Friday, August 05, 2022

Ilusi..

 





Mungkin Mariana termasuk orang yang kemana pergi diikuti uang. Kenapa aku bilang begitu ? karena begitu banyak network investornya. Entah bagaimana dia kenal dan dapatkan. Tetapi dia memang cantik dan cerdas. Tidak urakan. Sangat terpelajar dan tenang sekali. Dia alumni PTN terkenal. Kalau bicara sangat runut dan sangat akademis.  Fasih bahasa inggris dan Mandarin.


Tapi yang aku tahu begitu sering dia dapat peluang bisnis, bisnisnya biasa saja. Walau tidak ada bisnis yang serius dia kelola. Namun hidupnya tetap tajir dan bergaul di lingkungan high class. Tinggal di real estate mewah. Belakangan aku tahu semua peluang bisnis dan network investor itu dimanfaatkan oleh pria kekasih gelapnya. Dan pria itulah sebagai financial resource nya. 


Perkenalan kali pertama aku dengan dia tahun 2004. Dia ajak aku untuk akuisisi bisnis melalui penyelesaian kredit macet di bank. Usai rapat dengan banker. Dia bertanya “  kenapa keliatannya kamu engga tertarik. Padahal presentasinya bagus”


“ Bukan karena saya tidak tertarik tetapi karena otak saya engga nyampe untuk memahami itu semua. Maklum saya tidak terpelajar secara akademis.”


“ Dimananya kamu engga paham?


“ Kamu kan tahu nature saya. Saya orang kampung. Hanya paham dunia nyata. Satu satunya fakta yang tidak terbantahkan, nasabah sudah gagal dan butuh recovery. Saya ingin tahu fakta mengapa sampai kredit itu harus di recovery. Harusnya nasabah itu cerita tentang fakta itu. Nah soal saya mau ambil alih atau tidak, itu urusan saya mikir. Engga perlu diprovokasi dengan opini dan dugaan segala, bahwa assetnya bagus dan peluang juga hebat. Engga perlu”


“ Tapi kan itu cara umum business presentasi”


“ ya tapi saya ogah buang waktu dengerinnya. Engga nyampe otak saya. Mending bicara kosong soal politik aja”


“ Kenapa ?”


“ Saya harus paham. Opini adalah hal-hal yang orang anggap sebagai fakta, itu bisa benar atau salah, bisa juga fakta yang tidak bisa dibuktikan. Itu butuh keahlian khusus mengidentifikasi pendapat dan mengeksplorasinya. Saya pengusaha, bukan dosen atau peneliti atau konsultan. Kalau saya ikut bahas, itu akan jadi pembahasan panjang dan membingungkan. Karena basic ilmu saya engga nyampe. Dan itu bisa membuat lawan saya jadi frustasi.”


“ Kurang paham”


“ Proses bisnis itu ada SOP nya kan dan tidak ada bisnis yang salah. Kalau ada penyimpangan maka itu pasti karena berangkat dari opini atau menduga duga, yang lebih banyak melupakan fakta atau kadang opini dan perdugaan dianggap fakta juga. itu disebut berpikir fiksi. Kalau diteruskan proses ini, akan berujung kepada bisnis ilusi. Hasilnya pasti frustasi. Contoh konkrit, itu terpuruknya wallstreet karena orang terjebak kepada bisnis ilusi dan pasar berasumsi tentang future. Padahal di masadepan itu tidak ada yang pasti kecuali kematian Paham?


“ Ya paham.”


“ Apapun  harus berangkat dari fakta atau sesuatu yang dapat saya ukur dan buktikan dengan mudah. Semua orang berpendapat sama atas fakta itu. Saya  harus focus terhadap mana fakta, opini dan mana dugaan. Dalam kehidupan keseharian juga berpikir sama. Kalau ada masalah, focus kepada fakta. Ogah terjebak dengan opini dan dugaan. Itu akan buang waktu. Bersikap dengan fakta itu dan temukan solusi atas fakta yang ada.” kata saya.


***

Tahun  2010. Senja di Hong Kong. Saya meliat wanita langsing dan hidung mancung sedang berjalan depan gedung WTC. Rentetan toko-toko, kafe, butik, melihat bayangannya sendiri terpantul membaur dengan manekin, benda-benda, dan huruf-huruf besar yang melekat di kaca etalase. Ia terpesona. Bagaimana seorang terjebak dalam phantasmagoria? phantasmagoria adalah berbaurnya rentetan gambar, citra, figur-figur yang menipu penglihatan, sampai kita susah membedakan mana nyata mana tidak nyata.


“Mariana bagaimana kamu berada di sini?” tanyanyaku takjub. Dia tersenyum menatapku seraya merentangkan tangannya. Aku peluk dia.


“Aku tahu  akhirnya kita akan bertemu, cepat atau lambat,” kata Mariana


 “Kamu penghayal sejati.” Kataku.


Mariana masih seperti dulu. Cantik. Dia mengenakan blouse putih lengan pendek, memperlihatkan putih kulit lengannya. Celana jins membalut pinggangnya yang padat. Kuku-kuku jarinya ber-cutex merah. Aku ajak ke privat cafe. Kami duduk santai di cafe itu sambil merokok. 


“How’s life…” katanya. Aku Tterdiam tak tahu harus menjawab apa. “ ada apa? tanyaku kemudian.


“ Dua tahun lalu suami saya meninggal.”


“ Suami? kataku mengerutkan kening. Setahu aku dia tidak pernah menikah.


“ Maksudku teman. “ jawabnya cepat. " kekasih gelapku." katanya kembali menegaskan. Saya tersenyum. 


“Hidup adalah ketidak sempurnaan. Yang sempurna adalah kematian itu sendiri.” Kataku menentramkan hatinya.


“ Ya. “ Kata Mariana. “ Orang kaya, kadang ingin seperti orang miskin yang bisa hidup nyaman tanpa tekanan berkompetisi. Orang miskin kadang ingin seperti pengemis, yang bisa bebas tanpa pusing kerja keras bayar bill. Pengemis kadang ingin hidup dipenjara yang tanpa meminta dapat makan tidur gratis. Hanya kematian yang menghentikan keinginan. Karenanya semua mereka tidak ingin sakit.” lanjutnya.


“ Tapi orang kaya kadang melihat orang miskin bersukur karena hidupnya tidak kekurangan. Orang miskin bersukur karena hidupnya tidak perlu mengemis. Pengemis bersukur karena dia tetap sehat dan tidak jatuh sakit. Si sakit bersukur karena dia tidak masuk kamar jenazah. Ternyata hanya kematian yang tidak ada istilah sukur. Apapun situasi dan kondisi, kehidupan adalah berkah Karenanya kita semua dipaksa bersukur atas hidup kita. 


Hidup ini jalan kesendirian. Walau kita euforia berada ditempat ramai, itu hanya menumpang tawa saja. Walau kita tinggal di istana, itu hanya menumpang tinggal. Dunia ini hanya persinggahan saja. Bukan rumah kita. “ Kata saya tersenyum. Ia mereguk minumannya. Menatap kosong ke arah jendela. Aku diamkan saja dia. 


“ Ada apa ke Hong Kong? Tanyaku kemudian.


“ Deal dengan pemegang pranchise. Saya mau invest. Bisa beri advice saya“ Katanya singkat. Ah sekarang dia investor. Bukan lagi pemburu investor.


“ Apa bisnisnya ? Tanyaku. Dia menyerahkan proposal kepadaku. Aku baca cepat. Aku paham.


“  Gimana pendapat kamu? Katanya.


“ Laba persahamnya lumayan. Diatas standar industri sejenis. Namun ada tiga hal yang menjadi critical point.”


“Apa itu ?


“ Pertama, Ini bagian dari franchise global. Harga juga berdasarkan international. Yang jadi masalah bahan baku dan formula tergantung mereka. Itu menjadi aset terpisah dengan kontrak franchise. Itu resiko. Lama lama margin mereka atur. Walau punya standar bisnis dengan trust tinggi. Bagaimana pun kalau kita keluar modal, hidup mati kita tergantung orang lain, tetap aja bego.” Kata saya.


“ Kedua?


“ Kedua, Bisnis itu sekarang hanya suplementari dari bisnis utama mereka. Yaitu minuman. Tujuannya untuk meningkatkan  penjualan produk minuman mereka. Jadi mau untung atau tidak, produk utama mereka sudah aman. Kita keluar uaang  untuk kepentingan orang lain, itu namanya bego.” kataku


“ Ketiga, Trend sekarang dengan adanya Platform IT, merek bukan lagi penentu sukses di pasar. Karena semua produk kuliner bisa diakses dengan mudah oleh setiap orang, dan dengan sekali klik, makanan diantar ke rumah. Orang udah malas makan di restoran kecuali makan besar atau khusus. Jadi kalau masuk sekarang dalam bisnis network  franchise itu sudah telat. Di begoin aja kita” Kataku.


“ Duh, tiga kali sebut alasan ujungnya bego. Tapi tajam sekali analisa kamu. Padahal kamu baru baca proposalnya”


“ Bisnis saya kan private equity. Saya terlatih karena data yang eselalu update. Jadi engga gampang dibegoin. Engga perlu lama untuk tahu”Kataku. 


Dia terdiam. 


“ B, kalau boleh saya mau curhat” Katanya kemudian. Saya mengangguk dan tersenyum bahwa saya siap pinjamkan kuping. “  Tidak ada satupun bisnis saya yang sukses. Kalau saya keliatan sukses, itu karena saya punya kekasih gelap. Dia suami orang. Dia kaya raya. Dia memanjakan saya. Dia memberi apa yang saya minta. 


Sekarang usia saya sudah 40 tahun. Saya ingin mapan punya penghasilan bagus. Saya punya tabungan lumayan besar. Sejak dua tahun lalu, saya kehilangan 20 miliar rupiah. Bisnis engga jelas, Ketemu penipu semua. Saat sekarang saya baru sadar. Ternyata betapa sulitnya cari uang lewat business process berdasarkan fakta. Sekarang saya ada uang USD 5 juta. Bantu saya untuk dapatkan peluang bisnis yang bisa membuat saya mapan dan tenang menikmati masa tua saya” Kata Mariana.


“ Mau dengar saran saya “  Kataku. Dia mengangguk.


“ Sebaiknya uang itu belikan SBN. Kamu bisa nikmati bunga untuk hidup kamu. Dan bisa tenang melewati hidup dalam kesendirian kamu.” Saranku.


“ Mengapa tidak masuk ke bisnis real?


“ Kamu tidak berpengalaman. Sekian puluh tahun kamu tidak terlatih berpikir dengan fakta. Kamu cenderung berpikir ilusi. Menganggap asumsi dan oipini adalah fakta. Kamu tidak bisa membedakan loyang dan emas. Tidak bisa bedakan fakta dan opini atau asumsi. Mengubah mindset itu tidak mudah. Sebaiknya uang itu belikan SBN. Itu sudah jalan hidup kamu”


***

Tahun 2013 teman ajak aku ikut menghadiri presentasi program filantropi di Jakarta. Tempatnya di hotel bintang V. Ruang seminar terbatas. Hanya untuk 20 orang. Tahu siapa yang tampil memberikan presentasi itu? Mariana. Dia sempat tersenyum tipis ketika melihatku. 


Usai acara presentasi, dia menghapiriku. “ B,  ajaklah aku kencan. Malu kamu, kencan dengan wanita STW?” katanya dengan wajah bersemu merah.


“ Siapa malu. Ayolah kita cari cafe yang enak” kataku. Kami keluar dari hotel itu pergi cafe favorit saya.


“ Terimakasih sudah datang presentasi saya. Yayasan  tempat saya kerja terafiliasi dengan international filantropi Fund. Kebetulan perusahaan kamu di Hong Kong masuk daftar kami, Saya undang kamu lewat alamat kantor kamu di Hong Kong.” katanya.


“ Untung saya sedang di Jakarta.” 


“ Memang sudah jodoh ya kita harus terus bertemu.” 


“ Kenapa engga telp aja?


“ Saya terlatih berteman dengan pria beristri” Katanya tersenyum.


“ Tapi saya senang, Kesibukan kamu yang positif. ‘ Kataku. “ Oh ya gimana dengan uang kamu? Jadi beli di SBN atau di investasikan di mana?


“  Dua tahun lalu. Saya bertemu dengan pria yang lebih muda dari saya. Dia cerdas. Dia berambisi untuk berbisnis property. Proyek Rumah murah. Tetapi hanya dua tahun, habis uang saya. Kandas bisnis dan dia pergi dari saya begitu saja.”Katanya dengan wajah sedih dan airmatanya berlinang. Saya peluk dia. “ Ambil hikmahnya. Setidaknya  sekarang kamu hidup dengan skill kamu membujuk orang tajir untuk program kemanusian. ya kan. Itu pahalanya besar loh” Kataku dan dia tersenyum seraya merapatkan tubuhnya ke dadaku. 


“ Dan tidak lagi hidup dalam ilusi. Tetapi fakta.” Kata Mariana.


“ Ya. Bahwa pada akhirnya hidup ini bukan apa yang kita dapat tapi apa yang kita beri. Bukan apa yang kita pelajari tapi apa yang kita ajarkan. Bukan apa yang kita impikan dan prasangka tapi apa yang kita lalui dan kerjakan” kataku. Wajahku dengan Mariana sangat dekat…

1 comment: