Friday, August 19, 2022

Racun itu bernama korupsi...


Saya makan malam di Shenzhen, Saya mau makan menu Chicken pot. Dimasaknya secara tradisional ala budaya canton. Tentu bukan di restoran kalangan atas. Karena sudah tidak ada yang masak dengan cara tradisional itu. Hanya ada di restoran di komunitas bawah. Jadi maklum ya komunitas tempat saya makan itu, Tempatnya rapi tetapi sebagian besar dipenuhi oleh preman. Mereka berbisnis barang falsu. Apapun falsu. Termasuk menawarkan wanita dengan cara memberikan kartu nama mucikari.


Saya milih restoran yang menyediakan meja di pinggir jalan. Pengunjung cukup ramai. Yang pria duduk sambil makan dengan bertelanjang dada. Umumnya mereka berkelompok mengeliingi meja. Biasanya satu meja ada 4 orang. Satu pot chicken mereka makan bareng bareng. Mereka tidak makan pakai nasi tetapi mie. Harganya satu porsi hanya 150 yuan atau Rp. 250.000. Saat itu saya makan bareng Wenny.


Saat sedang menanti menu. Terdengar keributan di seberang jalan. Ternyata terjadi perkalahian dua kelompok. Yang makan di restoran cuek saja. Mereka tidak peduli. Nonton juga engga. Hanya noleh dan terus lanjut makan. Kedua kelompok itu berkelahi dengan golok babi. Perkelahian seru dan jarak dekat. Saat ribut itu, terdengar pluit panjang. Mereka yang sedang berkelahi itu serentak jongkok semua. Ternyata ada polisi pakai sepeda datang.


Polisinya kerempeng. Hanya satu orang. Seragam dengan topi berlambangkan palut arit. Mereka semua jongkok dengan kedua tangan diatas kepala. Entah apa yang dikatakan polisi itu. Mereka semua buka baju dan celana. Tinggal celana dalam saja. Setelah itu mereka bubar meninggalkan tempat itu dengan hanya celana dalama saja. “ Kapok mereka semua. Itu sangat memalukan bagi orang china. “ kata Wenny.


“ Kenapa mereka takut dengan polisi kerempeng itu. Satu orang lagi, Padahal mereka semua preman. Bawa golok babi” Tanya saya kepada Wenny.


“ Mereka takut dengan topi itu.” Kata wenny tersenyum.


“ Kenapa ?


“ Itu topi ada lambang palut arit, lambang negara. Itu topi mudah jatuh. Kalau sampai mereka lari dan dikejar polisi, Pasti topi itu jatuh. Urusannya pasti runyam. Sama saja menghina negara. Hukumannya mati.”


“Emang pernah kejadian?


“ Pernah di provinsi lain. Mereka dorong polisi dan topi jatuh. Tentara rakyat buru mereka semua. Semua di hukum mati pada keesokan harinya. Makanya sangat menakutkan. “


“ Oh i see.”


“Orang China engga takut dengan polisi bersenjata. Apalagi polisi baju preman. Mereka hanya takut dengan polisi dengan topi lambang negara. Dan tidak semua polisi punya topi lambang negara. Petugas KPK kalau tangkap jenderal atau pejabat selalu didampingi polisi bertopi lambang negara. Engga peduli pangkatnya rendah, Orang segan dengan topinya. “


“ Oh i see.”


“ Di china, menghina lambang negara itu berurusan dengan tentara rakyat, bukan polisi.”


***

Keesokannya. Saya bersama Wenny datang ke kantor teman saya di China. Dia baru diangkat sebagai direktur di Pemda China. Saya ingin tahu arah kebijakan China soal pembangunan infrastruktur ekonomi di kawasan Guangxie. Dia presentasikan proyek yang akan dikerjakan dan sedang dikerjakan. “ B, setiap mega proyek dibangun, pasti ada  saja kader partai yang kena pidana atau tersingkir dari proses kompetisi kader partai. “ Katanya tersenyum.


“ Mengapa ?


“ Kami ya membangun. Tapi pada waktu bersamaan kami juga menjadikan proyek itu ujian kesetiaan pejabat dan kader partai kepada rakyat dan negara. Manusia teruji dengan otoritas dan uang. Kalau mereka bisa lolos, ya mereka naik kelas. Kalau gagal, ya masuk bui atau dihukum mati. Memang tidak ada rencana yang sempurna. Tetapi membiayarkan orang brengsek memanfaatkan kelemahan rencana untuk memperkaya diri, itu jelas salah.” Katanya.


Saya terpesona. Begitu sederhananya mereka cara membangun dan mendidik para elite dan pejabat berproses dalam pengabdiannya kepada negara. “ Kekuasaan itu bukan kemewahaan. Juga bukan paksaan. Tetapi adalah pilihan. Saat mereka jadi abdi negara, maka saat itu juga mereka tahu resiko. Mereka duduk diatas bara. Salah langkah, habis mereka. Tetapi kalau benar, mereka punya kehormatan. Yang akan jadi kebanggaran keluarga. Jadi legacy bagi generasi berikutnya” Lanjut teman.


Saya mengangguk. " Tetapi B, itu semua hanya mungkin hukum tegak dan aparat hukum yang punya kompetensi atas dasar sistem dan moral. Kamu tahu, yang paling banyak jadi korban pedang hukum, justru aparat hukum sendiri. Cobaan mereka sangat berat. Pada diri mereka ada pedang hukum, kekuasaan dan uang. Negara tidak paksa mereka jadi aparat hukum. Itu pilihan mereka sendiri dan rasa hormat diri pribadi. Tentu mereka sadar resikonya.”


“ Mengapa?


“ Kala aparat hukum mempermainkan hukum, maka  kejahatan menang. Negara akan dapat karma. Akan selalu ada masalah dan kehilangan trust di hadapan rakyat. Walau negara kuat secara idiologi, ia akan hancur dengan sendirinya. Hancur bukan dari luar tetapi dari dalam dirinya sendiri. Makanya aparat hukum itu adalah pahlawan sejati kalau dia bertanggung jawab secara moral kepada tugasnya dan bisa jadi penjahat terburuk kalau dia khianati tugasnya. Yang lebih buruk dan jahat adalah pemimpin membiarkan sistem korup  itu.” Kata teman.


***


“ Kamu tahu B, uang korupsi itu bukan hanya menghancurkan negara tetapi merusak mental keluarga, dan lebih buruk lagi itu yang di hancurkan adalah hubungan sakral dari sebuah rumah tangga. “ Kata Wenny waktu kami dalam kendaraan kembali ke Hong kong.  “ Dulu saya ada teman. Suaminya pejabat lokal. Hidup mereka mapan. Karena ada pengusaha yang ongkosi kehidupan the have nya. Dia cerita. Awalnya dia tidak tertarik ajakan teman teman sosialitanya untuk gangbang. Tetapi entah mengapa dia terdorong untuk mencoba. Sekali mencoba ketagihan.”


“ Apa yang terjadi setelah itu? tanya saya penasaran ingin tahu kelanjutannya.


“ Rumah tangganya stuck. Bercerai tidak tetapi udah engga satu ranjang dengan suaminya. “


“ Suaminya tahu ulah dia? mengapa tidak bercerai saja mereka?


“ Suaminya juga terjebak dalam penyimpangan sex LGBT. “


“ Oh suaminya juga bisex ?


“ Sebenarnya pada awalnya, suaminya normal. Namun belakangan berubah? 


“ Mengapa ?


“ Karena dia sendiri provokasi suaminya untuk lakukan sex anal. Setelah itu, suaminya ketagihan. Akhirnya di luar, suaminya cari pria untuk disodomi. Rumah tangganya hampir karam. Seiring semakin intennya pemberantasan korupsi. Kehidupan glamour udah semakin sulit. Akhirnya mereka berdua berkomitmen untuk healing. Mereka ingin selamatkan perkawinan yang sudah berlangsung 15 tahun. Butuh waktu 2 tahun mereka ikuti konseling psikiater untuk bisa sembuh. “ Cerita Wenny.


“ Itu sebabnya, kepada teman teman yang belum pernah di gangbang, dia berpesan. Jangan pernah coba. Sekali coba, itu akan ketagihan. Sehingga hubungan sex normal udah engga menarik lagi. “ Lanjut Wenny.


“ Mengapa sebegitu besarnya pengaruh ?


“ B, bagi mereka gangbang itu sangat nikmat. Tapi bayangin aja meladenin lebih dari 2 pria itu pasti melelahkan. Tanpa obat obatan engga asik. Jadi udah sex nya menyimpang, terjebak juga dengan obat obatan. Dan itu kalau mau jujur, kelas menengah atas sebagian besar terjebak sex menyimpang dan narkoba. Yang menyedihkan kesakralan rumah tangga dan perkawinan itu udah engga ada. Rasa hormat udah engga ada.” Kata Wenny.


“ Ya. Uang harus dicari dan diperjuangkan. Itupun dengan cara yang benar dan halal. Kalau sudah didapat, cari Tuhan, dekati Tuhan. Sayangi orang miskin, berbagilah. Karenanya tanamkan pada diri untuk selalu hidup sederhana. Tanggalkan semua instrument dan atribut orang the have.” Kata saya.


“ Benar kamu. Umumya para koruptor itu, hidup mereka tidak lagi dijalan Tuhan. Tidak punya rasa malu. Mereka berusaha di hormati  tapi tidak merasa terhormat. Ingin kaya raya tapi mereka tidak pernah bisa merasa kaya. Selalu kekurangan dan selalu kawatir, selalu berbohong dan bahkan cerdas merekayasa kebohongan. Nah bayangin aja kalau pajabat dan mereka yang berada di posisi pemimpin terjebak korupsi. Apakah mereka punya niat baik untuk kesejahteraan rakyat? Pastinya engga dech. “


“ Pada akhirnya kekuasaan itu bukanlah kemewahan, Tetapi adalah liablities yang harus ditanggung sepanjang usia dan jabatan. Tidak mudah memang menjadi elite. Mereka memang orang terhormat dan sepatutnya hidup dengan standar terhormat juga terutama dari segi moral“ Kata saya.


Saya terpesona.  Dalam hati saya sadarl. Kalau negara ini besar dan mampu mengelola penduduk diatas  1 miliar orang, itu bukan karena Sumber daya alam yang melimpah. Tetapi karena PNS nya yang tahu diri. Tahu bererimakasih kepada negara yang telah memberikan mereka kesempatan sebagai elite negerinya. Saya ceritakan kepada Wenny akan kekaguman saya kepada mereka. China punya aparat yang hebat. Mereka hero dan karena itu wajar kalau pemerintah China walau sistemnya diktator namun trust rakyat sangat tinggi.


 Trust itu sangat personal dan lebih kepada perasaan. Kalau rakyat merasakan sendiri tidak nyaman berurusan dengan aparat, diperlakukan tidak adil, ya citra yang dibangun lewat media tv atau film hanya omong kosong. Memuakan. Pemerintah bukan teater tetapi realitas untuk pengabdian. Jadi engga perlu minta dihormati berlebihan atau disebut hero segala. Kalau mereka baik ya memang harus baik. Karena itu mereka dibayar mahal. Tahu diri sajalah. Dan lagi tidak ada yang maksa mereka jadi pejabat elite kekuasaan.” kata Wenny.


Saya terhenyak. Ingat dengan teman saya, Lin. Dia  PNS di Hobei, China. Dia bekerja di Pusat pengeloaan lingkungan hidup.  Suaminya Perwira tentara rakyat. Keluarga kecil itu sangat bersahaja. Saya kenal dengan teman ini waktu dia kuliah di Belanda tahun 2008.  Berkali kali saya ajak makan malam, justru dia tawarkan balik agar makan malamnya di rumah mereka. Padahal saya sudah siapkan restoran terbaik. Ya saya datang. ke rumah mereka. Mereka adalah 8% dari total populasi 1,5 miliar rakyat China yang terpelajar dan mungkin hanya 0,01 % dari mereka yang dapat beasiswa sekolah sampai ke luar negeri.  Mungkin 0,001 % dari mereka yang dapat sekolah dinas gratis dari negara. 


“ B, maafkan kami kalau berkali kali menolak undanga makan malam? Kata suaminya dengan bahasa inggris yang sempurna.


“ Saya malu. Karena ini entah yang keberapa kali saya makan malam di rumah ini.” Kata saya.


“ B, kamu adalah sahabat istri saya dan kakak tertua kami. Jangan merasa sungkan.” Kata suaminya. 


“ B, kami yang sebenarnya malu kalau makan malam mewah bersama kamu. “ Kata teman saya.


“ Mengapa ?


“ Kami hanya segelintir rakyat China yang dapat program  sekolah kedinasan, yang gratis. Selama ikut pendidikan, kami tetap dibayar pemerintah. Ada ratusan juta rakyat yang bertarung bertahan hidup untuk bisa makan dua kali sehari. Sementara kami menikmati kemewahan makan setiap hari selama pendidikan. Padahal kemewahan itu kami dapatkan dari uang pajak rakyat. Mungkin pemerintah harus mengurangi program sosial untuk rakyat agar orang seperti kami bisa terus belajar. “ Kata Lin.


Saya terdiam. Terpukau akan sikap rendah hati nya.


“ Setiap hari kami merasa berhutang kepada negara. Dan terus berjuang agar bisa memberikan pengabdian terbaik. Tapi itu tetap saja tidak membuat kami berbangga diri dan punya kemampuan financial makan di restoran mewah. Bahkan walau kamu bayarin, tetap saja kami malu.   Malu karena apa yang kami berikan belum cukup membayar pengorbanan rakyat untuk kami. Apalagi kalau melihat keadaan sebagian dari mereka masih ada yang miskin” Kata Lin.


Ya negara exist karena adanya rakyat. Mereka dipersatukan oleh lambang. Dalam lambang itu ada komitment dan vision, juga hope. Semua rakyat menghormati lambang. Tapi yang kadang merusak adalah aparat negeri sendiri. Ketika mereka korup, mereka sudah menginjak injak lambang negara. Dan tidak malu kalau mereka sukses ini dipuji.Padahal apa yang mereka persembahkan belum secuil pengorbanan rakyat. Dan rakyat tidak dibayar untuk itu, bahkan mereka membayar dalam bentuk pajak dan pungutan.  Trust rakyat kepada negara bukan karena pencitraan tetapi rasa keadilan yang mereka rasakan. Mencari rezeki mudah dan pajabat yang melayani. Itu aja. 

3 comments:

  1. Semoga saja suatu saat nanti Indonesia menyusul China dalam hal pelayanan kos rakyat dgn adanya ASN dan aparatur negara lainnya yg sadar bhw mereka hidup dari pengorbanan dan keringat rakyat

    ReplyDelete
  2. Anonymous5:28:00 PM

    Semoga kedepan pergantian pemimpin semakin bijak membangun negeri yang maju dan sejahtera rakyatnya.

    ReplyDelete
  3. Anonymous12:42:00 AM

    Semoga suatu saat Indonesia bisa juga punya sistim seperti Tiongkok dimana para pejabatnya bekerja dengan jujur dan bersahaja dan rakyatnya juga ngak bermewah-mewah dan dilindungi oleh pemerintahnya dengan kesejahteraan dan hukum yang jelas.

    ReplyDelete