“ Kalau begitu atur pertemuan saya dengan dia di Milan.” Kata saya. Saya perhatikan gambar yang ada di hape. Cantik dan aura cerdas. Keliatan dari matanya. “ Ini data soal wanita ini. “Kata George ketika bertemu saya di London. Saya baca profile wanita itu. Namanya Teresia. Kelahiran Italia. master financial engineering. Usia 32 tahun. Berpengalaman sebagai Manager hedge fund.
“ Ok. Saya akan atur. Beri waktu saya 3 hari. Tapi saya tidak jamin dia akan bersedia bekerja dengan kamu“ kata George.
“ atur saja, selanjutnya urusan saya”
Teresia dikenal oleh kalangan terbatas financial komunitas karena kepiawaian dia membongkar skandal akuntasi korporat papan atas yang berkonspirasi dengan pengelola hedge fund. Resikonya, tidak ada lagi lembaga keuangan yang mau pakai skill nya. Dia sudah bad news. Kini dia hidup nyaman di Italia sebagai guru TK.
***
Tiga hari kemudian. George sudah bisa temukan Teresia. Antara saya dan Teresia memang dikenal hantu dalam dunia hedge fund. Saling kenal nama tapi tidak pernah saling bertemu. Bedanya, dia dikenal sebagai malaikat baik dan saya dikenal sebagai predator. Sebenarnya, tidak ada aktor hedge fund yang malaikat. Samahalnya mana ada pelacur yang perawan. Atau mana ada politisi yang jujur.
Malam di Milan, di Navigli berjajar puluhan restoran dan bar di kedua sisi kanal. Saya memilih Bar and Cafe menikmati aperitivo. Dari profile nya. Saya tahu, Teresia sangat suka tempat ini.
“ Aku tahu kamu akan datang, cepat atau lambat,” kata Teresia. Saat menghempaskan pantatnya di kursi“ Bagi B, tidak ada yang tidak mungkin. Tidak ada tempat bersembunyi bagi orang yang jadi targetnya. Dan sama sama tidak akan bertemu kalau bukan saling menguntungkan..”Sambungnya. Saya senyum saja. Akhirnya lambat laun suasana jadi cair. Tidak lagi kaku. Ternyata antara saya dan Teresia hampir sama. Ayam kampung yang berusaha jadi ayam merak. Dia urakan, dan tidak begitu peduli dengan norma.
“ Mengapa kamu tidak terkesan seperti orang Eropa.” Tanya saya. Teresa jawab dengan sendawa. ”That’s all my answer”. Ha-ha-ha… orang-orang di Eropa tidak suka dengan sendawa. Mereka menganggap itu tidak sopan. Tetapi, dia tertawa sambil salah satu telapak tangannya beradu di udara dengan tangan saya. Saya hanya senyum aja menyaksikan dia tertawa..
“ Mari Dance? katanya menarik lengan saya. Saya terpaksa ikuti alunan masik sekenanya. “ Saya sebenarnya tidak terlalu familiar dengan suasana ini. Tetapi, kamu begitu sabar. Menata gerakan saya. Saya bisa bilang begitu karena ketika kamu memegang tangan saya, saya hanya membiarkanmu saja menariknya ke sana kemari. ”I’m a cow,” kata saya.
”No, do not say that, you are not a cow,” balasnya.
“”Yeah.., following another cow.”
”What? Ha-ha-ha….”
Setelah dua jam dalam suasana santai. Kami akhiri dengan keluar dari Bar. Menyusuri jalan di pinggir kanal. “ Ada salam dari Steven. Rekening 1080“ Kata saya sekonyong.
“ Siapa ? say again” Keningnya berkerut. Nama itu seperti petir di siang hari bolong. Karena sebenarnya Teresia bongkar skandal itu bukan bertujuan baik tetapi memeras para CEO yang terlibat dalam skandal. Rekeningnya di kelola oleh Steven, yang juga Networking saya.
Dia hendak lari, tetapi tangan saya cepat mencengkram lengannya dan kemudian memeluknya sambil berbisik” Saya teman kamu. We're in the same boat. “
Dia tatap saya. Saya balas dengan tatapan teduh. Matanya jatuh terkulai. Dia kehilangan aura sebagai wanita hebat. Dia sadar, hanya hitungan detik uang di rekeningnya bisa lenyap dan dia jadi pesakitan. “ Mau terlibat dalam operasi saya? Tanya saya.
“ Walau kali ini bertemu, namun semua hal tentang kamu saya sudah pelajari. Tetapi saya tidak pernah tahu kamu begitu berpengaruhnya. Sampai kamu tahu rekening saya. Sepertinya saya tidak dalam posisi menolak. Saya siap bekerja, apalagi dibawah arahan kamu. “ Katanya dan saya lepaskan tangan saya dari lengannya. Dan balik dia pagut lengan saya saat berjalan.
“ Saya minta kamu lakukan window dressing lewat financial engineering. “ Kata saya. Saya langsung kirim email lewat secure line yang terenskripsi di aplikasi mobile phone saya. “ Kamu baca email saya. Itu penjelasan singkat operasi ini.” kata saya. Dia segera buka emailnya. Dibacanya cepat.
“ I see. Smart idea” dia mengangguk nganguk setelah baca email. “ Saya akan atur secara komputasi cash flow pendapatan dan pengeluaran. Pendapatan pretender dengan menggunakan arus dana casino, kemudian dialirkan kembali ke dalam rekening casino lewat akuisisi perusahaan cangkang di negara antah berantah. Dengan demikian nilai saham emiten akan terdongkrak naik berlipat Peluang berhutang terbuka luas. Dari Repo sampai penerbitan obligasi dan Righ issue.” Katanya.
“ Nah ini target kita…” kata saya seraya mengirim profile perusahaan target. “ Kita akan beli emiten secara backdoor yang sahamnya sudah deadduck di Bursa. Kemudian kita akuisisi perusahaan target untuk kita cemplungkan ke dalam emiten itu. “ Kata saya menjelaskan.
“ Dan yang jadi target adalah start up Fintec yang sedang mengembangkan sistem pembayaran.” Kata Teresia mengerutkan kening. Sepertinya dia agak ragu.
“ Kamu tahu Phantasmagoria” Tanya saya. Dia menggeleng.
“ Phantasmagoria adalah berbaurnya rentetan gambar, citra, figur-figur yang menipu penglihatan, sampai kita susah membedakan mana nyata mana tidak nyata. “ Kata saya.
Teresia masih keliatan bingung.
“ Contoh, kamu berdiri di pinggir jalan di depan rentetan toko-toko, kafe, butik, melihat bayanganmu sendiri terpantul membaur dengan manekin, benda-benda, dan huruf-huruf besar yang melekat di kaca etalase. Kamu terpesona. Sekedar mengingatkan: Walter Benjamin juga pernah tertegun melihat citraan bayang-bayang yang berbaur dengan kenyataan seperti itu di Paris. Seperti sebuah mimpi-phantasmagoria meminjam istilah filsuf Jerman mazhab Frankfurt itu. Dunia uang dan kekuasaan politik ,semua orang terjebak dalam phantasmagoria? Menipu dan tertipu. Paham.” Kata saya mencerahkan. Teresia tersenyum dan menganguk, Dia tercerahkan.
“ Kamu akan bergabung dengan team saya di London. Besok saya kembali ke Hong Kong. George akan briefing kamu. “ Kata saya.
***
Tiga tahun kemudian. Saya bertemu kembali dengan Teresia di Hong Kong pada musim panas. Kami bersantai di Bar. Dia mengenakan blouse putih lengan pendek, memperlihatkan putih kulit lengannya dan payudara indah. Celana jins membalut pinggangnya yang padat.
“How’s life…” tanyanya. Saya senyum aja.
“3 tahun bekerja dengan kamu dalam operasi yang beresiko dan rumit, akhirnya bisa keluar sebagai pemenang secara elegant. Emiten dan fintech itu kini suffering karena harga saham yang terus turun. Bahkan pada tahun awal IPO saja harga sudah jatuh 45%. Sementara kita sudah exit sebagai investor pra IPO dengan laba gigantik. “ Katanya sambil seruput kopi
“ Model bisnis utama ecommerce adalah berbohong kepada publik, mengklaim keuntungan besar, sehingga investor akan menaikkan harga saham di bursa. Namun, memang tidak mudah memalsukan keuntungan. Karena akan berakhir dengan masalah uang tunai palsu. Pada akhir tahun, hal pertama yang auditor otoritas periksa adalah saldo bank. Jadi harus ada tracking membelanjakan uang palsu itu untuk aset palsu sebagai investasi yang menguntungkan. “ sambungnya.
Saya terdiam tak tahu harus menjawab apa. Kembali Teresia tersenyum. Ia menuju alat pemutar lagu. Kuku-kuku jarinya yang juga ber-cutex merah menyala memencet tombol alat pemutar. Lagu “ I have a dream “ mengalun indah.
“Irama lagu adalah cara efektif membangun ilusi?” ucap Teresia seperti hendak menebak, mengapa saya tak menjawab pertanyaannya. “Kamu menyebut, semua adalah soal irama. Soal Phantasmagoria.”
“Bersamamu, mungkin realita” tukas saya. Dia bersegera memeluk dan kiss dried. “Kamu merayu saya?”
“Aku sungguh-sungguh.”
“Aku tahu. “ Katanya melepas pelukan. “ Kamu jujur mengungkapkan apa yang kamu rasakan, meski aku juga tahu, seusai ini pada keadaan yang lain lagi kamu berkata hal serupa pada perempuan lain.”
Saya tersenyum. Teresia terlatih dalam dunia hedge fund. Tidak akan mudah baper. Meski, pertemuan kali ini berujung pada malam yang panas dan liar. Ya semua hanya phantasmagoria. Selanjutnya dia jadi team srigala saya yang loyal dan tangguh di medan tarung kapitalisme. Sampai kini atau 10 tahun sejak terakhir bertemu dengannya di hong kong, saya tidak pernah bertemu lagi dengan dia. Namun laporan tentang dia, saya terima secara rutin dari George.