Sunday, September 22, 2024

Berkorban

 


Tahun 2019 setelah selesai restruktur utang SIDC, saya sempatkan ke Shanghai untuk meninjau Sub Holding SIDC HighTech. CEO nya adalah Risa. Kebetulan saat saya datang. Dia sedang business trip ke Beijing. Tidak ada masalah. Karena saya hanya sekedar ingin lihat suasana kantor setelah pindah ke Zhangjiang Hi-Tech Park di distrik Pudong.  Staf perwakilan SIDC di Shanghai janji akan temanin saya. Namun setelah saya tunggu sampai jam 10 pagi di Hotel. Dia belum datang. Saya juga tidak mau telp. 


Dari Hotel, saya naik taksi ke alamat kantor SIDC HighTech. Saat itu asam lambung saya terasa naik. Selama sebulan menyelesaikan proses restruktur. Saya memang kurang tidur dan tidak cukur jenggot dan kumis. Saya kirim pesan singkat ke staf perwakilan SIDC. Saya tunggu dia di lobi kantor. Sampai di alamat. Saya tunggu di lobi. Di sebelah saya duduk ada wanita. Penampilannya sederhana. Berkacamata baca.


 “ Anda juga mau melamar ? tanyanya. 

Saya menoleh “ Ah engga. Tunggu teman” kata saya dalam Bahasa inggris. 


“ Darimana asal anda. “ tanya pakai Bahasa inggris.


“ Indonesia.”


Saya tahu dia perhatikan sekilas penampilan saya. Saat itu saya mengenakan celana denim hitam dan kaus dengan berbalut jacket penahan dingin. Dia terdiam. Tidak hendak lagi bertanya. Saat itu terasa keringat dingin membasahi tubuh. Saya tahu ini tanda puncaknya asam lambung. Entah mengapa saya tidak ingat lagi. Saya baru sadar setelah ada di rumah sakit. Yang pertama saya lihat wanita yang tadi bertemu saya di lobi kantor. “ Anda yang bawa saya ke Rumah sakit? Tanya saya.


“ Ya. “ katanya dengan wajah kawatir. Tak berapa lama dokter datang. Setelah 3 jam di UGD, saya di izinkan pulang. Saat saya akan bayar bill. Pihak Rumah sakit memberi tahu bahwa saya atas jaminan dari wanita itu. “ CC dia udah kami deduct. Payment sudah settle” kata petugas RS.  Saya berusaha mengejar ke lobi Rumah sakit. Ternyata wanita itu sudah tidak ada.


Saya segera ke kantor SIDC HighTech lagi. Wanita itu sudah tidak ada. Tetapi Xiaobin, kepala perwakilan SIDC Holding di Shanghai ada di lobi bersama staf SIDC HighTech. Dia terkejut. “ Maaf. Saya datang ..” kata Xiobin berusaha ingin jelaskan alasannya terlambat. Tapi saya cepat kibaskan tangan. “ saya minta kamu cari wanita yang tadi mau wawancara di kantor ini. “ 

“ Kenapa ? 

“ Dia pasti batal panggilan wawancara hanya karena bantu saya ke Ruma sakit. “ Kata saya.

“ Oh maafkan saya.” Katanya dengan nada menyesal.

“ Xiobin, bisa engga kamu berhenti minta maaf. “ Saya mulai kesal. “ Cari wanita itu.” Kata saya agak tinggi tones. 

“ Siap pak. “

“ Kalau begitu kita langsung ke ruang direksi. Bapak tunggu di ruang itu dan saya cari wanita itu.” Kata staf SIDC HighTech. Kami langsung pergi ke ruang direksi.


Setelah menunggu 1 jam. 

“Pak, Seru staf SIDC HighTech yang datang bersama Xiobin . Mereka membungkuk depan saya. “ Memang ada satu pelamar yang tidak ikut wawancara. Dia sudah dianggap gagal.” Kata Xiobin.

“ Kamu ngerti engga. “ Kata saya mengerutkan kening. “ Saya engga butuh alasan. Dapatkan wanita itu dan bawa ke depan saya. “ kata saya keras. 

“ Siap pak.” Kata Xiobin.


20 menit kemudian. Mereka berdua datang lagi. “ Saya udah telp tetapi telp tidak diangkat.  Saya juga telp nomor pengganti,  saudaranya. Malah dijawab tidak tahu. ”  Kata Xiobin.


“ Ok antar saya ke hotel. “ Kata saya. Xiobin segera siapkan kendaran. Saya berusaha menenangkan diri. Asam lambung saya terasa lagi. Lebih baik saya istirahat di Hotel. Makan obat penenang. 


Selama proses negosiasi restruktur utang, saya hadapi dengan tenang tanpa perlu obat penenang. Padahal serangan datang bertubi tubi dari segala penjuru mata angin. Tetapi menghadapi situasi ini saya tidak siap. Untuk apa semua yang telah saya raih kalau kenyataanya  ada orang yang baru saya kenal dan tidak tahu siapa saya, begitu saja berkorban untuk saya. Dan saya tidak berterimakasih.


Sampai di Hotel.

“ Temukan wanita itu dan bawa ke hadapan saya. Gunakan semua sumber daya SIDC untuk itu. Paham” kata saya kepada Xiobin. Dia membungkuk ‘ Siap.” Katanya dan berlalu.


Jam 10 malam saya terbangun karena bell kamar hotel. Itu artinya saya tidur 5 jam.  Xiobin datang dengan wajah lelah. “ Tadi sore  ada pegawai SIDC antar hp ke Satpam. Dia temukan hape di depan lobi. Ternyata itu hape wanita itu. Mungkin terburu buru dan hape itu terjatuh saat mau bawa anda ke RS.” Kata Xiobin.


“ Semua miss call kami telp balik. “Lanjut Xiobin. “ berharap itu telp dari wanita itu. Yang sedang berusaha cari hapenya. Ternyata dari debt collector. Terkesan kasar sekali. Nomor telp daruratnya juga kami telp. Ternyata mantan pacarnya. Dia juga tidak mau beri informasi apapun dimana keberadaan wanita itu. “ Kata Xiobin


Saya termenung. Duh Tuhan. Ternyata dia dalam keadaan tidak baik baik saja. Tentu panggilan wawancara itu bagaikan cahaya dalam gelap. Namun dia tinggalkan cahaya itu hanya karena ingin menolong saya. Sebetulnya dia bisa saja panggil Satpam. Toh dia baru kenal saya dan itupun tidak direncanakan. Memang pilihan yang sulit dipahami. 


Saya membayangkan diri saya. Hidup saya terutama dalam bisnis selalu hitungannya laba rugi diatas rasionalitas. Tidak mungkin saya mau deal dengan orang baru kenal. Bahkan kenal setahun pun belum tentu bisa qualified. Tetapi wanita ini, dia melepaskan sesuatu yang pada waktu bersamaan dia sangat menginginkan. Tanpa pemahaman cinta dan kemanusiaan yang dalam, tidak mungkin dia bisa bersikap seperti itu.


“ Pak, ini hape nya. “ kata Xiobin menyerahkan hape itu ke saya. “ Bagian HRD sudah kirim email ke wanita itu untuk kesempatan wawancara kapan saja dia mau.Moga besok dia datang dan bapak bisa ketemu dia ” Lanjut xiobin. Saya lega mendengar kata kata itu. Artinya ada harapan.


“ Ya udah.Kamu boleh pulang. Besok pagi jam 7 udah ada di sini. Paham” kata saya. Xiobin membungkuk.


***

Jam 12 malam telp dari hape wanita itu bergetar. Saya segera terima pangggilan itu. “ Ni hau “ terdengar suara wanita.


“ Ini bukan hape saya. Tetapi hape wanita yang tertinggal di kantor SIDC.” Kata saya dalam Bahasa inggris.


“ Ah ini saya. Hape saya“ teriak wanita itu. Puja puji Tuhan. 


“ Dimana anda sekarang. Apa bisa saya bertemu. Saya yang tadi anda antar ke RS” kata saya cepat.


“ Saya sekarang di Hobey. “ 


“ Oh anda tidak tinggal di Shanghai” 


“ Saya tinggal di Shanghai. Kebetulan tadi saya terburu buru pergi tinggalkan anda, karena dapat kabar ibu saya sakit keras di Hobey” Katanya.  


“ Terus kapan ke shanghai ?


“ Walau saya dapat lagi peluang wawancara di SIDC tetapi saya belum tahu kapan bisa ke shanghai.” Katanya.


“ Boleh tahu. Siapa nama anda?


“ Panggl aja Lisa. “


“ Saya B. “ Kata saya cepat perkenalkan diri. “ Ok Lisa, anda dmana sekarang ?


“ Di Rumah sakit. “ Katanya seraya menyebut nama Rs. Saya catat di notes. “ Malam ini saya ketempat Anda. Tunggu” Kata saya. 

“ Tidak perlu repot. Biar saya sendiri yang jemput hape itu. “ Katanya.


“Berapa nomor hape kamu?


Dia sebutkan nomor hape yang bisa dihubungi. Segera matikan telp. Dan hubungi Xiobin. “ Kamu ke hotel. Kita pergi ke Wuhan malam ini” kata saya. Tak lebih 20 menit. Xiobin sudah datang jemput saya di Hotel untuk segera ke Hobey.


Butuh 9 jam lebih perjalanan dengan kendaraan kami sampai di Hobey. Kami langsung ke RS. Saat itu jam 10 pagi. Sebelum sampai RS, saya sudah telp Lisa. Saat saya sampai RS, Lisa sudah menanti di lobi. Dia terkejut Ketika melihat saya turun dari limo empat pintu. “ B. “ Sapanya. Saya segera serahkan hape kedia.


“ Mana orang tua kamu. Bisa saya menemuinya? 


“ Mari saya antar” kata Lisa.


Saya tahu ini keluarga miskin. Tentu lisa satu satunya anak yang sarjana. Berharap Lisa sebagai solution provider. Setelah melihat sebentar saya permisi pergi.


***

Sebulan kemudian saya dapat telp dari Lisa. “ Utang saya kepada debt collector sudah kamu lunasi. Ibu saya sudah sehat. Itu berkat 30% biaya operasi yang harus ditanggung pasien peserta asuransi  jaminan sosial,  kamu yang bayar. Saya diterima di SIDC sebagai pekerja magang. Moga tahun depan saya bisa lulus dan bisa ikut management train. Doakan ya” katanya dengan suara menahan tangis. Padahal yang bayar Xiobin semua. 


Dari Xiobin saya tahu, lisa terjebak debt collector karena harus menanggung ibunya yang sakit sakitan. Dari kecil dia sudah yatim. Ayahnya meninggal dalam kecelakaan kerja. Saat kuliah dia kerja serabutan untuk bisa selesai kuliah. Setamat kuliah dia kerja di pusat logistk sebagai driver forklift. Dan kalaupun Lisa diterima kerja, itupun karena dia qualified. Bahasa inggris nya bagus. Itu syarat utama bisa kerja di MNC. Dia sarjana Finance. 


“ Jaga diri kamu baik baik ya lisa.” 


“ Ya. “ katanya dan akhirnya suara tangis terdengar. “ Kamu terlalu baik padahal kita baru kenal dan kamu tidak tahu apapun tentang saya.” Katanya dengan suara tangis.

“ Saya akan doakan kamu selalu.” Kata saya mengakiri telp.


Tahun 2023 Lisa lulus program management train. Dia berkerja di kantor Perwakilan SIDC di Beijing. Januari 2024 saya diminta oleh SIDC memberi wajangan kepada team M&A Telekomunikasi and IT yang baru dibentuk dan sekaligus kenalan. Acara diadakan di Singapore. 


Wilson dan Tom kenalkan anggota team yang akan terlibat dalam program M&A Binis telekomunikasi. Lisa terpilih sebagai salah satu anggota team. Dia memang hebat. Dia udah jadi team Elite SIDC. Saya hanya sempat bicara lima menit. Karena harus segera memberikan ceramah. 


" Dalam dunia bisnis khusus pada M&A, ada istilah holy pig.  Istilah ini hanya hidup di kalangan pemain hedge fund. Anda semua tahu. Babi itu kalau diternak. Makanya rakus. Dan cepat sekali gemuk. Manfaatnya engga ada kecuali untuk disantap. Kalau di hutan. Juga sama. Makan rakus. Dia tidak bisa lincah walau larinya kencang. Mudah dimangsa oleh predator. Karena males berjuang mempertahankan diri. Jadi paham ap aitu holy pig


Kalau dalam konteks korporat. Itu di istilahkan kepada perusahaan yang leverage tinggi tapi laba rendah. Kok lucu? Kenapa mudah dapatkan pinjaman. Padahal laba rendah. Investor atau kreditur tidak melihat kepada laba. Tetapi melihat dari cash flow. Secara bisnis perusahaan itu bagus. Market bagus. Resource bagus. Yang engga bagus hanya management dan SDM. Kalau diberi utang, ia akan terus menciptakan arus kas. Nah arus kas ini menguntungkan bagi bank.


Ya namanya holy pig, kan bego dan rakus. Dia tidak akan pernah menyadari kebodohannya. Bahwa kemudahan berhutang itu ada batasnya. Karena lambat laun akan sampai kepada ketergantungan. Kalau engga ngutang engga bisa bayar utang. Engga bisa pesta dan bergaya seperti lenggok pinggul babi yang gemesin. 


Nah kalau leverage semakin tinggi. Oleh pemain hedge fund, para banker dan kreditur di lobi agar mengurangi arus utang. Otomatis Holy pig akan kelimpungan. Saat itulah pemain hedge fund menawarkan too good to be true lewat shark loan. Biasanya holy pig tidak pernah mikir Panjang. Maklum dalam benak holy pig pesta never ending. Uang bisa menyelesaikan masalah. 


Lambat laun ketergantungan kepada shark loan berubah jadi proses hostile TO. Biasanya pemain hede fund tidak akuisisi dengan uang cash. Tetapi lewat LBO. Pihak bank dan kreditur  yang pegang collateral di beri swap asset oleh pemain hedge fund. Aset pun bukan real tetapi sintetik  (  structure fund). 


Setelah selesai dia akuisisi, asset real berupa collateral itu di jual untuk dapatkan uang tunai. Ini disebut rasionalisasi. Nah dengan neraca ramping, otomatis biaya tetap berkurang.. Baya operasi jadi efisien. Tentu mudah dapatkan laba tinggi. Memang secara bisnis tidak ada yang salah. Yang salah adalah mindset dan management. Sehingga mudah masuk debt trap.


Dalam konteks negara juga sama. Ada negara yang punya potensi besar. SDA melimpah. SDM besar. Namun leverage nya tinggi sekali. Padahal rasio pendapatan pajak rendah terhadap PDB. Secara makro ekonomi tidak ada masalah. Makanya mudah aja ngutang. Yang masalah adalah mindset pemimpin dan elite nya brengsek dan bego. Biasanya kreditur atau investor strategis ada dibalik underwriter surat utang dan foreign loan. Mereka itu dengan mindset hedge fund player, memberikan syarat untuk kepentingan afiliasinya.


Para elite kekuasaan di pressure secara mental. Kalian buka IUP tambang. IUP yang sudah rusak serahkan ke ormas agar secara politik bisa redam kemarahan masyarakat. Jangan belanjakan uang untuk riset pertanian tetapi buka kran impor pangan. Kalian pakai uang utang untuk perkuat Cadev agar kurs menguat sehingga kalian bisa bayar utang. Jangan cabut insentif pajak bagi program hilirisasi, tetapi naikan PPN. Jangn masuk ke Indusri, cukup hilirisasi aja. Kalau harga harga naik jangan intervensi pasar. Tetapi beri bansos.


Negara tidak bisa berbuat banyak. Karena dia udah jadi holy pig. Hanya yakin kekuasaan bisa bertahan karena uang. Dan sumber uang adalah hutang. Kelak sampai pada batas tidak bisa lagi berhutang. Ya tinggalkan.  Ekonomi akan chaos. 


Setelah itu barulah aksi Srigala. Todong  lewat skema SAP, special adjustment program. Semua aturan menguras sumber daya dibuat mudah dan di privatasi, agar bisa bayar utang. Itulah yang terjadi pada Venezuela. Negara penghasil migas terbesar dunia dan pernah berjaya sekian decade, kini jadi negara gagal tanpa hope. Bagitu juga dengan negara berkembang lainnya. 


Terakhir dan pesan dari saya. Orang kuat bisa mengalahkan lawannya. Orang perkasa, menghancurkan lawannya. Sementara orang hipokrit mengekor kepada orang kuat dan perkasa. Namun orang cerdik  menaklukan orang kuat dan perkasa , mempecundangi orang hipokrit. Nah, orang yang tercerahkan, ia menaklukan dirinya sendiri sehingga selalu menang berhadapan dengan orang kuat, perkasa, hipokrit maupun orang cerdik. Jadilah orang yang tercerahkan. Perkaya spiritual. Jangan rakus. Hormati sains dan keraslah kepada diri sendiri selama melewati proses  " Demikian wajangan saya. Lebih kepada pencerahan. 


Saya perhatikan Lisa berlinang air mata mendengar wejangan saya.Dia Bukan hanya pintar tetapi hatinya mulia. Tentu Tuhan jaga dia. Hal yang tidak mungkin menjadi mungkin. Tidak ada pengorbanan tulus yang sia sia… 




Saturday, September 14, 2024

Tidak layak

 



Tiga bulan lalu Robi kirim File Pdf tentang penawaran akuisisi DBC Holding yang terdaftar di Singapore. Saya paranoid terhadap segala sesuatu yang mudah. Bagaimana mungkin DBC yang raksasa dan pemegang sahamnya yang juga raksasa,  bisa begitu saja menawarkan pelepasan saham secara private placement. Sebelum diproses oleh team formal dari SIDC holding. File itu saya kirim ke Mia,  team shadow saya. Minggu lalu saya dapat laporan dari Mia. Selama dua hari saya pelajari laporan itu. 


Pertama. Benar bahwa DBC Holding yang akan di akuisisi memiliki sumber daya besar. Portfolio mereka terdiri dari Pembangkit listrik, Mineral tambang, Oil and gas. Mereka belum IPO. Valuasi sangat tergantung kepada kepastian hukum dari negara pemberi konsesi.  Karena mereka tidak punya tekhnologi mengolah sumber daya kritis. Dan tidak ada R&D. Pengembangan yang ada sekarang lebih kepada Upstream Industri, yang produksinya di offtake oleh afialiasi dari DBC Holding. Artinya DBC didirikan memang untuk kepentingan afiliasi. 


Kedua. Seluruh investasi berasal dari hutang dan equity. Karena sejak berdiri DBC tidak pernah mencetak laba. Jadi setiap ekspansi pemegang saham setor modal agar DER pada rasio wajar. Collateral berasal dari konsesi bisnis yang disekuritisasi dengan underlying offtake guarantee dari buyer. Yang underwrite sekuritisasi asset itu adalah 3 lembaga keuangan , yang kebetulan juga terafiliasi dengan pemegang saham dari DBC. Artinya memang DBC sengaja dihabisi sumber dayanya. Keuntungan ada pada afiliasi.


Ketiga. Seluruh anak perusahaan DBC sudah IPO. Rencana pelepasan saham holding tak lebih bertujuan untuk exit strategi dalam rangka risk management. Tidak ada indikasi lain. Karena portfolio nya berupa Tambang Batubara, PLTU sudah masuk sunset. Kesepakatan Paris berkaitan dengan pengurangan emisi karbon tidak bisa ditunda. Dua bisnis itu dalam jangka menengah harus di shut down.  Sementara tambang Emas, data geologis untuk penambang bawah tanah beresiko. Karena berada di garis lipatan bumi. 


Porfolio Oil and gas berfokus kepada explorasi. Tidak ada upstream Industri. Tambang nikel cukup luas namun kadarnya rendah sekali. Keuntungan dari bisnis ini karena adanya insentif bebas pajak terhadap Smelter dan IUP yang longgar AMDAL nya. Itu tidak layak jadi pertimbangkan. Ketergantugan kepada insentif cenderung korup. 


***

Saya bertemu dengan Robi. Kami sudah bersahabat lebih dari 30 tahun. Tahun 83 sampai 85, Dia dan saya pernah jadi team sales pada perusahaan Jepang. Setelah itu kami berpisah jalan. Masing masing terjun ke bisnis. Belakangan saya tahu bisnis Robi bidang cargo dan logistic berkembang pesat  di Singapore dan Malaysia. Kami jarang bertemu. Setahun bisa dihitung dengan jari ketemuan. Dia sibuk dan saya juga begitu.  


Pertemuan kali ini tentu dia ingin tahu progress proposal yang dia ajukan kesaya.  Saat bertemu. Saya jelaskan secara sederhana apa dasar  saya menolak proposal itu. Karena dia orang bisnis dan saya bicara dengan data. Dia bisa menerima alasan saya. “ Engga nyangka,  Ale yang gua kenal ternyata wawasannya luas sekali. Pantas kalau teman teman cerita kamu bisa membangun holding company berkelas dunia dan bermitra dengan konglomerat financial” katanya.  


“ Saya engga sehebat itu. Saya hanya belajar dari alam. “ Kata saya.


  Alam takambang jadi guru “ Kata Robi menegaskan. Dia orang Riau dan banyak bergaul dengan orang Minang. 


“ Ya. Alam mendidik saya berpikir secara kausalitas dan patuh kepada hukum sunnatullah. Alua jo patuit, istilah minang. Makanya saya menolak retorika dalam bisnis. Saya focus kepada data dan informasi yang valid. Berusaha mengerti apa masalah. Kemudian menganalisanya berdasarkan masukan semua pihak. Mendapatkan point dari mengevaluasi itu semua untuk create solution atau membuat keputusan. “ Kata saya.

 

Kemudian kami lanjut bicara santai dalam suasana santai. “ Kenapa begitu banyak yang benci dengan Jokowi? Padahal dia sudah banyak berjasa”  Tanya Robi.


“ Ya biasa saja. Kan ada istilah. Kalau orang tidak membenci kita, itu artinya kita dianggap tidak penting. Kalau  orang tidak membicarakan kita dibelakang, itu artinya kita tidak diperhitungkan. Kalau orang berusaha mengalahkan kita, itu artinya kita something. Sama hal nya dengan presiden. Dimana mana presiden itu tempat kekecewaan dan harapan. Dimana mana pemerintah itu pihak yang selalu disalahkan dan tentu itu karena ia begitu sangat diharapkan” Kata saya.


“ Kan tidak harus membully. Seharusnya pandailah berterimakasih.” Kata Robi lagi.


“ Kemarahan itu situasional, bukan personal. Dalam situasi ekonomi suram sekarang. Banyak kelas menengah yang jatuh miskin dan orang miskin jadi blangsat, wajar saja orang mudah terprovokasi emosional “ Kata saya. 


“ Bayangkanlah,” lanjut saya. “  orang bokek karena bisnis lesu dan stress karena PHK, kan engga secure. Dimana mana orang insecure kan begitu. Soal terimakasih, itu terlalu berlebihan. Presiden atau elite kan bukan pekerja volantir seperti penjaga pintu kereta. Mereka kan dibayar mahal dengan fasilitas luar biasa. Itu sudah terimakasih namanya. Kan duit untuk fasilitas itu dari pajak rakyat” kata saya.


“ Jadi problem negeri kita ini apa sih” Tanya Robi. Saya maklum dia banyak di luar negeri. Karena bisnis nya cargo membuat dia sering travelling ke luar negeri. Clients dan stake holder nya lebih banyak di luar negeri. Dan dalam usia menua dia tetap sibuk memimpin operasional perusahaannya.


“ Ekonomi kita itu tergantung kepada SDA. Sejak era colonial sampai sekarang tidak terjadi transformasi ekonomi dari SDA ke industry. Kamu kan tahu. SDA itu nilai tambahnya rendah. Kalaupun masuk proses hilirisasi, value added tetap saja rendah. Karena ketergantungan modal dan tekhnologi dari luar. Beda dengan industry kreatif yang lahir dari R&D. Itu bisa 100 kali nilai tambahnya.


Nah karena jumlah penduduk terus bertambah dan SDA yang terus berkurang. Maka terjadilah more expenses than income. Ya defisit, yang berujung kepada utang. Nah utang itulah yang trap kita di masa  lalu, kini dan masa depan. Memang tidak ada hope” kata saya berusaha realistis.


“ Tapi negara lain juga berhutang. Ekonomi mereka juga bermasalah.” Kata Robi.


“ Negara lain terutama negara Industri itu berhutang karena kebutuhan leverage. Memang masalah tapi ada hope. Maklum industry kan butuh modal untuk leverage agar efisien dalam skala ekonomi. Namun Quick test liquidity ratio kuat banget. Cost of fund mereka murah banget. Misal Singapore. Walau utang mereka diatas 100% dari PDB, bayar bunga dan cicilan tidak significant Apalagi jepang. Walau debt to PDB hampir 300% namun bunga rendah banget. Bahkan mendekati 0%


Sementara kita walau Debt to PDB kita masih 40% namun Quick test liquidity ratio rentan sekali. Bayangkan aja, 45% dari pendapatan pajak habis bayar bunga dan cicilan. Angka rasio itu setiap tahun terus bertambah karena  defisit APBN harus dibiayai dari utang” Kata saya.


Robi mengerutkan kening. “ So we do have a problem..” Kata Robi. “ So, bagaimana dengan program hilirisasi mineral tambang yang dibanggakan sebagai sumber devisa dan penyumbang PDB” tanya Robi 


" Sebelum saya berpendapat. " Kata saya sambil udut rokok. " Mari kita bongkar praktek hilirisasi Nikel. Demi mendorong program hilirisasi itu diminati oleh investor Asing yang bisa mendatangkan FDI. Pemerintah buat aturan yang exciting. Ekspor nikel yang sudah di smelting akan dapat fasilitas bebas pajak dan tax holiday serta dapat fasilitas subsidi fuel batubara dengan harga DMO. Pemerintah juga mengatur harga pembelian Ore kepada penambang pemilik IUP. Disparitas harga Ore antara China dan Indonesia, gede. Bedanya USD 30 lebih murah di Indonesia.


Sekarang mari kita lihat manfaat bagi Indonesia terhadap kebijakan hilirisasi tersebut. 75% produksi smelter berupa NPI ( Nickel  Pig Iron) dan ferro nickel (FeNi). Itu tidak 100% Nikel. NPI mengandung Nikel sekitar 1,5%-25%. Ferro nickel (FeNi) pada umumnya mengandung 20 – 40 % Ni. Makanya pabrik panci, sendok, pipa galvanis, interior stainless untuk rumah tidak banyak di Indonesia atau tidak berkembang. Kalaupun ada, mereka impor   bahan baku dari China juga. "


" Mengapa ? 


" Produk NPI ( Nickel  Pig Iron) dan ferro nikel itu semua dikapalkan ke China. Sampai di China diolah lagi dengan ditambahkan unsur krom (Cr) dan mangan (Mn), bahkan molibdenum (Mo) dan niobium (Nb). Material katode (contoh NMC- 811) merupakan produk olahan berbasis nikel yang paling mahal. Kandungan nikel pada produk ini adalah 48,3%, dan dihargai sekitar 315% LME (harga NMC-811 sekitar US$ 29.000/ton). Produk asli turunan nikel yang paling mahal saat ini adalah serbuk nikel nano (nickel nanopowder), bahan dasar industri microchip dan telp selular. Jadi yang dapat nilai tambah berlipat ya China."


" Sekarang apakah ekspor produk hilirisasi nikel itu mendatangkan devisa (DHE)?. "


" Perhatikan skema berikut. Perusahaan yang dapat izin smelter dan IUP, biasanya ada kerjasama dengan investor asing. Investor asing ini bertindak sebagai offtaker dan juga lender sekaligus. Hanya saja cara mereka disamarkan. Investor asing menggunakan SPC dengan menunjuk lembaga keuangan sebagai S/A ( special assignee) di luar negeri. SPC ini bertindak sebagai lender dengan skema non arbitrase. Artinya collateral nya adalah produk smelter itu sendiri. Tentu setiap ekspor duitnya sebagian besar masuk ke rekening SPC di luar negeri. Paham ya, mengapa ekspor SDA tinggi tetapi tetap kita harus berhutang untuk menambah devisa. “ Kata saya.


“ Kalau lihat dari praktek lapangan, Indonesia tidak mendapatkan nilai tambah significant. Tidak juga mendapatkan devisa secara signifikan. Sebagian besar duit balik ke investor asing di luar negeri dan nilai tambah berlipat ya mereka yang nikmati. Sementara kita harus menanggung ongkos kerusakan lingkungan. Mengapa ini terjadi? Apakah tidak ada orang pintar dan cerdas di Indonesia? Kata Robi.


“ Tidak. Justru Indonesia gudangnya orang cerdas. “ kata saya.


“ Lantas mengapa ? 


“ Menurut saya, umumnya penguasa terjangkit penyakit megalomania. Orang dengan megalomania merasa yakin bahwa dirinya memiliki kekuatan, kekuasaan, kecerdasan. Padahal mereka  lack of knowledge and lack of spirituality. Karena tidak mau mendengar kritik secara intelektual. Ya anti intelektual. Doyan dipuji. Sehingga mudah di mangsa oleh komprador yang ada di ring kekuasaanya.” Kata saya.


Kami pindah duduk dari Executive lounge ke restoran di lantai atas “ Gimana kabar Aling” tanya Robi saat menanti menue datang. ALing dulu satu satunya wanita dalam team sales kami saat kerja di perusahaan jepang tahun 80an. " 2019 saya pernah ketemu dia Bandara FRA. Katanya dia sedang nego beli kapal di Norwegia. Engga sempat ngobrol banyak. Keliatannya dia rushing time. Tetapi keliatan se-usia dia masih fresh dan cantik " kata Robi.


“ Dia tinggal di PIK dan sejak tahun 2013 jadi Komut GI” kata saya.


" Saya ingat tahun 80an. Kita pergi rame rame ke Panti pijat di Gajah Mada. Tahu tahu Aling nongol. Bubar dah acara. Padahal lue doang yang engga ngamar. Tetapi dia marah besar. Aling itu keras banget dan bawel banget. Tetapi kamu sabar banget. Tapi  dia bisa terima kamu menikah dengan pilihan orang tua. " Kata Robi. Kami berpisah setelah makan malam. Semoga Robi sehat selalu.


Ingin jadi sahabatmu saja..

  “ Proses akuisisi unit bisnis logistic punya SIDC oleh Yuan sudah rampung, termasuk Finacial closing. Kini saatnya kita lakukan pergantian...