan cepat. Misal deretan Khruschyovki seperti gedung apartemen 4 atau 5 lantai, House of Culture, Palace of the Soviets, Schoolchildren's Palace, dll dibangun dengan model prepabrikasi.


Setelah kemerdekaan pada akhir tahun 1991, pemerintahan baru di bawah kendali mantan Sekretaris Jenderal Nazarbayev menghapus nama Tselinograd dan menggunakan Akmola lagi. Pelukis Icon mulai bekerja, tetapi pada tahun 1998 tepat setelah kota mengambil mahkota ibu kota dari Almaty, namanya diubah menjadi Astana. Astana sebagai baoutique karya arsitektural, rumah bagi lebih dari satu juta orang. Sekitar dua pertiga dari mereka adalah orang Kazakh, sisanya adalah orang Rusia, Ukraina, dan kelompok etnis lainnya. Tadi blok kota yang kita lihat seperti salah satu dari Moscow Seven Sisters, lalu sebuah gedung pencakar langit dengan kuil bergaya Cina di atasnya, lalu sebuah monstrositas marmer putih bergaya Ashgabat. Astana berusaha menampilkan wajah kosmpolitan. Demikian cerita Salma.

Sejak tahun 2000, ekonomi Kazakhstan telah berkembang pesat berkat ekspor minyak dan komoditas. Padahal sebelumnya pertengahan tahun 1990an, memang terjadi reformasi berskala luas. Privatisasi terjadi dimana mana. Namun proses reformasi itu dibajak oleh oligarkhi politik bersama pengusaha hitam. Ini benar benar membuat ekonomi Kazakhtan terpuruk. Kaum minoritas yang berkualifikasi tinggi, termasuk Jerman dan banyak orang Rusia yang berpendidikan, memilih untuk meninggalkan Kazakhtan. Hampir 1,5 juta orang telah meninggalkan Kazakhstan.


Saya dapat informasi dari teman yang elite politik Kazakhtan bahwa mereka sedang merencanakan reformasi ekonomi jilid 2 yang berfocus kepada industrialisasi dan hilirisasi Mineral. Mereka akan gunakan tabungan dari surplus neraca perdagannya untuk melaksanakan agenda besar itu. Saya punya kontrak supply chain untuk industri petrokimia dan smelter di China dan beberapa negara. Berharap saya dapat peluang dari spirit baru pembangunan ekonomi Kazakhtan.


Ah tidak ada salahnya saya gunakan waktu sabtu minggu berwisata  “ Sebaiknya kita ke Almaty dulu ya. Naik pesawat aja kesana. Besok minggu pagi kita pulang. “ Kata saya. Salma setuju. Dengan pesawat butuh 2 jam lebih sedikit sampai di Almaty dari Astana. Kesan pertama saya saat menginjak kaki di Almaty. " Ah ini Swiss di Asia Tengah. " Pegunungan berselimut salju yang mengelilinginya. Beberapa di antaranya tingginya hampir 4000 meter dan menciptakan latar belakang dramatis ba’ Swiss dengan Alpen. Salah satu nilai jual besar kota ini adalah kedekatannya dengan keajaiban alam, termasuk ski hebat di musim dingin.  


Saya terkejut dengan betapa modernnya kota ini – meskipun dengan gaya Asia Tengah. Bukannya hanya ada gedung pencakar langit yang megah seperti New York atau mal besar seperti Indonesia. Yang mengejutkan saya adalah betapa bersih dan teraturnya… dan betapa natural bagian-bagiannya. Restoran trendi di sudut jalan; blok apartemen baru; Subway. Sangat aman untuk berjalan-jalan dan merasakan tempat itu sendiri. Ini tentu memiliki karakteristik uniknya sendiri. " Almaty adalah ibu kota Kazakhstan dari tahun 1929 hingga 1997… dan sebagian besar periode ini adalah bagian dari Uni Soviet. " Kata Salma. Ini menjelaskan banyak hal yang saya lihat. Dari sistem transportasi hingga klub malam masih dipengaruhi oleh masa Uni Soviet. Saya yakin statistik konsumsi vodka di sini akan mendukung poin saya!  



Bangunan kantor pemerintah yang megah menunjukkan pengaruh dari era Soviet, monolit beton yang mengesankan sebanyak yang diilhami. Hotel Kazakhstan adalah contoh arsitektur yang bagus pada masa itu. Dibangun pada tahun 1970-an, ada sesuatu yang cukup indah tentang pendekatan brutal terhadap desainnya. 


Pagi hari saya bersama Salma jalan kaki mengelilingi area pusat bisnis Almaty. Rasanya seolah-olah patung-patung pahlawan lokal sering nampak di sepanjang jalan. Itu semua sangat Soviet Style - bahkan jika sebagian besar tokoh yang digambarkan sebenarnya adalah orang Kazakh. Bahwa begitu banyak bangunan di sini juga memiliki kesan Soviet tentang mereka adalah pengingat sejarah yang konstan.



Sayangnya saya tidak punya banyak waktu untuk naik ke pegunungan bersalju tapi saya naik kereta gantung ke Kok Tobe, yang merupakan titik tertinggi kota, sekitar 1100 meter di atas permukaan laut. Di bagian atas terdapat tempat rekreasi, dengan kebun binatang kecil, wahana untuk anak-anak, dan bianglala besar. Ini adalah tempat di mana keluarga berjalan-jalan untuk menghibur anak-anak, teman bertemu untuk minum kopi, dan restoran ramai di akhir pekan. Dari sini, saya berhenti di sudut pandang dan melihat ke seberang Almaty, terbentang di lembah di bawahnya. saya merasakan bagaimana kota dengan populasi 1,5 juta menyatu dengan lingkungan alamnya. 



Senja merangkak malam. Saya makan malam bersama Salma di Alasha Restoran. Tempatnya begitu indah & makanannya fantastis. Arsitektur dengan gaya Asia Tengah yang sangat tradisional dan stafnya sangat ramah. Masakannya sebagian besar Uzbek, dengan beberapa hidangan Kazakh juga. Tapi wah mahal banget. Makanya dari awal Salma sempat salah tingkah ketika masuk restoran. “ Mimpi apa saya bisa makan di tempat semewah ini.” Katanya.


Ada yang menarik dalam pembicaraan dengan dia waktu dinner. Uni Soviet memang memberikan jaminan sosial yang luas namun kodrat kita sebagai manusia tidak dihormati. Orang memang tidak ada terlalu miskin tapi kaya jelas tidak mungkin kecuali kamerad partai. Setelah Uni Soviet runtuh dan kami bisa memerdekakan diri, kami harus mau berubah. Memang tidak mudah. Yang sulit berubah itu adalah para elite politik yang masih terbiasa dengan gaya komunis. Sementara bagi rakyat, kebebasan itu lebih dari segala galanya.


Di era demokrasi tidak seharusnya ada keluhan. Nasip setiap orang ditentukan oleh dirinya sendiri. Negara memberikan peluang bagi siapa saja yang cerdas. Kalau yang boleh kaya hanya orang pintar , tentu dosen lebih dulu kaya. Tetapi kan tidak. Kalau kaya itu identik dengan kerja keras, tentu buruh dan petani lebih banyak yang kaya. Nyatanya tidak. Kalau kaya itu karena paham luas ilmu agama, tentu ulama lebih dulu kaya. Nyatanya tidak. Jadi kaya dan sukses itu bukan karena pintar, kerja keras, atau paham agama, tetapi kerja cerdas.


Menjadi cerdas, adalah menjadi diri sendiri dan tidak bergantung kepada orang lain. Kita bekerja sebagai profesional bukan karena kita tergantung kepada pemberi kerja tetapi karena mereka butuh skill kita. Kalau kita jadi ASN bukan karena kita numpang makan kepada uang pajak rakyat, tetapi karena dedikasi kita diperlukan negara. Kita jadi pengusaha dan berusaha membujuk konsumen, bukan karena kita tergantung kepada mereka, tetapi karena kita tahu mereka butuh kita untuk dapatkan barang bagus. Kita hormati pemodal karena kita tahu bisnis yang kita tawarkan menguntungkan. Artinya keraslah kepada diri sendiri dan tempa diri kita agar diperlukan orang lain.


Kalau kita tidak merasa diperlukan dan tetap berharap, maka itu kembali ke era komunis yang semua tergantung kepada negara. Dalam era demokrasi wahana kompetisi tidak bisa dihindari. Semua orang dan semua profesi termasuk politisi harus melewati kompetisi. Dalam prosesnya semua orang harus survival. Apakah karena itu ada yang merasa dirugikan dan kecewa, itu biasa saja. Kecewa dan kawatir adalah sikap pecundang. Selalu ada alasan untuk menyalahkan dan dikeluhkan. Apakah itu akan mengubah keadaan? tentu tidak. Sementara kehidupan terus berjalan. Kalau kita larut dalam keluhan maka kita akan jadi korban kompetisi. tidak ada yang akan peduli.


Tentu kita tidak berhak mengahakimi siapapun selagi hukum dan konsesus tidak dilanggar. Pada akhirnya semua orang menjalani takdirnya masing masing. Baik dan buruk , susah dan senang, sakit dan sehat selalu bersanding. Semua orang akan merasakan kedua hal itu, tanpa peduli siapa dia. Biasa saja.Kata Samal dengan tersenyum


“ Terimakasih udah undang saya makan malam yang mewah ini. Entah kapan lagi saya bisa nikmati. Saya akan kerja keras dan tentu cerdas seperti anda. “ Katanya melangkah keluar dari Restaurant. Malam semakin larut. Diluar tentu cuaca dingin menggit. Tahun 2012 SIDC mendirikan kantor di Astana. Kepala perwakilan adalah Salma. Dia sukses mendirikan smelter dan ikut dalam konsorsium pipeline untuk gas. Sejak tahun 2019, Salma bertugas di kantor SIDC di Beijing. Usianya sudah 50 tahun dan sejak bertemu saya di Astana tahun 2011 dia tidak pernah menikah.


***

Karena pandemi Ekonomi Kazakhtan sempat kontraksi. Itu karena mereka belum usai sepenuhnya melakukan reformasi ekonomi jilid 2. Pendapatan negara tetap bergantung pada minyak, struktur penerimaan APBN 2020 sebesar 45 persen. Selain pertumbuhan ekonomi rendah, mata uang volatile, sehingga rentan terhadap gelombang kejut yang dipicu oleh pandemi. Karena tekanan inflasi global akan bertahan pada 2023, kemungkinan recovery akan lambat dengan pertumbuhan yaitu 3%


Konsolidasi fiskal tetap lambat di tahun sebelumnya, meski pengeluaran untuk sektor kesehatan, fasilitas umum, dan transportasi lebih tinggi. Tingginya tingkat ekonomi bayangan, diperkirakan mencapai 25 persen dari PDB, dan keringanan pajak juga memukul sektor pendapatan. Defisit nonmigas anggaran pemerintah pada 2020 dan 2021 telah melampaui dan diperkirakan akan melebihi 10 persen dari PDB, yang merupakan faktor negatif dan mengurangi keberlanjutan keuangan masyarakat dalam jangka panjang. Sementara kebijakan stimulus sudah tidak efektif. Kalau dipaksa akan memicu inflasi.


Ekspor bahan mentah tidak  terbukti cukup untuk mengimbangi arus keluar mata uang dari neraca pembayaran Kazakhstan untuk melayani akumulasi utang luar negeri sebesar USD 160 miliar dan membayar dividen kepada investor asing. Tapi bagaimanapun masih aman. Karena rasio utang terhadap PDB sebesar 21%. Bayangkan saja, indonesia mendekati 40%.


Kini mereka melanjutkan reformasi ekonomi setelah sempat stuck karena pandemi. Kebijakan prioritas adalah agenda reformasi ambisius yang bertujuan memperkuat fondasi untuk pemulihan yang didorong oleh sektor swasta. Itu meliputi perbaikan iklim bisnis, manajemen pendapatan rakyat, dan meningkatkan kontribusi organisasi perantara bisnis untuk membantu pemulihan sektor swasta. Ya semacam UU Cipta kerja.


Korupsi di Kazakhstan adalah masalah serius, mengakar di berbagai sektor, institusi, ruang publik dan swasta. Terjadi massive dan tidak terlacak seperti temuat PPAK kasus transaksi mencurigakan diatas Rp. 300 triliun. Itu karena kerangka kerja antikorupsi yang cacat, kurangnya daya tanggap dalam pembuatan kebijakan, dan kontrol negara atas media terlalu kuat. 


Pembentukan Badan Pemberantasan Korupsi merupakan perkembangan yang positif, begitu juga penerapan strategi dan inisiatif khusus dengan fokus pencegahan yang lebih besar.  Namun, masih banyak yang harus dilakukan untuk mendorong dan memastikan partisipasi yang cukup luas dari berbagai sektor, baik publik maupun swasta, dan masyarakat sipil yang lebih besar, termasuk LSM dan media independen, dalam tindakan pencegahan korupsi, juga di luar bidang penegakan hukum. Ya itulah ciri khas negara yang mayoritas populasinya islam,  yang tak bisa lepas dari feodalisme. Sama dengan Indonesia dan Turki. Sulit sekali memberantas korupsi. Untung saja Tuhan berkati mereka kekayaan SDA. Kalau engga, wah udah jatuh mati miskin mereka.


No comments:

Post a Comment