Saturday, December 14, 2024

Shadow banking

 



 


Rahmat adalah sahabat saya sejak usia muda. Kami memilih jalan hidup berbeda. Otaknya lebih encer daripada saya. Sehingga mudah bagi dia jadi sarjana. Bahkan dia dapat beasiswa dari pemerintah sampai S3. Karirnya di pemerintah sebagai pejabat fungsional pada kementrian. Mungkin karena idealis atau apalah. Usia 58 dia milih pension dini. Entah bagaimana dia bisa kenalan dengan Awi. Saat Awi minta pendapat saya untuk jadikan Rahmat sebagai Komut pada salah satu unit bisnis nya, ya saya langsung setuju.


Rahmat orang yang tidak banyak bicara dan tidak terlalu kepoan. Walau dia tahu hubungan persahabatan saya dengan Awi sangat dekat. Namun secara legal, dia tahu tidak ada hubungan apapun antara saya dengan Awi dalam bisnis. Secara personal, saya pun tida pernah datang ke kantornya bertemu dengan Awi. Tidak pernah berbisnis apapun dengan perusahaan. 


Setelah 1 tahun kerja dengan Awi, dia minta ketemu dengan saya. Itu artinya dia sedang gundah. Itu udah kebiasaan dia sejak dulu. Menjadikan saya sebagai kuping untuk mendengar suasana hatinya. Seperti biasa, saya hanya mendengar saja. Tentu dia tidak  berharap banyak saran dari saya. Dia maklum saya hanya pedagang dan tidak terpelajar seperti dia. Namun kami tetaplah sahabat saling mengerti satu sama lain.


“Ale, seru Rahmat “ Saya kerja dengan Pak Awi tahun lalu. Sejak itu saya merasa sekian puluh tahun hidup saya sia sia.” Kata Rahmat saat bertemu dengan saya di cafe


“ Eh ada apa ? mengapa punya perasaan seperti itu ? Tanya saya.


“ Selama jadi PNS, tabungan saya di bank hanya Rp. 1,5 miliar. Sementara perusahaan Awi, satu kali transaksi bisa dapat profit puluhan miliar. Laba tahun kemarin aja mencapai ratusan miliar. Kami bayar pajak dengan taat. Artinya idealism fungsi social perusahaan terlaksana lewat pajak yang dibayar. Artinya lagi peran saya sebagai komut di perusahaan juga tidak beda  dengan PNS, walau dalam dimensi berbeda. Dimanapun posisi pada akhirnya kita mengabdi kepada negara.” Kata Rahmat.


Rahmat bersandar di sofa. Dia menatap kosong ke tempat lain. Entah apa yang dia pikirkan, Apakah ada sesuatu yang penting. Usianya dengan saya sama. Saya siap menyimak.


“ Coba perhatikan Ale. “ kata Rahmat. “ Perusahaan Pak Awi sebagai buyer agent dari luar negeri. Kami membantu memberikan solusi pembiayaan kepada penambang untuk modal kerja dan investasi. Kami tidak dapatkan bunga sebagaimana bisnis perbankan.  Karena uang itu bukan dari kami tetapi dari trader di luar negeri. Tentu kami punya hak mengarahkan ekspor ke  trader tersebut. Itu cara bisnis kami. Dari sana kami dapat agent fee sebesar 2,5%. “ lanjut Rahmat. Sepertinya dia berusaha menjelaskan bisnis Awi. Dunia lain yang baru dimasukin


“ Terus.” Lanjut Rahmat. “Kami juga memberikan solusi kepada trader dalam negeri yang beli barang impor untuk stok pangan, BBM, supply chain industry. Caranya sama. Kami hanya agent yang memberikan solusi pembiayaan impor tanpa bunga.  Tapi kami dapat agent fee dari penjual di luar negeri sebesar 5 %. Lagi lagi tiap bulan fee masuk.  “ Kata Rahmat.


“ Di kantor kami tersedia databases compliance risk management yang  terhubung dengan trader di luar negeri. Kami bekerja hanya mengikuti standar compliance itu aja. Cepat sekali untuk tahu apakah client itu qualified atau tidak.  ” Rahmat menyimpulkan. Saya senyum aja.


“ Sederhana, kan. Hanya mainkan paper work aja. Tetapi dapat uang mudah. Engga perlu karyawan ribuan. Tidak perlu sarjana ahli. Di kantor hanya 5 orang karyawan, Itu udah termasuk direksi 2 orang. “ Kata rahmat.  Dia terdiam. Lama saya menanti dia melanjutkan pembicaraa. 


“ Saya benar benar sadar. “ Katanya menggeleng gelengkan kepala. “ Dulu saya bangga sebagai sarjana dan mendapatkan beasiswa di kampus ternama di luar negeri. Menjadi tenaga ahli di kementrian. Bergaul dengan elite. Menghadiri seminar international. Saya merasa dunia saya sangat sempurna. Karena memang jalan hidup saya, ibarat graphic terus naik. Tidak pernah melandai. Secara ekonomi hidup saya mapan. 


Namun akhirnya saya merasa kosong. Kehidupan ekonomi negara sejak orde baru tidak bergerak naik. Transformasi ekonomi dari SDA ke Industri tidak terjadi. Para elit tidak bekerja dalam arti amanah. Mereka termasuk saya, hanya senang menikmati fasilitas negara. Rutinitas yang memanjakan. Tidak ada tantangan. Semua selesai dalam batas retorika. Selalu ada narasi dibalik hutang negara yang menjebak ruang fiscal yang dari tahun ke tahun semakin menyempit. 


Kurs rupiah yang terus terdepresiasi. Sementara Index korupsi semakin memburuk.  Itu ditandai dengan tingginya ICOR. Bahkan lebih tinggi dari era Soeharto. Lembaga demokrasi seperti KPK, BPK, DPR dan lain lain lemah dihadapan pemerintah. Check and balance secara system tidak bekerja. Kekuatan civil society di bonsai lewat UU IT dan hate speech.  Itulah dasar saya memlih pension dini dan akhirnya bergabung dengan perusahaan Pak Awi.


Ada pemilik IUP yang dikenal sebagai konglomerat. Tapi semua sumber daya  dari sejak eksploitasi, smelting sampai market dikuasai trader. Praktis konglo itu hanya sleeping partners yang bertugas melobi pejabat dan kekuasaan. Bahkan impor kebutuhan pangan dan BBM juga dikuasai trader.  Praktis pejabat itu hanya sebagai proxy dari trader international. Membuat kebijakan hanya untuk kepentingan trader saja. ” Kata rahmat dengan suara getir. Saya menyimak saja dengan empati.


“ Ale..” Rahmat menunduk. “  Serasa hidup saya terbuang sia sia selama ini. Terlambat menyadarinya. Ternyata elite financial player itu ada. Mereka menjalankan Shadow banking. Bukan bank tetapi beroperasi lebih dari bank. Bahkan mengendalikan bank secara tidak langsung. Saya tahu Pak Awi tidak cukup terpelajar untuk menguasai bisnis shadow banking. Pasti dia juga hanya menjalankan agenda dari pemain shadow banking.  Sampai kini saya tidak tahu siapa dibelakang Pak Awi sebenarnya.  Tentu shadow banking banyak beroperasi di Indonesia. Pak Awi hanya salah satunya saja.“ Kata Rahmat dengan tersenyum hambar.


“ Kalau ada orang bangga dengan kekayaannya sebagai artis atau pengusaha property atau tambang, ternyata itu tidak ada artinya dengan bisnis shadow banking. Dia tidak punya tambang dan pabrik. Tetapi dia mengendalikan mereka. Dia tidak punya modal, tetapi semua bank dan Lembaga keuangan mendukungnya sebagai financial resource. Bahkan pergerakan kurs, Yield SBN, BIR tidak bisa dilepaskan dari peran Shadow banking “ Lanjut Rahmat dan kemudian dia termenung. Saya diamkan saja. 


Frasa “shadow banking” awalnya dicetuskan oleh Paul McCulley, kepala ekonom perusahaan manajemen investasi PIMCO, pada tahun 2007. Walau istilah itu didasarkan karena beroperasi seperti bank tapi bukan bank atau tidak patuh  terhadap system perbankan.  Namun nyatanya tidak mungkin operasi keuangan shadow banking dalam skala besar bisa didukung oleh Lembaga keuangan  dan perbankan. Istilah shadow banking memang terkesan agak merendahkan untuk bagian sistem keuangan yang begitu besar.


Bagaimanapun shadow banking bukanlah kelembagaan bisnis. Itu hanya menganalogikan pihak yang punya skill financial engineering, bertindak sebagai intermediasi antara investor dengan produk pasar uang atau perbankan. Seperti sekuritisasi atas asset-backed commercial paper (ABCP), asset-backed securities (ABS), collateralized debt obligations (CDOs) and repurchase agreements (repos). Itu semua product hedge fund. Sekuritas ini digunakan oleh shadow banker untuk memberikan solusi terhadap masalah financial terkait dengan hutang dan piutang sehingga likuiditas meningkat.


Kalau dalam prakteknya operasi shadow banking sampai menimbulkan kerusakan terhadap system perbankan dan pasar modal, seperti kasus Lehman Brother yang berujung jatunya wallstreet, itu kesalahan bukan pada shadow bankter. Tetapi aturan yang lemah dan otoritas yang tidak melaksanakan fungsi pengawasan dengan baik. Karena likuiditas lebih banyak berputar di asset financial bukan pada sector real. Sehingga menimbulkan  moral hazard dalam bentuk bubble asset.


Tapi kegagalan pada kasus Lehman tergolong kecil dalam hal size jika dibandingkan total likuidatas dan sekuritisasi Aset yang dilakukan shadow banking. Tahun 2010 saja sudah diatas USD 20 trilion. Sebagian besar shadow banking berperan dalam pengembangan bisnis International holding yang bergerak dalam bidang Industry high-tech, logistic, infrastructure, downstream industry mining dan agro.


Dengan adanya kemajuan IT peer to peer, shadow banker juga membangun ekosistem financial yang terhubung dengan supply chain financial, project derivative value. Mereka menjadi solution provider untuk sophisticated scheme project financing dan trade financing yang tidak mungkin bisa dilayani oleh perbankan konvensional. Dengan demikian shadow banking telah menumbuh kembangkan financial inklusif. 


Akhirnya Rahmat merentangkan kedua lenganya dan angkat bahu. Seperti orang menyerah tak berdaya“ Sekolah tinggi, jabatan tinggi, nothing. Useless! Katanya menggeleng gelengkan kepala.


“ Mat, hidup ini soal pilihan. Hidup sebagai professional, pekerja, pengusaha, itu hanya metodelogi melewati hidup. Esensi nya sama saja, yaitu pengabdian. Bagaimana kita hidup bermanfaat bagi orang lain dan diri kita sendiri. Besar kecil manfaat, itu relative. Itu hanya angka. Esensinya ada pada rasa sukur. Dari rasa sukur itu kita menemukan kelengkapan diri dan merasakan kebahagiaan ruhaniah. “ kata saya. Hanya itu yang bisa saya sampaikan. 


“ Ya Ale. “ Kata Rahmat. Hening. Saya diamkan saja dia dengan piikiranya. Apa yang dapat saya katakan. Karena begitulah realitas kehidupan. Yang bisa kita lakukan adalah berdamai dengan realitas dengan semakin mendekat diri kepada Tuhan. 


Rahmat mengibaskan tangannya. Seakan dia tidak peduli dengan realitas.


“ Ale, saya tertarik membaca tulisan kamu  di blog yang berjudul,  pertumbuhan berkeadilan. Esensinya tidak jauh beda dengan buku yang ditulis Dilip Dutta,berjudul inclusive Growth and Development in the 21st Century: A Structural and Institutional Analysis of China and India.  Saya memang tidak percaya dengan teori negara kesejahteraan, yang sebagai solusi atas liberalisasi ekonomi dalam bentuk kontrak social. Itu tidak mendidik.


Karena adanya globalisasi,  perubahan tekhnologi yang cepat, model redistribusi konvensional, seperti pajak dan transfer dana dari pusat ke daerah, subsidi konsumsi dan bantuan tunai akan ulit untuk mencapai pertumbuhan inklusif. Itu anti pasar dan tidak memberikan akses demokratisasi ekonomi dalam arti sesungguhnya.


China tidak menganut negara kesejahteraan. China menggabungkan kebijakan industri yang berorientasi pada pertumbuhan, investasi infrastruktur publik, dan program pengentasan kemiskinan yang dimediasi oleh negara. Artinya redistribusi kesejahteraan lewat produksi barang dan jasa. Hanya orang kerja yang berhak makan dan makmur. Makanya peluang terbuka bagi semua. Pertumbuhan dinikmati oleh semua. 


Sejak tahun 2018 China melakukan economy adjustment. Disaat negara negara lain berusaha go growth. China justru degrowth dalam dimensi negara kesejahteraan. Strategi pembangunan China mencerminkan perspektif "jalan ketiga" tentang pertumbuhan inklusif yang mungkin bermanfaat bagi negara yang ekonominya terlambat sejahtera atau makmur. “ Kata Rahmat. 


“ india agak terlambat dibandingkan China. Karena mereka negara demokrasi. Namun 10 tahun lalu system demokrasi sudah established, Mereka cepat sekali berkembang secara inklusif. Sudah mulai menyangi China” Lanjutnya. 


“ Asia itu beda dengan Eropa atau AS. Sebelum Eropa dan AS terang benderang,Asia sudah terang lebih dulu. Peradaban Asia itu jauh lebih tinggi dari Eropa dan AS. Namun Asia mengalami kemunduran sejak adanya kolonialisme Eropa. Jadi jalan bergeser namun tujuan tidak bergeser. Setelah era colonial berlalu. Asia kembali ke jati dirinya. Makanya sekian decade pada abad 20 Asia berusaha bangkit dan Abad 21,  China sebagai lambang esensi Asia lead di pasar global. “ Kata saya.


“ Apa esensi dari Asia? 


“ Ya gotong royong. Bukan individualisme. “ Kata saya.  Sekarang Rahmat terpengkur…" Jauh jalan ditempuh untuk mencari rahasia kemakmuran. Sampai sekolah ke luar negeri. Ternyata itu bukan rahasia. Sudah ada jalannya disediakan oleh bapak pendiri bangsa kita. Hanya kadang kita ini memang bebal. Selalu melihat keluar dan akhirnya tersesat. " Katanya. Saya tersenyum. Semoga Rahmat bisa memahami esensi dari kehidupan...

Saturday, November 30, 2024

Harta hanya catatan saja

 



Saya amprokan dengan teman di Loby hotel saat mau ke cafe “ Ale, clients gua punya rekening offshore di Singapore. Apa lue bisa monetes rekening itu. “ Katanya. Saya diam aja. Saya tahu ini skema layering rekening offshore. Money laundry operandi.


“ Engga perlu uang cash moneteis nya. Cukup kredit line dalam bentuk bank instrument. Dari sana gua bisa create uang cash. Client gua banyak yang punya shadow money.” Katanya lagi.


“ Shadow money ? saya mengerutkan kening.


“ Ya uang dari illegal mining, judol dan korupsi.Itu bisa di layering lewat instrument pasar modal. Contoh, gua terbitkan RDT dan mereka sebagai buyer. Gua dapat uang cash. Terus uang itu gua belikan saham di pasar modal. Dan nanti saham itu gua jual secara bertahap, setor ke pemilik uang lewat transfer resmi “ Katanya tersenyum. Kalau udah di transfer resmi lewat pasar modal, ya uang itu jadi clean.


“ Bisnis nya gimana? Tanya saya lugu.


“ Saya dapat 30% dan pemilik uang 70%. Resiko lue engga ada. Kan RDPT gua buy back. Dan lue dapat 10%. Gimana ? Mudah kan” Katanya. Saya senyum aja. “ Gua engga ngerti. Cari orang lain aja” Kata saya.


Skema sederhana dan tidak perlu lulus sekolah financial engineering untuk bisa lakukan. Makanya jangan kaget kalau IHSG naik itu bukan semua real transaksi. Itu skema ML. Buktinya banyak emiten catatkan laba tetapi jarang bagi bagi deviden. Banyak RDPT jadi asset deaduck karena roh nya ( collateral /underlying) sudah nol. Kalau engga bisa bantu negara ya jangan merusaknya. Saya ignoring aja. Teman itu berlalu.


Hari ini Sanya akan bertemu dengan saya. Itu sudah janjian sejak minggu lalu. Dari Hong Kong, dia datang ke Jakarta khusus bertemu dengan saya. Hari yang dipilih agar tidak menggangu waktu sibuknya sebagai CEO Yuan Energi and Mining adalah weekend. Dia mulai berkarir sebagai profesional di Yuan Holding pada desember tahun 2015 setelah dia resign dari pekerjaannya sebagai analis di the company.


Ayah dan ibunya dari India yang beremigrasi ke inggris. Setelah tamat dari Harvard, dia ikut program rekruitmen the company. Diapun  jadi warga negara AS. Saya kali pertama mengenal dia waktu di irak dan Suriah pada bulan juli tahun 2014. Saat saya sedang menjajagi bisnis minyak di pasar gelap. Setelah itu dia bertugas di dapur sebagai analis. 


Hubungan saya dengan Sanya terus berlanjut. Dia wanita yang cerdas dan cantik. Kulitnya putih dan hidung mancung. Wawasan internationalnya terkait dengan geopolitik energi dan mining sangat luas. Terutama kekuatan analis nya sangat tajam. 


Kamu tahu, “ kata Sanya satu waktu. “Dulu kala orang hanya mengenal kehidupan dari alam. Alam terkembang jadi guru. Dari alam itu mereka belajar mengenal diri mereka. Dengan batin mereka berdialogh dengan alam.  Tentu dasarnya adalah kesadaran metakognisi atau kesadaran diri yang berkembang lewat fenomena alam. Belakangan karena waktu  dan zaman, kesadaran batin itu dipertanyakan dan diperdebatkan. Dialektika diperkenalkan. Lahirlah ilmu filsafat yang bersanding dengan teologi.


Pengetahuan Filsafat diagungkan. Dengan teologi, pengetahuan menguatkan iman dan Tuhan diagungkan. Orang tidak akan tersesat. Bahkan mencerahkan jalan , membangkitkan inspirasi untuk menghadapi ketidak pastian masa depan. Kehidupan bergerak lambat namun tertata sangat harmonis antara manusia dan alam. Namun sejak berkembangnya  sekularisme dengan beragam disiplin ilmu, teologi terpinggirkan dan filasafat jadi kuno. Itu proses  perubahan zaman yang tidak bisa dihindari.


Kalau kita tidak hati hati, sekularisme bisa berujung paradox. Makanya dalam sekularisme kita harus bisa membedakan mana perspektif dan mana persepsi. Perspektif punya ruang untuk dialektika. Dan persepsi, walau dilakukan secara akademis, bisa saja menyesatkan. Karena motive nya memang membangun emotional trust sehingga tidak memberi ruang orang berpikir dan bertanya. Misal, survey market, survey politik dan lain lain.


Dulu waktu saya bertugas sebagai analis,  Persepsi semacam ini kami abaikan dalam analis. Karena informasi yang kita terima bisa saja bias. Pemikiran orang sekelas peraih hadiah nobel atau kolumnis, pemerhati social, politik, ekonomi bisa saja menyesatkan. Itu harus dihindari. Karena lewat pemikiran mereka, persepsi terbentuk di luar kesadaran kita. Dan  kita bisa jadi korban paradox.


Dulu sebelum perang dunia kedua. Masyarakat AS menilai fenomena yang terjadi melalui lensa perspektif. Selalu akal sehat dikedepankan. Hukum kausalitas berlaku. Kalau ingin makmur, ya harus kreatif dan punya keberanian berinovasi dan mau jadi pioneer. Semua melewati proses kerja keras dan kerja cerdas. Dengan perspektif itu, siapapun bisa bermimpi sukses di AS dan memang terbukti. Makanya AS jadi tujuan migrasi bagi siapa saja yang ingin menggapai American dream. 


Pada perang dunia kedua, persepsi bahwa Jerman tidak terkalahkan. Persepsi orang Asia, Jepang tidak terkalahkan. Kami tidak takut walau Jerman sudah menguasai lebih separuh Eropa. Tidak takut walau Jepang sudah menaklukan China.  Kemenangan kami atas Jepang adalah kemenangan sains dengan jatuhnya bomb atom di Nagasaki-Hiroshima. Kemenangan kami atas Jerman karena menegement perang yang handal. 


Namun setelah perang dunia kedua. Euforia kemenangan itu lambat laun merusak generasi baby boomer yang tumbuh dewasa di era keemasan AS. Lambat laun dunia perspektif mulai memudar digantikan oleh semakin menguatnya persepsi pasar yang dimotori oleh wallstreet. Harga saham tidak lagi ditentukan oleh fundamental tetapi oleh persepsi pasar. Barang barang dijual dengan harga lewat persepsi pasar, tidak lagi atas dasar manfaat dan kebutuhan. Tetapi ilusi. Apa yang terjadi adalah bubble price. Imbalance economy.


Sistem Pendidikan diubah. Tidak lagi atas dasar pemahaman diri tetapi lebih kepada persepsi yang distandarisasi. Orang punya persepsi bahwa sekolah dan kampus harus bisa menghasilkan Angkatan kerja. Agar bisa jadi mesin kapitalis. Pada akhirnya itu justru menciptakan kelas. Kelas pekerja dan pemodal. Gap kaya miskin semakin lama semakin melebar. Pengetahuan semakin luas namun orang tetap berpikir sempit seperti kaum bar bar. Pengetahuan tidak membuat orang bijak. Yang kuat memakan yang lemah.


Kemudian diperparah lagi dengan lahirnya negara kesejahteraan. Itu juga persepsi tetang cara mencapai kemakmuran. Sistem jaminan sosial menetapkan tarif iuran uang pension, kesehatan, perumahan, korban PHK. Dari tahun ketahun iuran terus meningkat tarifnya memotong upah pekerja. Akumulasi uang pekerja itu ditukar dengan SUN. Memberi peluang kaum kapitalis me-leverage asset nya. Sementara pekerja sampai mati tidak akan bisa menikmati financial freedom kecuali kelas pemodal. 


Apa yang terjadi berikutnya adalah krisis demi krisis melanda. Tahun 1970an terjadi stagflasi. Krisis terjadi lagi tahun 1981. Pada tahun 1989 terjadi krisis tabungan dan pinjaman. Tahun 2008, terjadi krisis subprime mortgage. Sejak itu AS terus berjuang keluar dari krisis. Kehidupan social tidak lagi ramah seperti sebelum tahun 2000.  Fundamental ekonomi berderat retak.


Generasi kini harus menghadapi kejatuhan nilai AS sebagai bangsa pionir dan digantikan oleh China. Itu karena China copy paste system Pendidikan AS sebelum perang dunia kedua, yang telah dibuang AS. Semua karena persepsi yang misleading. Alasan saya resign dari the company sebagai analis karena laporan saya selalu masuk file. Analisa dalam lensa perspektif hanya cukup dibaca dan disimpan dalam brangkas file.


***

Dari arah pintu masuk lounge executive hotel, saya melihat Sanya melangkah cepat kearah saya. Dia memeluk saya dengan erat seakan melepas rindunya. Saya senyum saja. 


“ Apa ada yang penting yang harus dibicarakan, Sanya” Tanya saya telah melepas kangen dengan obrolan ringan. Sanya menatap saya dengan wajah kaku. Saya siap menanti apa yang hendak dia bicarakan.


B, seru Sanya. Tahun 2018, Smelter  di AS batalkan kontrak biji besi dengan Yuan. Yuan punya masalah dengan kapasitas produksi yang overload di Brazil, Australia. Mitra kita bermaksud hostile PI Yuan di Brazil dan Australia, dan juga paksa Yuan divest 30% saham di Smelter di AS.


Maret 2021, Smelter di AS setuju untuk lanjutkan peran Yuan untuk jadi supply chain pabrik bajanya. Membatalkan recana divestasi saham Yuan di Pabriknya. Dengan demikian Yuan bisa lanjutkan PI di Brazil dan Ausi. Yuan terhindar dari tarif pajak Trumps. Saya sebagai CEO Yuan EM, baru tahu belakangan kalau kamu dibalik saya selesaikan masalah itu semua.” Kata Sanya.


Saya menyimak saja.


“ Tahun 2022 bulan Mey, Izin konsesi tambang biji besi di Amerika Latin ada masalah. Ternyata palsu. Konsesi yang Piory  akuisisi ternyata sebelumnya sudah dijual ke China.  Yuan kena trap Arturio mitra Yuan di Brazil. Akhirnya selesai juga. Arturio dipenjara. Izin IUP Yuan diperbaharui tanpa keluar biaya lagi. Saya akhirnya  tahu belakangan, dibalik itu semua karena peran kamu. “ kata Sanya. Dia terdiam. Hening.


“ Terus masalah nya apa say..? kata saya.


“ Saya sedih lihat keadaan kamu di Jakarta. Keliatan tidak lagi seperti awal saya kenal kamu. Kini kamu menua dan  seperti tidak punya apa apa. Sementara saya  dan para eksekutif Yuan EM hidup seperti ayam merak “ Kata Sanya berlinang air mata.


Saya menghela napas.


“ Dulu kamu pernah bicara mencerahkan saya tentang perspektif dan persepsi. Apakah kamu masing ingat. Karena itu juga alasan kamu resign dari The company” Kata saya. Sanya mengangguk.


“ China itu menerapkan komunisme. Tetapi mereka bisa menerima perspektif kapitalis dan neoliberalisme. Menjalankannya tanpa mengubah idiologi komunisnya. Artinya tidak ada yang salah dengan komunisme, sosialisme, kapitalisme, atau agamaisme.  Itu soal metodogi. Soal pilihan. Yang salah itu adalah persepsi yang cenderung misleading. Sepanjang itu dalam konteks perspektif, itu sama sama punya nilai membangun peradaban yang lebih baik.” Kata saya. Sanya menyimak.


“ Saya seorang agamais. Saya mengamini Pancasila sebagai falsafah berpikir dan membangun bisnis dalam perspektif Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Demokrasi dan Keadilan sosial.  Saya melakukan banyak hal bertahun tahun membangun Yuan. Bertarung di jatung kapitalis. Negosiasi dengan banyak konglomerat dan elite financial global. Setelah established, saya keluar dari dunia itu. Kembali ke pangkal dimana awal saya berasal. Cukuplah saya dan Tuhan saja. Ya kesadaran akan diri sendiri. “ Kata saya seraya menyandar di sofa. Keliatan Sanya menitikan airmata.


“ Bagi saya bisnis itu adalah perspektif tentang harta, bukan persepsi. Harta tidak pernah membuat seseorang bahagia, dan tidak akan pernah. Semakin banyak yang dimiliki seseorang, semakin banyak pula yang diinginkannya. Alih-alih mengisi kekosongan, harta justru menciptakan kekosongan. “ Kata saya.  


“ Sanya “ Seru saya meremas jemarinya. “ Cukuplah Harta itu hanya ada dalam catatan. Di kepala saja. tetapi tidak di hati. ” Kata saya. “ Jadi focuslah kerja keras dan utamakan kekepentingan stakeholder Yuan. Kaum profesional punya tanggung jawab moral memperbaikin kehidupan ini agar lebih baik. Tenangkan hati kamu. Saya akan baik baik saja dengan keadaan saya sekarang. “ sambung saya. Sanya memeluk saya dan menangis. “ Maafkan saya. Selama ini salah menilai kamu. Now you are not just my hero but my inspiration...” Kata Sanya terisak.

Saturday, November 23, 2024

Ingin jadi sahabatmu saja..

 



“ Proses akuisisi unit bisnis logistic punya SIDC oleh Yuan sudah rampung, termasuk Finacial closing. Kini saatnya kita lakukan pergantian  Chairman dan CEO. “ kata Wenny CEO Yuan Holding saat bertemu saya di Hong Kong financial Club tahun 2013.


“ Posisi Chairman kamu pegang. Dan CEO..” saya mengirim file CV via Web-email ke Wenny “ Baca file yang barusan saya kirim “  Lanjut saya. Wenny baca lewat smartphone nya dengan cepat” Jadi Piory yang akan jadi CEO” kata Wenny. Saya mengangguk. 


“ Apa ada masalah ? tanya saya.


“ Apa dia mau.?  Kan posisi dia sekarang juga CEO di perusahaan multinasional logistic. Karirnya sudah mapan.” Kata Wenny.


Saya berusaha memahami Wenny. “ Kalau dia bersedia, gimana ? 

“ Bagus! “ kata Wenny. Saya mengangguk.


Saya maklum. Sekelas CEO itu adalah professional.Pertimbangan mereka berkarir bukan hanya ukuran perusahaan tetapi siapa pemegang sahamnya. Mereka engga mau gamebling pindah kerja. Tapi sudah prinsip saya. Saya akuisisi perusahaan yang high grade dengan visi besar, yang tentu perlu CEO yang juga high grade, dan punya kemampuan menjalankan visi saya. Sulit memang mendapatkannya. Sama sulitnya dengan akuisisi perusahaan.


Kali pertama kenal Piory tahun 2010. Di pesawat dalam penerbangan dari Tokyo ke Hong Kong. Setelah pertemuan itu kami jadi akrab. Saling komunikasi via email dan telp. Kadang bicara berlama lama via skype. Kami juga sering bertemu. Biasanya dalam acara seminar international bidang logistik. Itu akan jadi kebersamaan yang indah.  Kalau dia ke Hong Kong, kami kan dating. Begitu juga kalau saya ke Singapore, dia akan undang saya ke apartement nya. 


Usianya 38 tahun. Cantik. Hidungnya  mancung. Wajahnya opal. Lebih mirip orang Eropa. Tapi matanya tidak biru. Itu karena Ayahnya dari England dan ibunya dari Singapore. Dia sarjana dari Cambridge. Saya belajar banyak dari mendengar dia bicara. Dia sangat ahli soal logistic dan pantas menduduki pisisi CEO MNC logistic. 


Dia tidak pernah kehilangan sabar menjelaskan seluk beluk bisnis logistik.  Kebetulan saya pernah kursus logistic di London dan Rotterdam. Jadi saya mudah memahami penjelasannya. Terutama bagaimana make money dan create business model yang tepat untuk rencana mendirikan unit business Logistik. Ini penting sekali dalam rangka meyakinkan investor dan banker.


Tahun 2013 saya memimpin team M&A SIDC untuk akuisisi unit business logistic di Dubai, lewat skema SWAP jaringan pipa gas, yang SIDC punya. Setelah akuisisi itu, SIDC exit ke Yuan Holding. Karena Yuan associate dari SIDC, proses pembiayaan akuisisi itu tidak begitu rumit. Yuan dapat dukungan dari SIDC untuk menggalang  dana 70 % dari Global bond, unsecure dan 20% dari private placement para investor institusi. Sisanya 10% dari pemegang saham Yuan.


***

“ Hi, B.” telp dari Piory tahun 2013 december. Winter time di Beijing. “ Apa bisa ketemu? Lanjutnya.


“ Tentu. Kapan dan dimana ?


“ Kamu dimana sekarang ?


“ Saya di Beijing.” 


“ Kalau begitu saya terbang ke Beijing hari ini. “


“ Apa boleh saya booked room hotel  di Paninsula. Kebetulan saya nginap di Hotel yang sama. Pagi kita ketemu saat  breakfast ” kata saya.


“Ok. Thank. See you.” Katanya mengakhiri telp.


Saya tersenyum. Salah satu eksekutif Yuan dihubungi oleh perusahaan tempat Piory kerja untuk kerjasama. Mereka tahu Yuan sukses akuisisi unit logistic di Dubai yang sangat penting untuk bisnis oil and Gas. Saya mengenal Piory sudah tiga tahun. Selama itu dia tidak pernah tahu hubungan saya dengan Yuan. Dia tahunya saya bekerja pada SIDC.


Jam 8 pagi saya ke ruang breakfast Hotel. Saya liat Piory sudah ada di table sambil baca koran dengan segelas Kopi. Dia tersenyum saat saya mendekat. “ Selamat pagi B.” sapanya. Ketika saya mau ambil kopi di buffet. Dia menahan tangan saya. “ biar saya ambilkan kopi untuk kamu. Duduk aja” katanya dengan sigap. Itu sudah kebiasaan dia kalau ketemu saya. Sangat hospitality. Standard wanita berbudaya tinggi.  Perpaduan asia dan eropa.  


“ Sejak kejatuhan Lehman. Banyak bisnis strategis jatuh ke Investment Holding milik China. Itu terjadi di seluruh dunia, terutama di jantung kapitalisme. Dubai, Singapore, New York, Boston dan lain lain. Dulu hal itu tidak pernah terbayangkan akan terjadi. Karena skill berbisnis multinasional tidak mungkin di pahami Asia. Kini apa yang dibangun ratusan tahun oleh orang Eropa dan AS, dapat dengan mudah diakuisisi oleh China. “Kata Piory. Saya senyum aja.  “ Apa yang dapat kamu pahami dari fenomena ini”  Tanya Piory.


“ itu karena proses pencerahan dari orang Eropa dan AS. Kan orang Asia banyak belajar di Eropa dan AS. Biasa saja.” Kata saya.


“ Saya tanya, apa yang dapat kamu pahami dari fenomena ini” Kembali Piory bertanya hal sama. Sebelumnya saya lebih banyak bertanya dan menyimat saat dia bicara. Apakah ada yang sesuatu yang ingin dia tahu tentang saya. Terutama  dari wawasan saya. Ada apa? Tapi engga ada masalah. Saya jawab aja apa yang dia tanya.


“ Kamu mungkin pernah baca buku, The miracle of capital. Penulisnya adalah Hernando de Soto. De Soto adalah Ekonom dari Peru. Dia mampu menterjemahkan esensi dari Kapitalisme ala Milton Friedman sang neolib dalam Bahasa romantic, namun juga sangat vulgar bagi pengikut Friedrich Haye, Bruno Leoni.


Bahwa dalam kapitalisme asset harus berbentuk surat resmi dan surat resmi akan diubah jadi  asset financial, dan selanjutnya menjadi alat  leverage mendatangkan modal. Tadinya bagi orang asia cara ini dianggap ajaib. Tapi lambat laun mereka pahami dengan mudah. Itu berkat interaksi dengan orang Eropa dan AS.” Kata saya.


“ Ok.  jelaskan secara sederhana.” Kata Piory.


“ Dahulu kala, harta adalah sebidang tanah dan kumpulan ternak. Dari harta itu orang hidup menghidupi dirinya. Namun belakangan karena manusia semakin bertambah dan kebutuhan semakin meningkat maka kompetisi terbentuk. Harta tidak lagi diartikan ujud phisiknya. Tapi harta telah berubah menjadi selembar document yang dilegitimasi oleh negara. Selembar dokumen itu bila dilampirkan dengan seperangkat izin ini dan itu, ia berubah menjadi asset financial. 


Kemudian bila dokumen itu dilampirkan dengan project feasibility study. maka jadilah ia akses meraih modal. Bukan dijual tapi digadaikan. Modal itu berputar untuk kegiatan ekonomi dan menghasilkan laba untuk kemudian digunakan membeli harta lagi. Ini disebut dengan nilai reproduksi capital atau project derivative value. Harta tidak lagi berdasarkan harga perolehan tapi nilainya menjadi imajiner tergantung future dari financial analysis.


Maka jadilah Harta dalam lembaran dokumen bernama Saham.  Negara semakin memberikan akses kepada harta itu untuk berkembang tak ternilai melalui pasar modal. Bukan hanya di lantai bursa, tapi juga dipasar uang. Dokument Saham dijual sebagian dan sebagian lagi digadaikan dalam bentuk REPO maupun penerbitan obligasi. Disamping itu akses permodalan conventional lewat bank terus digali agar harta terus berlipat lewat penguasaan kegiatan ekonomi dari hulu sampai kehilir. “Kata saya. Kemudian seruput kopi. Piory terus menyimak dan sabar menanti saya melanjutkan.


“ Kapital dapat mereproduksi dirinya sendiri. Bahwa harta bukanlah ujudnya tapi apa yang tertulis. Itu hanya mungkin dapat dicapai apabila dalam bentuk dokumen perizinan ini dan itu. Makanya jangan kaget, bila korporat mulai sulit dapatkan utang karena Debt to equity ratio tidak layak, mereka lakukan revaluasi asset. Asset direkayasa meningkat. Sehingga Debt to equity ratio jadi membaik dan kembali layak dapat pinjaman. 


Negara juga sama. Agar terhindar pagu Debt to GDP. Pemerintah tingkatkan PDB lewat APBN ekspansif, agar bisa terus layak berhutang. Caranya? Memberikan izin exploitasi  SDA, sehingga yang tadinya SDA hanya jadi potensi ekonomi, ia berubah menjadi asset financial. Itu menambah PDB. Kemudian kalau masih kurang. Ya revaluasi BMN sehingga PDB meningkat pesat. Menjadi layak menarik pinjaman walau kondisi APBN defisit. Praktek ini menimbulkan moral hazard. Karena bisa berdampak bubble asset.


Namun miracle of capital ini menjadi sumber mind corruption. Karena produk negara berupa IUP dan Konsesi atau perizinan usaha, menjadi jimat ampuh menarik modal dari perbankan dan pasar modal. Yang punya akses dapatkan izin ini dan itu ya yang bisa bayar atau menyuap atau kolusi dengan pejabat atau elite politik. Maka yang kaya semakin kaya dan  yang miskin semakin tertinggal dari kompetisi. Itulah sumber dari ketidak adilan terhadap sumber daya.” Kata saya. 


“ Dan itulah yang dilakukan Eropa dan AS selama beberapa decade di Amerika Latin, Asia tenggara, Afrika. Mereka tidak menjajah secara phisik. Tetapi lewat ekosistem financial, mereka mengendalikan modal untuk menguasai sumber daya negara lain terutama yang kaya SDA. Dan dari kapitalisasi SDA itu mereka  leverage lewat pasar modal dan uang. Sehingga mereka semakin besar. Bukan hanya menguasai tekhnologi, industry dan ekstraksi mineral tambang, tetapi juga menguasai jasa dibidang logistic dan keuangan.” Kata Piory menyimpulkan.  Saya mengangguk.


“ Kunci dari kekuatan kapitalisme sumber daya ada pada logistic dan financial. Kan tanpa logistic yang hebat pertukaran barang dan uang tidak terjadi efisien secara global. Tanpa financial service, mesin ekonomi dalam hukum demand and supply engga terjadi. Walau kaya SDA dan jumlah penduduk besar, itu tidak ada artinya tanpa penguasaan logistic dan financial knowledge” Kata saya menimpali. 


Piory tersenyum namun terkesan dia baru saja mengetahui saya dari sisi lain. Sepertinya, saya  orang asing di hadapannya. Yang baru dia kenal. Ada apa ini? 


“ Ini profile tentang kamu. “ Katanya  memberi selembar kertas. Saya baca cepat. Saya terkejut. Inikah alasan dia terbang 8 jam dari Singapore ke Beijing. Inikah alasan dia berbeda dari sebelumnya. Dan saya kembalikan lagi ke dia kertas itu dan menanti sikapnya setelah tahu siapa saya.


“ Jangan tanya darimana saya dapatkan profile tentang kamu. Dan saya juga tidak akan bertanya mengapa kamu rahasiakan profile kamu dan berusaha berdrama depan saya. Seolah olah kamu hanya manager counter trade dari international holding.  Yang pasti kalau selama ini saya terpesona dengan kamu, itu bukan drama. Kamu tidak pernah menggoda saya. Tapi saya sendiri ubdang kamu ke apartement saya. “ katanya dengan tatapan menusuk. 


Saya diam saja. Selama ini saya tidak pernah berdrama. Sikap saya kepada dia itu udah nature saya. Termasuk saya tidak bercerita kalau tidak diminta. Tidak akan berbicara kalau tidak ditanya. Dan saya memang tidak ada niat menggoda dia dengan reputasi posisi saya di SIDC dan Yuan. Saya hanya tertarik dengan wawasan dia. Saya perlu belajar darimana saja. Karena saya tidak terpelajar. 


Suasana jadi hening. Penuh kekakuan. Tidak seperti sebelumnya. “ Apa yang kamu inginkan dari saya “ Kata Piory memecah keheningan. 


“ Saya hanya ingin berteman dengan kamu." Kata saya mendongak menatapnya. Tapi saya kembali tertunduk. " Saya ingin kamu mengenal saya apa adanya saya secara personal. Kalau itu terlalu mewah bagi saya. Maafkan saya. Maafkan..” kata saya. Hening lagi.


“ Kamu tidak menjawab pertanyaan saya. Apa yang kamu inginkan dari saya sesungguhnya ? Mata Piory berusaha mengejar kemana gerak mata saya. Dia sudah tahu saya pemain hedge fund special LBO yang menguasai financial engineering. Tidak mungkin melakukan apapun tanpa rencana detail untuk tujuan tertentu.


“ Saya…” Tak sanggup saya melanjutan. Tersekat ditenggorakan. 


“ Apa…” Kejar Piory seraya menggenggam jemari saya.


“ Saya ingin kamu jadi CEO atas unit business Logistik Yuan “ Kata saya menunduk.” Bargabunglah dengan Yuan.” Lanjut saya tanpa menatapnya.  Saya menanti jawabanya. Kalau dia tidak berkenan. Ya Sudah. Semoga dia masih mau jadi sahabat saya. 


Walau dalam keadaan tertunduk. Saya tahu dia berdiri dari kursi dan melangkah menyeberang table. Dia berdiri di belakang saya. Terasa ada tangan melingkar di tubuh saya. Saya menoleh ke belakang. Dia kiss dried dan tersenyum. Dia keras,  tegas dan cerdas, namun kesan keibuannya yang lembut tidak hilang terutama cara dia bersikap kepada sahabat yang dia hormati dan cintai. 


" Ini terakhir kali saya bisa menjangkau kamu, Setelah saya gabung di Yuan. Kamu sudah tidak mungkin bisa saya jangkau. Saya akan bekerja keras karena saya mencintai kamu dan inginkan yang terbaik untuk kamu. " Katanya. Saya terhenyak. Lama dia peluk saya dari belakang. Saya diamkan saja. Tak berapa lama dia lepaskan pelukan dan pergi dengan berbisik " good bye my dear." katanya. Saya diam mematung. Tak sanggup melihat dia pergi dari hadapan saya.


Seminggu kemudian, Piory datang ke kantor Pusat Yuan. Dia setuju bergabung dengan Yuan sebagai CEO unit bisnis Logistik. Yuan bailout utangnya di tempat dia kerja sebelumnya sebagai CEO. Kini sudah 10 tahun dia sebagai CEO. Pertumbuhan usaha meningkat 4 kali. Dan telah punya 3 subholding 3. Kapal cargo, Port and terminal di China dan Warehousing ecommerce market place di China, Eropa dan AS. Punya cabang di lebih 80 kota di dunia dengan total karyawan lebih 10.000 orang. 


Sejak dia bergabung di Yuan, kami jarang sekali bertemu. Selama 10 tahun hanya 4 kali bertemu. Komunikasi bisnis dia hanya dengan Management Yuan Holding. Dan dari laporan yang saya tahu, tidak pernah ada masalah serius. Selalu dia dan team Yuan Holding mampu solving problem dengan baik. Saya hanya berdoa untuk kebaikan dia dan semoga dia dapatkan jodoh yang akan menemaninya ke sorga.

Tidak sulit kalau punya niat baik.

  Saya kangen Yuni. Ingat berepa tahun lalu dulu saya tugaskan dia mendampingi team Yuan dan SIDC untuk aksi akuisisi jalan tol di China. Pe...