Thursday, April 30, 2020
Berkat Corona...
Aku harus pulang...
Pria itu, malaikatku
“ Ya. “ Jawabku sekenanya. Mengapa orang ini terus bertanya. Apa dia pikir aku wanita murahan yang sedang cari mangsa di cafe.
“ Aku orang art director. Mana paham aku kerjaan asisten pribadi.”
Tetapi entah mengapa aku punya keberanian untuk minta ongkos taksi dari pria itu. Itupun setelah Pak Bimo tidak ada. “ Pak, maaf. Saya engga ada uang bayar taksi. Maaf pak. “ kataku terlontar begitu saja. Aku tak bisa menahan airmataku jatuh. Aku berusaha menahan tangis. Ini kali seumur hidupku begitu tak berdaya.
Kesempatan kedua.
Lama aku memperhatikan wajah wanita yang ada dalam lampiran CV lamaran kerja. Keliatanya sangat keibuan. Cantik. Usia 38 tahun. Namun dari wajahnya ada pancaran keteguhan dan semangat. Data test dan wawancara, semua mendukung untuk posisi sebagai head of investment strategy.
Tiga tahun lalu saya undang Miss Ng makan malam di Conrad. Dia datang tetap dengan pakaian kerja. Blesser hitam.
“Kamu sudah baca kan dokumen yang kemarin saya kirim. “
“ Ya pak. Ada 4 file. Saya sudah baca semua.”
“ File pertama, data perusahaan yang menjadi holding dari 6 perusahaan yang bergerak di bidang infrastruktur Telekomunikasi. Dia sedang ada masalah. Kreditur utamanya kecewa. Karena dia gagal melakukan ekspansi sehingga sahamnya di bursa jatuh. “
“ Ya pak. Itu penjelasan pada halam 241. Kreditur nya perusahaan cangkang namun dana sebenarnya berasal dari investor institusi di Amerika, yang mengelola Sovereign Wealth Fund dari Abudabhi. Namun bukan karena itu saja. Holding mereka terlibat skandal dana offshore” Kata Ng. Saya terkejut. Hebat dia bisa hapal sampai ke halaman file. Jenius nih cewek.
“ Kita harus amankan kasus skandalnya agar kreditur mau dengar kita dan bantu kita akuisisi dengan harga terbaik.” sambung Ng. Dia hapal semua.
“ OK lanjut. File kedua, dua perusahaan lagi punya masalah dengan kreditur utama di Jepang. Juga investor institusi. Sekarang dalam status di bawah kendali kreditur karena mereka salah melakukan ekspansi. “
“ Ya pak. Perusahaan yang dimaksud file kedua itu, belum IPO. Namun kinerja mereka bagus. Pelanggan diatas 8 juta user. Kreditur akan lakukan lelang tahun depan. Tugas saya hentikan proses lelang itu dan pastikan kita ambil langsung lewat swap jaminan” Kata Ng.
“ Ya. File ketiga, analisa dari konsultan strategy berkaitan dengan rencana bisnis saya. “
“ Ya pak. Tetapi perlu dipertajam analisa mereka. Kita harus tentukan dimana Hub nya agar engga kena trapp“ Kata Ng.
“ File keempat. Daftar semua kontak saya di Eropa, AS, Jepang. Termasuk langkah taktis apa yang harus kamu lakukan. Jadi ada 8 perusahaan yang harus kamu akuisisi”
“ 8 itu termasuk Bank”
“ Benar. Nah saya tugaskan perusahaan kamu untuk melakukan semua proses itu sampai selesai. Di perusahaan itu kamu satu satunya pengendali dan pemegang saham atas dasar kontrak proxy. Saya berdoa semoga sukses.”
Ng lama pandang saya. “ Anda percaya saya.?”
“ Ya. Kenapa? ”
“ Ini medan perang yang berdarah darah. Karena semua hostile take over “ Katanya.
“ Kalau engga begitu, kita tidak ada jalan untuk akuisisi.”
“ Ya pak.” Wajah Ng nampak tegang.
“ Kalau kamu ragu, kamu bisa menolak.”
“ Saya siap laksanakan. “
“ OK sekarang silahkan makan.” tak berapa lama Wenny ikut gabung.
“ Kalian lanjutkan makan malam, ya. Saya ada urusan lain” kata saya melangkah keluar dari Conrad. Selanjutnya Wenny akan membriefing dia secara detail, termasuk menyerahkan dana operasional.
Salah satu ambisi saya adalah akuisisi infrastruktur Telekomunikasi. Team saya butuh 20 bulan untuk menggalang dana lewat skema financing yang melibatkan hampir 18 investor institusi dan 4 vendor kelas dunia. Selama 20 bulan itu team bekerja full time. Mereka terbang melintasi benua, Eropa, Asia, AS. Melakukan puluhan kali meeting.
Setiap proses, melibatkan ahli keuangan, IT, telekomunikasi, Lawyer dan global investment strategis atau pengamat ekonomi dan bisnis, yang bertugas melakukan lobi dengan pemerintah. Jangan tanya berapa ongkos habis selama 20 bulan itu. Totalnya hampir 3% dari anggaran akusisi yang mencapai USD 6 miliar.
Setelah berhasil, apakah saya bisa seenaknya kendalikan? tidak. Semua stakeholder jadi watchdog. Setiap langkah, mereka perhatikan. Engga mungkin bisa korup. Jangan dikira para direksi bisa kerja santai. Kerja mereka lebih keras melaksanakan strategi perusahaan agar goal tercapai. Yang pasti program restruktur bisnis yang jadi agenda dan membuat stakeholder percaya, harus dilaksanakan dengan benar.
Jadi bekerja dengan standar international dan melibatkan program B2B itu sangat berat. Tingkat stress tinggi sekali. Para team yang terlibat hampir tidak ada waktu santai. Walau mereka dilengkapi dengan private jet dan Credit card yang unlimited, namun jadwal bisnis yang ketat, tetap saja membuat mereka seperti duduk diatas bara. Belum lagi langkah mereka setiap waktu dimonitor oleh direksi holding yang super cerewet.
Ingin jadi sahabatmu saja..
“ Proses akuisisi unit bisnis logistic punya SIDC oleh Yuan sudah rampung, termasuk Finacial closing. Kini saatnya kita lakukan pergantian...
-
Pagi pagi kemarin saya harus ke Singapore untuk lunch meeting dengan relasi SIDC dari NY. Saya naik pesawat ekonomi class. Saat nunggu di ...
-
Sore itu saya makan malam dengan Florence dan Yuni. Kebetulan Yuni ada business trip dari Hong Kong ke Jakarta. Yuni kini CFO Yuan Holding...
-
Tiga bulan lalu Robi kirim File Pdf tentang penawaran akuisisi DBC Holding yang terdaftar di Singapore. Saya paranoid terhadap segala sesu...