Friday, August 23, 2024

Mindset intel




Saya baca document proposal yang dikirim  Michele. Dokumen ini berkaitan dengan data dan informasi bisnis. Dia terus mendesak untuk ketemu saya. Setelah tiga minggu sejak proposal saya terima, akhirnya saya putuskan untuk bertemu dengan Michele di Bangkok. Dia kenal saya dari Steven. Saya sendiri sebelumnya tidak pernah bertemu face to face dengan dia.


“ Semua data dan informasi yang kamu kirim sangat lengkap dan sempurna “ kata saya saat bertemu Michele di Lounge executives hotel, Dia memang cantik. Ya kalau engga cantik dan exciting,  engga mungkin kenal dengan Steven. Usianya sekitar 35 tahun. 


“ B, “ seru Michele. “ Ini bisnis mudah dan sekaligus secure market. Pengguna dan penyewa 100% data center adalah bank, dan bank itu sendiri yang akan biayai. “ Katanya dengan retorika ala salesman. “ dalam 5 tahun pulang modal. “ Sambungnya. Memang. Dari data cash flow, 100% opex ditanggung oleh bank lewat cash in sewa. 70 % capex berasal dari bank. 


“ Terus..” Kata saya dengan mata elang.


“ Ya kami hanya perlu untuk enhancement posisi kami di hadapan bank. “ Kata Michele  menegaskan esensi dari proposal dia.


“ Dan enhancement itu perlu 30% equity ? Kata saya cepat menyimpulkan. Michele mengangguk tegas. Saya tersenyum bersikap datar tanpa antusias.


“ B, please..” Kata Michele dengan wajah sangat berharap response saya.  “Walau perusahaan kami dihagai murah sekalipun. Engga ada masalah. Kami butuh corporate culture Yuan untuk bisa berkembang. Kami siap bergabung dengan Yuan.” Kata Michele mencoba memuji saya dengan alasan primodial.


Saya harus membantu dia tercerahkan dulu. Setidaknya dia paham motive Steven kirim dia ke saya. “ Mari kita bahas laporan keuangan perusahaan kamu yang sudah di audit.” Kata saya berusaha objektif.


“ Perhatikan. Pada neraca,  modal disetor hanya 10% dari total asset.  Artinya perusahaan kamu punya kehebatan soal leverage.  Tetapi leverage itu bukan dipicu oleh laba. Tetapi persepsi masa depan atas peluang yang kalian create. Apakah itu juga me-leverage market dan peluang lebih besar? Engga. Baca opex yang ada pada income statement. Sebagian besar yang meningkat dari tahun ke tahun adalah biaya gaji dan fasilitas serta biaya konsultan untuk mendukung riset pengembangan produk.” Kata saya. 


Michele perhatikan dokumen keuangan itu. Saya diam saja. Setelah itu dia menatap saya untuk kembali menyimak.


“ Kalian terlatih berdrama untuk dapatkan uang dari investor. Engga peduli lepas saham atau hutang. Ya sama dengan Elon Mask” Kata saya singkat.


“ Perusahaan yang bisnis nya bertumpu kepada tekhnologi memang begitu. Awalnya bleeding terus untuk panetrasi sampai pada tahap established.  Setelah itu profit akan terus meningkat.  Tanpa bisa dikalahkan oleh pesaing. Karena berkat tekhnologi kaami control ekosistem bisnis. Tuh baca forecasting income statement kami ” kata Michele


Saya tersenyum.  Engga begitu juga. Buktinya dari 10 unit bisnis Yuan, 9 bertumpu pada tekhnologi. Engga ada drama seperti itu. Tetapi saya engga mau berdebat dengan dia. Itu hak dia.


Saya telp seseorang. Setelah itu saya baca lagi dokumen. Michele diam dan menanti keputusan saya. Tak berapa lama ada incoming email lewat SafeNet dari Teresia di New York.  Saya forward file itu ke Michele “ Kamu baca file yang barusan saya kirim” kata saya. Michele baca cepat. “ Ini hanya file clipping koran. Apa maksud nya “ tanya Michele.


“ Dari berita itu.  CEO bank mengatakan, NPL mereka 10%. “ kata saya. “ Bank itu kan yang akan long term contrak penyewaan data center dan sekaligus sebagai lending institution atas proyek kamu” Sambung saya. Michele mengangguk


“ Ah itu pasti CEO nya salah ngomong. Atau bisa saja wartawan salah ketik. Karena faktanya,  data laporan keuangan bank, NPL mereka hanya 0,8%. “Kata Michele cepat. Saya engga mau debat. Wartawan tidak mungkin salah. Itu berasal dari media mainstream yang punya reputasi tinggi. Logika saya, engga mungkin CEO salah ngomong. Itu tepatnya tercetus begitu saja tanpa dia sadari. Karena setiap hari dia dihadapkan dengan situasi NPL tinggi. Dari pagi sampai tidur lagi, pikirannya selalu kepada NPL. Perseps alam bawa sadarnya sudah terbentuk. Kadang dalam situasi terpojok atau euphoria, orang cenderung bergerak spontan. Diipicu oleh alam bawa sadarnya. 


“ Kamu baca lagi clipping berita selanjutnya ? Kata saya. Dia baca cepat. “ Maksudnya apa dengan berita bank keluarkan Bond di market. Kan biasa itu aksi korporat” Kata Michele.


“ Itu artinya mereka sedang menghadapi likuiditas yang ketat. Sumber dana tabungan, deposito dan rekening giro tidak bisa lagi leverage turnover cash flow mereka. Makanya mereka terpaksa melakukan aksi korporat lewat penerbitan Bond. Ya saya paham itu. Kalau bank sudah mulai kesulitan cash flow, mereka cenderung menciptakan skema ponzy lewat beragam modus, yang salah satunya dalam bentuk create opportunity credit yang too good to be true. Itu agenda nya saat mereka tawarkan kamu kredit atas proyek outsourcing. “ kata saya. 


Michele tersentak. Dia lama tatap saya dengan wajah pucat. Saya biarkan saja dia dengan suasana hatinya. Saya senyum aja.


“ Ya. Michele mengangguk. “ Memang ada agenda bank dibalik proyek data center ini. Mereka offtake sewa data center dan offtake pembiayannya lewat non recourse loan, tapi mereka minta mark-up loan 10 kali dari actual project cost. Kami hanya dapat kredit senilai proyek. Sisanya mereka gunakan untuk maintain neraca akibat adanya NPL.” Kata Michele


“ Window dressing “ Saya menyimpulkan. “ dan kamu tidak merasa di Prank. Karena kamu tidak ada resiko apapun. Kan yang jadi collateral utang adalah asset yang dibiayai oleh bank itu sendiri. Sementara mereka bisa utilize skema kredit itu untuk jaga rating mereka dihadapan otoritas.” Kata Saya tersenyum datar. Dia kembali terhenyak dan diam.


“Kamu benar. Maafkan saya ” Katanya dengan lirih. “ Bagaimana kamu bisa tahu itu semua. Apakah kamu dapat bocoran informasi dari dalam orang bank sendiri.  Tolong cerahkan saya.? Katanya kemudian.


“Kamu datang ke saya dengan proyek yang sangat mudah dan tanpa resiko. Kamu tawarkan ini hanya ingin menjadi bagian dari grup saya. Saya bukan tidak percaya dan tentu tidak perlu tersanjung. Sepanjang hidup saya tidak pernah dapatkan hal yang mudah.  Saya tahu diri. Siapa lah saya. Saya tidak punya kemewahan  untuk pantas dapatkan too good to be true.  Makanya akal saya lebih dominan. Mindset saya sudah terbentuk dengan talenta kecerdasan, bukan hanya intelektual tetapi juga spiritua. Ya begitu cara saya survival“ Kata saya. Michele terhenyak. 


“ Termasuk memahami data dan informasi yang kamu terima?  Tanya michele


“ Ya pemahaman secara intelligent”


“ Maksudnya?


“ Intelligent artinya adalah kecerdasan. Setiap manusia adalah pemimpin atas dirinya sendiri. Ia harus punya mindset sebagai intelligent. Informasi dalam bentuk bukti fakta atau rumor, atau apapun itu, jangan mudah percaya begitu saja. Harus kaya literasi sehingga bisa cerdas menganalisanya secara independent tanpa terpengaruh dengan siapapun. Karena apapun yang kita putuskan, kita pilih, itu akan menjadi cost and benefit bagi kita sendiri. Bukan orang lain. “Kata saya berusaha bijak. Michele menghela napas dan terhenyak. 


“ Benar, kata banker saya. Engga mungkin bisa deal dengan kamu. Karena kamu pemain Hendge fund dengan tingkat kecerdasan diatas rata rata. “ Kata Michele menyanjung. 


Saya ogah tersanjung. Kecantikanya tidak penting bagi saya.  Pemain hedge fund hidup dalam ekosistem money, power dan woman. Artinya kalau sekedar sex,  ada banyak wanita lebih cantik dari dia yang bersedia diajak tidur tanpa ada komitment apapun. Makannya walau setelah pertemuan itu, Michele berusaha dekat dengan saya dan menggoda saya, namun itu useless bagi saya. Karena itu dia semakin terpesona kepada saya. Sampai akhirnya dia jatuh di keset kaki saya.  


“Saya ada solusi. “ kata saya satu waktu. Saya yakin. Apapun yang saya perintahkan Michele akan patuhi dan pasti loyal. Saya briefing Michele panjang lebar. Dia harus gunakan akses ke bank itu dan teknoiogi yang dia miliki. Dia tercerahkan. Saya struktur perusahaannya dengan cost minimalis dan dia jadi proxy saya untuk jalankan agenda saya.


Kecerdasan Michele mampu merengsek ke jantung kekuasaan pemerintah. Sehingga tidak sulit bagi dia mengakses Dapen untuk mendukung Agendanya. Tiga tahun kemudian, IPO dengan valuasi 300 kali dari book value, dan setelah itu harga sahamnya jatuh ketingkat 50 kali dari harga buku. Sementara Michele sudah keluar lebih dulu  sebelum sahamnya jatuh. Dia kaya raya sebagai proxy. Dapen suffering dan investor retail painful truth. Saya senyum aja. Inikan soal pilihan. Soal kecerdasan. Biasa saja.




Sunday, August 18, 2024

Focus

 



Weekend di Shanghai. Jam 7 malam. Aku keluar dari kamar Hotel Bvlgari. Pergi ke lantai 47. Bvlgari Bars. Sekedar killing time dalam kesendirian di tengah kota cosmopolitan. Semakin lama sahabatku semakin sedikit. Berada di top level piramid social kalangan financial player memang kesepian. Mereka yang kuanggap teman menyibukan diri dengan hobi kaum hedon. Aku tidak suka hidup seperti itu. Tak ingin kehilangan focus. Hidupku berbeda dengan mereka. Bagiku hidup yang sedang kujalani hanya persinggahan saja. Ada saatnya aku harus kembali pulang ke habitat ku sebagai orang kebanyakan.


Aku memesan koktai. Duduk menghadap ke jendela lebar. Panorama Bund dan cakrawala Pudong di sana. Membuat aku bisa merenung barang sebentar. Meditasi bisa kapan saja. Dari jauh aku lihat ada wanita cantik sedang Bersama pria. Entah mereka pasangan atau bukan. Soal beda usia tidak jaman lagi untuk tentukan seseorang pantas berpasangan. Ukurannya adalah uang. Apalagi ini Shanghai. Wanita itu menoleh kearahku. Tersenyum. Aku mengangguk. Dia melangkah mendekatiku.


“ Apakah anda Mr. B” tanyanya. Aku tersenyum. Kalau dia tahu namaku, artinya pertemuan ini sudah direcanakan. Dia sudah riset terlebih dahulu.


“ Teman saya, ingin bertemu dengan anda.” Katanya. Mungkin karena aku ramah. Dia memanggil teman prianya untuk mendekat. 


 “ Ini teman saya. Namanya Mr.Liu. Dan saya sendiri Mss An. ” Katanya. Pria itu menyalamiku. Begipula wanita itu. Mereka berdua menyerahkan kartu namanya. Aku mempersilahkan mereka duduk. “ Ada apa ? tanyaku.


“ Kami ingin menawarkan kerjasama bisnis “ Kata liu


“ Proyek apa ? tanyaku datar


“Kami punya proyek membangun infrastruktur kota baru. Ini kota khusus untuk menampung pusat riset biotech. Di dalam nya akan ada industry pharmasi dan herbal. Juga ada agro industry untuk tanaman organic. “ Kata Liu mengawali dengan sesuatu yang membuat antusias ku bangkit. Menurutku dia smart dan paham bagaimana negosiasi bisnis dengan baik. Setidaknya konsep AIDA dalam marketing dia kuasai.


“ Yang menarik.” Lanjut Liu dengan penuh percaya diri.”  Pemerintah menyediakan payment guarantee 100% dalam bentuk bank guarantee. Dengan tekhnologi yang ada, margin 20%. Tapi dengan teknologi rancang bangun yang ada pada kami, margin bisa mencapai 50%. Belum termasuk waktu pengerjaan bisa lebih cepat. “ Kata Liu


Aku tersenyum. Mereka sangat percaya diri. “ Dan, “ Lanjut Liu.” Ini kontrak dan legitmasi proyek tersebut, dan bukti track record kami dalam pekerjaan kontruksi. “ katanya memperlihatkan document lewat notepad nya. Aku lirik sekilas dan mengangguk. Ini memang menarik secara bisnis.


“ Ok lanjut” kataku.


“ Proyek ini senilai USD 3,5 miliar. Tapi kami hanya perlu dana sebesar USD 350 juta. Share proyek, kami dapat 70%. Dan anda 30%. Kalau dihitung dari capex yang anda keluarkan. Itu sama saja untung berlipat. Proyek secure, baik dari segi pembayaran, maupun tekhnologi” Kata An.


“ Apa bisa saya dapatkan file dokumen itu untuk saya pelajari” Kata saya. 


“ Oh tentu.” Kata Liu. Saya beri tahu email saya. Dalam hitung detik, file nya sudah terkirim ke inbox email saya.


“ Saya tidak janji. Namun saya akan pelajari. Paling lambat seminggu saya sudah kabari.” Kataku. Liu mengacungkan jempolnya. Aku perhatikan An melirik ke Liu. Sepertinya minta Liu pergi. Benarlah. “ Kalau begitu saya permisi pergi ” kata Liu. Aku mengangguk.  Tinggal aku dan An berdua.


An tersenyum menatapku. Memang cantik dan keliatan cerdas. Pustur tubuhnya sempurna. Tanpa menggoda, dengan senyumnya itu saja sudah bisa membuat pria takluk. Tetapi tidak bagiku. “ B, serunya. “ Liu itu CEO dari perusahaa  kontruksi AAA rate di China. Saya menjadi konterpart dia khusus untuk pembiayaan proyek. “ Kata An. Dia berusaha menggeser tempat duduknya agar lebih dekat dengaku.


“ Bagaimana skema kamu bisa mengundertake pembiayaan proyek dengan hanya 10% capex “ Tanyaku. Dia jawab panjang lebar dengan memperlihatkan kartu nama Lembaga kuangan yang menjadi network dia. “ uang anda 10% itu cukup ditempatkan pada rekening non deplation. Saya akan beri stop loss guarantee” kata An dengan penuh keyakinan. Jadi proyek itu hanya underlying. Esensi nya adalah bagaimana 10% dari nilai proyek pindah dari kantongku ke kantong dia.


Mengapa?, itu hanya agenda. Skema pembiayaan yang dia tawarkan ini semacam sinking fund. Pemilik dana tidak perlu keluar uang. Cukup tempatkan dana itu di tabungan pada rekening khusus. Nah rekening khusus ini oleh fund manager dibungkus menjadi instrument derivative  untuk dapatkan uang tunai. Kemudian uang tunai itu digunakan untuk memenuhi rekening margin dalam transaksi short selling pasar modal. Dari  skema short selling itu dia bisa dapakan laba untuk pembiyaan proyek. Tapi faktanya. Ya moral hazard pasti terjadi. Kalau untung makan sendiri, kalah tekor ya excuse.


Aku senyum aja mendengar begitu semangatnya AN bicara. Tak berapa lama aku pesan menue tambahan. Saat menu datang. Aku melirik ke arah payudaranya seraya mengajaknya cheer. Dia menyambut dengan antusias. Aku permisi pergi ke toilet. Tak berapa lama, aku kembali ke table. Aku tatap dia sejenak dan kemudian menyerahkan jam tangan RM ke dia dengan tersenyum. 


“ Hah…” An terkejut. Melirik ke lengannya. Tidak ada lagi jam. “ Bagaimana mungkin kamu bisa ambil jam tangan saya tampa saya tahu. Kapan kamu ambil jam tangan ini? 


“ Tadi saat kita cheer. Saya perhatikan payudara kamu dan kamu merasa tersanjung. Saat itulah saya tinggal jentik jari ke pengait jam itu. Langsung jatuh ke sela lengan jas saya.” Kataku tersenyum. “ Itu jam tangan bukan milik kamu dan bukan asli. Karena modelnya hanya ada 10 di dunia ini. Ada duplikat yang bisa disewa melalui agent resmi. “Sambungku. Wajahnya merah. Malu tentunya. Aku tetap tersenyum ramah. 


" Tahu mengapa kamu sampai tidak sadar jam kamu diambil? tanyaku. Dia menggeleng.


“ Karena kamu focus kepada diri saya. Tentu kamu lupa focus terhadap dirimu sendiri. “ lanjutku sambil menengguk minuman dengan ringan. “Tawaran kamu itu sangat menggoda bagi orang yang tidak focus kepada dirinya sendiri. Tidak sulit dapatkan uang mudah dari mereka. Sementara saya? Seumur hidup  saya  selalu focus kepada diri saya sendiri. Tidak pernah kehilangan focus.” 


“ Focus apa ?


“Tidak ada yang too good to be true. Karena itu saya selalu waspada. Akal saya lebih dominan daripada perasaan. Kalau soal bisnis. Saya tidak melihat penampilan orang dan juga tidak terpengaruh dengan gaya retorika. Bisnis itu akal sehat. Artinya kalau kamu focus ke dalam, kamu akan tercerahkan. Focus keluar kamu akan tersesat. Camkan itu. ” kataku tersenyum. 


Dia terhenyak. 


Akhirnya airmatanya jatuh. 


“ Maafkan saya B.” katanya lirih. " Sudah lebih 3 tahun saya kerja di perusahaan dengan modus seperti ini. Saya tahu. Tentu salah. Karena tidak sedikit uang investor yang hilang dengan skema fraud ini. Sekarang saya sadar. Maafkan saya.“ Katanya berdiri hendak pergi. 


“ Jangan pergi. Kenapa ? Saya pegang lengannya.. " Kamu tidak salah. Kamu hanya kerja. Lupakan. “ Kataku.  Dia terdiam mematung sambil menunduk.


" Hidup di dunia ini hanya ada dua jenis manusia. Satu penakluk dan satu lagi pecundang. 90% penduduk planet bumi ini adalah pecundang. Bayangkan. Hanya segelintir elite politik bisa menaklukan semua rakyat. Mereka mengekploitasi harapan orang banyak lewat retorika politik  dan pencintraan diri yang humanis. Peduli kepada orang miskin lewat populisme. Tetapi sebenarnya mereka adalah penakluk. Salah? tidak. Itulah realitas kehidupan. Setiap orang dalam posisi bebas memilih. Hanya saja sebagian besar orang memilih jadi pecundang. " Kataku.


" Maafkan saya. Saya menanggung kedua orang tua saya dan adik yang masih kuliah. Tapi engga apa. Saya siap kehilangan pekerjaan. Besok saya akan resign"Kata An.


" Kalau besok kamu berhenti kerja. Saya akan dapatkan kerjaan untuk kamu." Kataku cepat. Dia memeluk ku “ terimakasih. “ Katanya dengan airmata berlinang.


“ Nah, mari kita habiskan malam ini dengan happy. Hidup hanya sekali. Nikmati selagi ada kesempatan.” Kataku. Dia tertegun dan akhirnya tersenyum. Kembali duduk di sebelahku.


Benarlah. Senin An telp bahwa dia sudah resgn. Dia tidak menagih janji dapatkan kerjaan dariku. Dia hanya ingin jadi sababatku. Sebulan kemudian dia direkrut oleh AMG SIDC yang ada di London sebagai representative di Beijing. Setelah 5 tahun berlalu kami tetap bersahabat.

Friday, August 09, 2024

Kerakusan memangsanya

 



Pagi pagi kemarin saya harus ke Singapore untuk lunch meeting dengan relasi SIDC dari NY. Saya naik pesawat ekonomi class. Saat nunggu di ruang tunggu boarding. Ada pria dengan Card tag berlogo Yuan. Saya cepat sekali kenal logo itu. Saya dekati dia dan tersenyum. Dia mengangguk. Sepertinya dia etnis Tionghoa. “ Kamu orang Indonesia ? tanya saya dalam bahasa inggris. Khawatir dia orang Singaporean.


“ Saya orang Indonesia. Katanya dalam bahasa Indonesia. “ Tepatnya Kerawang.” sambungnya.


“ Ada apa ke singapore ?


“ Tugas kantor pak.” katanya dengan ramah. " Bapak ?


“ Saya ada rapat bisnis dengan teman di Singapore. " Jawab saya. " Kamu kerja di PMA ya” kata saya melirik tag card dia.” Udah berapa lama.?


“ Ya Pak. Udah 5 tahun sejak tamat kuliah di Bandung. Tadinya kerja di Singapore, sejak dua tahun lalu kantor buka perwakilan di Indonesia, Ya saya ditugaskan di Jakarta.” 


“ udah berkeluarga. ? Tanya saya. Dia menggeleng dengan sopan. 


“ Kenapa ?


“ Saya masih ada tanggungan. Mama, dan 4 adik saya yang masih kuliah dan sekolah. Papa meninggal 5 tahun lalu.”


“ Oh maaf.” Kata saya.


“Engga apa apa pak.”


“ Emang nggak ada pacar ?


“ Pernah punya pacar. Tetapi kandas. Mungkin dia nggak mau dibebani oleh adik adik saya. ya biasa lah. “ Katanya tersenyum. Obrolan ringan tetapi berkesan.


Saat boarding. Kami berpisah. Dia duduk di Business class dan saya ekonomi class. Saya maklum, Yuan punya standar bagi staf nya dalam melakukan business trip. Sampai di Changi dia tersenyum saat antri di Imigrasi.  “ Pak, bapak ke mana arahnya ? tanyanya ramah.

Saya sebut alamatnya. “ Wah bareng saya aja pak, Kita satu arah. Kantor saya di raffles . Saya dijemput kendaraan kantor”


“ Terimakasih nak. ENgga apa apa saya naik taksi aja”

Dia tersenyum.


Saya baru saja bertemu anak muda yang rendah hati dan bertanggung jawab serta tahu diri. Saya bersukur ternyata standar kepatuhan rekrut karyawan Yuan dilaksanakan dengan konsisten oleh Wenny.


***


Saya datang 2 menit sebelum jadwal. Tom sudah berdiri depan dekat pintu masuk. Lunch meeting di Singapore sudah diatur oleh AMG dari Unit Business SIDC. Ada enam orang. 3 dari team Tom dan 3 lagi dari Team Mathius. Saya mengangguk tersenyum kepada Mathius. 


“ B, saya dan kamu sudah kerjasama lebih dari 10 tahun. “ Kata Mathius. “ product hedge fund saya sekarang runtuh. Saya perlu rescue B. “ Sambungannya. Mathius memang pernah dua kali kerjasama dengan saya dalam mendukung product hedge fund tambang dan Big Pharma. 


“ Its over. “ Kata saya rentangkan tangan.


“ Tapi B. “ Katanya dengan sedikit tinggi tones. “ Anda yang jebak saya dalam berinvestasi di BioEnergy, dan setelah itu anda keluar lebih dulu. Sekarang anda seenaknya angkat bahu”


Saya senyum aja. Itu persepsi dia terhadap saya. Itu hak dia. Dia bukan orang bodoh dan bukan anak anak yang bisa dijebak.


“ Masalahnya sudah terlalu besar outstanding kamu. Itu karena kamu provokasi market lewat keterlibatan Green Fund. Padahal tidak ada kaitannya. Sekarang nilai hedge fund kamu runtuh seiring jatuhnya saham BioEnergy. Idealisme zero emisi itu cukup ada di kapala aktivis dan politisi, bukan pada kita. Kita harus realistis. Engga bisa resiko zero emisi dibebankan kepada investor. Itu tanggung jawab negara. " Kata saya.


“ Ok lah. Terus, gimana solusinya? saya butuh solusi dari anda sebagai teman” Katanya merendah.


“ Its over. “ Kata saya tegas. “ Itu jawaban saya sebagai solusi. Kamu harus tahu kapan berhenti dan berakhir. Anak buah kamu nggak paham tentang resiko buying time ini. Kamu terus diyakinkan mereka bahwa kamu bisa mengatasi semua hal. “ Sambung saya. 


“ Apakah anda sudah baca proposal restruktur asset kami” tanya anak buah Mathius.


“ Tentu saya sudah baca, makanya saya datang dalam rapat ini agar kalian berhenti dalam permainan. Dalam situasi likuiditas sedang lancar, engg ada masalah. Tetapi sekarang likuiditas ketat, proposal itu bullshit “ kata saya. Mereka terdiam. 


Saya berdiri dan segera menyalami Mathius dan timnya. “ Lanjut aja makan siangnya. Karena saya sejak pensiun sudah tidak lagi makan siang.” kata saya tersenyum.


***

Mathius mengejar saya sampai pintu Lift. “ Saya ikut kamu.” katanya. Saya senyum aja. Dalam lift. “ temanin saya minum kopi di sheraton” kata saya. 


“ Kamu tetap bugar. Kelihatan tadi  dari belakang, jalan kamu masih tegap dan ringan. Apa resep nya?


“ Jangan terlalu berpikir tentang hal yang belum terjadi. Waku kita, berkah kita hanya ada pada hari ini. Lakukan setiap hari yang bisa menyelesaikan masalah atau setidaknya mengurangi masalah. Jangan gantung masalah. Karena itu akan memakan diri kita sendiri pada akhirnya.” Kata saya. Mathius mengangguk. Saya tahu berat bagi dia untuk menerima kenyataan. Tetapi saya yakin perjalanan hidupnya sampai diatas tidak mudah. Dia sudah sangat siap jatuh untuk bangun kembali tentunya. Hanya saja sekarang usianya sudah menua. Dia kurang percaya diri bisa memulai dari nol lagi.


Kami memesan kopi dan duduk santai di lounge.“ Ingat kali pertama kita kerjasama. Tepatnya 15 tahun lalu. “ Kata Mathius.” Kita create product hedge fund untuk proyek mining dan Pharma. Dua tahun yang terasa dua abad prosesnya. Kita menikmati sukses bersama. Namun akhirnya saya memilih keluar. Kamu bayar share saya. Saat itu saya marah. Anggap kamu terlalu idealis. Karena konsisten mengembangkan proyek real tanpa hendak terjebak dengan pasar instrument derivative. Padahal saat itu pasar sedang bergairah terutama setelah kejatuhan Lehman dan program QE dilaksanakan AS. Saya baru sadar kini. Kamu benar. Itu menjadi sesal yang tidak bertepi. “ Kata Mathius.  Dengan wajah sedih. 


“ Apa yang saya pahami. “Kata saya.” Dunia hedge fund tak ubahnya dengan dunia politik. Bukan soal data tetapi soal bagaimana data itu bisa dinarasikan untuk menutupi kebenaran. Atau tepatnya, jangan biarkan kebenaran menghalangi cerita yang bagus, terutama jika cerita itu melipatgandakan keuntungan. Persepsi itulah yang dibangun sehingga pasar terjebak untuk dimangsa. Saya tidak bisa menghindari itu sebagai upaya survival. Tetapi saya tahu kapan harus mengakhirinya. “ kata saya.


“ Apa esensi yang kamu pahami itu ?


“ Uang mudah akan mempermudah kerakusan memangsa kita. Bahkan orang baik bisa berubah jadi setan. Jadi kita harus tahu diri. Jangan sampai melewati batas.” Kata saya.


“ Ya paham. Bahkan sangat paham jika akhir-akhir ini semuanya terasa lebih mahal. Coba dech sejak pandemi dimulai. Pada tahun 2020, ketika virus corona membunuh jutaan orang dan melumpuhkan usaha kecil di seluruh negeri, para Big Corp melihat peluang untuk mendapat untung. Smithfield dan Tyson adalah contoh utama. Dengan alasan Pabrik pengemasan daging bekunya tidak bisa bekerja penuh dengan alasan COVID. Tidak aman bagi pekerja. Dengan kelangkaan pasokan itu. Harga jadi mahal berlipat. Pada waktu bersamaan tanpa diketahui publik, mereka tetap saja ekspor ke luar negeri, bahkan jumlahnya lebih besar dari biasa nya. Setelah COVID apakah harga turun? tidak. Bahkan bukan hanya daging yang naik, hampir semua produk pangan naik di tingkat eceran. Terus naik sampai sekarang.


Invasi Rusia ke Ukraina menjadi dalih lain yang mudah untuk mendapatkan keuntungan, kali ini untuk kenaikan harga BBM dan gas. Resiko ketegangan geopolitik itu terus didengungkan dan diulas oleh para influencer lewat media massa. Hal ini mendorong harga komoditas energi jadi naik berlipat. 


Pada waktu bersamaan memaksa pemerintah mendorong bank melonggarkan likuiditas untuk meningkatkan persediaan BBM dan operasi explorasi migas. Pasar modal dan keuangan jadi bergairah. Value saham jadi naik berlipat. Para investor dan pemegang saham menikmati pesta windfall itu. Dan negara juga dapat pajak dari Windfall itu. Tetapi yang jadi korban adalah konsumen. Karena walau harga komoditas di pasar dunia turun, namun harga tidak pernah lagi turun di tingkat eceran. 


Disisi lain ecommerce marketplace menyeret orang banyak keserakahan yang tak terkendali. Mempengaruhi setiap orang dan setiap keluarga. Sampai akhirnya baru disadari bahwa pendapatan mereka tidak cukup lagi untuk membayar harga harga yang terus melambung. Daya beli menurun. Kelas menengah berkurang. Saya tidak tahu apakah saya bertambah usia sehingga otak saya sulit mencerna atau dunia yang semakin tua. Dunia berubah atau kita yang berubah? Kata Mathius


“ Sebenarnya secara phisik tidak ada yang berubah. Gunung tetap di tempatnya. Laut tetap di samudera. Benua tidak bergeser.  Porsi makan setiap orang tidak berubah. Yang berubah itu adalah tingkat kerakusan orang. Terutama skala rakus itu dari tahun ketahun terus meningkat dan modusnya semakin sophisticated, kadang pemerintah korup juga terlibat melakukannya lewat state capture. Karena kerakusan itu membuat nilai nilai yang diagungkan semakin lama semakin berkurang, terutama nilai nilai keadilan.  Bayangkanlah. Penjualan Lamborghini saat COVID mencapai rekor tertinggi. Ketika semua orang prihatin dan negara dihantam resesi karenanya. Pencapaian hasil seperti itu sungguh mengejutkan. Di situasi apapun orang kaya semakin kaya, dan yang miskin semakin miskin. 


Ekonomi suram bukan karena ketegangan geopolitik, perang dagang antara China dan AS, pengaruh krisis  tahun 2008. Bukan itu akar masalahnya.  Bahwa sumber masalah adalah imbalance economy. Dan itu akibat kerakusan olikargi kapital yang sudah menjelma menjadi monster dan sangat berkuasa di hadapan negara manapun. 


Bukan hanya pebisnis yang berada di arena kapitalis yang memang sudah rakus, tetapi juga mereka yang memperjuangkan nilai nilai agama terjebak dalam kerakusan itu. Lihat aja disaat umat hopeless dengan kehidupan yang terasa tidak adil, para pemuka agama menikmati kelimpahan dari donasi atas nama Tuhan. Tak ubahnya dengan pemerintah. Atas nama pertumbuhan berkelanjutan  berdasarkan prinsip welfare state, mereka mengumpulkan uang selain pajak lewat skema asuransi jaminan sosial dan tabungan kesejahteraan. Bukannya menambah kemakmuran malah membuat yang makmur jadi miskin dan yang miskin jatuh melarat. “ Kata saya.


Sudah saatnya saya harus kembali ke Bandara. Karena jadwal terbang saya ke Jakarta tiga jam lagi. “ Saya harus kembali ke Jakarta. “ Kata saya. Mathius rangkul saya. Dan saya bisikin” Kamu sahabat saya. Jangan takut jatuh. Jatuh itu pesan cinta dari Tuhan. Agar kamu kembali kepada fitrah-mu. Kamu akan tetap sahabat saya. Saya akan selalu ada disisimu.” Mat berlinang air mata.

Ingin jadi sahabatmu saja..

  “ Proses akuisisi unit bisnis logistic punya SIDC oleh Yuan sudah rampung, termasuk Finacial closing. Kini saatnya kita lakukan pergantian...