Saya baca document proposal yang dikirim Michele. Dokumen ini berkaitan dengan data dan informasi bisnis. Dia terus mendesak untuk ketemu saya. Setelah tiga minggu sejak proposal saya terima, akhirnya saya putuskan untuk bertemu dengan Michele di Bangkok. Dia kenal saya dari Steven. Saya sendiri sebelumnya tidak pernah bertemu face to face dengan dia.
“ Semua data dan informasi yang kamu kirim sangat lengkap dan sempurna “ kata saya saat bertemu Michele di Lounge executives hotel, Dia memang cantik. Ya kalau engga cantik dan exciting, engga mungkin kenal dengan Steven. Usianya sekitar 35 tahun.
“ B, “ seru Michele. “ Ini bisnis mudah dan sekaligus secure market. Pengguna dan penyewa 100% data center adalah bank, dan bank itu sendiri yang akan biayai. “ Katanya dengan retorika ala salesman. “ dalam 5 tahun pulang modal. “ Sambungnya. Memang. Dari data cash flow, 100% opex ditanggung oleh bank lewat cash in sewa. 70 % capex berasal dari bank.
“ Terus..” Kata saya dengan mata elang.
“ Ya kami hanya perlu untuk enhancement posisi kami di hadapan bank. “ Kata Michele menegaskan esensi dari proposal dia.
“ Dan enhancement itu perlu 30% equity ? Kata saya cepat menyimpulkan. Michele mengangguk tegas. Saya tersenyum bersikap datar tanpa antusias.
“ B, please..” Kata Michele dengan wajah sangat berharap response saya. “Walau perusahaan kami dihagai murah sekalipun. Engga ada masalah. Kami butuh corporate culture Yuan untuk bisa berkembang. Kami siap bergabung dengan Yuan.” Kata Michele mencoba memuji saya dengan alasan primodial.
Saya harus membantu dia tercerahkan dulu. Setidaknya dia paham motive Steven kirim dia ke saya. “ Mari kita bahas laporan keuangan perusahaan kamu yang sudah di audit.” Kata saya berusaha objektif.
“ Perhatikan. Pada neraca, modal disetor hanya 10% dari total asset. Artinya perusahaan kamu punya kehebatan soal leverage. Tetapi leverage itu bukan dipicu oleh laba. Tetapi persepsi masa depan atas peluang yang kalian create. Apakah itu juga me-leverage market dan peluang lebih besar? Engga. Baca opex yang ada pada income statement. Sebagian besar yang meningkat dari tahun ke tahun adalah biaya gaji dan fasilitas serta biaya konsultan untuk mendukung riset pengembangan produk.” Kata saya.
Michele perhatikan dokumen keuangan itu. Saya diam saja. Setelah itu dia menatap saya untuk kembali menyimak.
“ Kalian terlatih berdrama untuk dapatkan uang dari investor. Engga peduli lepas saham atau hutang. Ya sama dengan Elon Mask” Kata saya singkat.
“ Perusahaan yang bisnis nya bertumpu kepada tekhnologi memang begitu. Awalnya bleeding terus untuk panetrasi sampai pada tahap established. Setelah itu profit akan terus meningkat. Tanpa bisa dikalahkan oleh pesaing. Karena berkat tekhnologi kaami control ekosistem bisnis. Tuh baca forecasting income statement kami ” kata Michele
Saya tersenyum. Engga begitu juga. Buktinya dari 10 unit bisnis Yuan, 9 bertumpu pada tekhnologi. Engga ada drama seperti itu. Tetapi saya engga mau berdebat dengan dia. Itu hak dia.
Saya telp seseorang. Setelah itu saya baca lagi dokumen. Michele diam dan menanti keputusan saya. Tak berapa lama ada incoming email lewat SafeNet dari Teresia di New York. Saya forward file itu ke Michele “ Kamu baca file yang barusan saya kirim” kata saya. Michele baca cepat. “ Ini hanya file clipping koran. Apa maksud nya “ tanya Michele.
“ Dari berita itu. CEO bank mengatakan, NPL mereka 10%. “ kata saya. “ Bank itu kan yang akan long term contrak penyewaan data center dan sekaligus sebagai lending institution atas proyek kamu” Sambung saya. Michele mengangguk
“ Ah itu pasti CEO nya salah ngomong. Atau bisa saja wartawan salah ketik. Karena faktanya, data laporan keuangan bank, NPL mereka hanya 0,8%. “Kata Michele cepat. Saya engga mau debat. Wartawan tidak mungkin salah. Itu berasal dari media mainstream yang punya reputasi tinggi. Logika saya, engga mungkin CEO salah ngomong. Itu tepatnya tercetus begitu saja tanpa dia sadari. Karena setiap hari dia dihadapkan dengan situasi NPL tinggi. Dari pagi sampai tidur lagi, pikirannya selalu kepada NPL. Perseps alam bawa sadarnya sudah terbentuk. Kadang dalam situasi terpojok atau euphoria, orang cenderung bergerak spontan. Diipicu oleh alam bawa sadarnya.
“ Kamu baca lagi clipping berita selanjutnya ? Kata saya. Dia baca cepat. “ Maksudnya apa dengan berita bank keluarkan Bond di market. Kan biasa itu aksi korporat” Kata Michele.
“ Itu artinya mereka sedang menghadapi likuiditas yang ketat. Sumber dana tabungan, deposito dan rekening giro tidak bisa lagi leverage turnover cash flow mereka. Makanya mereka terpaksa melakukan aksi korporat lewat penerbitan Bond. Ya saya paham itu. Kalau bank sudah mulai kesulitan cash flow, mereka cenderung menciptakan skema ponzy lewat beragam modus, yang salah satunya dalam bentuk create opportunity credit yang too good to be true. Itu agenda nya saat mereka tawarkan kamu kredit atas proyek outsourcing. “ kata saya.
Michele tersentak. Dia lama tatap saya dengan wajah pucat. Saya biarkan saja dia dengan suasana hatinya. Saya senyum aja.
“ Ya. Michele mengangguk. “ Memang ada agenda bank dibalik proyek data center ini. Mereka offtake sewa data center dan offtake pembiayannya lewat non recourse loan, tapi mereka minta mark-up loan 10 kali dari actual project cost. Kami hanya dapat kredit senilai proyek. Sisanya mereka gunakan untuk maintain neraca akibat adanya NPL.” Kata Michele
“ Window dressing “ Saya menyimpulkan. “ dan kamu tidak merasa di Prank. Karena kamu tidak ada resiko apapun. Kan yang jadi collateral utang adalah asset yang dibiayai oleh bank itu sendiri. Sementara mereka bisa utilize skema kredit itu untuk jaga rating mereka dihadapan otoritas.” Kata Saya tersenyum datar. Dia kembali terhenyak dan diam.
“Kamu benar. Maafkan saya ” Katanya dengan lirih. “ Bagaimana kamu bisa tahu itu semua. Apakah kamu dapat bocoran informasi dari dalam orang bank sendiri. Tolong cerahkan saya.? Katanya kemudian.
“Kamu datang ke saya dengan proyek yang sangat mudah dan tanpa resiko. Kamu tawarkan ini hanya ingin menjadi bagian dari grup saya. Saya bukan tidak percaya dan tentu tidak perlu tersanjung. Sepanjang hidup saya tidak pernah dapatkan hal yang mudah. Saya tahu diri. Siapa lah saya. Saya tidak punya kemewahan untuk pantas dapatkan too good to be true. Makanya akal saya lebih dominan. Mindset saya sudah terbentuk dengan talenta kecerdasan, bukan hanya intelektual tetapi juga spiritua. Ya begitu cara saya survival“ Kata saya. Michele terhenyak.
“ Termasuk memahami data dan informasi yang kamu terima? Tanya michele
“ Ya pemahaman secara intelligent”
“ Maksudnya?
“ Intelligent artinya adalah kecerdasan. Setiap manusia adalah pemimpin atas dirinya sendiri. Ia harus punya mindset sebagai intelligent. Informasi dalam bentuk bukti fakta atau rumor, atau apapun itu, jangan mudah percaya begitu saja. Harus kaya literasi sehingga bisa cerdas menganalisanya secara independent tanpa terpengaruh dengan siapapun. Karena apapun yang kita putuskan, kita pilih, itu akan menjadi cost and benefit bagi kita sendiri. Bukan orang lain. “Kata saya berusaha bijak. Michele menghela napas dan terhenyak.
“ Benar, kata banker saya. Engga mungkin bisa deal dengan kamu. Karena kamu pemain Hendge fund dengan tingkat kecerdasan diatas rata rata. “ Kata Michele menyanjung.
Saya ogah tersanjung. Kecantikanya tidak penting bagi saya. Pemain hedge fund hidup dalam ekosistem money, power dan woman. Artinya kalau sekedar sex, ada banyak wanita lebih cantik dari dia yang bersedia diajak tidur tanpa ada komitment apapun. Makannya walau setelah pertemuan itu, Michele berusaha dekat dengan saya dan menggoda saya, namun itu useless bagi saya. Karena itu dia semakin terpesona kepada saya. Sampai akhirnya dia jatuh di keset kaki saya.
“Saya ada solusi. “ kata saya satu waktu. Saya yakin. Apapun yang saya perintahkan Michele akan patuhi dan pasti loyal. Saya briefing Michele panjang lebar. Dia harus gunakan akses ke bank itu dan teknoiogi yang dia miliki. Dia tercerahkan. Saya struktur perusahaannya dengan cost minimalis dan dia jadi proxy saya untuk jalankan agenda saya.
Kecerdasan Michele mampu merengsek ke jantung kekuasaan pemerintah. Sehingga tidak sulit bagi dia mengakses Dapen untuk mendukung Agendanya. Tiga tahun kemudian, IPO dengan valuasi 300 kali dari book value, dan setelah itu harga sahamnya jatuh ketingkat 50 kali dari harga buku. Sementara Michele sudah keluar lebih dulu sebelum sahamnya jatuh. Dia kaya raya sebagai proxy. Dapen suffering dan investor retail painful truth. Saya senyum aja. Inikan soal pilihan. Soal kecerdasan. Biasa saja.